ISOLASI BAKTERIOFAG
Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Dhea Amandari (2230801067)
2. Ainun Shihah (2230801078)
Dosen Pengampu:
Riri Novita Sunarti, M.Si
A. Latar Belakang
Virus adalah satu set dari satu atau lebih molekul genom berupa asAm
nukleat (RNA atau DNA), yang biasanya dibungkus oleh selubung pengaman
berupa protein selubung atau lipoprotein dan hanya dapat memperbanyak diri
dalam sel inang hidup yang sesuai dengan memanfaatkan metabolisme,
materi, dan energi dari sel inang Virus merupakan unit elemen yang masih
menunjukkan tanda kehidupan sehingga virus dapat juga didefinisikan
sebagai organisme aseluler yang mempunyai genom yang hanya dapat
bereplikasi dalam sel mang dengan menggunakan perangkat metabolism sel
inang untuk membentuk seluruh komponen virus.
Seperti pada virus lainnya, bakteriofag atau yang biasa disebut
dengan fag memiliki karakteristik tersendiri yaitu memiliki struktur yang
sederhana. Bakteriofag atau fag memiliki ukuran yang sangat berukuran
nanometer (Moineau, 2013) yaitu sekitar 24-400 nm panjang. Struktur pada
bakteriofag terdiri dari protein dan materi genetik. Selain itu bakteriofag
memiliki beragam bentuk variasi morfologi. Bakteriofag memiliki protein
dan kepala kapsid yang memiliki fungsi untuk melindungi materi genetik,
materi genetik pada bakteriofag terdiri atas DNA atau RNA (baik double-
stranded atau single-stranded) (Schrader, 2014).
Keberadaan bakteriofag tersebar luas di alam. Lingkungan yang
ditempati oleh bakteri inang merupakan sumber ke- beradaan berbagai jenis
fag yang dapat dii- solasi untuk berbagai tujuan Meskipun demikian jumlah
bakte riofag yang sudah teridentifikasi di dunia masih terbatas sehingga pe
nelitian terkait isolasi dan identifikasi bakteriofag terus dilaksanakan di
berbagai negara di dunia. Kelimpahannya yang sangat tinggi di alam.
keberadaan- nya sebagai mikroflora alami pada makanan, kemampuan qntuk
menginfeksi dan membunuh sel bakteri in- ang melalui proses lisis dan
spesifitas dalam menyerang inang target (Shende et al., 2017).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu
1. Untuk mengetahui apakah bakteriofag dapat dijadikan sebagai biokontrol
pertumbuhan Escherichia coli pada makanan dan minuman.
2. Untuk mengetahui konsentrasi optimum dari bakteriofag dalam
melisiskan Escherichia coli pada daging ayam dan susu kedelai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bakteriofag
Bakteriofag merupakan virus yang menyerang bakteri. Bakteriofag
merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah infeksi bakteri
patogen. Penggunaan bakte-riofag dipertimbangkan lebih menguntungkan
dibandingkan antibiotik, Bakteriofag hanya menginfeksi patogen target,
sehingga mikro- flora normal di usus tidak terganggu, kedua bakteriofag
mereplikasi diri pada bakteri dan menghancurkan sel bakteri inang dengan
sem- purna melalui proses lisis nya (Strydom dan Witthuhn, 2015)
Bakteriofag merupakan virus yang menginfeksi bakteri. Bakteriofag
mampu membunuh sel bakteri secara langsung atau dengan menggabungkan
DNA virus ke dalam kromosom bakteri inangnya Pemanfaatan kemampuan
bakteriofag tersebut dapat digunakan untuk mengontrol biofilm dan
mengurangi penggunaan chemical sanitizer (Nurizkiawan,2011).
Bateriofag merupakan virus parasit bakteria yang dapat
menghancurkan sel hakteri dengan melisiskan dinding selnya. Bakteriofag
mengontrol populasi bakteri jenis tertentu secara spesifik serta efektif dengan
cara menginjeksikan materi genetik (DNA atau RNAJ untuk bereplikasi
menjadi partikel virus menggunakan mesin reproduksi sel bakteri dan
selanjutnya keluar serta menyebar dengan melisiskan sel tersebut. Karakterini
dimanfaatkan dalam pengembangan agen terapi di berbagai bidang. Berbagai
jenis bakter memiliki kemungkinanan dapat diinfeksi oleh setidaknya satu
jenis bakteriofag (Acheson, 2011).
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah Aquades Steri, Kassa, Kapas,
Alkohol 70, Etanol, Nacl 0.9%, Fisiologis CaCl2, Media Lactose Broth
(LB), media NASM Buffer, EMBA, Daging Ayam, Koleksi Isolat yaitu
Bakteorifag (Fag), Escherichia coli.
