Anda di halaman 1dari 8

ORIGINAL ARTICLE

Intisari Sains Medis 2020, Volume 11, Number 2: 814-821


P-ISSN: 2503-3638, E-ISSN: 2089-9084

Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya


hipertensi intraabdominal pada pasien dengan
peritonitis di RSUP Sanglah Denpasar dari
bulan Januari 2017 - Desember 2018

Krishna Kurnia Pratama1*, Ketut Sudiasa2, Nyoman Golden3

ABSTRACT
Background and aim: Peritonitis is an emergency condition Result: The majority of respondents are male, aged 15-64 years,
in the field of surgery due to its several complications. The most organs involved in peritonitis in the form of solid organs, peritonitis
challenging is intraabdominal hypertension which can develop into that occurs through trauma mechanisms, experiencing sepsis,
abdominal compartment syndrome. There are several factors that leukocytosis, and not hypoalbumin. Three variables were found to
cause intraabdominal hypertension in patients with peritonitis. This be significantly related they are, peritonitis caused by hollow organ
study aims to found factors that are associated with the occurrence perforation, sepsis condition, and hypoalbumin conditions. Only
of intraabdominal hypertension in peritonitis patients at Sanglah the sepsis condition has significant relationship with the occurrence
General Hospital in January 2017-December 2018. of intraabdominal hypertension. Sepsis is 0.262 times more likely
Method: This research used cross sectional analitic with total to cause intraabdominal hypertension in patients with peritonitis
sampling technique with 136 peritonitis patients in Sanglah compared to patients without sepsis.
Hospital from Januari 2017 until December 2018 as respondents. Suggestion: Closely monitoring intraabdominal pressure should
Data source obtained from medical report. Bivariat analysis done to be carried out, especially in patients with sepsis, hypoalbumin,
find factors related with intraabdominal hypertension in peritonitis and those suspected of having perforations in hollow organs and
patients with chi square method and multivariate analysis with further research is needed with a larger number of samples and
logistic regression. more superior research methods.

Keywords: intraabdominal hypertension, hypoalbumin, peritonitis, sepsis


Cite This Article: Pratama, K.K., Sudiasa, K., Golden, N. 2020. Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi
1
PPDS-1 Ilmu Bedah, Fakultas intraabdominal pada pasien dengan peritonitis di RSUP Sanglah Denpasar dari bulan Januari 2017 - Desember 2018. Intisari Sains Medis
Kedokteran Universitas Udayana-
11 (2): 814-821. DOI: 10.15562/ism.v11i2.723
RSUP Sanglah Denpasar, Bali-
Indonesia
2
Divisi Bedah Trauma,
ABSTRAK
Departemen/KSM Ilmu Bedah, Latar belakang dan tujuan: Peritonitis merupakan kondisi logistik.
Fakultas Kedokteran Universitas
kegawatdaruratan di bidang bedah karena dapat menyebabkan Hasil: Mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki, berusia
Udayana-RSUP Sanglah Denpasar,
terjadinya beberapa komplikasi salah satu yang terberat adalah 15-64 tahun, organ terlibat dalam peritonitis berupa organ padat,
Bali-Indonesia
3
Departemen/KSM Bedah Saraf, hipertensi intraabdominal yang dapat berkembang menjadi peritonitis yang terjadi melalui mekanisme trauma, mengalami
Fakultas Kedokteran Universitas sindrom kompartemen abdomen. Terdapat beberapa faktor yang sepsis, leukositosis, dan tidak hipoalbumin. Tiga variabel ditemukan
Udayana-RSUP Sanglah Denpasar, menyebabkan hipertensi intraabdominal pada pasien peritonitis. signifikan berhubungan yakni peritonitis diakibatkan oleh perforasi
Bali-Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang organ berongga, kondisi sepsis, dan kondisi hipoalbumin. Hanya
berhubungan dengan terjadinya hipertensi intraabdominal pada kondisi sepsis yang memiliki hubungan murni dengan terjadinya
pasien peritonitis di RSUP Sanglah bulan Januari 2017-Desember hipertensi intraabdominal. Kondisi sepsis berisiko 0,262 kali
2018. lebih besar menyebabkan terjadinya hipertensi intraabdominal
Metode: Penelitian analitik cross sectional dilakukan menggunakan pada pasien peritonitis dibandingkan dengan pasien yang tidak
*Korespondensi:
teknik total sampling dengan melibatkan 136 responden yang mengalami sepsis.
Krishna Kurnia Pratama;
PPDS-1 Ilmu Bedah, Fakultas
merupakan pasien peritonitis yang dirawat di RSUP Sanglah bulan Saran: Sebaiknya dilakukan pemantauan tekanan intraabdominal
Kedokteran Universitas Udayana- Januari 2017-Desember 2018. Sumber data berupa rekam medis secara ketat, terutama pada pasien dengan sepsis, hipoalbumin,
RSUP Sanglah Denpasar, Bali- pasien. Analisis dilakukan untuk melihat faktor yang berhubungan dan yang dicurigai mengalami perforasi pada organ berongga serta
Indonesia; dengan hipertensi intraabdominal pada pasien peritonitis secara diperlukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih
kpratama26@gmail.com bivariat dengan metode chi square dan multivariat dengan regresi besar serta metode penelitian yang lebih superior.

