Anda di halaman 1dari 7

REVIEW ARTIKEL : ANALISIS TANAMAN OBAT

TEMULAWAK (Curcuma Xanthorrhiza Roxb)

Mien Sukmawati, Anisa Wiji Astuti, Nurul Fitra Rahmadani, Ita Muharny, Destianita Sari,
Ismayanti, Mirna Mayangsari, Artiwi, Wahyu Purwanto, Dan Ratna Ningsih.

Abstrak
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) termasuk dalam suku temu-temuan
(Zingiberacea) yang banyak ditemukan di daerah tropis. Temulawak merupakan salah satu
jenis temu-temuan yang berasal dari Indonesia yang paling banyak digunakan sebagai
bahan baku untuk obat tradisional. Tujuan dari review ini yaitu untuk mengetahui
kandungan dan manfaat serta identifikasi dari tanaman obat temulawak. Metode yang
digunakan pada review ini yaitu studi literatur atau penelusuran pustaka dengan
mengumpulkan informasi melalui google schoolar dari beberapa jurnal dengan
menggunakan kata kunci ‘temulawak’. Hasil yang diperoleh dari review ini yaitu secara
kualitatif diperoleh pada skrining fitokimia bahwa temulawak positif mengandung
flavonoid, alkaloid, triterpenoid dan glikosida. Secara kuantitatif yaitu kadar air pada
rimpang temulawak yaitu 8,73% dan kadar abu totalnya yaitu 4,69%. Kadar
kurkuminoidnya tanpa defatiasi yaitu etanol 14,29±2,54, aseton 22,24±2,33 dan etil asetat
18,44±0,07. Sedangkan yang dengan defatiasi yaitu etanol 22,14±2,54, aseton 28,92±0,18
dan etil asetat 24,19±0,70. Berdasarkan hasil analisis logam berat menunjukkan bahwa
kadar logam berat pada temulawak masih berada di bawah standar BPOM. Temulawak
yang biasa digunakan sebgai obat herbal yaitu berupa jamu pegal linu yang digunakan
sebagai obat nyeri mengandung bahan kimia obat berupa paracetamol. Kesimpulan

Pendahuluan
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberacea)
yang banyak ditemukan daerah tropis. Temulawak juga berkembang biak terutama pada tanah yang
gembur agar menjadi besar. Selain di dataran rendah, temulawak juga dapat tumbuh sampai pada
ketinggian tanah 1.500 meter di atas permukaan laut. Temulawak adalah bahan baku obat tradisional
yang banyak digunakan dari keluarga Zingiberaceae.Temulawak merupakan tanaman berbatang semu
dengan bunga yang eksotis berwarna putih kemerahan dan memiliki rimpang relatif besar dengan
warna irisan rimpang kuning cerah. Temulawak dapat tumbuh di daerah tanah gembur hutan tropis
dengan ketinggian 5-1500 mreter dpl, tanah kering, perkarangan, ladang, dan padang alang-alang.
(Syamsudin dkk, 2019).

Rimpang temulawak mengandung beberapa komponen bioaktif, yaitu salah satunya adalah
kurkumin. Kandungan kurkumin dalam rimpang temulawak dapat menghambat pembentukan LDL
akibat induksi sel stelata hepar. Ekstraktemulawak juga dapat menurunkan konsentrasi trigliserida
serum, fosfolipid, kolesterol hepar, serta dapat meningkatkan kolesterol HDL serum dan Apo A-I
pada tikus dengan diet kolesterol tinggi. Jintan hitam pada penelitian tahun 2012 dinyatakan mampu
menurunkan kadar trigliserida dan LDL serta menaikkankadar HDL sehingga jintan hitam merupakan
salah satu agen alami yang mencegah aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular. Jintan hitamjuga
dapat melindungi kenaikan profil lemak dan glukosa darah yang risikonya meningkat selama proses
menstruasi (Budiarto dkk, 2017).

Temulawak merupakan salah satu jenis temu-temuan yang berasal dari Indonesia yang paling
banyak digunakan sebagai bahan baku untuk obat tradisional. Komponen aktif yang terdapat dalam
rimpang temulawak adalah xanthorrhizol. Khasiat xanthorrhizol dalam temulawak dapat membantu
menghambat penggumpalan darah, dan dapat menurunkan kolesterol yang berpengaruh terhadap
penggumpalan darah. Temulawak juga memiliki efek farmakologi zat aktif, salah satunya adalah
kuman yang memiliki efek anti inflamasi dan menghambat edema (pembengkakan akibat retensi air
yang berlebihan pada jaringan tubuh). Keterbatasan Keragaman temulawak di Indonesia
menyebabkan rendahnya ketersediaan simplisia yang memiliki kandungan xanthorrhizol sesuai
standar pasar (Mikrom, 2016).

