Anda di halaman 1dari 11

LABORATORIUM FTS STERIL

PROGRAM STUDI FARMASI

FORMULASI SEDIAAN INTRAVENA


DOSIS GANDA (VIAL)

Dibuat Oleh
Kelompok : IV
Kelas/ Batch : C2 / A
Anggota Kelompok :
1. Puspa Hardianti (F201901072)
2. Shintia Agrifa Ali Imran (F201901076)
3. Sardiyanto (F201901071)
4. Evi Rahmatia (F201901073)
5. Reksi Wahyuni Asis (F201901074)
6. Laode Wawan Setiawan (F201901075)
Koordinator Lab : Nur Hatidjah Awaliah Halid, S.Farm.,M.Farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2022
I. FORMULA ASLI
Sediaan intravena dosis ganda : Vial zat aktif Amikasin

II. MASTER FORMULA


Nama Produk : HAVIL ®
Jumlah Produk : 5 vial ® 2 mL
Tanggal Produk : 29 Januari 2023
No. Registrasi : DKL2910010A1
Nomor Batch : 2901231
Komponen Formula : Tiap 2 ml vial Mengandung :
Amikacin 1%
Sodium Metabisulfite 0.01%
Benzil Alkohol 0,5%
Hidrokloryd Acid qs
Water For Injection ad 10 mL

III. RANCANGAN FORMULA


Pabrik Nama produk
HAVIL®
PT. Hanifa Farma Master formula dibuat oleh Kegunaan Perdosis
Kelompok 4
29 januari 2023
01-AKM Amikacin Zat Aktif 1g
02-SOK Sodim Metabisulfate Antioksidan 0,01g
03-BAL Benzyl Alkohol Pengawet 0,5g
04-HYA Hidrokloryd Acid Pengatur PH qs
05-WFI Water For Injection Pelarut Ad 10

IV. PERHITUNGAN BAHAN


1
 Amikasin 1% = x 2=0,02 gram
100
0,01
 Sodium Metabisulfite 0,01% = x 2=0,05 gram
100
0,5
 Benzyl alkohol 0,5%¿ x 2=0 , 01 gram
100

 Water For Injection ad 10 = 10- (0,05+0,02)


=10-0,07
= 9,93

V. PERHITUNGAN TONISITAS

VI. ALASAN PEMILIHAN BENTUK SEDIAAN

Vial adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan
pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 ml. vial dapat berupa
takaran tunggal atau ganda. Digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau
suspensi dengan volume sebanyak 5 ml atau lebih besar. Bila di perdagangan, botol ini
ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau ditebus oleh jarum injeksi untuk
menghisap cairan injeksi (R. Voight hal 464).

Namun ada kelebihan bentuk pemberian injeksi intravena yang digunakan dalam
wadah dosis tunggal ampul tidak perlu ditambahkan pengawet karena sediaan dalam
wadah dosis tunggal (Handbook Of injectable). Sediaan amikacin sulphate dibuat dalam
bentuk vial karena sediaan ampul riskan terhadap pecahan kaca.

Hal yang perlu diperhatikan untuk sediaaan injeksi dalam wadah vial (takaran
ganda):

 Perlu pengawet karena digunakan berulang kali sehingga kemungkinan adanya


kontak dengan lingkungan luar yang ada mikroorganismenya

 Tidak perlu isotonis, kecuali untuk subkutan dan intravena harus dihitung isotonis
(0,6%-0,2%) (FI IV hal,13)

 Perlu dapat sesuai pH stabilitasnya

 Zat pengawet (FI IV hal 17) kecuali dinyatakan lain adalah zat pengawet yang
cocok yang dapat ditambahkan kedalam injeksi yang diisikan dalam wadah
ganda/injeksi yang dibuat secara aseptic, dan untuk zat yang mempunyai
bakterisida tidak perlu ditambahkan pengawet.

