Oleh :
Ayu Permata Dewi – 180106015
Dosen Pengampu :
apt. Fauzia Ningrum Syaputri, M. Farm
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Menentukan rancangan formula sediaan masker gel peel-off ekstrak etanol 96% kacang
hijau dan minyak zaitun.
2. Bagaimana uji evaluasi sediaan masker gel peel-off ekstrak etanol 96% kacang hijau dan
minyak zaitun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Sumber : https://balitkabi.litbang.pertanian.go.id)
Tanaman kacang hijau memilik batang tegak dengan ketinggian sangat bervariasi,
antara 30-60 cm tergantung varietasnya,pada cabang kacang hijau menyamping pada
batang utama terbentuk bulat dan berbulu, warna batang, cabangnya ada yang berwarna
hijau dan ungu,biji kacang hijau merupakan lebih kecil dibanding biji kacang-kacangan
lain. Biji kacang hijau terdiri dari tiga bagian utama yaitu kulit biji (10%), kotiledon
(88%) dan lembaga (2%). Bagian kulit biji kacang hijau mengadung mineral antara lain
fosfor (P), kalsium (Ca), dan besi (Fe). Kotiledonbanyak mengandung pati dan serat,
sedangkan lembaga merupakan sumber protein dan lemak (Purnomo, 2006).
Tanaman kacang hijau berakar tunggang dengan akar cabang pada permukaan dan
bunga kacang hijau berwarna kuning tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta
batang dan dapat menyerbuk sendiri (Tjitrosoepomo, 2000; Irawan, 2001).
Biji kacang hijau memiliki potensi antioksidan yang cukup kuat dan kaya akan
senyawa flavonoid. Biji kacang hijau memiliki kandungan utama flavonoid vitexin
sebagai senyawa utama. Ekstraksi biji kacang hijau menggunakan air maupun etanol
menghasilkan ekstrak dengan potensi antioksidan yang besar. Potensi antioksidan dari
ekstrak air dan etanol biji juga memiliki korelasi positif dengan kadar flavonoid total
(Fakhrudin, 2020).
2.1.2. Minyak Zaitun
Kedudukan tanaman zaitun dalam taksonomi diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionata
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subklas : Asteridae
Famili : Oleaceae
Genus : Olea
Spesies : Olea europaea L. (Johnson, 1957).
Olea europaea L. memiliki pohon dengan tinggi mencapai 3-15 m. Pohon zaitun
merupakan pohon yang berumur panjang untuk masa yang lebih dari seratus tahun
bahkan ribuan tahun. Batang mempunyai jenis kambium dan xylem dengan trakea atau
tanpa trakea. Batang bisa dengan serat maupun tidak. Batang kayu parenkim kadang-
kadang paratrakeal (tipikal) ataupun potrakeal (Johnson, 1957).
Daun tunggal, berbentuk elips. Panjang daun 20-90 mm x 7-15 mm, ujung runcing,
tepi rata, permukaan atas licin warna hijau keabu-abuan, permukaan bawah warna kuning
keemasan (Fehri, 1996). Bunga kecil-kecil berwarna putih atau krem, panjang bunga 6-10
mm. Bunga berkembang pada bulan Oktober sampai Maret. Buahnya ovoid, kecil
berwarna hijau muda dengan bercak putih, berubah warna menjadi ungu gelap ketika
buah matang, dengan diameter 10mm, berbentuk tajam (Fehri, 1996).
Dalam bentuk buah, zaitun muda yang berwarna hijau kekuningan kerap disantap
begitu saja atau sebagai penambah rasa. Zaitun matang berwarna ungu kehitaman
biasanya dibuat acar atau diperas diambil minyaknya. Buah zaitun matang mengandung
80 persen air, 15 persen minyak, serta 1 persen protein, karbohidrat, dan serat. Untuk
menghasilkan buah dan berproduksi secara penuh, pohon zaitun harus berumur 15-20
tahun (Rahmawati, 2007).
