Anda di halaman 1dari 6

1.

Judul: Analisa Sanitasi Pekerja, Udara Dan Ruangan


2. Tujuan (ada dimodul)
3. dasar teori
3.1 pengertian sanitasi
Sanitasi merupakan bagian dari ilmu Kesehatan lingkungan yang meliputi cara dan usaha
individua tau masyarakat untuk mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang
berbahaya bagi Kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia. Sanitasi
memegang peranann penting dalam berbagai industry termasuk industry pangan. Sanitasi pangan
menentukan seberapa higienis suatu produk yang dihasilkan. Sanitasi juga mendukung program
HACCP yang diterapkan pada industry pangan (Rianti dkk, 2018)
3.2 Bahan yang digunakan
3.2.1 NA dan PCA
Salah satu media yang menggunakan ekstrak daging dan protein sebagai sumber glukosa dan
asam amino serta paling umum digunakan untuk menumbuhkan Sebagian besar bakteri adalah
media NA (Nutrient agar) Media NA (nutriet agar) merupakan media yang berbentuk serbuk
berwarna kekuningan dan apabila setelah digunakan akan berbentuk padat karena terdapat
kandungan agar sebagai pemadatnya. Komposisi yang penting dalam media ini adalah karboidrat
dan protein yang terdapat pada ekstrak daging dan pepton sesuai dengan kebutuhan Sebagian
besar bakteri (Thohari dkk., 2019)
Media Plate count agar (PCA) merupakan media pertumbuhan yang biasanya digunakan untuk
pemeriksaan kualitas bahan makanan dan minuman. Komposisi media PCA berupa casein
enzymic hydrolysate yang menyediakan asam amino, nitrogen kompkeks, dan yeast extract yang
mensuplai vitamin B kompleks. Media PCA atau yang disebut standard methods agar (SMA)
adalah media yang pertama kali dikembaangkan atas permintaan dari American public health
association (APHA) (Angraeni dkk., 2021)
3.2.2 Hand sanitizer
Hand sanitizer merupakan zat antiseptic yang didalamnya terdapat alcohol dengan persentase 60-
95%. Menurut food and drug administration (FDA), hand sanitizer dapat menghilangkan kuman
kurang dari 30 detik. Alcohol yang terkandung pada hand sanitizer memiliki kemampuan
aktivitas bakterosida yang baik terhadap bakteri Gram positif dan Gram negative. Selain itu,
hand sanitizer juga mengandung bahan antibacterial seperti triclosan atau agen antimikroba lain
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada tangan seperti Escherichia coli dan
staphylococcus aureus (Rini dan Nugraheni, 2018)
Kandungan hand sanitizer umumnya yaitu Ethyl alcohol 62%, pelembut, dan pelembab.
Kandungan hand sanitizer selain alcohol dan pelembut, juga terdapat kandungan anti bakteri lain
seperti triclosan, gliserol, tannin, saponin dan agen antimikroba lainnya. Dalam hand sanitizer
terdapat kandungan bahan aktif seperti alcohol dengan efektivitas yang paling tinggi terhadap
virus, bakteri, dan jamur juga tidak menyebabkan resistensi pada bakteri (Setyowati dkk., 2022)
3.2.3 Sabun cair
Sabun merupakan senyawa kimia (Dwynda dkk., 2018) dari garam natrium atau kalium
(Jalaluddin, 2019) pada asam lemak yang berasal dari minyak nabati (Syafei, 2018) atau lemak
hewani (Retnowati, 2013). Sabun dapat berwujud padat atau cair yang dapat membersihkan kulit
dari kotoran, minyak dan bakteri. Sabun cair mampu mengemulsikan air, kotoran/minyak. Sabun
cair sangat efektif untuk mengangkat kotoran yang menempel pada permukaan kulit baik yang
larut air maupun larut lemak dan membersihkan bau pada kulit serta memberikan aroma yang
enak dicium (Stefanie dkk., 2017)
3.3 mikroorganisme kontaminan sanitasi
3.3.1 jenis mikroorganisme pada kulit manusia
Dalam keadaan normal kulit manusia senantiasa ditumbuhi sejumlah mikroorganisme yang
disebut “resident flora”. Beberapa mikroorganisme tumbuh pada kulit karena terkontaminan oleh
udara yang mengandung mikroorganisme dan sifatnya hanya untuk sementara waktu (transience
flora)
Jenis jenis bakteri dan jamur yang biasa terdapat pada kulit adalah:
1. Staphylococcus aureus dan sejenisnya: bakteri berbentuk bulat (coccus) dengan diameter 0,7 –
0,9 simbol mikron (mikron), gram positif, hidup dalam lingkungan pH 2,6-10, dan optimum pada
pH 6,8-8,2. Biasanya virulensinya ringan, tetapi jika kulit luka, busuk atau terkena iritasi, bakteri
ini dapat menyebabkan penanahan bahkan tumor. Jika mencapai aliran darah dapat menyebabkan
kerusakan organic
2. Streptococcus pyogenes dan S. haemolyticus: bakteri bulat, hidup baik dlam pH 5,5-8, dengan
virulensi yang bervariasi, mungkin tidak menimbulkan efek patologis, tetapi dapat menyebabkan
peradangan dan penanahan.
