Abstract: Antibiotik merupakan suatu senyawa yang dihasilkan oleh bakteri yang mana
senyawa tersebut dapat menghambat pertumbuhan suatu mikroba ataupun membunuh
mikroba tersebut. Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan, diketahui mikroba yang
menghasilkan senyawa antifungi dan antibiotik memiliki sumber substrat yang berbeda-beda.
Mikroorganisme menggunakan substrat sebagai bahan yang dapat memberikan sumber
nutrisi sehingga bakteri dapat tetap hidup, substrat tersebut seperti kulit, usus, feses, tanah
maupun koral laut. Pada masing-masing bakteri penghasil antibiotik, akan memiliki senyawa
yang berbeda, seperti Lantibiotik, senyawa AMP (Antimicrobial peptide), Lipopeptida,
Pyrrolo[1,2-a] pyrazine-1,4-dione, hexahydro dan juga Asam trans-13-oktadekenoat, dan
yang terakhir adalah admirid. Metode yang digunakan dalam mendeteksi keberadaan
senyawa antibiotik yang dihasilkan pun beragam, hal tersebut menyesuaikan dengan jenis
isolat yang dipakai dan juga substrat ditemukannya mikroba. Selain itu, senyawa yang
dihasilkan juga menentukan metode deteksi yang akan digunakan. Mekanisme yang
digunakan oleh masing-masing senyawa juga ditentukan dari jenis senyawa tersebut, seperti
senyawa bakteriosin, senyawa lipopeptida, dan beberapa senyawa lain akan memiliki
mekanisme penyerangan patogen yang berbeda-beda. Senyawa antibiotik maupun antijamur
dari masing-masing bakteri memiliki peranan yang besar terhadap kehidupan manusia baik
pada bidang kesehatan maupun pertanian. Mekanisme dalam penyerangan patogen pun
bermacam-macam tergantung pada jenis senyawa yang dihasilkan oleh bakteri tersebut
Antibiotik merupakan suatu senyawa yang dihasilkan oleh bakteri yang mana senyawa
tersebut dapat menghambat pertumbuhan suatu mikroba ataupun membunuh mikroba
tersebut. Saat ini, mikroba digunakan sebagai agen penghasil antibiotik ataupun antifungi
karena mikroba dapat berkembang dengan pesat. Diketahui baru-baru ini, penggunaan
antibiotik dan antijamur yang dihasilkan dari mikroba, telah berkembang pada beberapa
aspek, contohnya adalah bakteriosin yang dihasilkan oleh isolate Staphylococus sp. Asal kulit
manusia yang dapat digunakan dalam penanganan penyakit kulit, kemudian antimikroba yang
dihasilkan oleh bakteri Bacillus yang dapat dijadikan agen biokontrol pada tanaman, serta
antimikroba dari Lactobacillus yang dapat memperbaiki keadaan flora normal pada saluran
pencernaan. Selain itu, diketahui bahwasannya terdapat beberapa antibiotik yang apabila
ditambahkan kedalam isolat bakteri lain dapat membantu meningkatkan pembentukan
senyawa antibiotik dari bakteri tersebut. Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana
dihasilkannya senyawa antibiotik dan antifungi dari bakteri, dilakukanlah beberapa penelitian
yang membahas mengenai bakteri penghasil antibiotik dan antifungi serta mekanisme dari
antibiotik dan antifungi dalam melawan patogen.
Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan, diketahui mikroba yang menghasilkan
senyawa antifungi dan antibiotik memiliki sumber substrat yang berbeda-beda.