Kata kunci: peritonitis, hipertensi intraabdominal, hipoalbumin, peritonitis, sepsis


Diterima: 03-03-2020 Sitasi Artikel ini: Pratama, K.K., Sudiasa, K., Golden, N. 2020. Pratama, K.K., Sudiasa, K., Golden, N. 2020. Faktor-faktor yang berhubungan
Disetujui: 09-07-2020 dengan terjadinya hipertensi intraabdominal pada pasien dengan peritonitis di RSUP Sanglah Denpasar dari bulan Januari 2017 - Desember
Diterbitkan: 01-08-2020 2018. Intisari Sains Medis 11 (2): 814-821. DOI: 10.15562/ism.v11i2.723

814 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 814-821


Open |access:
doi: 10.15562/ism.v11i2.723
http://isainsmedis.id/
ORIGINAL ARTICLE

PENDAHULUAN organ yang bersifat multiple. Kondisi trauma yang


disertai dengan kerusakan organ multipel tentu
Kasus peritonitis merupakan masalah yang sering
saja akan meningkatkan angka mortalitas dan
ditemukan dalam dunia kedokteran. Perforasi pada
morbiditas.11,12
organ berongga saluran cerna meliputi perforasi
Berdasarkan literatur didapatkan beberapa
gaster, dudodenum, ileu-jejunum, appendiks dan
kondisi yang berhubungan degan terjadinya
kolorektal. Kasus peritonitis dapat terjadi baik
hipertensi intraabdominal pada pasien dengan
melalui trauma maupun non-trauma.1,2 Penyebab
peritonitis, antara lain faktor demografi pasien
perforasi dapat berupa trauma tumpul maupun
seperti usia dan jenis kelamin, kondisi klinis pasien
tajam. Penyebab terjadinya peritonitis secara non
berupa indeks massa tubuh, kondisi sepsis, lokasi
trauma antara lain penggunaan aspirin maupun
perforasi, mekanisme terjadinya perforasi.5,13
obat antiinflamasi non steroid jangka panjang
Sedangkan dari data laboratorium faktor risiko yang
yang menyebabkan perforasi gaster, apendisitis
mempengaruhi adanya leukositosis dan kondisi
berat yang menyebabkan perforasi appendiks, serta
hipoalbumin. Faktor-faktor tersebut perlu untuk
kondisi diverticulosis pada saluran cerna bagian
diteliti lebih lanjut apakah signifikan berhubungan
bawah.2,3
dengan terjadinya hipertensi intraabdominal pada
Peritonitis merupakan suatu kondisi
pasien dengan peritonitis.13,14
kegawatdaruratan di bidang bedah karena dapat
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar
menyebabkan terjadinya beberapa komplikasi salah
merupakan rumah sakit terbesar di Bali dengan
satunya yang terberat adalah kondisi hipertensi
angka kunjungan pasien yang tinggi setiap harinya.
intraabdominal yang data berkembang menjadi
Adanya kasus peritonitis di RSUP Sanglah Denpasar
sindrom kompartemen abdomen.1,3
cukup sering ditemukan dan menyebabkan
Terjadinya peningkatan tekanan intraabdominal
terjadinya hipertensi intraabdominal yang berujung
yang diakibatkan oleh penambahan volume
pada terjadinya sindrom kompartemen abdominal
intraabdominal yang tidak disertai dengan
apabila tidak dilakukan penanganan dengan
penambahan luas dari rongga abdomen itu
tepat. Cukup sering dijumpainya kasus tersebut
sendiri.4,5 Pada saat tekanan intraabdominal
mengharuskan para praktisi kesehatan, terutama
> 12mmHg maka kondisi ini disebut sebagai
dokter bedah untuk mengetahui bagaimana
hipertensi intraabdominal, sedangkan jika tekanan
penanganan hipertensi intraabdominal agar tidak
intraandomen sudan >20 mmHg maka disebut
berkembang menjadi sindrom kompartemen
dengan abdominal kompartmen sindrom.5-7
intraabdominal yang berujung pada kematian
Peningkatan tekanan intraabdominal yang terjadi
pasien serta apa saja faktor-faktor berhubungan
secara terus menerus dapat mengakibatkan
dengan terjadinya hipertensi intraabdominal
terjadinya kerusakan organ yang bersifat
tersebut, khususnya pada pasien dengan peritonitis.
irreversibel. Organ-organ yang mungkin terkena
Berdasarkan penelitian-penelitian serupa
antara lain ginjal, liver, jantung, paru-paru, dan
yang sudah pernah dilakukan sebelumnya masih
organ gastrointestinal. Pada saat terjadi peningkatan
terdapat beberapa pertentangan tentang faktor
tekana intraabdominal, terjadi gangguan perfusi
risiko terjadinya hipertensi intraabdominal.
ke sel, sehingga sel menjadi iskemia, kemudian
Pada penelitian ini akan dibandingkan hasil yang
sel menjadi edema dan kemudian diikuti dengan
didapat dengan penelitian-penelitian serupa
perubahan permeabilitias.8,9 Selanjutnya terjadi
sebelumnya, sehingga kita dapat mengetahui faktor
edema jaringan karena adanya perpindahan
risiko mana yang berhubungan dengan hipertensi
cairan di tingkat intraseluler ke instertitial. Pada
intraabdominal pada peritonitis. Diketahuinya
saat yang sama juga terjadi gangguan dari endotel
hubungan tersebut diharapkan mampu menjadi
pembuluh darah akibat penekanan langsung dari
acuan klinis untuk mengendalikan faktor risiko
intraabdominal, selanjutnya terjadi pelepasan
hipertensi intraabdominal dan menurunkan angka
mediator inflamasi, yang dapat semakin menambah
morbiditas serta mortalitasnya.
tekanan intra abdomen.9,10 Peningkatan tekanan
intraabdominal yang terus berjalan akan semakin
memperburuk kondisi perfusi organ-organ METODE
intraabdominal. Kondisi ini jika terus dibiarkan Rancangan penelitian ini menggunakan studi
akan mengakibatkan terjadinya hipertensi analitik cross sectional (potong lintang) yang
intraabdominal yang jika tetap tidak terdeteksi, dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar, selama
maka pasien akan jatuh ke dalam kondisi sindrom periode September 2017 hingga Maret 2019. Studi
kompartemen abdominal. Jika kondisi ini tidak ini berbasis rekam medis, untuk mengetahui
mendapatkan penanganan yang adekuat, makan faktor-faktor risiko klinis dari terjadinya hipertensi
akan dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan intraabdominl. Kriteria inklusi dalam penelitian

Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 814-821 | doi: 10.15562/ism.v11i2.723 815
ORIGINAL ARTICLE

ini adalah pasien dengan perforasi orga berongga HASIL PENELITIAN


saluran cerna di RSUP Sanglah. Sedangkan
kriteria eksklusi dari penelitian ini yaitu pasien Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 103
dengan kehamilan, riwayat menjalani laparotomy responden, karakteristik subjek dapat dilihat pada
sebelumnya, tidak dilakukan pengukuran tekanan Tabel 1. Responden pada penelitian ini memiliki
intraabdominal, dan rekam medis tidak lengkap. karakteristik mayoritas berusia produktif yakni
Penelusuran faktor risiko yang dilakukan adalah sebanyak 95 responden (69,9%) dengan rata-
usia, jenis kelamin, keterlibatan organ berongga, rata usia responden 41,56 tahun dan rentang
mekanisme peritonitis (trauma atau non trauma), usia 4 hingga 95 tahun. Dari segi jenis kelamin,
kondisi sepsis, status albumin, dan status leukosit. mayoritas berjenis kelamin laki-laki yakni meliputi
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan 97 responden (69,9%). Organ sumber terjadinya
bantuan perangkat lunak SPSS versi 25.0 untuk peritonitis mayoritas berasal dari organ berongga
windows, analisis deskriptif digunakan untuk yakni sebanyak 83 responden (61%) dan terjadi
mencari distribusi dari karakteristik sampel, uji melalui mekanisme non trauma yang ditemukan
chi-square dan analisis risiko digunakan untuk pada 72 responden (52,9%)
mencari hubungan antara faktor-faktor risiko Kondisi sepsis pada responden dinilai
yang diteliti terhadap hipertensi intraabdominal, dari skor qSOFA, dimana penilaian meliputi
kemudian diakhir dilakukan uji multivariate kesadaran, tekanan darah, dan laju respirasi. Pada
regresi logistik untuk mengetahui faktor risiko yang penelitian ini didapatkan rerata skor qOSFA pada
paling berperan terhadap terjadinya hipertensi responden penelitian adalah sebesar 1,96 dengan
intraabdominal. Seluruh nilai dianggap bermakna mayoritas responden memiliki skor qSOFA > 2
apabila p<0,05. atau digolongkan mengalami kondisi sepsis yakni
terjadi pada 91 responden (66,9%).
Kadar albumin pada responden penelitian
ini didapatkan rerata sebesar 3,26 gram/dl
Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian dengan rentang kadar albumin antara 1,0-5,4
gram/dl. Mayoritas responden tidak mengalami
Hipertensi Intraabdominal
n=136 hipoalbumin yakni sebanyak 114 responden
Variabel Ya Tidak n (%) (82,4%) sedangkan kondisi hipoalbumin hanya
n (%) n (%) didapatkan pada 24 responden (17,6%). Untuk
Jenis Kelamin kadar leukosit didapatkan rerata sebesar 17,13x103
• Laki-laki 41 (30,1) 56 (41,2) 97 (71,3) mm3 dengan rentang nilai kadar leukosit berkisar
• Perempuan 20 (14,7) 19 (14,0) 39 (28,7) 1,61-73,82 x 103/mm3. Mayoritas responden
Usia (rerata + SD; rentang usia) 41,56 + 21,53 (4-95) tergolong mengalami leukositosis yang didapatkan
pada 108 (79,4%) responden.
• Usia 15-64 tahun 47 (34,6) 48 (35,3) 95 (69,9)
• Usia <15 tahun dan >64 tahun 14 (10,3) 27 (19,9) 41 (30,1) Berdasarkan hasil analisis univariat didapatkan
pasien dengan perforasi organ berongga yang
Mekanisme terjadinya perfosi organ
mengalami hipertensi intraabdominal tidak terlalu
berongga
jauh berbeda jumlahnya dengan pasien peritonitis
• Non-trauma 29 (21,3) 43 (31,6) 72 (52,9) yang tidak megalami hipertensi intraabdominal,
• Trauma 32 (23,5) 32 (23,5) 64 (47,1)
yakni terdapat 61 responden (44,9%) dengan
Kondisi sepsis berdasarkan skor 1,96 + 0,788 (1-3) hipertensi intraabdominal dan sebanyak 75
qSOFA responden (55,1%) tanpa hipertensi intraabdominal.
• Sepsis (skor > 2) 54 (39,7) 37 (27,2) 91 (66,9) Rerata nilai tekanan intraabdominal pasien adalah
• Tidak sepsis (skor < 2) 7 (5,1) 38 (27,9) 45 (33,1) 11,69 mmHg dengan rentang 7,9-15,7 mmHg
Kadar albumin (rerata + SD; rentang 3,26 + 0,87 (1,0-5,4) (Tabel 2).
kadar albumin) Analisis bivariat pada penelitian ini
• Hipoalbumin (albumin <2,5 gr/ 17 (12,5) 7 (5,1) 24 (17,6) menggunakan metode chi square untuk menentukan
dl) nilai p dari masing-masing variabel. Metode chi
• Tidak hipoalbumin (albumin > 44 (32,4) 68 (50,0) 114 (82,4) square dipilih karena variabel bebas dan tergantung
2,5 gr/dl) masing-masing terdiri dari dua kelompok dengan
Kadar leukosit (rerata+SD; rentang 17,13 + 9,84 (1,61-73,82) jenis variabel nominal. Berdasarkan jenis kelamin,
kadar leukosit) x 103/mm3 responden dengan jenis kelamin laki-laki yang
• Leukositosis (kadar leukosit 50 (36,8) 58 (42,6) 108 (79,4) mengalami hipertensi intraabdominal adalah
>10.000/ mm3) sebanyak 41 responden (30,1%) sedangkan
• Tidak leukositosis (kadar leukosit 11 (8,1) 17 (12,5) 28 (20,6) responden berjenis kelamin perempuan yang
<10.000 mm3) mengalami hipertensi intraabdominal adalah