VII.ALASAN PEMILIHAN ZAT AKTIF DAN BAHAN TAMBAHAN


a. Amikasin (Zat Aktif)
Amikasin sulfat adalah antibiotik golongan aminoglikosida yang mempunyai
spektrum luas yang aktif terhadap bakteri gram negatif termasuk Pseudomonas spp,
Escherichia coli, Proteus spp indol-positif dan indol-negatif, Klebsiella-Enterobacter-
Serratia spp, Salmonella, Shigella, Acinetobacter (Minea-Herellae), Citrobacter Freundii
dan Providencia spp
Pemberian amikasin 500 mg sebagai dosis tunggal kepada orang dewasa normal
secara infus intravena, selama periode 30 menit menghasilkan konsentrasi serum puncak
rata-rata 38 mcg/ml pada akhir pemberian infus dan kadar 24 mcg/ml; 18 mcg/ml; dan
0,75 mcg/ml pada 30 menit, 1 jam dan 10 jam setelah pemberian infus, berturut-turut.
Delapan puluh empat persen dari dosis diekskresikan melalui urin dalam waktu 9 jam dan
sekitar 94% dalam waktu 24 jam. Pengulangan pemberian infus 7,5 mg/kg setiap 12 jam
ditoleransi secara baik dan tidak menghasilkan akumulasi obat.

Menurut Formularium spesialistik ilmu kesehatan anak Vial untuk sediaan injeksi
dengan kemasan 250, 500 mg, dan 1 gram.

b. Sodium Metabisulfit
Sodium metabisulfit digunakan sebagai antioksidan karena zat aktif yang
digunakan (Amikacin Sulphate) mudah teroksidasi oleh cahaya (FI ed. III). Natrium
metabisulfit digunakan sebagai antioksidan dalam mulut, parenteral, dan formulasi
farmasi topikal, pada konsentrasi 0,01-1,0% w / v, dan pada konsentrasi sekitar 27% b / v
dalam persiapan injeksi intramuscular (Excipients ed. 6th hal. 654).

c. Benzyl Alkohol
Benzil alkohol merupakan pengawet yang sering digunakan dalam sediaan
parenteral golongan alifatik aromatik. Konsentrasi yang biasa digunakan untuk pengawet
benzil alkohol adalah 1%, 1,5%, hingga 2%. Salah satu keuntungan menggunakan benzil
alkohol sebagai pengawet adalah dapat mempunyai efek anestesi lokal pada konsentrasi
10% b/v ( Rowe, 1989 ). Salah satu contoh sediaan injeksi yang menggunakan benzil
alkohol 1% adalah injeksi sianokobalamin/vitamin B12 dengan benzil alkohol 10 ml
dalam 1 liter (Agoes, 2009).
Benzil alkohol adalah salah satu pengawet yang bisa digunakan untuk sediaan dosis
ganda (multiple dose). Benzil alkohol digunakan untuk sediaan optalmik atau parenteral
sebagai pengawet antimikroba sampai dengan konsentrasi 2%. Benzil alkohol bersifat
bakteriostatik dan digunakan sebagai pengawet antimikroba melawan bakteri, jamur,
kapang dan khamir. Aktivitas antimikroba benzil alkohol optimum terjadi pada pH
dibawah 5, aktivitas sedikit ditunjukkan diatas pH 8. Aktivitas antimikroba berkurang
karena adanya surfaktan nonionik, seperti polisorbat 80. berkurangnya aktivitas ini masih
lebih kecil dibandingkan dengan ester hidroksibenzoat atau senyawa ammonium
kuartener (Rowe et al, 2009).
d. Hidrokloryd acid (Asam sulfat)
Asam Sulfat digunakan sebagai agen pengasam dalam berbagai sediaan farmasi dan
makanan. Dalam sediaan ini digunakan untuk mengatur pH 3,5-5,5. Selain digunakan
sebagai eksipien, memiliki beberapa penggunaan terapi untuk pengobatan hyperacidity
lambung, sebagai zat diare, atau untuk merangsang nafsu makan. asam sulfat telah
digunakan dalam formulasi parenteral, oral, topikal, dan sediaan farmasi tetes mata
(Excipients ed. 5th hal. 758).

e. Water For Injection ( Zat Pembawa/Pelarut)


Merupakan pelarut yang paling sering digunakan pada pembuatan obat suntik
secara besar-besaran. Air ini dimurnikan dengan cara penyulingan atau osmosis terbalik
(reserve osmosis). Air tersebut dimaksudkan untuk pembuatan produk yang disuntikkan
yamg akan disterlkan sesudah dibuat (Ansel.2011:407).
Pembawa dan pelarut yang paling sering dipakai untuk produk steril adalah air,
karena air merupakan pembawa untuk semua cairan tubuh. Air merupakan pelarut dan
pembawa yang paling banyak digunakan pembawa sediaan obat dalam/pelarut farmasi.
Air sebagai pelarut untuk melarutkan bahan tambahan