Mikroorganisme menggunakan substrat sebagai bahan yang dapat memberikan sumber nutrisi
sehingga bakteri dapat tetap hidup. Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan diketahui
terdapat beberapa macam substrat pada bakteri penghasil senyawa antibiotik dan antifungi,
seperti yang disebutkan oleh O’Sulivan et al., (2019) bahwa Staphylococus penghasil
antibiotik dapat diisolasi dari substrat kulit manusia, tidak hanya dari kulit manusia, pada
penelitian Pavlova, et al., (2020) dimana bakteri Lactobacillus dapat diisolasi dari tinja
pendonor ataupun manusia. Selain organ tubuh manusia, hewan juga kerap kali menjadi
substrat dari bakteri penghasil senyawa antibiotik salah satunya terdapat pada penelitian lain
yakni Liu, et al., (2019) menyebutkan bahwa bakteri Bacillus velezensis yang menghasilkan
senyawa antibiotik dapat diisolasi dari usus anak babi yang sehat. Selain dari hewan maupun
manusia, beberapa bakteri juga dapat diisolasi dari tanah dan juga dari bakteri laut, yang mana
disebutkan oleh Al-Turki et al., (2020) bakteri Bacillus licheniformis yang menghasilkan
senyawa antibiotik dapat diisolasi dari tanah. Selanjutnya dijelaskan oleh Buijs, et al., (2021)
bakteri Vibrionaceae yang diketahui dapat menghasilkan senyawa antibiotik dapat diisolasi
dari laut.
Pada masing-masing bakteri penghasil antibiotik, akan memiliki senyawa yang berbeda.
Seperti yang disebutkan oleh O’Sulivan et al., (2019) bahwa Staphylococus dapat
menghasilkan senyawa antibiotik berupa Lantibiotik. Dimana Lantibiotik merupakan suatu
senyawa yang termasuk kedalam bakteriosin kelas I. Pada penelitian Pavlova, et al., (2020)
menyebutkan bahwa bakteri Lactobacillus fermentum dapat menghasilkan senyawa AMP
(Antimicrobial peptide) dimana senyawa AMP kan dihasilkan oleh bakteri asam laktat. Selain
kedua isolat bakteri tersebut, terdapat juga penelitian lain yakni Liu, et al., (2019)
menyebutkan bahwa bakteri Bacillus velezensis yang menghasilkan senyawa antibiotik berupa
tiga keluarga lipopeptida, termasuk fengycins, surfactins dan iturins, yang masing-masing
terdiri dari beberapa homolog dan menunjukkan karakteristik antimikroba yang berbeda. dapat
diisolasi dari usus anak babi yang sehat. Bacillus juga banyak ditemukan ditanah, salah
satunya yakn Bacillus licheniformis, dimana pada penelitian Al-Turki et al., (2020) diketahui
bakteri Bacillus licheniformis yang menghasilkan senyawa antibiotik berupa Pyrrolo[1,2-a]
pyrazine-1,4-dione, hexahydro dan juga Asam trans-13-oktadekenoat. Selain dapat digunakan
untuk melawan patogen, diketahui terdapat antibiotik yang apabila ditambahkan kedalam
isolat bakteri lain dapat membantuk peningkatan produksi dari senyawa antibiotik bakteri
tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Buijs, et al., (2021) bakteri Vibrionaceae diketahui dapat
menghasilkan senyawa antibiotik berupa admirid yang apabila ditambahkan kedalam isolat
bakteri Photobacterium galatheae dapat meningkatkan produksi holomisin oleh
Photobacterium galatheae.
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Al-Turki et al., (2020) Bacillus juga
banyak ditemukan di tanah, salah satunya yakni Bacillus licheniformis, dimana pada penelitian
ini metode menggunakan tes antimikroba yang berasal dari efek penghambatan dari masing-
masing bakteri ekstrak diuji terhadap patogen yang berbeda menggunakan metode difusi agar-
sumur. Mikroorganisme patogen yang diuji meliputi 2 bakteri Gram Positif (Streptococcus
pneumoniae ATCC 6303 dan Staphylococcus aureus ATCC 11632) dan 4 bakteri Gram-
negatif (Proteus mirabilis ATCC, Enterobacter cloacae ATCC 13182.,Escherichia coli ATCC
10145, dan Salmonella typhi. ATCC 13076). Suspensi dari setiap patogen uji (0,1 ml) dari
O.D600 0,4 disebarkan pada pelat NA, dan sumur 6 mm. Sebanyak 40 μl ekstrak ditempatkan
ke dalam sumur, dan pelat ditempatkan di bawah suhu 37° C selama sekitar 24 jam. Diameter
zona yang terpengaruh diperkirakan dengan kaliper sebagai mm. Antibiotik Ciprofloxacin (5
mcg) digunakan sebagai kontrol. Untuk pengujian proteolisis metabolit yakni satu mililiter
ekstrak ethyl acetate yang menunjukkan aktivitas antibakteri menjadi sasaran pencernaan
proteolitik menggunakan proteinase K 100 mg/ml. Sampel kemudian diinkubasi semalaman
pada suhu 56°C. Setelah inkubasi, sampel diuji aktivitas antibakteri dengan metode difusi
sumur agar dan sampel ekstrak etil asetat tanpa proteinase K digunakan sebagai kontrol
negatif.