Minyak zaitun sangat kompatibel dengan pH kulit, kaya akan vitamin dan zat-zat
bernutrisi lainnya yang melembutkan dan melindungi. Hal ini disebabkan oleh komposisi
minyak zaitun yang sebagian besar asam lemak tak jenuh (oleat, linoleat, dan asam
linolenat), mikronutrien vitamin (A, E, dan ß-karoten) dan antioksidan fenolik, yaitu
hydroxytyrosol, tyrosol, oleuropein, ignin, serta squalene. Aktivitas antioksidan vitamin
E dari minyak zaitun mencegah iritasi kulit dan penuaan, sementara sifat regenerasi
vitamin A nya melindungi kulit dari penuaan dan menjaga kelembutan, kehalusan,
ketegasan, dan elastisitasnya (Owen, dkk., 2000; Mulyawan dan Suriana, 2013; Smaoui,
2012; Mondal, dkk., 2015).
2.5.2. Uji pH
Dilakukan dengan menggunakan pH meter yang dicelupkan ke dalam sampel
yang telah dilarutkan dengan aquadestilata. Setelah tercelup dengan sempurna, pH meter
akan mengeluarkan angka sesuai pH pada sediaan. Pengukuran PH dilakukan pada hari
ke-1, hari ke-7, hari ke-14, hari ke-21 dan hari ke-28 selama penyimpanan.
Syarat : 4,5-6,5 (Husni dan Masliana, 2019).
Masker peel-off biasanya dalam bentuk gel atau pasta, yang dioleskan ke kulit
muka. Setelah alkohol yang terkandung dalam masker menguap, terbentuklah lapisan
film yang tipis dan transparan pada kulit muka. Setelah berkontak selama 15-30 menit,
lapisan tersebut diangkat dari permukaan kulit dengan cara dikelupas. Masker peel-off
memiliki beberapa manfaat diantaranya mampu merilekskan otot-otot wajah,
membersihkan, menyegarkan, melembabkan, dan melembutkan kulit wajah (Ralph,
1973). Mekanisme kerja masker wajah adalah menyebabkan suhu kulit wajah meningkat,
sehingga peredaran darah menjadi lebih lancar dan pengahantaran zat-zat gizi ke lapisan
permukaan kulit dipercepat, sehingga kulit muka terlihat menjadi lebih segar (Tranggono
dn Latifah, 2007). Alasan pemilihan tipe masker gel peel-off adalah masker dapat
digunakan langsung pada kulit wajah dengan cara mengoleskannya secara merata dan
dapat dibersihkan dengan cara melepaskan lapisan film dari kulit wajah sehingga lebih
praktis dalam pemakaian dan cocok untuk pemakai dengan tingkat mobilitas tinggi
(Mitsui, 1997; Tresna, 2010). Sediaan dalam bentuk masker gel peel off memiliki
keuntungan, yaitu mudah mengering dengan membentuk lapisan film yang mudah dicuci,
dan memberikan rasa dingin dikulit (Lachman dkk., 1986).
Zat aktif yang digunakan terdapat dua macam, yaitu kacang hijau dan minyak
zaitun. Kandungan antioksidan yang tinggi pada kacang hijau adalah berpotensi
diformulasikan menjadi masker gel peel-off untuk melindungi kulit kita dari radiasi UV
kebaruan penelitian untuk mengembangkan formula baru masker gel peel-off yang
mengandung ekstrak kacang hijau. Pemakaian masker tidak hanya memiliki banyak
manfaat menyegarkan, memperbaiki dan mengencangkan kulit wajah tetapi juga
meningkatkan sirkulasi darah, merangsang aktivitas sel kulit, mengangkat sel kulit mati,
melembutkan kulit, dan memberi nutrisi pada kulit (Yadav and Yadav, 2015). Masker gel
peel off bisa langsung dilepas tanpa dibilas setelah masker kering jadi bisa mengangkat
sel kulit mati (Beringhs et al, 2013).