816 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 814-821 | doi: 10.15562/ism.v11i2.723
ORIGINAL ARTICLE

Tabel 2. Perbandingan kejadian hipertensi intraabdominal dan tanpa pada 7 responden (5,1%). Responden dengan
hipertensi intraabdominal pada pasien dengan peritonitis kondisi hipoalbumin yang mengalami hipertensi
yang dirawat di RSUP Sanglah pada bulan Januari 2017 intraabdominal ditemukan sebanyak 17 responden
hingga Desember 2018 (12,5%) jumlah ini lebih sedikit bila dibandingkan
Pasien dengan peritonitis yang Kejadian hipertensi Tidak terjadi
dengan responden tanpa hipoalbumin yang
dirawat di RSUP Sanglah bulan intraabdominal hipertensi mengalami hipertensi intraabdominal yakni
Januari 2017-Desember 2018 n (%) intraabdominal sebanyak 44 responden (32,4%). Berdasarkan
n = 136 n (%) kondisi leukositosis, responden dengan leukositosis
lebih banyak yang mengalami hipertensi
Rerata tekanan intraabdominal
intraabdominal yakni sebanyak 50 responden
+SD (rentang) 61 (44,9) 75 (55,1)
11,69+1,57 (7,9-15,7)
(36,8%) bila dibandingkan dengan pasien
tanpa leukositosis yang mengalami hipertensi
intraabdominal yakni sebanyak 11 responden
Tabel 3. Hasil analisis bivariat (8,1%) (Tabel 3).
Hipertensi Pada variabel organ sumber terjadinya peritonitis
Intraabdominal PR didapatkan nilai p sebesar 0,011 yang kurang dari
Variabel Nilai p 0,05 dan nilai PR sebesar 0,402 (IK 95% 0,198-0,814)
Ya Tidak IK 95%
n (%) n (%) yang berarti variable tersebut signifikan secara
statistik dimana sumber organ peritonitis berupa
Jenis kelamin
0,696 0,339 organ berongga memiliki kuat hubungan dengan
• Laki-laki 41 (30,1) 56 (41,2)
(0,330-1,467) terjadinya hipertensi intraabdominal sebanyak
• Perempuan 20 (14,7) 19 (14,0)
0,402 kali. Untuk variabel selanjutnya yakni adanya
Usia
• 15-64 tahun 47 (34,6) 48 (35,3) 1,88 sepsis memiliki nilai p 0,000 < 0,05 dan nilai PR
0,099 7,923 (IK 95% 3,195-19,647) menyatakan bahwa
• <15 tahun dan > 64 14 (10,3) 27 (19,9) (0,883-4,040)
tahun variabel sepsis signifikan secara statistic dimana
Organ yang terlibat dalam kondisi sepsis memiliki kuat hubungan dengan
peritonitis 30 (22,1) 50 (39,0) terjadinya hipertensi intraabdominal 7,923 kali
0,402 0,011* lebih besar dibandingkan responden yang tdiak
• Organ berongga 31 (22,8) 22 (16,2)
(0,198-0,814)
• Organ padat sepsis. Variabel ketiga yang juga signifikan sacara
Mekanisme terjadinya statistik adalah adanya kondisi hipoalbumin
peritonitis 29 (21,3) 43 (31,6) 0,674 dimana variabel tersebut memiliki nilai p 0,005
0,255 < 0,05 dan nilai PR 3,753 (IK 95% 1,439-9,787)
• Non-trauma 32 (23,5) 32 (23,5) (0,342-1,331)
• Trauma dimana kondisi hipoalbumin memiliki hubungan
Sepsis 7,923 3,753 kali lebih besar untuk terjaidnya hipertensi
• Sepsis 54 (39,7) 37 (27,2) (3,195- 0,000* intraabdominal dibandingkan dengan responden
• Tidak sepsis 7 (5,1) 38 (27,9) 19,647) tanpa kondisi hipoalbumin (Tabel 3).
Kadar albumin Dari ketujuh variabel dalam penelitian ini
3,753 didapatkan nilai p yang beragam, dimana variabel
• Hipoalbumin 17 (12,5) 7 (5,1) 0,005*
(1,439-9,787)
• Tidak hipoalbumin 44 (32,4) 68 (50,0) dengan nilai p < 0,05 akan diikutkan ke dalam
Leukositosis analisis selanjutnya yakni analisis multivariat.
1,332 Berdasarkan analisis bivariat seperti yang tertera
• Leukositosis 50 (36,8) 58 (42,6) 0,506
(0,571-3,109)
• Tidak leukositosis 11 (8,1) 17 (12,5) pada Tabel 5.3 terdapat tiga buah variabel yang
signifikan yakni organ sumber peritonitis, kondisi
sebanyak 20 responden (12,7%) (Tabel 3). sepsis, dan kondisi hipoalbumin. Sedangkan
Berdasarkan usia, pasien yang mengalami variabel yang tidak memenuhi syarat yakni usia,
hipertensi intraabdominal mayoritas tergolong ke jenis kelamin, mekanisme terjadinya peritonitis,
dalam usia 15-64 tahun yakni sebanyak 47 responden dan kondisi leukositosis karena memiliki nilai p
(34,6%). Terjadinya hipertensi intraabdominal lebih besar dari 0,05 (Tabel 3).
berdasarkan organ sumber terjadinya peritonitis Variabel yang diikutsertakan dalam analisis
ditemukan hampir sama baik pada organ padat multivariat pada penelitian ini adalah variabel-
maupun berongga (22,8% dan 22,1%) (Tabel 3). variabel bebas dengan nilai p ≤ 0,05 pada analisis
Berdasarkan kondisi sepsis, hipertensi bivariat. Alasan memilih nilai kemaknaan
intraabdominal lebih banyak ditemukan pada ini adalah untuk menghindari kemungkinan
responden dengan kondisi sepsis yakni sebanyak terdapatnya variabel yang tidak bermakna secara
54 (39,7%) dan pada pasien tanpa sepsis, kejadian statistik tetapi bermakna secara biologis sehingga
hipertensi intraabdominal ditemukan hanya harus dimasukkan ke dalam analisis bivariat.

Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 814-821 | doi: 10.15562/ism.v11i2.723 817
ORIGINAL ARTICLE

Tabel 4. Hasil Analisis Multivariat risiko yang meningkatkan terjadinya hipertensi


PR (IK=95%) intraabdominal pada pasien peritonitis.
Prevalence
Variabel Nilai p Batas Batas
Ratio PEMBAHASAN
Bawah Atas
Keterlibatan organ 0,193 1,404 0,842 2,340 Penelitian ini melibatkan pasien dengan peritonitis
Kondisi sepsis 0,003 0,302 0,135 0,674 yang mengalami hipertensi intraabdominal.
Langkah 1 Perbandingan jumlah pasien peritonitis yang
Kondisi 0,115 0,633 0,359 1,117
hipoalbumin mengalami hipertensi intraabdominal ditemukan
tidak jauh berbeda. Pasien peritonitis yang
Kondisi sepsis 0,002 0,279 0,126 0,616
mengalami hipertensi intraabdominal diketemukan
Langkah 2 Kondisi 0,153 0,633 0,377 1,165 mayoritas berjenis kelamin laki-laki, penelitian
hipoalbumin oleh Balogh sendiri pada tahun 2003 menyatakan
Langkah 3 Kondisi sepsis 0,001 0,262 0,119 0,576 bahwa dari 180 sampel sebanyak 70% yang
mengalam hipertensi intraabdominal adalah laki-
laki.15 Penelitian lainnya yang juga menyediakan
Variabel bebas dengan nilai p ≤ 0,05 yang akan data demografi adalah penelitian oleh Iyer dkk.
diikutsertakan dalam analisis regresi logistik adalah pada tahun 2014 yang melakukan studi prospektif
keterlibatan organ penyebab peritonitis, kondisi terhadap pasien di ruang rawat intensif dengan
sepsis, dan kondisi hipoalbumin. Dimana secara hipertensi intraabdominal ditemukan dari total 156
rinci hasil analisis regresi logistik disajikan pada pasien dengan hipertensi intraabdominal sebanyak
Tabel 4. 108 sampel berjenis kelamin laki-laki.16 Prevalensi
Hasil analisis menunjukkan terdapat satu pada laki-laki yang lebih tinggi dibandingkan
variabel yang paling signifikan diantara tiga variabel pada perempuan kemungkinan berkaitan dengan
yang masuk ke dalam analisis multivariat, yakni aktivitas fisik laki-laki yang lebih aktif sehingga
variabel kondisi sepsis. Variabel kondisi sepsis lebih rentan mengalami risiko untuk cedera dan
memiliki nilai p< 0,001 dan PR sebesar 0,262 (0,119- mengalami kecelakaan.13
0,576 IK 95%), dimana dapat disimpulkan bahwa Mayoritas pasien peritonitis dengan hipertensi
variabel kondisi sepsis memiliki hubungan dengan intraabdominal pada penelitian berusia antara 15-
terjadinya hipertensi intraabdominal pada pasien 64 tahun, penelitian lain yang juga menemukan
dengan peritonitis yang dirawat di RSUP Sanglah hal serupa adalah penelitian oleh Balogh dkk.
Denpasar dan nilai PR 0,262 menyatakan bahwa pada tahun 2003 terhadap pasien dengan trauma
pasien peritonitis dengan kondisi sepsis berisiko tumpul abdomen menyebutkan dari 162 sampel,
untuk mengalami hipertensi intraabdominal rata-rata usia pasien yang mengalami hipertensi
sebanyak 0,262 kali lebih besar dibandingkan pasien intraabdominal adalah 41 tahun.15 Dimana rerata
peritonitis yang tidak mengalami sepsis. Sedangkan usia pasien pada penelitian ini juga memiliki
kedua variabel lainnya yakni keterlibatan organ kisaran angka yang sama yakni adalah 41,56
sebagai sumber peritonitis dan kondisi hipoalbumin tahun. Mayoritas penelitian menunjukkan bahwa
tidak berhubungan dengan terjadinya hipertensi kejadian hipertensi intraabdominal terjadi pada
intraabdominal karena memiliki nilai p > 0,05 dan kelompok usia produktif, hal tersebut dapat
memiliki nilai 1 pada interval prevalence rationya diakibatkan bahwa pada kelompok usia produktif
(PR) (Tabel 4). cenderung lebih aktif, memiliki banyak kegiatan
Pada Tabel 4 langkah 1 didapatkan data hanya di luar rumah, serta mereka yang termasuk dalam
kondisi sepsis yang yang mempunyai pengaruh kelompok pekerja sehingga risiko untuk mengalami
murni terhadap kejadian hipertensi intraabdominal kecelakaan maupun kondisi yang berkaitan dengan
pada pasien peritonitis dengan p-value < 0,05 terjadinya hipertensi intraabdominal lebih besar.13
sedangkan sumber organ peritonitis dan kondisi Pada penelitian ini kedua variabel demografi
hipoalbumin tidak mempunyai pengaruh murni di atas ditemukan tidak berhubungan dengan
terhadap terjadinya hipertensi intraabdominal pada terjadinya hipertensi intraabdominal pada pasien
pasien dengan peritonitis. Hal ini dapat dilihat peritonitis. Variabel lain yang juga diketahui
pada step 2 dan step 3 setelah diujikan bersama- tidak memiliki hubungan yang signifikan adalah
sama tetap hanya kondisi sepsis yang signifikan mekanisme terjadinya peritonitis dan kondisi
dengan p-value 0,001, hal ini berarti hanya kondisi leukositosis.
sepsis yang mempunyai hubungan murni terhadap Mayoritas pasien dengan peritonitis yang
terjaidnya hipertensi intraabdominal pada pasien mengalami hipertensi intraabdominal pada
dengan peritonitis dengan nilai Exp (B) > 1 yang penelitian ini mengalami peritonitis melalui
berarti faktor kondisi sepsis menjadi faktor mekanisme trauma. Mekanisme trauma yang