Bakteri lain seperti bakteri Vibrionaceae yang dapat menghasilkan senyawa antibiotik
berupa admirid memiliki metode dalam menghasilkan senyawanya yaitu Vibrio coralliilyticus
S2052 (dari sedimen laut) dan Photobacterium galatheae S2753 (dari kerang hijau) diisolasi
pada ekspedisi Galatheae berdasarkan aktivitas antibakterinya terhadap Vibrio anguillarum
dikultur pada suhu 25 ◦C pada Marine Agar (dan dalam air laut Buatan Peptone Yeast extract
pH = 7.0. Untuk konversi holomisin menjadi dimetil-holomisin, holomisin (500 μg) pertama
kali dilarutkan dalam metanol (MeOH) (500 μL). Kelebihan tris (2- carboxyethyl) phosphine
hydrochloride (TCEP) (2,5 mg) ditambahkan untuk mengurangi ikatan disulfida, diikuti
dengan penambahan 30 μL metil iodida (MeI). Campuran reaksi diaduk selama 15 menit dan
dikeringkan di bawah aliran nitrogen untuk menghilangkan pelarut dan sisa MeI. Kelebihan
TCEP dihilangkan dengan melarutkan kembali campuran reaksi dalam MeOH dan
mengarahkan sampel ke pertukaran anion yang kuat menggunakan kolom Biotage Isolute
SAX, dan mengumpulkan dimetil-holomisin sebagai fraksi yang tidak tertahan, diikuti dengan
pengeringan. Dari SAX dihilangkan dengan menggunakan kolom Strata C18 SPE,
memperoleh dimetil-holomisin murni dengan melarutkan sampel dalam metanol 5% dalam air
dengan pelarut yang sama, untuk menghasilkan 200 μg dimetil-holomisin murni. Pengujian
konsentrasi penghambatan minimum (MIC) dilakukan untuk menguji toksisitas holomisin dan
dimetil-holomisin terhadap V. coralliilyticus, Holomisin dan dimetil-holomisin diencerkan dua
kali lipat dalam pelat 96 sumur, dari V. coralliilyticus diencerkan menjadi OD600 0,02, dan 5
μL suspensi sel ini digunakan untuk menginokulasi biakan sumur. Pelat 96 sumur diinkubasi
selama 24 jam pada 25◦C pada plate shaker dengan pengocokan orbit pada 300 rpm.
Konsentrasi terendah tanpa pertumbuhan, seperti yang diamati dengan inspeksi visual dan
diukur dengan pembaca pelat, ditetapkan sebagai nilai MIC. Pengukuran rangkap tiga biologis
menghasilkan nilai MIC yang sama.
Dalam penelitian lain juga menyebutkan aktivitas penyerangan patogen dari bakteriosin,
seperti yang dijelaskan oleh Pavlova et al., (2019) dimana antibakteri yang dihasilkan dari L.
fermentum HF-D1 dikaitkan dengan sekresi bakteriosin atau peptida seperti bakteriosin (BLP)
Sementara data ini menunjukkan bahwa sekresi asam adalah alat antagonis utama dari strain
ini, represi K. pneumonia dan S. marcescens mengkonfirmasi keberadaan AMP dalam cairan
menimbulkan sifat yang membuat adanya aktifitas perlawanan terhadap patogen.
