Anda di halaman 1dari 24

Formulasi Masker Gel Peel-off Ekstrak Etanol 96% Kacang Hijau

(Vigna radiata L.) dan Minyak Zaitun (Olive oil)

Disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Kosmetologi

Oleh :
Ayu Permata Dewi – 180106015

Dosen Pengampu :
apt. Fauzia Ningrum Syaputri, M. Farm

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh dari paparan polusi lingkungan, terutama kuit
wajah yang sering terpapar oleh sinar ultraviolet (UV) akibatnya dapat menimbulkan
masalah kulit seperti keriput, penuaan, jerawat dan pori kulit yang membesar, sehingg
merupaka hal yang penting untuk merawat kulit itu sendiri (Grace et al., 2015).
Salah satu pemanfaatan masker bahan alam untuk kulit wajah adalah sebagai antioksidan.
Pemanfaatan aktivitas antioksidan dalam bentuk masker dengan bahan alami yang sudah ada
adalah masker ekstrak daging buah tomat, ekstrak kulit semangka, ekstrak biji melinjo dan
ekstrak kulit buah manggis (AI Rahmi, 2016; Wahyu, 2015; Santi dkk., 2011; Linda, 2016).
Selain ekstrak buah yang telah disebutkan, penelitian sebelumnya telah melaporkan bahwa
kacang hijau merupakan salah satu tumbuhan yang kaya akan antioksidan senyawa. Senyawa
flavonoid yang terkandung di dalamnya kacang hijau, vitexin dan isovitexin, memiliki efek
antioksidan (Cao et al, 2011). Dari penelitian tersebut menguatkan untuk membuat sebuah
sediaan masker gel peel-off.
Efek antioksidan dan antijerawat untuk perawatan kulit wajah akan lebih baik
diformulasikan dalam bentuk topikal dibandingkan dengan oral karena zat aktif akan
berinteraksi lebih lama dengan kulit wajah (Draelos & Thaman, 2006). Kosmetik wajah
dapat diperoleh dalam berbagai bentuk sediaan, salah satunya dalam bentuk masker wajah
gel peel-off (Vieira et al., 2009). Masker wajah merupakan kosmetik perawatan kecantikan
yang sangat popular untuk meningkatkan kualitas kulit (Yeom et al., 2011).
Kerusakan kulit ditunjukkan oleh munculnya kerutan yang disebabkan oleh radikal
bebas. Penuaan kulit bisa terjadi karena photoaging oleh UV radiasi (D’Orazio et al, 2013).
Penuaan kulit bisa disebabkan oleh sinar UV radiasi (photoaging) yang memicu di
pembentukan ROS (Reactive Oxygen Species) bebas radikal di kulit. Radikal bebas
menyebabkan oksidatif kerusakan jaringan yang dikenal sebagai stres oksidatif (Masaki,
2010). Antioksidan dapat digunakan untuk melindungi kulit dari serangan radikal bebas
sehingga dapat menghambat proses penuaan (Pandel et al, 2013).
Selain kacang hijau, bahan yang diperlukan dalam pembuatan masker adalah minyak
zaitun. Minyak zaitun berasal dari perasan buah zaitun (Olea europae L.). Buah ini awalnya
dikembangbiakkan di Mediterania. Buah ini telah dimanfaatkan sejak zaman nabi guna
memasak, membuat kosmetik serta membuat obat-obatan. Minyak zaitun mempunyai
kandungan vitamin K, antioksidan, lemak serta vitamin E. Selain itu, juga memiliki
kandungan kalsium, kalium serta zat besi, akan tetapi dalam kadar yang sangat sedikit.
Manfaat minyak zaitun untuk kulit adalah sebagai cleansing oil, mengurangi keriput,
menjaga kelembaban kulit, dan menutrisi kulit (Adrian, 2018).
Dengan dikombinasikannya dua zat aktif yang mengandung antioksidan dan vitamin E
diharapkan sediaan ini dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi kulit kering.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana rancangan formula sediaan masker gel peel-off ekstrak etanol 96% kacang
hijau dan minyak zaitun?
2. Bagaimana uji evaluasi sediaan masker gel peel-off ekstrak etanol 96% kacang hijau dan
minyak zaitun?

1.3. Tujuan
1. Menentukan rancangan formula sediaan masker gel peel-off ekstrak etanol 96% kacang
hijau dan minyak zaitun.
2. Bagaimana uji evaluasi sediaan masker gel peel-off ekstrak etanol 96% kacang hijau dan
minyak zaitun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Zat Aktif


2.1.1. Kacang Hijau
Taksonomi tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) Rukmana (2006) sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospremae
Kelas : Dicotylodenae
Ordo : Polypetalae
Familia : Papilionacaea
Genus : Vigna
Species : Vigna radiata L. (Wilczeck)

(Sumber : https://balitkabi.litbang.pertanian.go.id)