Metode
Pada review artikel ini penulis menggunakan metode studi literatur atau
penelusuran pustaka dengan mengumpulkan informasi melalui google schoolar dari
beberapa jurnal dengan menggunakan kata kunci ‘temulawak’.

Hasil dan Pembahasan


Makroskopik
Pemerian berupa irisan rimpang, keeping tipis, bentuk bulat atau agak jorong,
ringan, keras, mudah patah, permukaan luar berkerut, warna coklt kuning hingga coklat,
bidang irisan melengkung tidak beraturan, tidak rata, sering dengan tonjolan melingkar
pada batas antara korteks dengan silinder pusat, korteks simpit, bekas patahan berdebu:
warna kuning jingga hingga coklat jingga terang: bau khas aromatic; rasa tajam dan pahit
(FHI Edisi II, 2017).

Mikroskopik

Fragmen pengenal adalah amilum, parenkim korteks, sklerenkim, berkas


pengangkut dengan penebalan tipe tangga, dan jaringan gabus. (FHI Edisi II, 2017).

.Analisis Kualitatif

 Skrining Fitokimia
Identifikasi alkaloid, flavonoid dan Triterpenoid
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Yuliana (2019) dimana berdasarkan
pemeriksaan identifikasi kandungan ekstrak etanol rimpang temulawak terdapat golongan senyawa
flavonoid, alkaloid, triterpenoid. Hasil identifikasi kandungan disajikan pada tabel.

Senyawa Reaksi Kimia Hasil Kesimpulan


Flavonoid Larutan NaOH Jingga Positif Ada Flavonoid
Kemerahan
Alkaloid HCL + pereaksi dragendrof Endapan Kuning Positif Ada Alkaloid
dan mayer
Triterpenoi Asam Asetat + H2S04 pekat Cincin Positif Ada
d Kecoklatan Triterpenoid

Identifikasi kandungan rimpang temulawak ini menggunakan metode tabung.


Dimana, Pada uji flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna jingga kemerahan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol rimpang temulawak mengandung flavonoid.
Karena sampel + NaOH akan membentuk asetofenon yang berwarna kemerahan. Flavonoid
termasuk dalam golongan senyawa fenol yang memiliki banyak gugus –OH sehingga sifatnya
polar. Golongan senyawa ini mudah terekstrak dalam pelarut etanol yang juga memiliki sifat
polar Karena adanya gugus hidroksil, sehingga dapat terbentuk ikatan
Berdasarkan pemeriksaan identifikasi kandungan ekstrak etanol rimpang temulawak terdapat
golongan senyawa alkaloid. Pada uji alkaloid menghasilkan positif alkaloid dimana pada uji meyer
yang ditandai dengan endapan kuning. Pada uji alkaloid dengan pereaksi mayer, diperkirakan
nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat (II)
membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap.
Identifikasi Glikosida
Secara fitokimia, temulawak mengandung alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin,
triterpennoid, dan glikosida. Kandungan alkaloid, flavonoid, fenolik, triterpennoid dan
glikosida lebih dominan di banding tannin, saponin dan steroid alkaloid yang bersifat racun
bagi manusia (Tetan-el, 2014). Pada penelitian yang dilakukan oleh Cahyani (2014) dimana
pada pengujian skrining fitokimia, ekstrak etanol temulawak mengandung triterpenoid,
alkaloid, fenol, flavonoid, tanin dan glikosida. Ketika molish bereaksi dengan H2SO4
menghasilkan positif glikosida yaitu terbentuk cincin ungu.
Berdasarkan penelitian Daulay (2019) pada skrining fitokimia serbuk temulawak
dapat dilihat pada table berikut :

No Golongan Senyawa Kimia Serbuk Induk Serbuk


Kunyit Temulawak
1 Alkaloid + +
2 Flavonoid + +
3 Tanin + +
4 Saponin + +
5 Glikosida - -
6 antrakinon - -
7 Steroida / triterpenoid + -

Analisis Kuantitatif
Kadar air pada rimpang temulawak yaitu 8,73% dan kadar abu totalnya yaitu 4,69%
(Sambou, 2017). Persyaratan kadar air dari simplisia menurut parameter standar yang
berlaku adalah tidak lebih dari 10%, hal ini menunjukkan bahwa temulawak
memiliki kadar air yang sesuai persyaratan (Depkes RI,2000).
Kadar Total Curcuminoid
Pada penelitian Sari et al (2013) kadar total kurkuminoid dari rimpang temulawak
pada berbagai pelarut dapat dilihat pada tabel berikut.