Masker wajah peel off merupakan salah satu jenis masker wajah yang mempunyai
keunggulan dalam penggunaanya yaitu dapat dengan mudah dilepas atau diangkat seperti
membran elastis (Rahmawanty dkk., 2015). Masker wajah peel off dapat meningkatkan
hidrasi pada kulit kemunkinan karena adanya oklusi (Velasco et al., 2014). Penggunaan
masker wajah peel off bermanfaat untuk memperbaiki serta merawat kulit wajah dari
masalah keriput, penuaan, jerawat dan dapat juga digunakan untuk mengecilkan pori
(Grace et al., 2015). Selain itu, masker peel off juga dapat digunakan untuk
membersihkan serta melembabkan kulit. Kosmetik wajah dalam bentuk masker peel off
bermanfaat dalam merelaksasi otot-otot wajah, sebagai pembersih, penyegar, pelembab
dan pelembut bagi kulit wajah (Vieira et al., 2009).
Minyak zaitun memiliki kandungan vitamin E mencapai 14 mg/100 g. Vitamin E
merupakan antioksidan alami yang mampu menangkal radikal bebas atau oksidasi di
dalam tubuh yang merupakan penyebab kerusakan sel, sehingga kandungan ini efektif
untuk mencegah penuaan dini (Maspiyah, 2009). Minyak zaitun banyak digunakan
sebagai bahan dalam berbagai jenis kosmetik karena diyakini berkhasiat untuk menjaga
kelembapan dan kelembutan kulit, sehingga kulit tetap awet muda (Mulyawan dan
Suryana, 2013).
Selain itu ditambahkan beberapa zat tambahan, yaitu polyvinyl alcohol,
hydroxypropyl metylcellulose, gliserin, kalium sorbat, alfatokoferol dan aquadest.
Penambahan PVA berperan dalam memberikan efek peel off karena memiliki sifat
adhesive sehingga dapat memebentuk lapisan film yang mudah dikelupas setelah kering
(Brick et al., 2014). Konsentrasi PVA merupakan faktor terpenting yang berpengaruh
terhadap kinerja pembentukan film dalam masker wajah peel off (Beringhs et al., 2013).
Selanjutnya, ditambahkannya hydroxypropyl methylcellulose. Pembahan zat ini bukan
tak beralasan. Basis gel HPMC merupakan gelling agent yang sering digunakan dalam
produksi kosmetik dan obat, karena dapat menghasilkan gel yang bening, mudah larut
dalam air, dan mempunyai ketoksikan yang rendah (Setyaningrum, 2013). Selain itu
HPMC (Hidroxypropyl MethylCellulose) menghasilkan gel yang netral, jernih, tidak
berwarna, stabil pada pH 3-11, mempunyai resistensi yang baik terhadap serangan
mikroba, dan memberikan kekuatan film yang baik bila mengering pada kulit (Suardi
dkk, 2008). Gliserin sebagai humektan mampu meningkatkan viskositas sediaan karena
gliserin mampu mengikat air sehingga dapat meningkatkan ukuran unit molekul.
Meningkatnya ukuran unit molekul akan meningkatkan tahanan untuk mengalir dan
menyebar (Martin et al., 1993). Humektan akan menjaga kestabilan sediaan melalui
absorbsi lembab dari lingkungan dan pengurangan penguapan air dari sediaan, sehingga
selain menjaga kestabilan, humektan juga berperan dalam menjaga kelembaban kulit
(Rowe et al., 2006). Gliserin yang bersifat higroskopis dengan afinitas yang tinggi untuk
menarik dan menahan molekul air akan menjaga kestabilan dengan cara mengabsorbsi
lembab dari lingkungan dan mengurangi penguapan air dari sediaan (Barel et al., 2009).
