Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI

IDENTIFIKASI FUNGI KONTAMINAN PADA PANGAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : Gustin Ahmad

NIM : B1D120151

KELAS : 2020C

KELOMPOK : 2 (DUA)

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Identifikasi fungi kontaminan pada pangan

Nama : Gustin Ahmad

NIM : B1D120151

Kelompok : 2 (Dua)

Rekan Kerja : 1. Venna Melinda 4. Dila Safutri

2. Hersa Armelya 5. Dini Alvionita R

3. Dwi Alfira

Penilaian :

Makassar, 11 November 2022

Asisten Praktikan

Habibah Gali, S.Tr.Kes Gustin Ahmad


NIM : B1D120151

Dosen Pembimbing

Nirmawati Angria S.Si. M.kes


NIDN : 091 8068 702
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada

manusia. Jamur merupakan makhluk hidup kosmopolitan yang tumbuh di mana

saja dekat dengan kehidupan manusia, baik di udara, tanah, air, pakaian,

bahkan di tubuh manusia sendiri. Jamur bisa menyebabkan penyakit yang

cukup parah bagi manusia. Penyakit yang disebabkan oleh jamur berasal dari

makanan yang kita makan sehari-hari. (Sulastina. 2020)

Peranan jamur dalam kehidupan manusia sudah dikenal sejak dahulu,

karena jamur hidupnya kosmopolitan sehingga banyak terdapat pada macam-

macam benda yang berhubungan dengan manusia seperti makanan, pakaian,

rumah dan perabotannya dapat ditumbuhi jamur. Hal tersebut berlaku pula

pada tumbuhan dan binatang peliharaan. (Suryani,dkk 2020)

Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis, dengan kelembapan

berkisar antara 70-90% dan temperatur rata-rata 300C. Faktor-faktor tersebut

sangat optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur. Di negara-negara

tropis, kontaminasi makanan oleh jamur merupakan masalah yang sulit diatasi.

Jamur yang tumbuh pada makanan tersebut dapat memproduksi dan

mengakumulasikan mikotoksin yang sangat berbahaya bagi hewan maupun

manusia. (Suryani,dkk 2020)

Dengan sifat jamur yang tidak mempunyai klorofil, maka cara untuk

mempertahankan hidupnya dengan memanfaatkan zat-zat yang sudah ada yang


berasal oleh organisme lain, maka jamur disebut sebagai organisme yang

heterotrop. Kalau zat organik yang diperlukan jamur itu zat yang sudah tidak

dibutuhkan lagi oleh pemiliknya maka jamur semacam itu disebut saproba.

Kalau jamur itu hidup pada jasad-jasad lain yang masih hidup sehingga

akibatnya merugikan, maka jamur itu disebut parasit. (Suryani,dkk 2020)

Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi

kelangsungan hidup manusia, sehingga pangan dapat disebut sebagai hak asasi

atas hidup manusia Kebutuhan manusia akan pangan menjadi prioritas utama

yang pemenuhannya tidak dapat ditunda. (Sulastina. 2020)

B. Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui cara mengidentifikasi jamur secara makroskopik,

mikroskopik langsung dan mikroskopik tidak langsung pada sampel pangan

(Ikan)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Mikologi adalah ilmu yang mempelajari jamur, berasal dari kata: mykes =

jamur; logos = ilmu (bahasa Yunani). Perintis ilmu jamur adalah Pier Antonio

Micheli, seorang ahli tumbuhan berbangsa Italia yang mempelajari jamur dan

mempublikasikan bukunya berjudul Nova Plantarum Genera pada tahun 1729.