Ekstrak Kadar Total Kurkuminoid (%)


Etanol ( ±Sd) Aseton ( ±Sd) Etil Asetat
( ±Sd)
Tanpa 14,29±2,54 22,24±2,33 18,44±0,07
defatiasi
Defatiasi 22,14±2,47 28,92±0,18 24,19±0,70

Analisis Cemaran
Beberapa penelitian melaporkan bahwa simplisia rimpang temulawak yang dijadikan
sebagai bahan obat tradisional tercemari kapang/khamir. Pada penelitian Dewi (2021)
rimpang temulawak memiliki angka kapang/khamir (AKK) sebanyak 72 koloni/g. Cemaran
jamur dapat membahayakan manusia jika jumlahnya melebihi persyaratan yang ditetapkan
oleh BPOM-RI (tidak melebihi 104 koloni/g). Araujo dan Bauab (2012) menyatakan bahwa
pencemaran mikroba dapat mengurangi khasiat dari produk karena gangguan stabilitas
formula, perubahan kenampakan, dan menyebabkan inaktivasi bahan aktif dalam bahan
tersebut.
Pengujian cemaran kapang dilakukan dengan teknik cawan sebar (spread plate
method). Sebanyak 1 ml suspensi hasil pengenceran sampel dituang ke permukaan media dan
diratakan dengan spreader glass. Selanjutnya diinkubasi selama 5 hari pada suhu 25°C.
Jumlah koloni kapang/khamir yang tumbuh dihitung berdasarkan SOP Departemen
Kesehatan tahun 1992. Adapun jumlah koloni kapang/khamir simplisia tanaman rimpang
temulawak dari beberapa pedagang dapat dilihat pada tabel berikut.

Pedagang Jumlah kapang/khamir (koloni/g)*


A 5,0 x 101 ± 1,73 abc
B 7,0 x 101 ± 1,73 bcdef
C 9,6 x 101 ± 1,53 fghi
D 7,6 x 101 ± 1,53 cdefg
E 6,6 x 101 ± 5,77 bcde

Analisis logam berat pada sampel bubuk simplisia, bubuk sari,ekstrak bubuk simplisia dan
ekstrak bubuk sari temulawak. Berdasarkan hasil analisis logam berat menunjukkan bahwa kadar
logam berat pada temulawak masih berada di bawah standar BPOM. Hal ini ditunjukkan pada hasil
analisis logam berat nilai yang diperoleh berada di bawah limit deteksi alat. Berdasarkan peraturan
Badan POM No. 12 Tahun 2014 yang mensyaratkan bahwa untuk obat dalam Rajangan yang diseduh
dengan air panas, kadar Pb : ≤ 10 mg/kg atau mg/L atau ppm, Cd : ≤ 0,3 mg/kg atau mg/L atau ppm,
As : ≤ 5 mg/kg atau mg/L atau ppm

Analisis Bahan Kimia Obat


Menurut Badan Pom RI 2016 tentang obat tradisional mengandung bahan kimia obat
bahwa obat tolak linu PT SM Jaya Jateng memiliki bahan kimia obat paracetamol yang
diamana obat ini juga mengandung temulawak yang biasa digunakan sebagai obat nyeri.
Pada penelitian saputra (2015) tentang Identifikasi Bahan Kimia Obat Dalam Jamu
Pegel Linu Seduh Dan Kemasan Yang Dijual Di Pasar Bandar dengan menggunakan
beberapa merek jamu pegal linu dalam bentuk seduhan dan kemasan dapat dilihat pada tabel
berikut.

Merk Kandungan Kimia Seduhan Kemasan


A Dexamethason - -
Parasetamol + +
B Dexamethason + -
Parasetamol + +
C Dexamethason + -
Parasetamol - -
D Dexamethason - +
Parasetamol + -
E Dexamethason + +
Parasetamol + -

Kesimpulan
Berdasarkan hasil review dapat disimpulkan bahwa Makroskopik Pemerian berupa irisan
rimpang, keeping tipis, bentuk bulat atau agak jorong, ringan, keras, mudah patah, permukaan
luar berkerut, warna coklt kuning hingga coklat, bidang irisan melengkung tidak beraturan,
tidak rata, sering dengan tonjolan melingkar pada batas antara korteks dengan silinder pusat,
korteks simpit, bekas patahan berdebu: warna kuning jingga hingga coklat jingga terang: bau
khas aromatic; rasa tajam dan pahit (FHI Edisi II, 2017).