VIII. URAIAN BAHAN

1. Amikasin (F.I Edisi V : 2014)


Sinonim : Amikasin
Nama Kimia :O-3-Amino-3-deoksi-a-D-glukopiranosil(1 4)-O-[6-deoksi-
a-D-glukopiranosil(1 6)]-N3-(4-amino-L-2-hidroksi-butiril)-
2-deoksi-L-streptamina.
Struktur kimia :
RM : C22H43N5O13
BM : 585,61
Pemerian : Serbuk hablur; putih.
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air.
pH : Antara 9,5 dan 11,5
Fungsi : zat aktif (diuretik)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

2. Sodium Metabisulfite (Rowe. 2009;654-655)


Nama Resmi : SODIUM METABISULFITE
Nama Lain : Disodium disulfite; disodium pyrosulfite; disulfurous
acid, disodium salt; E223; natrii disulfis; natrii
metabisulfis; sodium acid sulfite.

Nama kimia :
RM/BM : Na2S2O5 / 190.1
Rumus Bangun :
Pemerian : Hablur atau serbuk; yang berbentuk hablur tidak
berwarna, yang berbentuk serbuk berwarna putij atau
kuning gading; bau belerang; rasa asam dan asin. (FI III
hal 419)

Kelarutan : Larut dalam 2 bagiab air; sukar larut dalam etanol


(95%) P.

Konsentrasi : 0.01–1.0 %
Stabilitas : Jika terpapar oleh udara dan kelembaban, natrium
metabisulfit secara perlahan teroksidasi menjadi
natrium sulfat dengan disintegrasi kristal. solusi
metabisulfit juga terurai di udara, terutama pada
pemanasan.
Incompability : Sodium metabisulfit dapat bereaksi dengan topi karet
botol multidose, yang karenanya harus pra-perawatan
dengan natrium solusi metabisulfit. Selain itu, natrium
metabisulfit tidak kompatibel dengan kloramfenikol
serta Sodium metabisulfit bereaksi dengan
simpatomimetik dan obat lainnya yang turunan alkohol
ortho-atau para-hydroxybenzyl untuk membentuk
turunan asam sulfonat yang memiliki sedikit atau tidak
ada aktivitas farmakologisnya.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di
tempat yang sejuk dan kering

3. Benzyl Alkohol (DIRJEN POM,1979)


Nama Resmi : BENZILALCOHOLUM
Nama Lain : benzyl Alkohol
Rumus Molekul : C7H80
Berat Molekul : 108,14
Rumus Struktur : CH2OH
Pemerian : cair, tidak berwarna, hampir tidak berbau, rasa tajam
dan membakar
Kelarutan : larut dalam 25 bagian air, dapat campur dengan etanol
(95 %).
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat dan jauh dari api.
Kegunaan : sebagai pengawet dan antimikroba, desinfektan dan
pelarut.
Stabilitas : benzyl alkohol teroksidasi secara perlahan membentuk
benzaldehide dan asam benzoate yang tidak berekasi
dengan air. Disimpan terlindung dari cahaya, sejuk
dan kering.
Inkompatibilitas : benzyl alkohol tidak bercampur dengan pengoksidasi
dan asam kuat.
Konsentrasi : 1-2%
4. Hydroklorid Acid (Kemenkes RI, 2014)
Nama Resmi : Asam Klorida
Nama Lain : Acidum Hydrochloridum
Struktur Kimia : HCl
Rumus Molekul :
Berat Molekul : 36,46
Pemerian :Tidak berwarna, berasap, bau merangsang. Jika
diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

5. Water For Injection (F.I Edisi III : 1997)


Nama Resmi : AQUA PRO INJECTION
Nama Lain : Air untuk injeksi
Nama Kimia : Aqua pro injection
RM/BM : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau (F.I Edisi VI
: 71)

Stabilitas : Air secara kimiawi stabil dalam semua keadaan fisik (es,
cair, dan uap)

Metode Sterilisasi : Air untuk injeksi adalah air suling segar yang disuling
kembali, disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C,
menggunakan metode fisika.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, kedap, jika disimpan dalam


wadah tertutup rapat berlemak harus digunakan dalam
waktu 5 hari setelah pembuatan
IX. CARA PEMBUATAN

Disiapkan alat dan bahan yang akan


digunakan

Alat-alat gelas dibebasalkalikan dengan


NaOH selama 30 menit kemudian dibilas
dengan air suling.