Kombinasi dari ketiga zat yang dipaparkan sangat berpengaruh terhadap kualitas
sediaan. Peningkatan viskositas gel dipengaruhi oleh peningkatan konsentrasi gelling
agent dan humektan (Yuliani, 2010). Semakin meningkat konsentrasi PVA dapat
meningkatkan viskositas sediaan masker wajah gel peel off. Selain itu peningkatan
konsentrasi HPMC juga dapat meningkatkan viskositas sediaan masker wajah gel peel
off. Peningkatan konsentrasi PVA dan HPMC dapat meningkatkan jumlah serat polimer
sehingga semakin banyak juga cairan yang tertahan dan diikat oleh agen pembentuk gel
sehingga viskositas sediaan menjadi meningkat. Peningkatan konsentrasi gliserin juga
mampu meningkatkan viskositas sediaan (Martin et al., 1993).
Zat lain yang ditambahkan adalah kalium sorbat. Kalium sorbat ditambahkan
sebagai pengawet karena sediaan yang dibuat merupakan multidose. Selain itu,
ditambahkannya alfatokoferol untuk menghilangkan bau tengik karena terdapat minyak
zaitun dalam sediaan ini. Hal ini sesuai dalam penelitian Sanmartin et al (2018) dalam
judul “The effects of packaging and storage temperature on the shelf-life of extra virgin
olive oil”. Ketika minyak zaitun terkena cahaya, fotooksidasi terjadi melalui aksi
fotosensitizer alami seperti klorofil yang bereaksi dengan oksigen triplet untuk
membentuk oksigen singlet keadaan tereksitasi. Akibatnya, kondisi penyimpanan dan
pengemasan minyak zaitun menjadi yang terpenting (Gargouri et al., 2015). Sehingga,
kemasan yang digunakan untuk sediaan ini adalah tube dengan tutup flip top yang lebih
praktis dan cenderung travel friendly sehingga tetap bisa digunakan saat berpergian.
Kemasan yang kurang kedap dapat menyebabkan sediaan menyerap uap dari dari luar
sehingga menambah volume air dalam sediaan (Septiani dkk., 2013).
Karakteristik ideal dari masker wajah peel off adalah tidak terdapat partikel yang
kasar, tidak toksik, tidak menimbulkan iritasi dan dapat mebersihkan kulit. Mampu
memberikan efek lembab pada kulit, membentuk lapisan film tipis yang seragam,
memberikan efek mengencangkan kulit, dapat kering pada waktu 5-30 menit. Masker
peel off harus mudah digunakan dan tidak menimbulkan rasa sakit (Grace et al., 2015).
Profil stabilitas suatu sediaan dapat dilihat selama penyimpanan. Profil stabilitas
berhubungan dengan daya tahan sediaan, efek potensial yang tidak diinginkan
diminimalkan serta membuat database untuk formulasi produk lain (Wijayanti dkk.,
2015). Profil stabilitas dapat dilakukan dengan menyimpan sediaan pada suhu 30 oC
selama 28 hari (Abdassah dkk., 2009). Selama penyimpanan, dapat terjadi peningkatan
viskositas karena gel memiliki sifat bila dibiarkan tanpa gangguan seperti pengadukan
maka viskositasnya akan meningkat, sifat tersebut adalah tiksotropi (Wijayanti dkk.,
2015). Daya sebar akan berbanding terbalik dengan viskositas, selama penyimpanan
dapat terjadi penurunan daya sebar akibat tertahannya cairan pelarut yang diabsorbsi oleh
gelling agent.