Penggunaan istilah umum jamur mencakup semua bentuk yang kecil maupun

besar yang disebut kapang, cendawan, lapuk, kulat dan lain-lain. Dengan

demikian jamur itu merupakan nama taksonomi seperti halnya dengan bakteri,

ganggang, lumut-lumutan, dan paku-pakuan. (Suryani,dkk 2020)

Jamur adalah suatu tumbuhan yang sangat sederhana, berinti, berspora,

tidak berklorofil, berupa sel atau benang bercabang-cabang dengan dinding dari

selulosa atau khitin atau keduanya dan umumnya berkembang biak secara seksual

dan aseksual. (Suryani,dkk 2020)

Jamur terbagi dalam dua golongan yaitu jamur yang uniseluler disebut

khamir; contoh Saccharomyces cerevisiae dan yang multiselluler disebut kapang;

contoh Aspergillus fumigatus. Jamur juga terbagi dalam dua golongan

berdasarkan ukuran yaitu mikrofungi merupakan jamur yang strukturnya hanya

dapat dilihat dengan mikroskop dan makrofungi yaitu jamur yang membentuk

tubuh buah yang terbagi lagi dalam dua golongan yaitu jamur-jamur yang dapat

dimakan atau disebut Edible mushroom; contoh Pleurotus ostreatus (jamur tiram),

Auricularia auricular (jamur kuping), dan lain-lain, dan jamur-jamur beracun;

contoh Amanita palloides, Rusula emetika, dan lain-lain. (Suryani,dkk. 2020)


Badan vegetatif fungi yang tersusun dari filamen-filamen disebut thallus,

yang pada dasarnya terdiri atas dua bagian yaitu miselium dan spora. Miselium

merupakan kumpulan beberapa filamen yang disebut sebagai hifa. Bagian

terpenting dari fungi adalah hifa, karena hifa berfungsi menyerap nutrien dari

lingkungan serta membentuk struktur untuk reproduksi. Hifa merupakan struktur

fungus berbentuk tabung menyerupai seuntai benang panjang yang terbentuk dari

pertumbuhan spora atau konidia. Hifa yang sudah bisa bereproduksi mempunyai

ukuran tebal berkisar 100-150 µm. Hifa dewasa mempunyai tambahan bahan pada

dinding selnya, yaitu melanin dan lipid. (Hapsari. 2014)

Pertumbuhan jamur pada umumnya dapat terlihat berwarna putih, tetapi

ketika menghasilkan spora maka akan membentuk warna yang berbeda tergantung

pada jenis jamur yang tumbuh. Karakteristik jamur baik secara makroskopis

ataupun mikroskopis dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan

mengklasifikasikan jamur mikroskopis. Salah satu ciri yang membedakan jamur

adalah pembentukan filamen-filamen yang disebut hifa yang terdiri dari satu sel

panjang. Hifa berperan dalam penyerapan nutrisi dari lingkungannya dan berperan

dalam bereproduksi dengan membentuk hifa reproduksi yang mengandung spora.

Hifa memiliki dinding sel yang terbuat dari selulosa dan polisakarida. Kumpulan

dari hifa disebut miselium. Jamur yang tidak memproduksi hifa disebut khamir,

yang bersifat uniseluler dan membentuk koloni seperti bakteri. Hifa mempunyai

diameter antara 5-10 mm.(Pujayanti. 2016)

Berdasarkan fungsinya dibedakan dua macam hifa, yaitu hifa fertil dan

hifa vegetatif. Hifa fertil adalah hifa yang dapat membentuk sel reproduksi atau
spora. Apabila hifa tersebut arah pertumbuhannya keluar dari media disebut hifa

udara. Hifa vegetatif adalah hifa yang berfungsi untuk menyerap makanan dari

substrat. Berdasarkan bentuknya dibedakan lagi menjadi dua macam hifa, yaitu

hifa tidak bersepta dan hifa bersepta. Hifa yang tidak bersepta merupakan ciri

fungi yang termasuk phycomycetes (fungi tingkat rendah). Hifa ini merupakan sel

yang memanjang, bercabang, terdiri dari sitoplasma dengan banyak inti

(senositik). Hifa yang bersepta merupakan ciri dari fungi tingkat tinggi atau yang

termasuk Eumycetes. (Hapsari. 2014)

Jamur hidup kosmopolitan (tanah, air, udara, benda-benda, makanan, dan

lain-lain). Bahan isolasi jamur bertgantung kebutuhan. Jadi dapat berupa padat

atau cairan. Media yang digunakan untuk pertumbuhan jamur umumnya adalah

PDA (Patato Dekstrose Agar) dan Sabouraud Agar (untuk jamur pathogen).