3. Bacillus subtilis: bakteri yang terdapat di udara, air, dan debu, tidak pathogen, dapat
menyebabkan degenerasi protein, tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Bakteri ini
membentuk spora dalam lemak, minyak, termasuk paraffin cair, dan dapat bertahan hingga dua
tahun.
4. Escherichia Coli: bakteri gram negative, berbentuk batang, medium utamanya adalah faces
manusia atau hewan, jarang yang pathogen
5. Bacterium Proteus vulgaris: baakteri gram negative, berbentuk batang, dapat memfermentasi
saccharose dengan membentuk gas dan asam dan dapat mengurai casein. Juga dapat
menyebabkan timbulnya bau busuk yang tidak sedap (Latifah dan Iswari, 2013)
Berdasarkan penelitian yang dilakakukan oleh Pratami dkk (2013) Bakteri yang ditemukan pada
tangan tenaga medis dan paramedis di unit perinatology RSUAM adalah staphylococcus
epidermis, staphylococcus saprophyticus, staphylococcus aureus, serratia liquefacients, serratia
marcescens, pseudomans aeugonisa, Enterobacter aerogenes, Citrobacter freundii, salmonella
sp, basillus cereus, dan neisserria mucosa.
3.3.2 Jenis mikroorganisme pada udara atau ruangan
Kelompok mikroorganisme yang paling banyak tersebar di uadar bebas adalah bakteri,
jamur (termasuk di dalamnya ragi) dan juga mikroalga. Mikroorganisme udara dapat dipelajari
dalam dua bagian, yaitu mikroorganisme udara di luar ruangan dan mikroorgansime udara
didalam ruangan. Mikroorganisme paling banyak ditemukan di dalam ruangan. Beberapa faktor
yang menentukan jumlah dan jenis mikroorganisme yang mendiami udara adalah sumber
mikroorganisme beruapa tanah, laut, atau doplet dari makhluk hidup termasuk manusia.
Jenis mikroorganisme yang paling umum mencemari udara diantaranya bakteri dan
jamur. Bakteri (basil) yang sering ditemukan pada udara berasal dari jenis basil gram positif
berspora maupun nonspora, basil gram negative dan kokus gram positif. Bakteri yang biasanya
terdapat dalam mulut dan tenggorokan orang normal seperti staphylococcus sp, streptococcus sp
ditemukan di uadar melalui batuk, bersin, dan berbicara. Beberapa jenis lain terdeteksi
mencemari udara lain: Pseudomonas sp, klebsiella sp, proteus sp, bacillus sp, dan golongan
jamur (Sa’diyah, 2021)
4. Metode penelitian
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
Dimodul
4.1.2 bahan
Dimodul
4.2 skema kerja dan fungsi perlakuan
4.2.1 sanitasi pekerja
a. skema kerja
b. fungsi perlakuan
Langkah awal sebelum memulai praktikum sanitasi pekerja adalah menyiapkan alat dan bahan
adapun alat yang digunakan adalah cawan petri, bunzen, incubator, dan coloni counter (untuk
pengamatan). Adapaun bahan yang digunakan adalah PCA (plate count agar), Na(nutrient agar),
aquades, hand sanitizer, dan sabun pencuci tangan. Hal ini bertujuan agar meminimalisir
kesalahan pada pelaksanaan praktikum. Praktikum dimulai dengan pembuatan media PCA. PCA
bubuk ditimbang menggunakan neraca analitik. Lalu dituangkan pada beaker glass dan
ditamabhkan dengan aquades. Penambahan aquades bertujuan untuk melarutkan PCA yang
sebelumnya dalam keadaan bubuk. Selanjutnya dipanaskan menggunakan hot and stirrer sembari
diaduk hingga homogen. Jika sudah sedikit mendidih dapat diangkat dan disimpan pada
Erlenmeyer. Lalau ditutup menggunakan kapas dan aluminium foil. PCA (plate count agar) yang
telah dibuat dituangkan pada cawan petri. PCA (plate count agar) ini sebagai media pertumbuhan
dari mikroorganisme. Tunggu hingga PCA memadat. Selanjutnya dilakukan perlakuan berbeda
pada setiap cawan petri. Hal ini bertujuan untuk melihat tingkat kebersihan tangan dari pekerja
pada perlakuan yang berbeda. Pada cawan petri pertama dilakukan perlakuan dengan tangan
yang dicuci memakai air mengalir. Hal ini bertujuan untuk melihat tingkat kebersihan tangan
pekerja jika hanya dicuci memakai air mengalir. Pada cawan petri kedua dilakukan perlakuan
dengan tanpa cuci tangan. Hal ini bertujuan untuk melihat tingkat kebersihan dari pekerja jika
tanpa cuci tangan. Pada cawan petri ketiga dilakukan perlakuan dengan memakai handsanitizer.