Waktu pengeringan menjadi sangat penting untuk diketahui karena formulasi
dengan waktu pengeringan yang cepat akan memungkinkan proses pengelupasan yang
cepat pula. Kemudahan penggunaan (applicability) sediaan juga menjadi parameter yang
penting untuk dievaluasi karena bila penerimaan produk oleh pengguna dosmetik rendah
maka akan menurunkan nilai komersial dari produk tersebut. Faktor kinerja pembentukan
film menjadi bagian yang dipertanggung jawabkan dari setiap formulasi karena prinsip
dari masker peel off itu sendiri berdasarkan pada kemampuan untuk mebentuk film
plastik polimer yang mudah untuk dikelupas(Beringhs et al, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Abdassah, M., T. Rusdiana, A. Subghan, dan G. Hidayati. 2009. Formulasi Gel Pengelupas
Kulit Mati yang Mengandung Etil Vitamin C dalam Sistem Penghantaran Macrobead.
Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 7 (2): 105-111.
Adrian, K., 2018. Manfaat Minyak Zaitun untuk Kesehatan. Available at:
https://www.alodokter.com/manfaat-minyak-zaitun-untuk-kesehatan [Accessed May 8,
2021].
Ansel, H.C. 1989. Penghantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi 4. Penerjemah: Farida Ibrahim. UI
Press. Hal. 390- 391.
Arifulloh. Ekstraksi Likopen Buah Tomat (lycopersicum esculentum Mill.) dengan Berbagai
komposisi pelarut. Universitas Jember; 2013
Barel, A. O., M. Paye, and H.I Maibach. 2009. Handbook of Cosmetic Science and Technology.
New York: Informa Healthcare USA, Inc.
Beringhs, A et al, (2013) ‘Green Clay and Aloe Vera Peel-Off Facial Masks: Response Surface
Methodology Applied to the Formulation Design’, American Association of
Pharmaceutical Scientists, 14 (1), pp. 445- 455, doi: 10.1208/s12249-013-9930-8
Cao D, Li H, Yi J, Zhang J, Che H, Cao J, Yang L, Zhu C, Jiang W. Antioxidant properties of
the mung bean flavonoids on alleviating heat stress. PloS one. 2011;6(6):e21071.
DepkesRI. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia;
1995.
D’Orazio, J. Jarrett, S. Amaro-ortiz, A. and Scott T. (2013) ‘UV radiation and the skin’,
International Journal of Molecular Sciences, 14, pp. 12222-12248, doi:
10.3390/ijms140612222.
Fehri, B., Aiache, J. M., Mrad, S., Korbi, S. & Lamaison, J. L. 1996. Olea europaeaL. :
stimulant, anti-ulcer and anti-inflammatory effects. Boll. Chim. Pharm.135(1): 42- 49.
Garg, A., Aggarwal, D,. Garg, S., dan Sigla A.K., (2002). Spreading of Semisolid Formulation:
Pharmaceutical Technology, September 2002.
Grace, F.X., C. Darsika, K.V. Sowmya, K. Suganya, and S. Shanmuganathan. 2015. Preparation
and Evaluation of Herbal Peel Off Face Mask. American Journal of PharmTech
Research. (5): 33-336.
Ida, N., dan Noer, S.F. 2012. Uji Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera L.).
Majalah Farmasi dan Farmakologi. 16 (2). 79- 84.
Johnson. 1957. Olive Classification. Jakarta : EGC.
Martin, A., J. Swarbrick, and A Cammarata.. Farmasi Fisik: Dasardasar Farmasi Fisik dalam
Ilmu Farmasetik. Edisi Ketiga. Penerjemah: Yoshita. Jakarta: UI Press; 1993, Hal. 1129-
1187.
Masaki, H. (2010) ‘Role of antioxidants in the skin: Anti-aging effects’, Journal of
Dermatological Science, 58 (2), pp. 85-90, doi: 10.1016/j.jdermsci.2010.03.003.
Molyneux, P. 2004. The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for
estimating antioxidant activity. Songklanakarin Journal of Science and Technology. 26:
211–219.
Pandel, R., Poljsak, B., Godic, A., and Dahmane, R. (2013) ‘Skin photoaging and the role of
antioxidants in its prevention’, ISRN Dermatology, pp. 1-11. doi: 10.1155/2013/930164.