(Suryani,dkk. 2020)

spora jamur memiliki berbagai bentuk dan ukuran, dan dapat dihasilkan secara

seksual maupun aseksual. Umumnya spora dapat bersifat uniseluler namun ada

juga yang multiseluler. Ketika kondisi lingkungan sesuai, jamur mampu

memperbanyak diri dengan memproduksi spora secara aseksual. Ketika spora

tersebut tersebar dengan bantuan angin, air, ataupun makhluk hidup, spora-spora

tersebut akan berkecambah bila berada pada tempat yang lembap dan kondisi

lingkungan yang sesuai. Daur reproduksi seksual dan aseksual pada jamur,

(Helena. 2022)

Reproduksi pada jamur secara aseksual berlangsung secara fragmentasi,

cara pembelahan, pembentukan kuncup atau pembentukan spora. Secara seksual


berlangsung dengan adanya peleburan nukleus dari dua sel induk. Pada proses

pembelahan, sel akan membelah diri membentuk dua sel anakan yang mirip.

pembentukan kuncup suatu sel anak tumbuh dari penonjolan pada induknya.

Spora aseksual mampu menghasilkan dan menyebarkan jamur dalam jumlah

besar.

Terdapat 5 jenis bentuk spora aseksual yakni: (Helena. 2022)

1. Konidiospora atau Konidia Konidiospora atau konidia adalah spora yang

dibuat di ujung atau di sisi hifa, Konidia berukuran kecil dan uniseluler

dinamakan mikrokonidia, sedangkan konidia yang berukuran lebih besar

dan multiseluler disebut makrokonidia.

2. Sporangiospora Sporangiospora adalah spora uniseluler yang terbentuk

dalam kantung spora yang disebut sporangium, dan jika kantung spora

terbentuk diujung hifa secara khusus disebut sporangiofora.

3. Arthrospora Arthrospora adalah spora uniseluler yang terbentuk karena

adanya segmentasi pada bagian ujung hifa kemudian membulat dan

akhirnya melepaskan diri sebagai spora.

4. Klamidospora Klamidospora merupakan spora yang berdinding tebal dan

sangat tahan terhadap lingkungan yang buruk dan akan terbentuk pada sel-

sel hifa vegetatif.

5. Blastospora Blastospora merupakan spora dari tunas pada miselium yang

kemudian tumbuh menjadi spora, juga dapat ditemukan pada pertunasan

sel-sel khamir.
Spora seksual dihasilkan dari peleburan dua nukleus. Ada beberapa spora seksual

yaitu:

1. Askospora adalah spora uniseluler yang dibentuk dalam pundi atau

kantung yang disebut askus. Umumnya dapat ditemukan delapan

askospora setiap askus.

2. Basidiospora adalah spora uniseluler yang dibentuk di atas struktur

berbentuk gada yang disebut basidium.

3. Zigospora adalah spora berukuran besar dan berdinding tebal yang

terbentuk jika ujung kedua hifa yang secara seksual sesuai, dinamakan

gametangia.

4. Oospora adalah spora yang dibentuk dalam gamet betina yang dinamakan

oogonium dan spora gamet jantan dibentuk dalam anteridium akan

memproduksi oospora yang nantinya membuahi sel telur atau oosfer .

(Helena. 2022)
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu Dan Tempat

1. Waktu

a. Pemeriksaan Mikroskopik Langsung

Hari : Kamis

Tanggal : 03 November – 10 November 2022

Pukul : 13.00-16.00 WITA

b. Kultur

Hari : Kamis

Tanggal : 03 November – 10 November 2022

Pukul : 13.00-16.00 WITA

c. Pemeriksaan Mikroskopik Tidak Langsung

Hari : Jumat

Tanggal : 11 November 2022

Pukul : 13.00 – 16.00 WITA

2. Tempat

Adapun tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah

Laboratorium Mikrobiologi Universitas Megarezky DIV Teknologi

Laboratorium Medis, lantai 1 Gedung D, Universitas Megarezky

Makassar.
B. Alat Dan Bahan

1. Alat

a. Mikroskop

b. Autoklaf

c. Cawan petri

d. Etlenmeyer

e. Kaki tiga

f. Timbangan neraca analitik

g. Bunsen

h. Gegep kayu

i. Ose bulat

2. Bahan

a. Objeck glass

b. Deck glass

c. Kertas bekas

d. Sampel ikan

e. Lacthophenol cotton bluee

C. Prosedur Kerja

1. Sterilisasi Alat

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b. Dibungkus cawan petri dan Erlenmeyer menggunakan kertas

