Dibuat Oleh
Kelompok : IV
Kelas/ Batch : C2 / A
Anggota Kelompok :
1. Puspa Hardianti (F201901072)
2. Shintia Agrifa Ali Imran (F201901076)
3. Sardiyanto (F201901071)
4. Evi Rahmatia (F201901073)
5. Reksi Wahyuni Asis (F201901074)
6. Laode Wawan Setiawan (F201901075)
Koordinator Lab : Nur Hatidjah Awaliah Halid, S.Farm.,M.Farm
V. PERHITUNGAN TONISITAS
Vial adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan
pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 ml. vial dapat berupa
takaran tunggal atau ganda. Digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau
suspensi dengan volume sebanyak 5 ml atau lebih besar. Bila di perdagangan, botol ini
ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau ditebus oleh jarum injeksi untuk
menghisap cairan injeksi (R. Voight hal 464).
Namun ada kelebihan bentuk pemberian injeksi intravena yang digunakan dalam
wadah dosis tunggal ampul tidak perlu ditambahkan pengawet karena sediaan dalam
wadah dosis tunggal (Handbook Of injectable). Sediaan amikacin sulphate dibuat dalam
bentuk vial karena sediaan ampul riskan terhadap pecahan kaca.
Hal yang perlu diperhatikan untuk sediaaan injeksi dalam wadah vial (takaran
ganda):
Tidak perlu isotonis, kecuali untuk subkutan dan intravena harus dihitung isotonis
(0,6%-0,2%) (FI IV hal,13)
Zat pengawet (FI IV hal 17) kecuali dinyatakan lain adalah zat pengawet yang
cocok yang dapat ditambahkan kedalam injeksi yang diisikan dalam wadah
ganda/injeksi yang dibuat secara aseptic, dan untuk zat yang mempunyai
bakterisida tidak perlu ditambahkan pengawet.
Menurut Formularium spesialistik ilmu kesehatan anak Vial untuk sediaan injeksi
dengan kemasan 250, 500 mg, dan 1 gram.
b. Sodium Metabisulfit
Sodium metabisulfit digunakan sebagai antioksidan karena zat aktif yang
digunakan (Amikacin Sulphate) mudah teroksidasi oleh cahaya (FI ed. III). Natrium
metabisulfit digunakan sebagai antioksidan dalam mulut, parenteral, dan formulasi
farmasi topikal, pada konsentrasi 0,01-1,0% w / v, dan pada konsentrasi sekitar 27% b / v
dalam persiapan injeksi intramuscular (Excipients ed. 6th hal. 654).
c. Benzyl Alkohol
Benzil alkohol merupakan pengawet yang sering digunakan dalam sediaan
parenteral golongan alifatik aromatik. Konsentrasi yang biasa digunakan untuk pengawet
benzil alkohol adalah 1%, 1,5%, hingga 2%. Salah satu keuntungan menggunakan benzil
alkohol sebagai pengawet adalah dapat mempunyai efek anestesi lokal pada konsentrasi
10% b/v ( Rowe, 1989 ). Salah satu contoh sediaan injeksi yang menggunakan benzil
alkohol 1% adalah injeksi sianokobalamin/vitamin B12 dengan benzil alkohol 10 ml
dalam 1 liter (Agoes, 2009).
Benzil alkohol adalah salah satu pengawet yang bisa digunakan untuk sediaan dosis
ganda (multiple dose). Benzil alkohol digunakan untuk sediaan optalmik atau parenteral
sebagai pengawet antimikroba sampai dengan konsentrasi 2%. Benzil alkohol bersifat
bakteriostatik dan digunakan sebagai pengawet antimikroba melawan bakteri, jamur,
kapang dan khamir. Aktivitas antimikroba benzil alkohol optimum terjadi pada pH
dibawah 5, aktivitas sedikit ditunjukkan diatas pH 8. Aktivitas antimikroba berkurang
karena adanya surfaktan nonionik, seperti polisorbat 80. berkurangnya aktivitas ini masih
lebih kecil dibandingkan dengan ester hidroksibenzoat atau senyawa ammonium
kuartener (Rowe et al, 2009).
d. Hidrokloryd acid (Asam sulfat)
Asam Sulfat digunakan sebagai agen pengasam dalam berbagai sediaan farmasi dan
makanan. Dalam sediaan ini digunakan untuk mengatur pH 3,5-5,5. Selain digunakan
sebagai eksipien, memiliki beberapa penggunaan terapi untuk pengobatan hyperacidity
lambung, sebagai zat diare, atau untuk merangsang nafsu makan. asam sulfat telah
digunakan dalam formulasi parenteral, oral, topikal, dan sediaan farmasi tetes mata
(Excipients ed. 5th hal. 758).
Nama kimia :
RM/BM : Na2S2O5 / 190.1
Rumus Bangun :
Pemerian : Hablur atau serbuk; yang berbentuk hablur tidak
berwarna, yang berbentuk serbuk berwarna putij atau
kuning gading; bau belerang; rasa asam dan asin. (FI III
hal 419)
Konsentrasi : 0.01–1.0 %
Stabilitas : Jika terpapar oleh udara dan kelembaban, natrium
metabisulfit secara perlahan teroksidasi menjadi
natrium sulfat dengan disintegrasi kristal. solusi
metabisulfit juga terurai di udara, terutama pada
pemanasan.
Incompability : Sodium metabisulfit dapat bereaksi dengan topi karet
botol multidose, yang karenanya harus pra-perawatan
dengan natrium solusi metabisulfit. Selain itu, natrium
metabisulfit tidak kompatibel dengan kloramfenikol
serta Sodium metabisulfit bereaksi dengan
simpatomimetik dan obat lainnya yang turunan alkohol
ortho-atau para-hydroxybenzyl untuk membentuk
turunan asam sulfonat yang memiliki sedikit atau tidak
ada aktivitas farmakologisnya.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di
tempat yang sejuk dan kering
Stabilitas : Air secara kimiawi stabil dalam semua keadaan fisik (es,
cair, dan uap)
Metode Sterilisasi : Air untuk injeksi adalah air suling segar yang disuling
kembali, disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C,
menggunakan metode fisika.
Ditjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
Dirjen POM, (2014), Farmakope Indonesia, Edisi V, Depkes RI, Jakarta
Gennaro, A.R., (1998), Remington’s Pharmaceutical Science, 18𝑡ℎ Edition, Marck Publishing
Co, Easton.
Groves, M.J., (1989), Parenteral Technology Manual, Second Edition, Interpharm Press.
Lacman, L,et all, (1986), The Theory and Practise of Industrial Pharmacy, Third Edition,
Lea and Febiger, Philadelphia.
Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London. Hal: 654-655.
Turco, S., dkk., (1970), Sterile Dosage Forms, Lea and Febiger, Philadelphi