Tanaman kacang hijau memilik batang tegak dengan ketinggian sangat bervariasi,
antara 30-60 cm tergantung varietasnya,pada cabang kacang hijau menyamping pada
batang utama terbentuk bulat dan berbulu, warna batang, cabangnya ada yang berwarna
hijau dan ungu,biji kacang hijau merupakan lebih kecil dibanding biji kacang-kacangan
lain. Biji kacang hijau terdiri dari tiga bagian utama yaitu kulit biji (10%), kotiledon
(88%) dan lembaga (2%). Bagian kulit biji kacang hijau mengadung mineral antara lain
fosfor (P), kalsium (Ca), dan besi (Fe). Kotiledonbanyak mengandung pati dan serat,
sedangkan lembaga merupakan sumber protein dan lemak (Purnomo, 2006).
Tanaman kacang hijau berakar tunggang dengan akar cabang pada permukaan dan
bunga kacang hijau berwarna kuning tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta
batang dan dapat menyerbuk sendiri (Tjitrosoepomo, 2000; Irawan, 2001).
Biji kacang hijau memiliki potensi antioksidan yang cukup kuat dan kaya akan
senyawa flavonoid. Biji kacang hijau memiliki kandungan utama flavonoid vitexin
sebagai senyawa utama. Ekstraksi biji kacang hijau menggunakan air maupun etanol
menghasilkan ekstrak dengan potensi antioksidan yang besar. Potensi antioksidan dari
ekstrak air dan etanol biji juga memiliki korelasi positif dengan kadar flavonoid total
(Fakhrudin, 2020).
2.1.2. Minyak Zaitun
Kedudukan tanaman zaitun dalam taksonomi diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionata
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subklas : Asteridae
Famili : Oleaceae
Genus : Olea
Spesies : Olea europaea L. (Johnson, 1957).
Olea europaea L. memiliki pohon dengan tinggi mencapai 3-15 m. Pohon zaitun
merupakan pohon yang berumur panjang untuk masa yang lebih dari seratus tahun
bahkan ribuan tahun. Batang mempunyai jenis kambium dan xylem dengan trakea atau
tanpa trakea. Batang bisa dengan serat maupun tidak. Batang kayu parenkim kadang-
kadang paratrakeal (tipikal) ataupun potrakeal (Johnson, 1957).
Daun tunggal, berbentuk elips. Panjang daun 20-90 mm x 7-15 mm, ujung runcing,
tepi rata, permukaan atas licin warna hijau keabu-abuan, permukaan bawah warna kuning
keemasan (Fehri, 1996). Bunga kecil-kecil berwarna putih atau krem, panjang bunga 6-10
mm. Bunga berkembang pada bulan Oktober sampai Maret. Buahnya ovoid, kecil
berwarna hijau muda dengan bercak putih, berubah warna menjadi ungu gelap ketika
buah matang, dengan diameter 10mm, berbentuk tajam (Fehri, 1996).
Dalam bentuk buah, zaitun muda yang berwarna hijau kekuningan kerap disantap
begitu saja atau sebagai penambah rasa. Zaitun matang berwarna ungu kehitaman
biasanya dibuat acar atau diperas diambil minyaknya. Buah zaitun matang mengandung
80 persen air, 15 persen minyak, serta 1 persen protein, karbohidrat, dan serat. Untuk
menghasilkan buah dan berproduksi secara penuh, pohon zaitun harus berumur 15-20
tahun (Rahmawati, 2007).
Minyak zaitun sangat kompatibel dengan pH kulit, kaya akan vitamin dan zat-zat
bernutrisi lainnya yang melembutkan dan melindungi. Hal ini disebabkan oleh komposisi
minyak zaitun yang sebagian besar asam lemak tak jenuh (oleat, linoleat, dan asam
linolenat), mikronutrien vitamin (A, E, dan ß-karoten) dan antioksidan fenolik, yaitu
hydroxytyrosol, tyrosol, oleuropein, ignin, serta squalene. Aktivitas antioksidan vitamin
E dari minyak zaitun mencegah iritasi kulit dan penuaan, sementara sifat regenerasi
vitamin A nya melindungi kulit dari penuaan dan menjaga kelembutan, kehalusan,
ketegasan, dan elastisitasnya (Owen, dkk., 2000; Mulyawan dan Suriana, 2013; Smaoui,
2012; Mondal, dkk., 2015).

2.2. Uraian Zat Tambahan


2.2.1. Polyvinyl Alcohol (PVA) (HOPE Ed. 6th, halaman 564)

Struktur Kimia (C2H4O)n


BM : 26,300 – 30,000

Pemerian Serbuk, putih


pH/pKa 4,5-6,5/-
Titik leleh 228⁰C untuk grade terhidrolisis penuh;
180–190⁰C untuk grade terhidrolisis sebagian.
Titik didih -
Bentuk zat yang digunakan Serbuk
Bentuk sediaan Masker gel peel-off
Kelarutan Larut dalam air, tidak larut dalam pelarut organik
Stabilitas Larut dalam air, sedikit larut dalam etanol, tetapi tidak
larut dalam pelarut alcohol lainnya.
Inkompabilitas
Senyawa dengan gugus hidroksi sekunder, seperti
esterifikasi. Itu terurai asam kuat, dan melembutkan atau
larut dalam asam lemah dan basa. Ini tidak cocok pada
konsentrasi tinggi dengan garam anorganik, khususnya
sulfat dan fosfat; pengendapan polivinil lcohol 5% b/v
dapat disebabkan oleh fosfat.
Wadah dan penyimpanan Polivinil alcohol stabil bila disimpan dalam wadah
tertutup rapat di tempat yang sejuk dan kering. Larutan
berair stabil dalam korosi-wadah tertutup yang tahan.
Kegunaan Film forming agent.