c. Dimasukan kedalam autoklaf

d. Dinyalakan autoklaf dengan suhu 121ᵒC selama 15 menit


e. Dikeluarkan alat dari autoklaf

2. Pembuatan Media

a. Ditimbang media SDA padatan sebanyaik 23,4 gram

b. Dimasukan ke dalam erlnmeyer

c. Ditambahkan aquades sebanyak 360 ml

d. Di panaskan di atas api Bunsen hingga jernih

e. Disiapkan cawan petri

f. Dituang media SDA cair ke dalam cawan petri sebanyak 20 ml

g. Didiamkan hingga media padat, setelah itu tutup cawan petri

h. Diinkubasi pada suhu 37ᵒC selama 24-48 jam

3. Mikroskopik langsung

a. Disiapkan alat bahan yang akan di gunakan

b. Ditetesi KOH 10% di atas objeck glass sebanyak 1-2 tetes

c. Diambil koloni jamur menggunakan ose bulat

d. Di letakkan di atas objeck glaas yang telah di tetesi KOH 10%

e. Ditutup dengan deck glass

f. Diamati di bawah mikroskop pada perbesaran 10-40x

4. Pengamatan secara makroskopik

a. Diambil koloni jamur pada wortel menggunakan ose bulat

b. Dilakukan penggoresan pada media SDA

c. Di simpan media SDA selama 5-7 hari

d. Diambil media SDA yang telah di simpan selama 5-7 hari

e. Diamati pertumbuhan, jenis, bentuk, bau dan warna pada media


5. Mikroskopi tidak langsung

a. Difiksasi objeck glass dan deck glass pada api Bunsen

b. Ditetesi larutan lacthophenol cotton blue pada objeck glass 1-2 tetes

c. Diambil koloni jamur menggunakan ose

d. Di letakkan koloni jamur pada objeck glass yang telah di tetesi larutan

lacthophenol cotton bluee

e. Dihomogenkan hingga tercampur merata

f. Ditutup menggunakan deck glass

g. Diamati di bawah mikroskop pada perbesaran 10-40x


BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN

A. Hasil

N Sampel Hasil pengamatan Keterangan


O Makroskopik Mikroskopik

1. Ikan
(Hitam)

Berbau Koloni Kepala Stipes


pengap berbentuk Konidia konidiofor
seperti bau bulat terbagi berwarna berdinding
khas jamur, beberapa coklat halus,
Aspergillus
pertumbuha kolom, tua, hialin atau
Niger Van
nya berwarna memanca berubah-
Tieghem
menyebar coklat tua r dan ubah
berwarna seiring biseriate menjadi
putih & bertambah dengan gelap
hitam, usianya. metula. kearah
berbentuk vesikel.
bulat dan Konidia
berkoloni berbentuk
globose
sampai
subglobose
coklat tua
sampai
hitam dan
berdinding
kasar

Ikan
2. (hijau
mint) Koloni Aspergillus
Berbau berbentuk Kepala Stipes Niger Van
pengap bulat terbagi Konidia konidiofor Tieghem
seperti bauk beberapa berwarna berdinding
has jamur , kolom, coklat halus,
pertumbuha berwarna tua, hialin atau
n menyebar coklat tua memanca berubah-
berwarna seiring r dan ubah
Hijau bertambah biseriate menjadi
berbintik usianya dengan gelap
putih, metula kearah
berbentuk vesikel.
bulat dan Konidia
berkoloni berbentuk
globose
sampai
subglobose
coklat tua
sampai
hitam dan
berdinding
kasar
3 Ikan
(Hijau
botol ) Kepala
Berbau ikan Koloni Konidia Stipes
asin , berbentuk berwarna konidiofor Aspergillus
pertumbuha bulat terbagi coklat berdinding Niger Van
n menyebar beberapa tua, halus, Tieghem
berwarna kolom, memanca hialin atau
hijau gelap, berwarna r dan berubah-
berbentuk coklat tua biseriate ubah
bulat dan seiring dengan menjadi
berkoloni bertambah metula gelap
usianya. kearah
vesikel.
Konidia
berbentuk
globose
sampai
subglobose
coklat tua
sampai
hitam dan
berdinding
kasar
B. Gambar Pengamatan