.Analisis Kualitatif Skrining Fitokimia Identifikasi alkaloid, flavonoid dan Triterpenoid


Berdasarkan penelitian yang dilakukan Yuliana (2019) dimana berdasarkan pemeriksaan
identifikasi kandungan ekstrak etanol rimpang temulawak terdapat golongan senyawa
flavonoid, alkaloid, triterpenoid.

Golongan senyawa ini mudah terekstrak dalam pelarut etanol yang juga memiliki sifat polar
Karena adanya gugus hidroksil, sehingga dapat terbentuk ikatan Berdasarkan pemeriksaan
identifikasi kandungan ekstrak etanol rimpang temulawak terdapat golongan senyawa
alkaloid.
Pada uji alkaloid dengan pereaksi mayer, diperkirakan nitrogen pada alkaloid akan bereaksi
dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat (II) membentuk kompleks kalium-
alkaloid yang mengendap.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Cahyani (2014) dimana pada pengujian skrining
fitokimia, ekstrak etanol temulawak mengandung triterpenoid, alkaloid, fenol, flavonoid,
tanin dan glikosida.

Analisis Bahan Kimia Obat Menurut Badan Pom RI 2016 tentang obat tradisional
mengandung bahan kimia obat bahwa obat tolak linu PT SM Jaya Jateng memiliki bahan
kimia obat paracetamol yang diamana obat ini juga mengandung temulawak yang biasa
digunakan sebagai obat nyeri.

Pada penelitian saputra (2015) tentang Identifikasi Bahan Kimia Obat Dalam Jamu Pegel
Linu Seduh Dan Kemasan Yang Dijual Di Pasar Bandar dengan menggunakan beberapa
merek jamu pegal linu dalam bentuk seduhan dan kemasan dapat dilihat pada tabel berikut.

Daftar Pustaka
Yuliana,S. Dan Annik Megawati. 2019. Uji Efek Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak
(Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Tikus Wistar Yang
Diinduksi Potasium Oksonat Secara In Vivo. Cendekia Journal Of Pharmacy Stikes Cendekia
Utama Kudus. Vol. 3, No. 2. P-Issn 2559 – 2163 E-Issn 2599 – 2155.

Tetan-El, D. Diameter Zona Hambat Dan Efektifitas Temulawak (Curcuma Xanthorriza


Roxb) Terhadap Jumlah Koloni Streptococcus Mutans Di Dalam Mulut [Skripsi]. Universitas
Hasanuddin. 2014.

Sambou,C.N.,Et Al.2017. Pengembangan Produk Sediaan Gel Kombinasi Ekstrak Daun


Sirsak (Annona Muricita L.) Denganekstrak Rimpangtemulawak (Curcuma Xanthorhiza
Roxb.) Sebagai Anti Bakteri Penyebab Jerawat(Propionibacterium Acne Dan Staphylococcus
Epidermidis). Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi – Unsrat Vol. 6 No. 4. Ssn 2302 -2493.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2000. Parameter Standar Umum Ekstrak


Tumbuhan Obat .Departemen Kesehatan Republic Indonesia.

Sari,N.L.D. Et Al.2013. Pengaruh Jenis Pelarut Pada Ekstraksi Kurkuminoid Dari Rimpang
Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb). Chem Info. Vol 1, No 1, Hal 101 – 107.

Araújo, M.G.F & Tais, M.B. (2012). Microbial Quality Of Medicinal Plant Materials. Latest
Research Into Quality Control. Isian Akyar. Intechopen.
Dewi,R. Dan Nur,Rm.2021. Analisis Cemaran Kapang/Khamir Pada Serbuk Simplisia Obat
Tradisional Di Pasar Tradisional Aceh. Jurnal Farmasi Udayana, Vol 10, No 1. 86 – 92.

Pulung,M.L.,2018.Standarisasi Bahan Rimpang Temulawak Asal Manokwari Papua Barat


Sebagai Antimalaria Alami. Chem. Prog. Vol. 11, No.1
Cahyani, M.N. 2014. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma
Xanthorrizha Roxb.) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Galur
Wistar Yang Diinduksi Aloksan. [Skripsi]. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak.

BPOM RI.2016. Tentang Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat. Lampiran 1
Public Warning No. HM.03.03.1.431.11.16.4010

Saputra,S.A.2015. Identifikasi Bahan Kimia Obat Dalam Jamu Pegel Linu Seduh Dan
Kemasan Yang Dijual Di Pasar Bandar. Jurnal Wiyata, Vol. 2 No. 2

Anda mungkin juga menyukai