2.2.2. Hydroxypropylmetyl Cellulose (HPMC) (HOPE Ed. 6th, halaman 326)


Struktur Kimia C56H108O30

Pemerian Hypromellose tidak berbau dan tidak berasa, berwarna


putih atau putih krem bubuk berserat atau butiran.
pH/pKa 5,0-8,0/-
Titik leleh Coklat pada 190–200⁰C; karakter pada 225–230⁰C. Kaca
suhu transisi adalah 170–180⁰C.
Titik didih -
Bentuk zat yang digunakan Serbuk
Bentuk sediaan Masker gel peel-off
Kelarutan Larut dalam air dingin, membentuk koloid kental larutan;
praktis tidak larut dalam air panas, kloroform, etanol
(95%), dan eter, tetapi larut dalam campuran etanol dan
diklorometana, campuran metanol dan diklorometana,
dan campuran air dan alkohol.
Stabilitas Serbuk hipromelosa adalah bahan yang stabil, meskipun
bersifat higro skopik setelah dikeringkan.
Inkompabilitas
Hipromelosa tidak sesuai dengan beberapa zat
pengoksidasi. Sejak itu, nonionik, hipromelosa tidak akan
kompleks dengan garam logam atau ionic organik untuk
membentuk endapan yang tidak larut.
Wadah dan penyimpanan Larutan stabil pada pH 3-11. Hypromellose mengalami
transformasi sol-gel yang dapat dibalik setelah
pemanasan dan pendinginan, masing-masing. Suhu gelasi
adalah 50–908C, tergantung berdasarkan kelas dan
konsentrasi material. Untuk suhu dibawah suhu gelasi,
viskositas larutan menurun saat suhu meningkat. Di luar
suhu gelasi, viskositas meningkat dengan meningkatnya
suhu.
Kegunaan Gelling agent

2.2.3. Gliserin (HOPE Ed. 6th, halaman 283)


Struktur Kimia C3H8O3
BM : 92,09

Pemerian Gliserin adalah cairan bening, tidak berwarna, tidak


berbau, kental, higroskopis; memiliki rasa yang manis,
kurang lebih 0,6 kali lebih manis dari sukrosa.
pH/pKa 5,6-9,0/-
Titik leleh 17,8⁰C
Titik didih 290⁰C
Bentuk zat yang digunakan Cair
Bentuk sediaan Masker gel peel-off
Kelarutan Larut dalam air, praktis tidak larut dalam minyak.
Stabilitas Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak rentan
terhadap oksidasi atmosfir di bawah kondisi penyimpanan
biasa, tetapi itu berubah menjadi pemanasan dengan
evolusi akrolein beracun. Campuran dari gliserin dengan
air, etanol (95%), dan propilen glikol adalah stabil secara
kimiawi.
Inkompabilitas
Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan oksidator
kuat seperti kromium trioksida, kalium klorat, atau
kalium permanga nate. Dalam larutan encer, reaksi
berlangsung lebih lambat dengan beberapa produk
oksidasi sedang dibentuk.
Wadah dan penyimpanan Gliserin dapat mengkristal jika disimpan pada suhu
rendah; kristal tidak meleleh sampai menghangat hingga
suhu 20⁰C. Gliserin harus disimpan dalam wadah kedap
udara, di tempat yang sejuk dan kering.
Kegunaan Humektan.

2.2.4. Kalium Sorbat (HOPE Ed. 6th, halaman 579)


Struktur Kimia C6H7O2K
BM : 150,22

Pemerian Kalium sorbat sebagai bubuk kristal putih dengan bau


khas.
pH/pKa 4,5-6,5/-
Titik leleh 270⁰C
Titik didih -
Bentuk zat yang digunakan Serbuk
Bentuk sediaan Masker gel peel-off
Kelarutan Kalium sorbat digunakan kira-kira dua kali lebih banyak
formulasi farmasi seperti asam sorbat karena sifatnya
yang lebih besar kelarutan dan stabilitas dalam air.
Stabilitas Kalium sorbat lebih stabil dalam larutan air daripada
asam sorbat; larutan air dapat disterilkan dengan autoklaf.
Inkompabilitas
Beberapa kehilangan aktivitas antimikroba terjadi dengan
adanya surfaktan nonionik dan beberapa plastik.
Wadah dan penyimpanan Harus disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya, pada suhu tidak melebihi 40⁰C.
Kegunaan Pengawet

2.2.5. Alfatokoferol (HOPE Ed. 6th, halaman 32)


Struktur Kimia C29H50O2
BM : 430,72

Pemerian Alpha-tocopherol sebagai bening, tidak berwarna atau


coklat kekuningan, kental, dan cairan berminyak.
pH/pKa 6,0-8,0/-
Titik leleh -
Titik didih 235⁰C
Bentuk zat yang digunakan Cair
Bentuk sediaan Masker gel peel-off
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam etanol (95%).
Dapat bercampur dengan aseton, kloroform, eter, dan
minyak nabati.
Stabilitas Tokoferol dioksidasi perlahan oleh oksigen atmosfer dan
cepat dengan garam besi dan perak. Produk oksidasi
termasuk tocopheroxide, tocopherylquinone, dan
tocopherylhydroquinone, serta dimer dan trimer. Ester
tokoferol lebih stabil terhadap oksidasi dibandingkan
tokoferol bebas tetapi akibatnya lebih sedikit antioksidan
efektif.
Inkompabilitas
Tokoferol tidak cocok dengan peroksida dan ion logam,
terutama besi, tembaga, dan perak. Tokoferol dapat
diserap menjadi plastik.
Wadah dan penyimpanan Tokoferol harus disimpan di bawah gas lembam, dalam
kedap udara wadah di tempat yang sejuk, kering dan
terlindung dari cahaya.
Kegunaan Antioksidan

2.2.6. Aquadest (FI Ed. IV, halaman 112)


Struktur Kimia H2O
BM : 18,2

Pemerian Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna


pH/pKa 5,0-7,0/-
Titik leleh -
Titik didih 100⁰C
Bentuk zat yang digunakan Cair
Bentuk sediaan Masker gel peel-off
Kelarutan Bercampur dengan banyak pelarut polar.
Stabilitas Stabil dalam semua keadaan baik minyak, dingin ataupun
panas (HOPE Ed. 6th, halaman 766).
Inkompabilitas
Dalam formulasi sediaan, air dapat bereaksi dengan obat
dan bahan tambahan lainnya terurai atau terhidrolisis. Air
juga dapat bereaksi dengan logam alkali, kalsium dioxid
dan magnesium oksida (HOPE Ed. 6th, halaman 766).
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam lemari es, lindungi dari paparan cahaya.
Kegunaan Pelarut
BAB III
METODE