Hal ini bertujuan untuk melihat tingkat kebersihan tangan pekerja jika menggunakan
handsanitizer. Pada cawan petri keempat dilakukan perlakuan dengan memakai handwash. Hal
ini untuk mengetahui tingkat kebersihan tangan pekerja jika menggunakan handwash.
Selanjutnya cawan petri yang telah dilakukan perlakuan yang berbeda-beda di inkubasi selama
24 jam pada incubator. Hal ini dikarenakan waktu 24 jam merupakan waktu panen dimana waktu
tersebut telah berada pada fase logaritmik atau eksponensial yang jumlah selnya terbanyak yaitu
mencapai 10 sampai 15 milyar sel bakteri per mililiter. Setelah itu dilakukan pengamatan pada
mikroorgamisme. Hal ini untuk mengetahui mikroorganisme apa saja yang terdapat pada tangan
pekerja. Lalu dilakukan perhitungan jumlah koloni bakteri menggunakan coloni counter. Untuk
mengetahui jumlah koloni dan digunakan untuk menghitung densitas.
4.2.2 Sanitasi udara dan ruangan
a. skema kerja
b. fungsi perlakuan
Langkah awal sebelum memulai praktikum sanitasi udara dan ruangan adalah menyiapkan alat
dan bahan adapun alat yang digunakan adalah cawan petri, bunzen, incubator, dan coloni counter
(untuk pengamatan). Adapaun bahan yang digunakan adalah PCA (plate count agar), Na (nutrient
agar), aquades, hand sanitizer, dan sabun pencuci tangan. Selanjutnaya media NA (Nutrient agar)
yang telah dibuat dituangkan pada cawan petri dan didiamkan hingga memadat. Setelah media
memadat dilakukan perlakuan berbeda pada setiap cawan petri. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat kebersihan dari udara dan ruangan yang akan digunakan. Perlakuan pertaam
dilakukan pada laboratorium. Cawan petri dibiarkan terbuka pada laboratorium. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat kebersihan pada laboratorium. Perlakuan kedua dilakukan di kamar
mandi. Cawan petri dibiarkan terbuka didalam kamar mandi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat kebersihan dari kamar mandi. Masing masing cawan petri didiamkan selama 30 menit.
Pendiaman selama 30 menit ini sesuai dengan literatur yang ada dan nantinya akan dikaitkan
pada perhitungan densitas. Setelah 30 menit cawan petri ditutup kembali dan di inkubasi selama
24 jam menggunakan incubator. Hal ini dikarenakan waktu 24 jam merupakan waktu panen
dimana waktu tersebut telah berada pada fase logaritmik atau eksponensial yang jumlah selnya
terbanyak yaitu mencapai 10 sampai 15 milyar sel bakteri per mililiter. Setelah itu dilakukan
pengamatan pada cawan petri. Hal ini untuk mengetahui apa saja mikroorganisme yang ada.
Setelah diamati dilakukan perhitungan dengan coloni counter. Perhitungan ini dilakukan untuk
mengetahui jumlah koloni bakteri agar dapat dihitung densitasnya.