Selain senyawa antibiotik, terdapat pula beberapa bakteri yang dapat menghasilkan
senyawa antijamur, hal ini disebutkan oleh Liu, et al., (2019) yang mana menjelaskan bahwa
bakteri Bacillus velezensis yang menghasilkan senyawa antibiotik berupa tiga keluarga
lipopeptida, termasuk fengycins, surfactins dan iturins. Dimana diketahui bakteri B. velezensis
HC6 membentuk biofilm yang jelas pada permukaan biji jagung. Diketahui biofilm efektif
untuk melindungi biji jagung dari kontaminasi jamur. Selain itu, terdapat suatu senyawa yakni
iturin dan fengycin yang memiliki aktivitas antijamur, dimana fengycin terbukti memiliki
kemampuan untuk mengikat lapisan lipid dan mengubah struktur dan permeabilitas membran
sel. Dengan demikian, fengycin mungkin memiliki efek antijamur langsung pada jamur
patogen yang terdeteksi. Iturin juga dapat mengubah membran sel target dengan cara yang
bergantung pada dosis. Iturin dapat melewati dinding sel, menghancurkan membran sel,
menyebabkan perubahan permeabilitas membran sel, menyebabkan hilangnya K+ ion,
sehingga mencapai efek penghambatan jamur.
Pada penelitian lain juga disebutkan beberapa bakteri saling bekerja sama dalam
meningkatkan produksi dari masing-masing senyawa antimikroba, seperti yang diterangkan
oleh Buijs et al., (2021) dimana ditunjukkan bahwa andrimid yang dari V. coralliilyticus yang
ditambahkan dalam konsentrasi sub penghambat, menginduksi aktivitas transkripsi kluster gen
biosintetik dan produksi holomisin dalam P.galatheae. Kedua antibiotik ini memiliki
mekanisme dalam penyerangan patogen yakni akan masuk melalui dinding sel dan dapat
menyebabkan lisisnya sel patogen.
6. Kesimpulan
Dari beberapa sumber yang telah dikaji, maka dapat diketahui senyawa antibiotik
maupun antijamur dari masing-masing bakteri memili peranan yang besar terhadap kehidupan
manusia baik pada bidang kesehatan maupun pertanian. Mekanisme dalam penyerangan
patogen pun bermacam-macam tergantung pada jenis senyawa yang dihasilkan oleh bakteri
tersebut.
Referensi
Al-Turki, A., Nidal O., and Muhannad I.M. (2020). Isolation and Molecular
Characterization of Antibiotic Producing Bacillus licheniformis Strains Isolated
from Soil. J Pure Appl Microbiol . 14(4), 2363-2370
Buijs, Y., Sheng-Da Z., Karen M.J., Thomas I., Thomas O.L., and Lone Gramet (2021).
Enhancement of antibiotic production by co-cultivation of two antibiotic
producing marine Vibrionaceae strains. FEMS Microbiology Ecology. Vol.
97(4), 1-10
Liu, Y., K. Teng, T. Wang, E. Dong , M. Zhang, Y. Tao, and J. Zhong. (2019).
Antimicrobial Bacillus velezensis HC6: production of three kinds of lipopeptides
and biocontrol potential in maize. Journal of Applied Microbiology. 28(1),1-13
Pavlova A.S., Georgii D.O., Georgij P.A., Ivan O.B., Eduard S.F., Nikolai A.A.,
Dmitry A. A., Dina R.Y., Vadim T.I., Vadim M.G., and Airat R.K. (2019).
Identifcation of Antimicrobial Peptides from Novel Lactobacillus fermentum
Strain. The Protein Journal. 39(1):73-84
O’Sulivan, J.N. Mary C.R., Paula M.O., Colin H. and Paul R.R. (2019). Human skin
microbiota is a rich source of bacteriocin-producing staphylococci that kill
human pathogens. FEMS Microbiology Ecology. Vol. 95(2), 1-10