818 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 814-821 | doi: 10.15562/ism.v11i2.723
ORIGINAL ARTICLE

terjadi pada pasien tersebut antara lain ruptur pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke
ginjal, hepar, lien, perforasi kolon dan gaster. Hasil dalam insterstitial hingga ke dalam lumen usus.
ini berbeda dengan Studi oleh Pandian dkk. pada Akumulasi cairan di dalam ruang interstitial
tahun 2016 yang melibatkan 80 sampel dengan mengakibatkan edema pada organ yang terlibat.
peritonitis menunjukkan bahwa penyebab atau Jika hal ini terjadi pada organ intraabdomen, maka
mekanisme tersering terjadinya peritonitis adalah akan meningkatkan volume intraabdomen yang
akibat ulkus gaster dan duodenum sebanyak 39 kemudian meningkatkan tekanan di dalam rongga
kasus, sedangkan untuk kasus trauma sebanyak 19 intraabdomen yang jika dibiarkan berlanjut akan
kasus, akibat infeksi bakteri pada jejunoileum dan menjadi hipertensi intraabdomen atau bahkan
appendiks sebanyak 21 kasus, dan hanya satu kasus sindrome kompartement abdomen. Kondisi edema
akibat keganasan.17 pada organ intraabdomen diperberat dengan
Pada penelitian ini sebagian besar pasien perpindahan cairan ke dalam ruang intralumen
peritonitis dengan hipertensi intraabdominal usus yang sudah kehilangan kemampuan pasasenya.
mengalami leukositosis. Temuan ini sejalan dengan Hal ini mengakibatkan penambahan volume yang
penelitian oleh Ke dkk. pada tahun 2011 terhadap disertai dengan pertumbuhan bakteri intralumen.
58 pasien dengan akut pankreatitis keseluruhan Hal ini tentu akan semakin menambah tekanan
memiliki rerata nilai leukosit sebesar 14,2x103/ intraabdomen.
mm3 dengan rentang nilai leukosit 10,5-19 x103/ Pada penelitian ini ditemukan adanya hubungan
mm3. Dari 58 pasien dengan leukositosis tersebut signifikan antara sumber terjadinya peritonitis pada
sebanyak 62% (36 pasien) mengalami hipertensi organ berongga dengan hipertensi intraabdominal.
intraabdominal. Penelitian lainnya yang juga Hasil ini sesuai dengan penelitan yang dilakukan
sejalan dengan hasil penelitian ini adalah penelitian oleh Jain pada 100 pasien dengan trauma abdomen,
oleh Su dkk. pada tahun 2015 pada 433 pasien lokasi perforasi pada lambung ditemukan sebanyak
dengan peritonitis sebanyak 161 pasien mengalami 6 pasien, di duodenum sebanyak 3 pasien, di
leukositosis. Penelitian lainnya oleh Iyer dkk. pada jejunoileum sebanyak 80 pasien, dan 11 pasien
tahun 2014 menunjukkan dari 403 pasien yang mengalami peforasi di kolorektal.20 Studi oleh
dirawat di unit rawat intensif sebanyak 9 pasien Pandian dkk. pada tahun 2016 yang melibatkan
mengalami peritonitis dan keseluruhan pasien 80 sampel dengan peritonitis menunjukkan hasil
dengan peritonitis tersebut mengalami hipertensi bahwa lokasi perforasi terbanyak adalah pada
intraabdominal.16,18 duodenum (36 sampel), disusul oleh lambung
Pada penelitian ini variabel yang ditemukan (16 kasus), appendiks (16 kasus), jejunoileum (11
memiliki hubungan signifikan dengan terjadinya kasus), dan kolon (1 kasus).17
hipertensi intraabdominal adalah sumber organ Pada penelitian ini variabel hipoalbumin
penyebab peritonitis, kondisi sepsis dan kondisi memiliki hubungan yang signifikan dengan
hipoalbumin. terjadinya hipertensi intraabdominal. Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan evaluasi terhadap lain yang juga menemukan hal serupa adalah
faktor yang berhubungan dengan terjadinya penelitian oleh Iyer dkk. pada tahun 2014
hipertensi intraabdomen pada pasien dengan dimana menemukan bahwa mayoritas pasien
peritonitis. Dari analisa yang dilakukan didapatkan dengan hipertensi intraabdominal memiliki nilai
3 faktor utama yang berhubungan dengan hipertensi albumin yang lebih rendah dibandingkan dengan
intraabdomen pada peritonitis, yaitu sepsis, pasien hipertensi intraabdominal dengan nilai
albumin, dan keterlibatan organ. Pada analisa p=0,002.16 Apabila dikaitkan dengan teori, kondisi
multivariat didapatkan sepsis memiliki hubungan hipoalbumin dapat menyebabkan peningkatan
yang paling murni dibandingkan dengan 2 variabel tekanan intrabdominal akibat adanya peritonitis
lainnya yang juga signifikan, yaitu hipoalbumin dan yang disebabkan oleh peritonitis. Pada peritonitis
keterlibatan organ. perforasi terjadi suatu kebocoran organ, dimana
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan akan terjadi translokasi cairan tubuh dan juga
oleh Ke dkk. di mana didapatkan hubungan sepsis bakteri ke rongga intraabdomen yang akan
dengan hipertensi intraabdomen, dengan nilai menimbulkan reaksi inflamasi serta infeksi. Pada
p=0,001. Angka ini menunjukkan bahwa hasil kondisi tersebut dapat terjadi hipoalbuminemia
penelitian ini bermakna secara statistik. Apabila dimana serum albumin keluar dari kapiler akibat
dikaitkan dengan teori, sepsis dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas kapier yang disebabkan
peningkatan tekanan intraabdomen dikarenakan oleh reaksi inflamasi. Bocornya albumin ke ruang
pada kondisi sepsis terjadi pelepasan mediator interstitial dimana pada kasus peritonitis yakni
proinflamasi yang mengakibatkan meningkatkanya ruang intrabdomen akan menambah volume
permeabilitas vaskuler.19 Kondisi ini mengakibatkan intraabdomen yang berpengaruh terhadap

Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 814-821 | doi: 10.15562/ism.v11i2.723 819
ORIGINAL ARTICLE

peningkatan tekanan intraabdominal.21 awal. Kelemahan pada penelitian ini adalah masih
Pada beberapa penelitian yang mencari diperlukannya jumlah sampel yang lebih besar serta
hubungan antara kondisi hipoalbumin dan sepsis digunakannya metode penelitian lain yang lebih
disebutkan bahwa terdapat hubungan antara sepsis superior untuk menentukan prediktor terjadinya
dengan hipoalbumin. Pada sepsis dan kondisi hipertensi intraabdominal. Selain itu pada studi
peningkatan tekanan intraabdomen, terjadi ini juga belum diteliti variabel lain yang diyakini
iskemia jaringan, hal ini mengakibatkan terjadinya berhubungan dengan terjadinya peningkatan
metabolisme katabolik dimana terjadi pemecahan tekanan intraabdominal seperti indeks massa
protein untuk proses metabolisme. Proses ini tubuh.
mengakibatkan terjadinya penurunan kadar Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat
albumin yang didahului oleh kondisi sepsis. Hal ini memberikan data dasar untuk penelitian selanjutnya
sesuai dengan data yang didapatkan oleh peneliti, untuk meneliti faktor risiko sepsis sebagai prediktor
di mana pada pasien yang sepsis ditemukan kadar terjadinya hipertensi intraabdominal.
albumin yang mendekati batas hipoalbumin.
Namun alasan yang dapat menjelaskan mengapa SIMPULAN
variabel hipoalbumin ditemukan tidak signifikan
berhubungan dengan terjadinya hipertensi Karakteristik pasien dengan peritonitis yang
intraabdominal pada penelitian ini adalah bahwa mengalami hipertensi intraabdominal yang dirawat
pada penelitian ini dari 136 sampel hanya ditemukan di RSUP Sanglah Denpasar pada bulan Januari
sebanyak 24 sampel (17,6%) yang mengalami 2017 hingga Desember 2018 mayoritas berjenis
hipoalbumin dan 17 (12,5%) diantaranya kelamin laki-laki, berusia 15-64 tahun, organ yang
mengalami hipertensi intraabdominal. Jumlah terlibat dalam peritonitis berupa organ padat,
sampel peritonitis yang mengalami hipoalbumin pasien dengan peritonitis yang terjadi melalui
tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan pasien mekanisme trauma, mengalami sepsis, leukositosis,
peritonitis yang tidak mengalami hipoalbumin, dan tidak hipoalbumin. Terdapat tiga variabel
sehingga menurut peneliti jumlah tersebut yang ditemukan signifikan berhubungan dengan
kurang sesuai dengan teori yang menyatakan, terjadinya hipertensi intraabdominal pada pasien
bahwa pada pasien sepsis pasti akan diikuti oleh peritonitis yakni peritonitis yang diakibatkan
terjadinya hipoalbumin karena metabolism sel oleh perforasi organ berongga, kondisi sepsis, dan
yang meningkat dan meningkatkan penggunaan kondisi hipoalbumin. Namun hanya kondisi sepsis
protein oleh sel.3,15 Argumentasi lainnya adalah yang memiliki hubungan murni dengan terjadinya
pada penelitian ini didapatkan nilai rerata albumin hipertensi intraabdominal, dimana kondisi sepsis
adalah sebesar 3,26 mg/dl dengan kadar albumin berisiko 0,262 kali lebih besar untuk menyebabkan
terendah 1,0 mg/dl. Nilai rerata albumin yang terjadinya hipertensi intraabdominal pada pasien
didapatkan pun belum dapat dikategorikan sebagai peritonitis dibandingkan dengan pasien yang tidak
kondisi hipoalbumin, meskipun pada sampel mengalami sepsis.
kita lihat sebanyak 91 sampel (66,9%) mengalami
sepsis tetapi tidak diikuti dengan meningkatnya KONFLIK KEPENTINGAN
jumlah sampel dengan hipoalbumin. Hal ini dapat Penulis menyataan tidak terdapat konflik
terjadi diakibatkan oleh beberapa hal yakni kondisi kepentingan terkait publikasi dari artikel ini.
hipoalbumin yang terjadi pada pasien peritonitis
yang menjadi sampel penelitian ini masih dalam ETIKA DALAM PENELITIAN
proses saat dilakukan pengecekan kadar albumin
seiring dengan proses sepsis yang terjadi, sehingga Penelitian ini telah di setujui oleh Komite Etik
belum terjadi penurunan kadar albumin.5,17 Fakultas Kedokteran Universitas Udayan/RSUP
Titik akhir pada penelitian ini adalah korelasi Sanglah Denpasar dengan nomer referensi laik etik
klinis yang dapat diaplikasikan pada kondisi 620/UN14.2.2.VII./LP/2019.
di unit gawat darurat maupun unit perawatan
intensif dimana pasien peritonitis dirawat. Yang PENDANAAN
pertama, perlu dilakukan monitoring tekanan
Penelitian ini tidak mendapatkan pendanaan dari
intraabdominal secara ketat seta manajemen
pemerintah maupun sector swasta lainnya.
aktif untuk seluruh pasien sepsis, baik kasus
bedah maupun non bedah untuk mengetahui
terjadinya peningkatan tekanan intraabdomen DAFTAR PUSTAKA
yang mengarah ke hipertensi intraabdominal lebih 1. Phadnis J, Pilling JE, Evans TW, Goldstraw P. Abdominal
compartment syndrome: a rare complication of plication
of the diaphragm. The Annals Of Thoracic Surgery.