5. hasil pengamatan dan perhitungan
Diacc
6. pembahasan
6.1 sanitasi pekerja
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dengan 4 perlakuan berbeda. Pada perlakuan cuci
taangan menggunakan air mengalir didapatkan mikroorganisme yang tumbuh adalah bakteri
kapang, dan khamir dengan jumlah 1,09 x 104 CFU/m2. Sedangkan pada perlakuan mencuci
tangan dengan handwash didapatkan mikroorganisme yang tumbuh adalah bakteri, kapang, dan
khamir dengan jumlah yang tidak bisa untuk dihitung (kurang dari 30). Menurut Ruslan dkk
(2019) faktor yang dapat menurunkan jumlah koloni bakteri tangan diantaranya adalah
keberadaan flora normal, waktu mencuci tangan, mencuci tangan dengan air mengalir, dan
kandungan zat aktif pada antiseptik tangan. Hal ini menunjukkan perlakuan mencuci tangan
dengan handwash lebih baik karena dapat mengurangi mikroba yang ada pada tangan sesuai
dengan literatur menurut Burton dkk (2011) mencuci tangan dengan menggunakan air (tanpa
sabun) dapat mengurangi jumlah bakteri menjadi sebanyak 25% dan cuci tangan menggunakan
air dan sabun biasa dapat mengurangi jumlah bakteri menjadi 8% saja setelah dilakukannya cuci
tangan. Pada perlakuan tanpa cuci tangan didapatkan hasil mikroorganisme yang tumbuh adalah
bakteri, kapang, dan khamir dengan jumlah yang tidak bisa untuk dihitung (lebih dari 300).
Sedangkan pada perlakuan menggunakan handsanitizer didapatkan hasil mikroorganisme yang
tumbuh adalah bakteri, kapang dan khamir dengan jumlah yang tidak bisa untuk dihitung.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah koloni bakteri pada tangan adalah adanya kontak
dengan mikroba atau flora normal, waktu yang diperlukan pada saat perlakuan mencuci tangan
dan keringat berlebih pada tangan (Ruslan dkk., 2019).
Ruslan, H., L. Y. Budiarti., dan F. Heriyani. 2019. Perbedaan jumlah bakteri tangan pada siswa
sekolah dasar di sekitar bantaran sungai lulut Banjarmasin berdasarkan tehnik mencuci tangan.
Jurnal Homeostatis. 2(1): 179-184
6.2 Sanitasi udara dan ruangan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada perlakuan di Laboratorium dan kamar mandi
didapatkan hasil laboratorium dan kamar mandi yang terkontaminasi oleh bakteri. Dimana
jumlah koloni bakteri tidak bisa untuk dihitung. menurut tohari (2020) faktor-faktor yang
mendukung keberadaan bakteri diudara umumnya dapat dilihat dari lingkungan fisik, agent dan
host (penjamu). Faktor lingkungan seperti suhu juga mampu memberikan kondisi optimum bagi
bakteri dan kuman untuk melakukan pertumbuhan. Pada fase log kuman dan bakteri akan
berkembang biak dengan sangat cepat dan konstran mengikuti kurva logariktik apabila suhu dan
kelembaban udara sesuai. Ditambah dengan partikel debu di dalam ruangan yang secara mekanik
tidak mampu dicegah melalui penghawaan buatan dan sanitasi ruangan yang tidak sesuai.
7. penutup
7.1 kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini sebagai berikut:
Setelah dilakukannya praktikum sanitasi pada tangan, udara, dan ruangan menunjukkan
perbedaan jumlah mikroba pada setiap perlakuan. Dimana 5 diantaranya tidak bisa untuk
dihitung densitasnya sedangkan sisanya menghasilkan densitas sebesar 1,09 x 104 cfu m2
Setelah dilakukannya praktikum sanitasi pada tangan, udara, dan ruangan menunjukkan
perbedaan jumlah mikroba pada setiap perlakuan. Pada perlakuan tangan pekerja menunjukkan
pada pekerja dengan perlakuan tanpa cuci tangan dan menggunakan handsanitizer, dihasilkan
mikroba tidak bisa untuk dihitung (TBUD) dengan jumlah mikroba lebih dari 300, sedangkan
pada perlakuan mencuci tangan menggunakan air mengalir menghasilkan mikroba 1,09 x 10-4
cfu M2. Pada perlakuan mencuci tangan menggunakan handwash dihasilkan jumlah mikroba
tidak bisa untuk dihitung (TBUD) dengan jumlah mikroba kurang dari 30. Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa alternativ yang dapat dilakukan adalah dengan mencuci tangan
menggunakan handwash.
7.2 Saran
Adapun saran pada praktikum ini sebagai berikut:
Sebaiknya dilakukan kembali percobaan sanitasi pada tangan pekerja dengan lebih lengkap lagi
yaitu menggunakan tangan kanan dan tangan kiri sebagai objeknya

Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil tingkat kebersihan tangan pekerja
masih kurang, jika ditinjau dari jumlah mikroba yang dihasilkan dari setiap perlakuan maka
alternativ yang dapat dilakukan adalah dengan mencuci tangan dengan handwash.

Anda mungkin juga menyukai