Ralph G. Harry’s Cosmeticology. Edisi keenam. New York. Chemical Publishing., Inc; 1973,
Hal : 103-109.
Rowe, G.R., P.J. Sheskey, and S.C. Owen. 2006. Handbook of PHarmaceutical Excipients. 5.
London: Pharmaceutical Press.
Rukmana, R. 2006. Kacang Hijau, Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. 68p.
Sanmartin et al. 2018. The effects of packaging and storage temperature on the shelf-life of extra
virgin olive oil. University of Pisa, Via del Borghetto 80, 56124 Pisa, Italy
Septiani, S., N. Wathoni dan S. R. Mita. Formulasi Sediaan Masker Gel Antioksidan Dari
Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetun GNEMON Linn.). Universitas Padjadjaran.
Bandung; 2011.
Setyaningrum, N.L. 2013. Pengaruh Variasi Kadar Basis HPMCDalam Sediaan Gel Ekstrak
Etanolik Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.) Terhadap Sifat Fisika dan
Daya Antibakteri pada Staphylococcus aureus. Naskah Publikasi. Fakutas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Suardi, M., Armenia, dan Anita, M. 2008. Formulasi dan Uji Klinik Gel Anti Jerawat Benzoil
Peroksida-HPMC. Skripsi. Fakultas Farmasi FMIPA UNAND.
Sukmawati, M.,Arisanti, C., Wijayanti, N. 2020. Pengaruh Variasi Konsentrasi PVA, HPMC,
dan Gliserin terhadap Sifat Fisika Masker Wajah Gel Peel Off Ekstrak Etanol 96% Kulit
Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Udayana.
Sulastri, A., dan Yohana, A. Formulasi Masker Gel Peel Off untuk Perawatan Kulit Wajah.
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran. Majalah Farmaka Volume 4 No 13.
Tranggono, R.I., dan F. Latifah. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. PT. Gramedia,
Jakarta; 2007.
Vasic, S.M., Stevanovic, O.D., Licina, B.Z., Radojevic, I. D., & Comic, L.R. (2012). Biological
Activities of exctracts krom cultivated Granadilla Passiflora alata. EXCLI Journal ;
11:208-211.
Vieira, R.P., A.R. Fernandes, T.M. Kaneko, V.O. Consiglieri, C.A.S.O. Pinto, et al. 2009.
Physical and Physicochemical Stability Evaluation of Cosmetic Formulations Containing
Soybean Extract Fermented by Bifidobacterium animalis. Brazilian Journal of
Pharmaceutical Sciences. 45 (3): 515-525.
Wijayanti, N.P.A.D., Astuti, K.W., I.G.N.J.A. Prasetia, M.Y.D. Darayanthi, P.N.P.D. Nesa,
L.D.S. Wedarini, and D.N.P. Adhiningrat. 2015. Profil Stabilitas Fisika Kimiamasker
Gel Peel-Off Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Journal Universitas
Udayana. 99-103.
Yadav, N., and Yadav, R. (2015) ‘Preparation and evaluation of herbal face pack’, International
Journal of Recent Scientific Research, 6 (5), pp. 4334-4337.
Yeom, G., D.M. Yun, Y.W. Kang, J.S. Kwon, I.O. Kang, and S.Y, Kim. 2011. Clinical efficacy
of facial masks containing yoghurt and Opuntia humifusa Raf. (F-YOP). J. cosmet Sci. 62
(5): 505-514.
Yuliani, S. H. 2010. Optimasi Kombinasi Campuran Sorbitol, Gliserol, dan Propilenglikol
dalam Gel Sunscreen Ekstrak Etanol Curcuma manggai. Majalah Farmas Indonesia. 21
(2): 83-89
LAMPIRAN
1. Kemasan Primer
2. Kemasan Sekunder