820 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 814-821 | doi: 10.15562/ism.v11i2.723
ORIGINAL ARTICLE

2006;82:334-336. 12. Bailey J, Shapiro MJ. Abdominal compartment syndrome.


2. Watts DD, Fakhry SM. Incidence of hollow viscus injury in Critical Care. 2000;4(2):22-84.
blunt trauma: an analysis from 275,557 trauma admissions 13. Velappan DP, and Kaveri S. Clinical study and management
from the East multi-institutional trial. Journal of Trauma of hollow viscus perforation of abdomen. International
and Acute Care Surgery. 2003;54(2):289-294. Surgery Journal. 2017;4(5):1773-1776.
3. Espinoza R, and Rodríguez A. Traumatic and nontraumatic 14. Malbrain ML, Cheatham ML, Kirkpatrick A, Sugrue
perforation of hollow viscera. Surgical Clinics of North M. Results from the international conference of experts
America. 2017;77(6):1291-1304. on intra-abdominal hypertension and abdominal
4. De Waele JJ, De Laet I, Kirkpatrick AW, Hoste E. Intra- compartment syndrome. I. Definitions. Intensive care
abdominal hypertension and abdominal compartment medicine. 2017;32(11):1722-1732.
syndrome. American Journal of Kidney Diseases. 15. Balogh Z, Mckinley BA, Cocanour CS, Kozar RA,
2011;57(1):159-169. Valdivia A, Sailors RM, Moore FA. Supranormal trauma
5. Walker J, Criddle LM. Pathophysiology and management resuscitation causes more cases of abdominal compartment
of abdominal compartment syndrome. American Journal syndrome. Archives of Surgery. 2003;138:637-643.
of Critical Care. 2003;12:367-371. 16. Iyer D, Rastogi P, Åneman A. Early screening to
6. De Waele JJ, De Laet I, Kirkpatrick AW, and Hoste E. Intra- identify patients at risk of developing intra‐abdominal
abdominal hypertension and abdominal compartment hypertension and abdominal compartment syndrome.
syndrome. American Journal of Kidney Diseases. Acta Anaesthesiologica Scandinavica. 2014;58(10):1267-
2011;57(1):159-169. 1275.
7. Damanik B, Fikri E, Nasution I. Relation between Fiber Diet 17. Pandian P, Pachaipondy M, Ramula M, and Arulselvan A.
and Appendicitis Incidence in Children at H. Adam Malik Comprehensive study of hollow viscous perforation and its
Central Hospital, Medan, North Sumatra-Indonesia.  Bali management. IOSR-JDMS. 2016;15(12):1-4.
Medical Journal. 2016;5(2):268-271. DOI:10.15562/bmj. 18. Su YC, Lee CH, Chang WH, and Huang MY. Hollow-
v5i2.225 Organ Perforation in the Emergency Department: Is Time
8. Lee RK. Intra-abdominal hypertension and abdominal to Diagnosis Prolonged in the Elderly?. International
compartment syndrome a comprehensive overview. Journal of Gerontology. 2015;9(4):223-227.
Critical Care Nurse. 2012;32:19-31. 19. Ke L, Ni HB, Sun JK, Tong ZH, Li WQ, Li N. Risk factors
9. Roberts DJ, Ball CG, Kirkpatrick AW. Increased pressure and outcome of intra-abdominal hypertension in patients
within the abdominal compartment: intra-abdominal with severe acute pancreatitis. World Journal Of Surgery.
hypertension and the abdominal compartment syndrome. 2012;36(1):171-178.
Curr Opin Crit Care. 2016;22:174-85. 20. Jain S, Maske D, Songra MC. Clinical study of hollow
10. Patel DM, Connor Jr M. Intra-abdominal hypertension and viscus injury in abdominal trauma. International Surgery
abdominal compartment syndrome: an underappreciated Journal. 2017;5(1):39-44.
cause of acute kidney injury. Advances in chronic kidney 21. Soeters PB, Wolfe RR, Shenkin A. Hypoalbuminemia:
disease. 2016;23:160-166. Pathogenesis and Clinical Significance. Journal of
11. Ivatury RR, Diebel L, Porter JM, Simon RJ. Intra-abdominal Parenteral and Enteral Nutrition. 2018;14(2):145-152.
hypertension and the abdominal compartment syndrome.
Surgical Clinics of North America. 2011;77(4):783-800.

Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 814-821 | doi: 10.15562/ism.v11i2.723 821

Anda mungkin juga menyukai