Gambar : plate hitam, kuning dan hijau. Pengamatan mikroskopik secara langsung

Gambar : plate hitam, kuning dan hijau. Pengamatan makrokopik

Gambar : Plate hitam, kuning dan hijau. Pengamatan mikroskopis tidak langsung
C. Pembahasan

Pada praktikum Mikologi kali ini, kami melakukan pemeriksaan

identifikasi jamur kontaminan pada bahan pangan. yang dilakukan di

laboratorium mikrobiologi lantai 1 Universitas Megarezky prodi D-IV

Teknologi Laboratorium Medik. Tujuan dilakukan untuk mengidentifikasi

bentuk dan jenis fungi yang telah terkontamiasi pada pangan.

Pada praktikum kali ini kami menggunakan 3 tahap pemeriksaan,

pemeriksaan mikroskopik langsung, pemeriksaan kultur (makroskopik) dan

pemeriksaan mikroskopik tidak langsung dengan larutan Lactophenol Cotton

Blue (LBC).

Pada praktikum ini kami menggunakan sampel ikan yang berjamur.

Karena sampel ini mudah untuk kita jamurkan disuhu ruangan sehingga

mudah untuk kita amati jenis jamur apa yang terdapat pada sampel ikan

tersebut. Media yang di gunakan pada praktikum ini yaitu media SDA

(Sabouraud Dextrose Agar). Dimana media ini adalah media selektif untuk

pertumbuhan jamur.

Pemeriksaan pertama yang dilakukan adalah mikroskopik langsung

dengan cara pertama, di tetesi KOH 10% untuk melisiskan epitel pada sampel

ikan goreng. Lalu diambil 1-2 ose sampel ikan goreng pada bagian yang

berjamur, lalu di suspensi di atas objek glass fungsinya agar sampel dan KOH

tercampur rata dan kemudian ditutup menggunakan deck glass. Selanjutnya di

fiksasi diatas api bunsen fungsinya untuk merekatkan KOH dan sampel yang
sudah kita suspensi di atas objek glass. Dan terakhir kita amati dimikrosop

dengan perbesaran 10x dan 40x.

Pemeriksaan kedua yang dilakukan ialah mikroskopik dengan

mengidentifikasi kultur jamur yang dilakukan dengan cara pertama, disebar

jamur dengan metode gores pada media secara merata lalu inkubasi 25°-

30°C(suhu ruangan) selama 5-7 hari agar koloni tumbuh pada media. Lalu

diamati secara makroskopik dimana kita amati bagaimana warna, bentuk, dan

baunya.

Adapun cara kerja metode mikroskopik tidak langsung itu hampir

miripdengan metode langsung hanya saja yg membedakan adalah reagen yang

digunakan. Pertama bersihkan objek glass dan deck glass menggunakan

aquadest fungsinya agar tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme lain lalu

tetesi Lactophenol Cotton Blue sebanyak 1-2 tetes fungsi reagen ini adalah

sebagai pewarnaan untuk jamur. Lalu ambil 1-2 ose koloni dari media yang

sudah kita inkubasi selama 5-7 hari dan homogenkan. Kemudian ditutup

menggunakan deck glass. Selanjutkan difiksasi diatas bunsen fungsinya untuk

merekatkan Lactophenol Cotton Blue dan sampel yang sudah kita

suspensidiatas objek glass. Terakhir kita amati dimikroskop dengan

perbesaran 10x dan40x.

Berdasarkan hasil yang didapatkan pada metode mikroskopis langsung

adalah pada sampel ikan goreng pada plate 1,2 dan 3 di dapatkan hasil

Aspergillus Niger Van Tieghem. Aspergilus niger merupakan salah satu

spesies yang paling umum dan mudah diidentifikasi dari genus Aspergillus,
Family Moniliacea, Ordo Monoliales dan Kelas Imperfecti. Aspergillus niger

memiliki bulu dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora

tebal berwarna coklat gelap sampai hitam dan mempunyai hifa yang bersekat.