Alat-alat dari karet dibebasulfurkan dengan cara


direndam dengan Na2CO3 2% yang
mengandung Na lauril sulfat 0,1% selama 15
menit kemudian dibilas dengan air suling.

Disterilkan masing-masing alat sesuai dengan cara


sterilisasinya.

Dilarutkan sediaan vial dengan amikacin


untuk injeksi, lalu ditambahkan Benzoil
alkohol yang sudah dilarutkan dengan air
terlebih dahulu

Cukupkan volume hingga 80%, lalu cek pH. Kemudian Diatur


pH hingga 8 dengan penambahan hidrokloryd acid secukupnya
dan Cukupkan volumenya hingga 10 mL

Disaring dengan kertas saring bebas serat, 2


ml saringan pertama dibuang. Lalu Larutan
dimasukkan dalam vial yang telah
dikalibrasi 10,5 mL

Vial ditutup dan disegel. Lalu Sediaan


disterilisasi akhir Dengan autoklaf suhu
121°C selama 20 menit
X. EVALUASI SEDIAAN
Jumlah Hasil
No Jenis evaluasi Prinsip evaluasi Syarat
sampel pengamatan
Tidak boleh ada
kebocoran dalam
Kebocoran sediaan. Uji ini
1 1 Wadah tidak bocor
wadah dilakukan dengan
meletakkan wadah
dengan posisi terbalik
Volume sesuai
Volume diukur dengan
Volume dengan jumlah
2 gelas ukur setelah tidak 1
Terpindahkan yang tertera pada
ada gelembung lagi
etiket
Volume larutan
yang diperoleh
Larutan dalam tiap
tidak kurang dari
sediaan dituangkan
Volume 100% (=500 mL),
dalam gelas ukur
3 injeksi dalam 1 dan tidak kurang
kering, ukur volume
wadah dari 95% dari
saat tidak ada
volume yang
gelembung udara.
dinyatakan dalam
etiket ( 475 mL)
Bahan partikulat asing
Tidak terdapat
yang tidak larut dalam
partikulat (tidak
sediaan dan melayang
boleh mengandung
3 Uji partikulat di larutan, kecuali 1
benda asing dengan
gelembung gas. Uji ini
diameter lebih dari
dilihat dengan latar
10 m)
belakang hitam
Uji ini dilakukan
dengan cara sediaan
Kejernihan akhir disinari dari Tidak ditemukan
4 1
larutan samping dengan latar adanya pengotor
belakang warna hitam
atau putih.
Perubahan pH dalam
sediaan parenteral
dapat menjadi indikasi
terjadi penguraian obat
Uji pH atau terjadi interaksi
5 1 pH 3,5-5,5
sediaan antara obat dengan
wadah. Uji ini
dilakukan
menggunakan indikator
universal
Sediaan diinokulasi
pada medium agar dan Steril, tidak ada
6 Uji sterilitas diamati pertumbuhan 3 pertumbuhan
mikroba setelah mikroba
inkubasi beberapa hari.
Pengujian dilakukan
Apabila tak seekor
dengan mengukur suhu
kelincipun
badan kelinci yang
7 menunjukkan
disebabkan
kenaikkan suhu
penyuntikan intra vena
0,5º atau lebih
sediaan uji steril.
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
Dirjen POM, (2014), Farmakope Indonesia, Edisi V, Depkes RI, Jakarta
Gennaro, A.R., (1998), Remington’s Pharmaceutical Science, 18𝑡ℎ Edition, Marck Publishing
Co, Easton.

Groves, M.J., (1989), Parenteral Technology Manual, Second Edition, Interpharm Press.

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia, 2014. Jakarta.

Kenneth, E.A, Lieberman, Lachman, L, (1990), Pharmaceutical Dosage Forms :


Parenteral Medication, Volume 1, 2, 3.

Lacman, L,et all, (1986), The Theory and Practise of Industrial Pharmacy, Third Edition,
Lea and Febiger, Philadelphia.

Parrot, L,E., (1971), Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, Burgess


Publishing Co, USA.

Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London. Hal: 654-655.

Turco, S., dkk., (1970), Sterile Dosage Forms, Lea and Febiger, Philadelphi

Anda mungkin juga menyukai