C. Cara Kerja
A. Hasil
No. Gambar Keterangan
1. Bakteri yang tumbuh dilakukan
pemurnian dengan cara membuat
media EMBA pada tabung reaksi
miring lalu gores bakteri yang sudah
ada. Selanjutnya, inkubasi di
inkubator shaker selama 24 jam
B. Pembahasan
Pertumbuhan bakteri adalah proses yang penting dalam penelitian
mikrobiologi. Untuk mengisolasi dan memurnikan bakteri tertentu, metode
pemurnian diperlukan. Salah satu metode yang umum digunakan adalah
dengan menggunakan media EMBA.
Proses pemurnian dimulai dengan menyiapkan tabung reaksi yang
diletakkan dalam posisi miring. Pada tabung reaksi tersebut, kita akan
membuat media EMBA yang akan menjadi tempat pertumbuhan bakteri.
Media EMBA ini terdiri dari nutrisi yang diperlukan oleh bakteri untuk
tumbuh, seperti larutan LB (Luria Broth) yang mengandung berbagai nutrisi
penting.
Setelah media EMBA siap, kita akan memindahkan atau menggoreskan
bakteri yang sudah ada ke dalam tabung tersebut. Bakteri ini dapat berasal dari
sampel yang telah diinkubasi sebelumnya. Penambahan bakteri ke media
EMBA bertujuan untuk memperoleh koloni bakteri yang murni.
Selanjutnya, tabung reaksi dengan media EMBA dan bakteri akan
dimasukkan ke dalam inkubator shaker. Inkubator shaker ini memberikan
kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan bakteri dengan
menggabungkan pergerakan dan suhu yang tepat. Proses inkubasi dilakukan
selama 24 jam agar bakteri dapat tumbuh dengan baik.
Setelah 24 jam inkubasi, kultur pertama akan diambil sejumlah 1 ml
dan dicampur dengan 5 ml larutan LB di dalam botol kultur. Kultur pertama ini
kemudian diinkubasi kembali selama 48 jam di dalam inkubator shaker. Proses
ini menghasilkan suspensi bakteri yang mengandung banyak bakteri yang
berbeda-beda.
Selanjutnya, suspensi bakteri tersebut akan dipisahkan menggunakan
sentrifugasi. Suspensi akan dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge dan diputar
dengan kecepatan tertentu selama 20 menit dengan 3 kali pengulangan, atau 5
menit dengan 1 kali pengulangan. Proses sentrifugasi ini akan menyebabkan
bakteri terpisah menjadi supernatan (cairan) dan pelet (endapan).
Supernatan yang mengandung bakteri akan dipisahkan dari pelet
menggunakan jarum suntik. Kemudian, supernatan akan dilewatkan melalui
saringan filtrat dan masuk ke dalam tabung reaksi sekitar 10 ml. Proses ini
disebut filtrasi, yang bertujuan untuk memisahkan bakteri dari residu yang
tidak diinginkan.
Selanjutnya, kita akan melakukan kultur ketiga dengan menggunakan 5
ml larutan LB dalam tabung reaksi dan menambahkan 1 ml bakteri E. coli dari
tabung miring peremajaan. Proses inkubasi shaker selama 30 menit akan
dilakukan untuk memastikan bakteri tumbuh dengan baik dalam media LB.
Setelah itu, ambil 100 μl fage (hasil filtrasi) dan masukkan ke dalam
tabung reaksi. Proses inkubasi selama 30 menit akan dilakukan lagi. Proses ini
akan memungkinkan bakteriofage atau virus yang menginfeksi bakteri tumbuh
dalam media.
Selanjutnya, kita akan menggunakan metode pencawanan Double Layer
untuk mengamati plak yang terbentuk dari hasil pencawanan. Proses ini
melibatkan beberapa langkah. Pertama, tuang media NA dalam cawan petri
besar sebagai layer pertama tunggu hingga memadat. Lalu, sediakan soft agar
(LB + Swallow) sebanyak 5 ml. Soft agar ini akan digunakan sebagai layer
kedua. Kemudian, masukkan 5 ml soft agar ke dalam hasil inkubasi kedua
(fage + E. coli) dan lakukan vortex di setiap tabung reaksi untuk memastikan
campuran homogen. Setelah itu, tuangkan campuran tersebut di atas media NA
dalam cawan petri. Terakhir, inkubasi selama 24 jam akan dilakukan untuk
memungkinkan pertumbuhan bakteri dan pembentukan plak.
Pada akhirnya, hasil pencawanan double layer akan diamati. Plak yang
terbentuk adalah daerah yang terlihat bening dan tidak ada pertumbuhan
bakteri. Plak ini merupakan daerah di mana bakteriofage telah menginfeksi dan
membunuh bakteri yang sensitif terhadap mereka.
Proses pemurnian bakteri dengan menggunakan metode media EMBA,
inkubasi, dan filtrasi merupakan langkah-langkah yang penting dalam
menyediakan bakteri murni untuk penelitian mikrobiologi. Selain itu, metode
pencawanan double layer juga penting untuk mempelajari interaksi antara
bakteri dan bakteriofage. Semua langkah tersebut membutuhkan ketelitian dan
kehati-hatian agar hasil yang didapatkan akurat dan dapat diandalkan dalam
penelitian yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA