Anda di halaman 1dari 12

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manggis (Garcinia mangostana L.)

Di Indonesia manggis mempunyai berbagai macam nama lokal seperti

manggu (Jawa Barat), manggus (Lampung), manggusto (Sulawesi Utara),

manggista (Sumatra Barat). Pohon manggis dapat tumbuh di dataran rendah

sampai di ketinggian di bawah 1.000 m dpl. Pusat penanaman pohon manggis

adalah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Barat (Jasinga, Ciamis,

Wanayasa), Sumatra Barat, Sumatra Utara, Riau, Jawa Timur, dan Sulawesi

Utara (Prihatman, 2000; ICUC, 2003).

Buah manggis tersusun dalam sistematika sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivision : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Guttiferanales

Famili : Guttiferae

Genus : Garcinia

Spesies : Garcinia mangostana L

Pohon manggis hanya bisa tumbuh di hutan dan dataran tinggi tertentu

yang beriklim tropis seperti Indonesia, Malaysia, Vietnam, Myanmar, Filipina dan

Thailand serta Hawai dan Australia Utara (Yunitasari, 2011).

6
7

Manggis (Garcinia mangostana Linn) merupakan salah satu tanaman buah

tropika yang pertumbuhannya paling lambat, tetapi umurnya juga paling panjang.

Tanaman yang berasal dari biji umumnya membutuhkan waktu 10-15 tahun untuk

memulai berbuah. Tingginya mencapai 10-25 meter dengan ukuran kanopi sedang

serta tajuk yang rindang berbentuk piramida. Diameter batang 25-35 cm dan kulit

batang kayu biasanya berwarna coklat gelap atau hampir hitam, kasar dan

cenderung mengelupas. Getah manggis berwarna kuning (getah kuning) atau resin

ada pada semua jaringan utama tanaman (Yunitasari, 2011).

2.1.1. Kandungan

Kandungan kimia kulit manggis adalah xanton, alfa mangostin, garsinon,

flavonoid, tannin, anti-inflamasi, anti-kanker dan anti-mikroba. Diketahui

senyawa dalam kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn) yang dapat

menghambat pertumbuhan fungi adalah xanton dari mangostin beserta derivat-

derivatnya (Chaverri et.al, 2008).

2.1.1.1. Xanton

Xanton adalah senyawa dalam kulit manggis yang berfungsi sebagai

antifungi yang terdiri dari mangostin beserta derivat-derivatnya. Xanton dapat

diisolasi dari kulit, buah dan daun manggis (Norsileny, 1998).

Xanton terdistribusi luas pada tumbuhan tinggi, tumbuhan paku, tumbuhan

jamur dan tumbuhan lumut. Sebagian besar xanton ditemukan pada tumbuhan

tinggi yang dapat diisolasi dari empat suku, yaitu, Guttiferae, Moraceae,

Polygalaceae dan Gentianaceae (Pradipta, 2009).


8

Xanton merupakan salah satu flavonoid minor yang memiliki reaksi warna

dan gerakan kromatrografi serupa dengan flavonoid.

Gambar 1. Struktur Umum Xanton (Sumber: I.B. Obot et all, 2011: 201)

2.1.1.2. Flavonoid

Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol yang mempunyai

kecenderungan untuk mengikat protein, sehingga mengganggu proses

metabolisme (Poeloengan dkk, 2010: 68)

Gambar 2. Struktur Umum Flavonoid (Subandi, 2012)

2.1.1.3. Tannin

Tannin terdiri atas berbagai asam fenolat. Tannin mempunyai rasa sepat

dan dapat digunakan dalam menyamak kulit. Beberapa senyawa tannin

mempunyai aktivitas antioksidan, menghambat pertumbuhan tumor dan


9

menghambat enzim seperti reverse transkriptase dan DNA topoisomerase,

antidiare, hemostatik dan antihemoroid (Yunitasari, 2011).

Tannin merupakan senyawa yang bersifat lipofilik sehingga mudah terikat

pada dinding sel dan mengakibatkan kerusakan dinding sel. Selain itu, tannin

dapat menghambat sintesis kitin yang merupakan komponen penting dinding sel

jamur (Najib, 2009).

Tannin dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan

bakteri, sedangkan pada konsentrasi tinggi mampu bertindak sebagai antibakteri

dengan cara mengkoagulasi atau menggumpalkan protoplasma bakteri sehingga

terbentuk ikatan yang stabil dengan protein bakteri. Selain itu, pada saluran

pencernaan tannin mampu mengeliminasi toksin (Poeloengan dkk, 2010: 68).

2.1.1.4. Alfa-mangostin

Alfa-mangostin merupakan senyawa yang sangat berkhasiat dalam

menekan pembentukan senyawa karsinogen pada kolon. Selain alfa-mangostin,

senyawa xanton juga mengandung gama-mangostin yang juga memiliki banyak

manfaat dalam memberikan proteksi atau melakukan upaya pencegahan terhadap

serangan penyakit.

2.1.1.5. Antosianin

Antosianin memiliki kemampuan sebagai anti-oksidan yang baik dan

memiliki peranan yang cukup penting dalam mencegah beberapa penyakit seperti

kanker, diabetes, kardiovaskuler, dan neuronal. Antosianin merupakan kelompok

pigmen yang terdapat dalam tanaman dan biasanya ditemukan dalam bunga,
10

sayuran maupun buah-buahan seperti Manggis, Stroberry, Rasberry, Apel, dan

lainnya (Haryadi, 2010).

2.1.1.6. Saponin

Saponin merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan permeabilitas

membran sehingga terjadi hemolisis sel. Apabila saponin berinteraksi dengan sel

bakteri atau sel jamur, maka bakteri tersebut akan rusak atau lisis (Utami, 2013).

2.1.2. Manfaat

2.1.2.1. Anti-inflamasi (Peradangan)

Kulit buah manggis memiliki kemampuan sebagai anti-inflamasi (anti-

peradangan).

2.1.2.2. Anti-kanker

Selain sebagai anti-oksidan, khasiat xanton juga sebagai anti-kanker.

Ekstrak kulit manggis bersifat anti-proliferasi untuk menghambat pertumbuhan sel

kanker, selain itu ekstrak kulit manggis juga bersifat apoptosis, penghancur sel

kanker.

2.1.2.3. Anti-mikroba

Kulit buah manggis diketahui mempunyai daya anti-mikroba terhadap

beberapa jenis bakteri, salah satunya Staphylococcus aureus yang resisten

terhadap antibiotik metisilin. Hasilnya menunjukkan bahwa satu isolate aktif

alfamangostin yang merupakan salah satu derivate xanton, menghambat

pertumbuhan bakteri tersebut dengan MIC sebesar 1,57-12,5 μg/mL (Yunitasari,

2011).
11

2.2. Infusum

Infusum adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia

nabati dengan air pada suhu 900C selama 15 menit. Pembuatan infusum kulit

manggis dilakukan sesuai tahapan berikut: kulit manggis ditimbang dengan

timbangan analitik sebesar 1,5 gram untuk konsentrasi 6%, 1,75 gram untuk

konsentrasi 7%, 2 gram untuk konsentrasi 8%, 2,25 gram untuk konsentrasi 9%,

2,5 gram untuk konsentrasi 10%. Setelah itu simplisia kulit manggis masukkan

dalam tabung reaksi yang masing-masing tabung telah diisi dengan aquades

sebanyak 25 ml pada masing-masing konsentrasi, kemudian dipanaskan dalam

waterbath selama 15 menit dengan suhu 900C, setelah itu larutan disaring

menggunakan kain kasa steril (Farmakope, 1982).

2.3. Candida albicans

Candida albicans adalah suatu ragi lonjong, bertunas yang menghasilkan

pseudomiselium baik dalam biakan maupun dalam jaringan dan eksudat. Ragi ini

adalah flora normal selaput mukosa saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan

genitalia wanita. Tetapi pada keadaan tertentu, jamur ini bisa menyebabkan

penyakit (Jawetz, 2005).

Kandidiasis yang menyerang daerah genitalia disebut kandidiasis vaginalis

(Nurhayati, 2005 ; Kuswadji, 2007). Kandidiasis vaginalis terjadi di seluruh

dunia, dapat menyerang semua umur terutama bayi dan orangtua (Jawetz, 2005).

Gejala paling jelas pada penderita yang terinfeksi Candida albicans adalah

gatal-gatal pada muara alat kelamin. Gejala yang lain adalah nyeri saat melakukan

hubungan seks atau nyeri saat penis memasuki vagina, iritasi pada bibir kemaluan,
12

nyeri saat kencing atau mengedan. Terdapat adanya sedikit cairan keputihan

seperti susu. Penyakit ini umumnya berkembang sekitar sepuluh hari, dan

beberapa wanita memperlihatkan berbagai gejala pada masa ini (Cutillas, 2013).

Secara alami jamur Candida albicans menghuni saluran pencernaan dan

vagina. Dalam kondisi normal, jamur Candida albicans hidup harmonis dengan

flora yang juga menghuni usus (dikenal sebagai probiotic). Jika tubuh sehat, jamur

Candida albicans tidak akan menimbulkan masalah karena diimbangi oleh bakteri

probiotik yang juga menghuni saluran-saluran tersebut (Health, 2006).

Infeksi Candida albicans terjadi di daerah yang lembab, seperti mulut,

vagina, dan lipat kulit. Penyakit ini akan memburuk dalam keadaan umum dan

atau penggunaan obat-obat sitotoksik. Infeksi oral dapat terjadi pada gigi yang

berlubang, atau gigi palsu yang tidak pas (Barbara, 2005).

2.3.1. Morfologi

Seperti jamur patogen lainnya, Candida albicans merupakan jamur

dimorfik yang dapat mengalami perubahan morfologi reversible antara sel

budding uniseluler berbentuk ovoid (sel ragi, atau blastospora) dan bentuk

filamen. Blastospora merupakan bentuk uniseluler yang dapat membelah dengan

budding. Proses budding ini melibatkan pertumbuhan material seluler baru dari

tempat selektif pada permukaan blastospora. Tunas (bud) yang baru biasanya

timbul pada kutub distal dan mengawali fase pertumbuhan. Kemudian terjadi

pembelahan inti, dan terbentuk septum antara sel induk dan sel anak.dua unit sel

yang berpisah akan membentuk blastospora (Calderone, 2002).


13

Hifa yang terbentuk dari sel ragi tidak memiliki konstruksi pada leher sel

induk dan memiliki dinding sel yang paralel. Pseudohifa memiliki konstriksi pada

leher antara sel induk dan sel anak dan pada tiap sambungan septumnya, juga

memiliki panjang dan lebar yang sangat bervariasi. Gambaran khas dari

pseudohifa yaitu lebar kompartemen filamennya tidak konstan, yaitu lebih lebar

di bagian tengah dibandingkan kedua ujungnya (Sudbery, 2004).

2.3.2. Biakan

Media yang biasanya digunakan adalah agar dekstrosa sabaroud dengan

atau tanpa antibiotik. Antibiotik ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan

bakteri yang dapat tumbuh bersama jamur. Biakan akan tumbuh setelah 3 hari

dengan inkubasi pada suhu kamar (250C-300C), dengan ukuran 2-5,5μ × 3-6μ

tergantung dari lama inkubasinya. Koloni Candida albicans berwarna krem,

timbul di atas permukaan media, permukaan koloni halus dan licin, dan berbau

khas ragi. Untuk kultur murni dipilih koloni yang terpisah. Pada media cair,

Candida biasanya tumbuh pada dasar tabung (Jawest, 2004).

2.3.3. Klasifikasi Candida albicans menurut Hendrawati, 2008

Kingdom : Fungi

Phylum : Ascomycota

Subphylum : Saccharomycota

Class : Saccharomycetes

Ordo : Saccharomycetales

Family : Saccharomycetaceae

Genus : Candida
14

Spesies : Candida albicans

Sinonim : Candida stellatoidea dan Oidium albicans

2.3.4. Cara Infeksi

Infeksi Candida dapat berlangsung secara endogen dan eksogen atau

berkontak langsung. Infeksi endogen lebih sering tejadi karena Candida ini

memang bersifat saprofit didalam traktus digestivus. Infeksi eksogen atau

berkontak langsung dapat terjadi bila sel-sel ragi menempel pada kulit atau selaput

lendir sehingga dapat menimbulkan kelainan-kelainan pada kulit, misal vaginitis

(Siregar, 2005).

Sumber utama infeksi Candida albicans adalah flora normal dalam tubuh

pada pasien dengan sistem imun yang menurun. Infeksi dapat terjadi apabila ada

faktor predisposisi baik endogen maupun eksogen (Simatupang, 2008).

2.3.5. Aktivitas Antifungi

Kandungan xanton yang dapat menangkal semua bakteri dan jamur

penyebab pembusukan (Subagja, 2013).

Selain xanton, tannin juga merupakan senyawa yang digunakan sebagai

anti-jamur. Tannin merupakan senyawa yang bersifat lipofilik sehingga mudah

terikat pada dinding sel dan mengakibatkan kerusakan dinding sel. Selain itu,

tannin dapat menghambat sintesis kitin yang merupakan komponen penting

dinding sel jamur (Najib, 2009).

2.3.6. Metode Uji Perhitungan Jumlah Koloni

Metode Permukaan (Surface/Pour Plate) merupakan teknik yang dilakukan

dengan cara, agar yang telah steril terlebih dahulu dituangkan ke dalam cawan
15

petri steril dan dibiarkan membeku. Setelah membeku dengan sempurna,

kemudian masukkan sebanyak 10 μl sampel yang telah diencerkan, dipipet pada

permukaan agar tersebut. Triangle dicelupkan ke dalam alkohol 95% dan

dipijarkan sehingga alkoholnya habis terbakar. Setelah dingin, batang triangle

tersebut digunakan untuk meratakan sampel diatas medium agar dengan cara

memutarkan cawan petri diatas meja.

Inkubasi dilakukan dengan suhu dan waktu tertentu sesuai dengan jenis

mikroba yang akan dihitung. Medium agar yang akan digunakan juga disesuaikan

dengan jenis mikroba yang akan ditumbuhkan. Selama inkubasi, sel-sel yang

masih hidup akan tumbuh dan membentuk koloni yang terlihat langsung oleh

mata. Setelah akhir masa inkubasi, koloni terbentuk dihitung. Setiap koloni dapat

dianggap berasal dari satu sel yang membelah menjadi banyak sel, meskipun

mungkin berasal dari > satu sel yang letaknya berdekatan. Perhitungan jumlah

koloni dapat dilakukan dengan menggunakan “Quebec Colony Counter” (Fardiaz,

1989).

Metode cawan tuang merupakan teknik lain yang dapat digunakan untuk

mendapatkan koloni murni mikroorganisme. Kelemahan metode ini adalah

membutuhkan waktu dan bahan yang lama dan banyak, akan tetapi tidak

memerlukan keterampilan tinggi. Biakan campuran diencerkan dengan

menggunakan medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan. Pengenceran

dilakukan dalam beberapa tahap hingga diperoleh koloni tunggal (Praktikum

Mikrobiologi Laut, 2012).


16

2.4. Kerangka Teori


Kulit Manggis

Ekstrak Kulit Manggis


metode infusum
Xanton
flavonoid
Xanton Tannin
Flavonoid saponin
Tannin
Alfa-mangostin
Antosianin Antifungi
saponin

Pertumbuhan Jamur

Keputihan
Pertumbuhan
Candida albicans

Gambar 3. Kerangka Teori

2.5. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka pengaruh

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian

yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2002).

Dalam penelitian ini, konsep yang ingin diamati atau diukur adalah daya

hambat infusum kulit buah manggis terhadap Candida albicans.

Konsentrasi Ekstrak
Kulit Buah Manggis

- Variasi Konsentrasi
(6% b/v, 7% b/v, 8% b/v, 9% ∑ koloni
b/v, 10% b/v) Candida albicans
- Waktu kontak
(10 menit, 20 menit, 30 menit)
Gambar 4. Kerangka Konsep
17

2.6. Hipotesis

- Ha : Ada pengaruh pemberian ekstrak kulit buah manggis dari berbagai

variasi konsentrasi dan lama waktu kontak terhadap pertumbuhan Candida

albicans.

- H0 : Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak kulit buah manggis dari berbagai

variasi konsentrasi dan lama waktu kontak infusum kulit buah manggis

terhadap pertumbuhan Candida albicans.

Anda mungkin juga menyukai