2.3. Susunan Formulasi (Husni dan Masliana, 2019)

No Nama Bahan Konsentrasi Fungsi


1. Ekstrak kacang hijau 4% Zat aktif
2. Minyak zaitun 0,5% Zat Aktif
3. Polyvinyl alcohol 10% Film forming agent
4. Hydroxypropyl 2% Gelling agent
metylcellulose
5. Gliserin 2% Humektan (Sulastri dan
Yohana, 2020)
6. Kalium sorbat 0,1% (HOPE Ed. 6th, Pengawet
halaman 579)
8. Alfatokoferol 0,05% (HOPE Ed. 6th, Antioksidan
halaman 31)
9. Aquadest q.s. Pelarut

2.4. Metode Pembuatan


2.4.1. Ekstraksi Kacang Hijau
Ekstraksi bubuk kacang hijau dilakukan dengan metode maserasi menggunakan
etanol 96%. Metode ini dipilih untuk menghindari kerusakan zat aktif karena pemanasan.
Etanol 96% digunakan untuk mengekstrak zat polar seperti flavonoid. Zat aktif yang
diambil dari bubuk kacang hijau adalah flavonoid yang memiliki efek antioksidan (Tang
et al, 2014). Proses ekstraksi akan menghasilkan ekstrak cair yang kemudian dipekatkan
dengan menggunakan alat putar evaporator pada 40-50°C. Ekstrak kental diperoleh
memiliki bau khas kacang hijau dan berwarna coklat kehijauan.

2.4.2. Skrining Fitokimia Kacang Hijau


Tes alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid dan steroid dilakukan untuk
skrining kandungan fitokimia (Tiwari et al, 2011).

2.4.3. Tes Aktivitas Antioksidan pada Kacang Hijau


Aktivitas antioksidan diuji menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2 pycrilhidrazil)
metode. Disiapkan dengan hati-hati dengan menimbang 10 mg ekstrak dan tambahkan
methanol p.a sampai 100 ml pada labu ukur. Serangkaian larutan dalam beberapa varian
konsentrasi disiapkan (10 µg / ml, 20 µg / ml, 30 µg / ml, 40 µg / ml, dan 50 µg / ml)
menggunakan larutan yang tersedia. Satu ml larutan ditambahkan dengan 2 ml DPPH 50
µg / ml dalam tabung reaksi dan diinkubasi pada suhu ruangan dan hindari dari cahaya.
Absorbansi larutan uji diukur pada panjang gelombang maksimum. Data absorbansi
adalah digunakan untuk menghitung persentase penghambatan ekstrak melawan radikal
bebas DPPH menggunakan persamaan di bawah ini.
Ao−A 1
Inhibition ratio (%) = ( ) × 100%
Ao
Ao adalah absorbansi larutan kosong sedangkan A1 adalah absorbansi larutan uji.
IC50 (konsentrasi penghambatan 50%) ditentukan menggunakan persamaan regresi linier
y = bx + a, dimana x adalah konsentrasi (µg / ml) dan y adalah persentase penghambatan
(%) (Molyneux, 2004). Penentuan AAI (Aktivitas Antioksidan Indeks) dilakukan dengan
menghitung DPPH konsentrasi yang digunakan dalam tes (µg / ml) dibagi dengan nilai
IC50 yang diperoleh (µg / ml). Nilai AAI <0,5 adalah antioksidan lemah, AAI> 0,5-1
adalah antioksidan sedang, AAI> 1-2 adalah antioksidan kuat, dan AAI> 2 adalah
antioksidan yang sangat kuat (Vasic et al, 2012).

2.4.4. Pembuatan Masker Gel Peel-off Kacang Hijau


Masker gel peel off dapat dibuat dengan dengan cara mengembangkan PVA
dalam aquadestilat panas suhu 80⁰C, kemudian diaduk hingga homogen. Dikembangkan
pula HPMC dalam aquadest dingin hingga mengembang. Selanjutnya ditambahkan
HPMC yang telah mengembang, gliserin dan kalium sorbat yang telah dilarutkan dalam
aquadest panas ke dalam basis PVA, lalu diaduk hingga homogen. Setelah itu
ditambahkan ekstrak kacang hijau dan minyak zaitun ke dalam basis sedikit demi sedikit
sambil diaduk hingga homogeny (Septiani dkk., 2012).
2.5. Metode Evaluasi
2.5.1. Uji Organoleptis
Pengujian organoleptik dilakukan dengan mengamati perubahan-perubahan
bentuk, bau dan warna sediaan yang dilakukan secara visual sesudah pembuatan basis.
Standar karakteristik organoleptik yang baik yaitu tidak terjadi perubahan bentuk, bau
dan warna selama penyimpanan (Septiani, 2011). Dilakukan pada hari ke-1, hari ke-7,
hari ke-14, hari ke-21 dan hari ke-28 selama penyimpanan.
Syarat :
- Warna : Bening
- Bau : Harum
- Bentuk : Gel (Husni dan Masliana, 2019).

2.5.2. Uji pH
Dilakukan dengan menggunakan pH meter yang dicelupkan ke dalam sampel
yang telah dilarutkan dengan aquadestilata. Setelah tercelup dengan sempurna, pH meter
akan mengeluarkan angka sesuai pH pada sediaan. Pengukuran PH dilakukan pada hari
ke-1, hari ke-7, hari ke-14, hari ke-21 dan hari ke-28 selama penyimpanan.
Syarat : 4,5-6,5 (Husni dan Masliana, 2019).

2.5.3. Uji Homogenitas


Masker yang akan diamati ditimbang sebanyak 1 gram dan dioleskan pada kaca
objek yang bersih dan kering sehingga membentuk suatu lapisan tipis. Kaca objek
kemudian ditutup dengan kaca preparat. Masker gel peel-off menunjukkan susunan yang
homogen apabila tidak terlihat adanya butiran kasar, tekstur tampak rata dan tidak
menggumpal, uji homogenitas fisik mengacu pada metode (Ansel et al. 1989).
Syarat : Homogen

2.5.4. Uji Viskositas


Uji viskositas masker gel peel-off dilakukan dengan alat viskometer. Viskometer
dipasang pada klemnya dengan arah horizontal atau tegak lurus dengan arah klem. Rotor
kemudian dipasang viskolester dengan menguncinya berlawanan arah dengan jarum jam.
Gelas beaker diisi sampel masker peel off yang akan diuji, rotor ditempatkan tepat berada
di tengah-tengah yang berisi masker, kemudian alat dihidupkan dan ketika rotor mulai
berputar jarum petunjuk viskositas secara otomatis akan bergerak menuju ke kanan,
kemudian setelah stabil viskositas dibaca pada skala dari rotor yang digunakan. Nilai
viskositas sediaan masker gel peel-off yang baik yaitu 2000-4000 cps (Garg dkk., 2002).
Uji viskositas dilakukan pada hari ke-1, hari ke-7, hari ke-14, hari ke-21 dan hari ke-28
selama penyimpanan.

2.5.5. Uji Waktu Sediaan Mengering


Pengujian waktu mengering dilakukan dengan cara mengoleskan masker gel peel-
off ekstrak kulit buah pisang kepok ke punggung tangan dan amati waktu yang diperlukan
sediaan untuk mengering, yaitu waktu dari saat mulai dioleskannya masker gel peel off
hingga benar-benar terbentuk lapisan yang kering. Persyaratan untuk waktu sediaan
mengering yaitu selama 15–30 menit (Slavtcheff, 2000). Uji waktu sediaan kering pada
hari ke-1, hari ke-7, hari ke-14, hari ke-21 dan hari ke-28 selama penyimpanan.

2.5.6. Uji Daya Sebar


Pengujian daya sebar dilakukan untuk mengetahui kecepatan penyebaran gel pada
kulit saat dioleskan pada kulit. Sebanyak 1 gram sediaan masker gel peel-off diletakkan
dengan hati-hati di atas kaca berukuran 20x20 cm. Selanjutnya ditutupi dengan kaca yang
lain dan digunakan pemberat di atasnya hingga bobot mencapai 100 gram dan diukur
diameternya setelah 1 menit. Persyaratan daya sebar yaitu antara 5-7 cm (Garg dkk.,
2002). Uji daya sebar dilakukan pada hari ke-1, hari ke-7, hari ke-14, hari ke-21 dan hari
ke-28 selama penyimpanan.

2.5.7. Uji Stabilitas


Stabilitas masker dapat diketahui dengan melakukan uji cycling sebanyak 6
siklus. Masker disimpan pada suhu 4°C selama 24 jam lalu dipindahkan kedalam oven
bersuhu 40°C selama 24 jam. Waktu selama penyimpanan dua suhu tersebut dianggap
satu siklus. Sediaan masker kemudian diamati perubahan warna, aroma dan perubahan
tekstur gel, mengacu pada metode (Depkes RI, 1995).
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dibuat sediaan masker gel peel-off antioksidan dengan zat aktif
ekstrak kacang hijau dan minyak zaitun. Sebelum didapatkannya ekstrak kacang hijau
dilakukan ekstraksi dengan metode maserasi. Dalam maserasi (untuk ekstrak cairan),
serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan pelarut disimpan dalam
wadah tertutup untuk periode tertentu dengan pengadukan yang sering, sampai zat
tertentu dapat terlarut (Septiani dkk, 2011). Metode ini paling cocok digunakan untuk
senyawa yang termolabil. Metode maserasi dilakukan dengan cara merendam sampel
basah dalam cairan penyari (Kharisma, 2014). Cairan penyari akan menembus dinding
sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif sehingga zat aktif akan
larut. Adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar
sel, menyebabkan larutan yang pekat di dalam sel didesak keluar. Keuntungan maserasi
adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diperoleh.
Kerugian maserasi adalah banyak pelarut yang terpakai dan waktu pengerjaannya lama
(Arifullah, 2013).

Berdasarkan penelitian sebelumnya, yaitu penelitian Husni dan Masliana (2019)


dengan judul “Formulation of Peel-off Gel Mask Containing Mung Bean (Vigna radiata
(L.) Wilczek) Extract” telah dibuat formulasi sediaan masker gel peel-off . Dalam
penelitian tersebut dilakukan penelitian dengan beberapa formula yang berbeda untuk
menentukan formula dari masker gel peel-off dengan stabilitas yang baik. Pada penelitian
tersebut, didapatkan kombinasi masker gel peel-off menggunakan PVA, hydroxylpropyl
metil cellulose, dan propilen glikol. Namun pada penelitian Sukmawati, dkk. (2020)
dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Variasi Konsentrasi PVA, HPMC, dan
Gliserin terhadap Sifat Fisika Masker Wajah Gel Peel Off Ekstrak Etanol 96% Kulit
Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.)” menjelasakan bahwa kombinasi PVA,
hydroxylpropyl metylcellulose dan gliserin mendapatkan stabilitas yang lebih baik.

Masker peel-off biasanya dalam bentuk gel atau pasta, yang dioleskan ke kulit
muka. Setelah alkohol yang terkandung dalam masker menguap, terbentuklah lapisan
film yang tipis dan transparan pada kulit muka. Setelah berkontak selama 15-30 menit,
lapisan tersebut diangkat dari permukaan kulit dengan cara dikelupas. Masker peel-off
memiliki beberapa manfaat diantaranya mampu merilekskan otot-otot wajah,
membersihkan, menyegarkan, melembabkan, dan melembutkan kulit wajah (Ralph,
1973). Mekanisme kerja masker wajah adalah menyebabkan suhu kulit wajah meningkat,
sehingga peredaran darah menjadi lebih lancar dan pengahantaran zat-zat gizi ke lapisan
permukaan kulit dipercepat, sehingga kulit muka terlihat menjadi lebih segar (Tranggono
dn Latifah, 2007). Alasan pemilihan tipe masker gel peel-off adalah masker dapat
digunakan langsung pada kulit wajah dengan cara mengoleskannya secara merata dan
dapat dibersihkan dengan cara melepaskan lapisan film dari kulit wajah sehingga lebih
praktis dalam pemakaian dan cocok untuk pemakai dengan tingkat mobilitas tinggi
(Mitsui, 1997; Tresna, 2010). Sediaan dalam bentuk masker gel peel off memiliki
keuntungan, yaitu mudah mengering dengan membentuk lapisan film yang mudah dicuci,
dan memberikan rasa dingin dikulit (Lachman dkk., 1986).
Zat aktif yang digunakan terdapat dua macam, yaitu kacang hijau dan minyak
zaitun. Kandungan antioksidan yang tinggi pada kacang hijau adalah berpotensi
diformulasikan menjadi masker gel peel-off untuk melindungi kulit kita dari radiasi UV
kebaruan penelitian untuk mengembangkan formula baru masker gel peel-off yang
mengandung ekstrak kacang hijau. Pemakaian masker tidak hanya memiliki banyak
manfaat menyegarkan, memperbaiki dan mengencangkan kulit wajah tetapi juga
meningkatkan sirkulasi darah, merangsang aktivitas sel kulit, mengangkat sel kulit mati,
melembutkan kulit, dan memberi nutrisi pada kulit (Yadav and Yadav, 2015). Masker gel
peel off bisa langsung dilepas tanpa dibilas setelah masker kering jadi bisa mengangkat
sel kulit mati (Beringhs et al, 2013).
Masker wajah peel off merupakan salah satu jenis masker wajah yang mempunyai
keunggulan dalam penggunaanya yaitu dapat dengan mudah dilepas atau diangkat seperti
membran elastis (Rahmawanty dkk., 2015). Masker wajah peel off dapat meningkatkan
hidrasi pada kulit kemunkinan karena adanya oklusi (Velasco et al., 2014). Penggunaan
masker wajah peel off bermanfaat untuk memperbaiki serta merawat kulit wajah dari
masalah keriput, penuaan, jerawat dan dapat juga digunakan untuk mengecilkan pori
(Grace et al., 2015). Selain itu, masker peel off juga dapat digunakan untuk
membersihkan serta melembabkan kulit. Kosmetik wajah dalam bentuk masker peel off
bermanfaat dalam merelaksasi otot-otot wajah, sebagai pembersih, penyegar, pelembab
dan pelembut bagi kulit wajah (Vieira et al., 2009).
Minyak zaitun memiliki kandungan vitamin E mencapai 14 mg/100 g. Vitamin E
merupakan antioksidan alami yang mampu menangkal radikal bebas atau oksidasi di
dalam tubuh yang merupakan penyebab kerusakan sel, sehingga kandungan ini efektif
untuk mencegah penuaan dini (Maspiyah, 2009). Minyak zaitun banyak digunakan
sebagai bahan dalam berbagai jenis kosmetik karena diyakini berkhasiat untuk menjaga
kelembapan dan kelembutan kulit, sehingga kulit tetap awet muda (Mulyawan dan
Suryana, 2013).
Selain itu ditambahkan beberapa zat tambahan, yaitu polyvinyl alcohol,
hydroxypropyl metylcellulose, gliserin, kalium sorbat, alfatokoferol dan aquadest.
Penambahan PVA berperan dalam memberikan efek peel off karena memiliki sifat
adhesive sehingga dapat memebentuk lapisan film yang mudah dikelupas setelah kering
(Brick et al., 2014). Konsentrasi PVA merupakan faktor terpenting yang berpengaruh
terhadap kinerja pembentukan film dalam masker wajah peel off (Beringhs et al., 2013).
Selanjutnya, ditambahkannya hydroxypropyl methylcellulose. Pembahan zat ini bukan
tak beralasan. Basis gel HPMC merupakan gelling agent yang sering digunakan dalam
produksi kosmetik dan obat, karena dapat menghasilkan gel yang bening, mudah larut
dalam air, dan mempunyai ketoksikan yang rendah (Setyaningrum, 2013). Selain itu
HPMC (Hidroxypropyl MethylCellulose) menghasilkan gel yang netral, jernih, tidak
berwarna, stabil pada pH 3-11, mempunyai resistensi yang baik terhadap serangan
mikroba, dan memberikan kekuatan film yang baik bila mengering pada kulit (Suardi
dkk, 2008). Gliserin sebagai humektan mampu meningkatkan viskositas sediaan karena
gliserin mampu mengikat air sehingga dapat meningkatkan ukuran unit molekul.
Meningkatnya ukuran unit molekul akan meningkatkan tahanan untuk mengalir dan
menyebar (Martin et al., 1993). Humektan akan menjaga kestabilan sediaan melalui
absorbsi lembab dari lingkungan dan pengurangan penguapan air dari sediaan, sehingga
selain menjaga kestabilan, humektan juga berperan dalam menjaga kelembaban kulit
(Rowe et al., 2006). Gliserin yang bersifat higroskopis dengan afinitas yang tinggi untuk
menarik dan menahan molekul air akan menjaga kestabilan dengan cara mengabsorbsi
lembab dari lingkungan dan mengurangi penguapan air dari sediaan (Barel et al., 2009).
Kombinasi dari ketiga zat yang dipaparkan sangat berpengaruh terhadap kualitas
sediaan. Peningkatan viskositas gel dipengaruhi oleh peningkatan konsentrasi gelling
agent dan humektan (Yuliani, 2010). Semakin meningkat konsentrasi PVA dapat
meningkatkan viskositas sediaan masker wajah gel peel off. Selain itu peningkatan
konsentrasi HPMC juga dapat meningkatkan viskositas sediaan masker wajah gel peel
off. Peningkatan konsentrasi PVA dan HPMC dapat meningkatkan jumlah serat polimer
sehingga semakin banyak juga cairan yang tertahan dan diikat oleh agen pembentuk gel
sehingga viskositas sediaan menjadi meningkat. Peningkatan konsentrasi gliserin juga
mampu meningkatkan viskositas sediaan (Martin et al., 1993).
Zat lain yang ditambahkan adalah kalium sorbat. Kalium sorbat ditambahkan
sebagai pengawet karena sediaan yang dibuat merupakan multidose. Selain itu,
ditambahkannya alfatokoferol untuk menghilangkan bau tengik karena terdapat minyak
zaitun dalam sediaan ini. Hal ini sesuai dalam penelitian Sanmartin et al (2018) dalam
judul “The effects of packaging and storage temperature on the shelf-life of extra virgin
olive oil”. Ketika minyak zaitun terkena cahaya, fotooksidasi terjadi melalui aksi
fotosensitizer alami seperti klorofil yang bereaksi dengan oksigen triplet untuk
membentuk oksigen singlet keadaan tereksitasi. Akibatnya, kondisi penyimpanan dan
pengemasan minyak zaitun menjadi yang terpenting (Gargouri et al., 2015). Sehingga,
kemasan yang digunakan untuk sediaan ini adalah tube dengan tutup flip top yang lebih
praktis dan cenderung travel friendly sehingga tetap bisa digunakan saat berpergian.
Kemasan yang kurang kedap dapat menyebabkan sediaan menyerap uap dari dari luar
sehingga menambah volume air dalam sediaan (Septiani dkk., 2013).
Karakteristik ideal dari masker wajah peel off adalah tidak terdapat partikel yang
kasar, tidak toksik, tidak menimbulkan iritasi dan dapat mebersihkan kulit. Mampu
memberikan efek lembab pada kulit, membentuk lapisan film tipis yang seragam,
memberikan efek mengencangkan kulit, dapat kering pada waktu 5-30 menit. Masker
peel off harus mudah digunakan dan tidak menimbulkan rasa sakit (Grace et al., 2015).
Profil stabilitas suatu sediaan dapat dilihat selama penyimpanan. Profil stabilitas
berhubungan dengan daya tahan sediaan, efek potensial yang tidak diinginkan
diminimalkan serta membuat database untuk formulasi produk lain (Wijayanti dkk.,
2015). Profil stabilitas dapat dilakukan dengan menyimpan sediaan pada suhu 30 oC
selama 28 hari (Abdassah dkk., 2009). Selama penyimpanan, dapat terjadi peningkatan
viskositas karena gel memiliki sifat bila dibiarkan tanpa gangguan seperti pengadukan
maka viskositasnya akan meningkat, sifat tersebut adalah tiksotropi (Wijayanti dkk.,
2015). Daya sebar akan berbanding terbalik dengan viskositas, selama penyimpanan
dapat terjadi penurunan daya sebar akibat tertahannya cairan pelarut yang diabsorbsi oleh
gelling agent.
Waktu pengeringan menjadi sangat penting untuk diketahui karena formulasi
dengan waktu pengeringan yang cepat akan memungkinkan proses pengelupasan yang
cepat pula. Kemudahan penggunaan (applicability) sediaan juga menjadi parameter yang
penting untuk dievaluasi karena bila penerimaan produk oleh pengguna dosmetik rendah
maka akan menurunkan nilai komersial dari produk tersebut. Faktor kinerja pembentukan
film menjadi bagian yang dipertanggung jawabkan dari setiap formulasi karena prinsip
dari masker peel off itu sendiri berdasarkan pada kemampuan untuk mebentuk film
plastik polimer yang mudah untuk dikelupas(Beringhs et al, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Abdassah, M., T. Rusdiana, A. Subghan, dan G. Hidayati. 2009. Formulasi Gel Pengelupas
Kulit Mati yang Mengandung Etil Vitamin C dalam Sistem Penghantaran Macrobead.
Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 7 (2): 105-111.
Adrian, K., 2018. Manfaat Minyak Zaitun untuk Kesehatan. Available at:
https://www.alodokter.com/manfaat-minyak-zaitun-untuk-kesehatan [Accessed May 8,
2021].
Ansel, H.C. 1989. Penghantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi 4. Penerjemah: Farida Ibrahim. UI
Press. Hal. 390- 391.
Arifulloh. Ekstraksi Likopen Buah Tomat (lycopersicum esculentum Mill.) dengan Berbagai
komposisi pelarut. Universitas Jember; 2013
Barel, A. O., M. Paye, and H.I Maibach. 2009. Handbook of Cosmetic Science and Technology.
New York: Informa Healthcare USA, Inc.
Beringhs, A et al, (2013) ‘Green Clay and Aloe Vera Peel-Off Facial Masks: Response Surface
Methodology Applied to the Formulation Design’, American Association of
Pharmaceutical Scientists, 14 (1), pp. 445- 455, doi: 10.1208/s12249-013-9930-8
Cao D, Li H, Yi J, Zhang J, Che H, Cao J, Yang L, Zhu C, Jiang W. Antioxidant properties of
the mung bean flavonoids on alleviating heat stress. PloS one. 2011;6(6):e21071.
DepkesRI. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia;
1995.
D’Orazio, J. Jarrett, S. Amaro-ortiz, A. and Scott T. (2013) ‘UV radiation and the skin’,
International Journal of Molecular Sciences, 14, pp. 12222-12248, doi:
10.3390/ijms140612222.
Fehri, B., Aiache, J. M., Mrad, S., Korbi, S. & Lamaison, J. L. 1996. Olea europaeaL. :
stimulant, anti-ulcer and anti-inflammatory effects. Boll. Chim. Pharm.135(1): 42- 49.
Garg, A., Aggarwal, D,. Garg, S., dan Sigla A.K., (2002). Spreading of Semisolid Formulation:
Pharmaceutical Technology, September 2002.
Grace, F.X., C. Darsika, K.V. Sowmya, K. Suganya, and S. Shanmuganathan. 2015. Preparation
and Evaluation of Herbal Peel Off Face Mask. American Journal of PharmTech
Research. (5): 33-336.
Ida, N., dan Noer, S.F. 2012. Uji Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera L.).
Majalah Farmasi dan Farmakologi. 16 (2). 79- 84.
Johnson. 1957. Olive Classification. Jakarta : EGC.
Martin, A., J. Swarbrick, and A Cammarata.. Farmasi Fisik: Dasardasar Farmasi Fisik dalam
Ilmu Farmasetik. Edisi Ketiga. Penerjemah: Yoshita. Jakarta: UI Press; 1993, Hal. 1129-
1187.
Masaki, H. (2010) ‘Role of antioxidants in the skin: Anti-aging effects’, Journal of
Dermatological Science, 58 (2), pp. 85-90, doi: 10.1016/j.jdermsci.2010.03.003.
Molyneux, P. 2004. The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for
estimating antioxidant activity. Songklanakarin Journal of Science and Technology. 26:
211–219.
Pandel, R., Poljsak, B., Godic, A., and Dahmane, R. (2013) ‘Skin photoaging and the role of
antioxidants in its prevention’, ISRN Dermatology, pp. 1-11. doi: 10.1155/2013/930164.
Ralph G. Harry’s Cosmeticology. Edisi keenam. New York. Chemical Publishing., Inc; 1973,
Hal : 103-109.
Rowe, G.R., P.J. Sheskey, and S.C. Owen. 2006. Handbook of PHarmaceutical Excipients. 5.
London: Pharmaceutical Press.
Rukmana, R. 2006. Kacang Hijau, Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. 68p.
Sanmartin et al. 2018. The effects of packaging and storage temperature on the shelf-life of extra
virgin olive oil. University of Pisa, Via del Borghetto 80, 56124 Pisa, Italy
Septiani, S., N. Wathoni dan S. R. Mita. Formulasi Sediaan Masker Gel Antioksidan Dari
Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetun GNEMON Linn.). Universitas Padjadjaran.
Bandung; 2011.
Setyaningrum, N.L. 2013. Pengaruh Variasi Kadar Basis HPMCDalam Sediaan Gel Ekstrak
Etanolik Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.) Terhadap Sifat Fisika dan
Daya Antibakteri pada Staphylococcus aureus. Naskah Publikasi. Fakutas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Suardi, M., Armenia, dan Anita, M. 2008. Formulasi dan Uji Klinik Gel Anti Jerawat Benzoil
Peroksida-HPMC. Skripsi. Fakultas Farmasi FMIPA UNAND.
Sukmawati, M.,Arisanti, C., Wijayanti, N. 2020. Pengaruh Variasi Konsentrasi PVA, HPMC,
dan Gliserin terhadap Sifat Fisika Masker Wajah Gel Peel Off Ekstrak Etanol 96% Kulit
Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Udayana.
Sulastri, A., dan Yohana, A. Formulasi Masker Gel Peel Off untuk Perawatan Kulit Wajah.
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran. Majalah Farmaka Volume 4 No 13.
Tranggono, R.I., dan F. Latifah. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. PT. Gramedia,
Jakarta; 2007.
Vasic, S.M., Stevanovic, O.D., Licina, B.Z., Radojevic, I. D., & Comic, L.R. (2012). Biological
Activities of exctracts krom cultivated Granadilla Passiflora alata. EXCLI Journal ;
11:208-211.
Vieira, R.P., A.R. Fernandes, T.M. Kaneko, V.O. Consiglieri, C.A.S.O. Pinto, et al. 2009.
Physical and Physicochemical Stability Evaluation of Cosmetic Formulations Containing
Soybean Extract Fermented by Bifidobacterium animalis. Brazilian Journal of
Pharmaceutical Sciences. 45 (3): 515-525.
Wijayanti, N.P.A.D., Astuti, K.W., I.G.N.J.A. Prasetia, M.Y.D. Darayanthi, P.N.P.D. Nesa,
L.D.S. Wedarini, and D.N.P. Adhiningrat. 2015. Profil Stabilitas Fisika Kimiamasker
Gel Peel-Off Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Journal Universitas
Udayana. 99-103.
Yadav, N., and Yadav, R. (2015) ‘Preparation and evaluation of herbal face pack’, International
Journal of Recent Scientific Research, 6 (5), pp. 4334-4337.
Yeom, G., D.M. Yun, Y.W. Kang, J.S. Kwon, I.O. Kang, and S.Y, Kim. 2011. Clinical efficacy
of facial masks containing yoghurt and Opuntia humifusa Raf. (F-YOP). J. cosmet Sci. 62
(5): 505-514.
Yuliani, S. H. 2010. Optimasi Kombinasi Campuran Sorbitol, Gliserol, dan Propilenglikol
dalam Gel Sunscreen Ekstrak Etanol Curcuma manggai. Majalah Farmas Indonesia. 21
(2): 83-89
LAMPIRAN
1. Kemasan Primer

2. Kemasan Sekunder

Anda mungkin juga menyukai