Berdasarkan hasil yang didapatkan pada metode makroskopik kultur pada

plate 1 dari segi warna yaitu berwarna hitam, dari segi bentuk koloninya

didapatkan bersifat menyebar , dan sedangkan dari segi bau yaitu seperti bau

pengap seperti bau khas jamur. Pada plate 2 segi warna yaitu berwarna hijau

botol , dari segi bentuk koloninya bulat berkoloni , dan sedangkan dari segi

bau yaitu seperti bau ikan asin. Pada plate 3 segi warna yaitu berwarna hijau

mint, dari segi bentuk koloninya bulat berkoloni, dan sedangkan dari segi bau

yaitu seperti bau pengap seperti bau khas jamur.

Berdasarkan hasil yang didapatkan pada metode mikroskopik tidak

langsung pada sampel ikan goreng adalah Aspergillus Niger Van Tieghem. A.

niger adalah salah satu spesies yang paling umum dan mudah diidentifikasi

dari genus Aspergillus, dengan matras putih hingga kuning yang kemudian

mengandung konidia hitam. Spesies ini sangat umum ditemukan pada

aspergiloma dan merupakan agen otomikosis yang paling sering dijumpai. Ini

juga merupakan kontaminan laboratorium yang umum.

koloni terdiri dari basal padat berwarna putih atau kuning yang dilapisi

oleh lapisan padat kepala konidia berwarna coklat tua hingga hitam. Kepala

konidial berukuran besar (berdiameter hingga 3 mm kali 15 hingga 20 μm),

bulat, coklat tua, menjadi memancar dan cenderung terpecah menjadi

beberapa kolom lepas seiring bertambahnya usia. Stipe konidiofor berdinding


halus, hialin atau berubah menjadi gelap menuju vesikel. Kepala konidial

adalah biseriate dengan phialides ditanggung coklat, sering septate metulae.

Konidia berbentuk bulat hingga subglobosa (berdiameter 3,5-5 um), berwarna

coklat tua hingga hitam dan berdinding kasar


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari praktikum yang di lakukan identifikasi fungi kontaminan pada

pangan menggunakan sampel ikan goreng , yang menggunakan tiga metode

yaitu metode mikroskopis secara langsung, makrokopis dan mikroskopis

secara tidak langsung. Di dapatkan hasil pengamatan Aspergillus Niger Van

Tieghem

B. Saran

Berhatil-hatilah dalam bekerja. Gunakan selalu APD yang lengkap seperti

sarung tangan dan masker untuk menghindari kontak kulit langsung dengan

jamur .Kemudian setelah pekerjaan selesai jangan lupa untuk mencuci tangan

dengan sabun lalu dengan antiseptik untuk meminimalisir jumlah kuman

yang menempel di tangan kita.


DAFTAR PUTAKA

Halena. P .2022. Identifikasi Jamur Mikroskopis Pembusukan Buah-Buahan

Dalam Bentuk Preparat Sebagai Bahan Ajaran Mikologi. Jambi.

Program Studi Pendidikan Biologi

Hapsari. A.,2014. Isolasi Dan Identifikasi Fungi Pada Ikan Maskoki (Carassius
auratus) Di Bursa Ikan Hias Gunung Sari Surabaya, Jawa Timur.
Budidaya Perairan Sidoarjo Jawa Timur : Universitas Airlangga.
Pujayanti. V. I. 2016. Identifikasi Jamur Aspergillus Niger Pada Kemiri.
Jombang. Karya Tulis Ilmiah Analis Kesehatan, Insan Cendikia
Medika.
Sulastina. N.A. 2020. Analisis Jamur Kontaminan Pada Roti Tawar Yang Di Jual
Dipasar Tradisional. Palembang Analis Kesehatan Volume 5, Nomor 1,
Februari 2020
Suryani. Y., dkk. 2020. MIKOLOGI. Padang : PT Freeline Cipta Granesi.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai