Admin, 078 - 723 - Krishna Kurnia Pratama - Galley REVISI
Admin, 078 - 723 - Krishna Kurnia Pratama - Galley REVISI
ABSTRACT
Background and aim: Peritonitis is an emergency condition Result: The majority of respondents are male, aged 15-64 years,
in the field of surgery due to its several complications. The most organs involved in peritonitis in the form of solid organs, peritonitis
challenging is intraabdominal hypertension which can develop into that occurs through trauma mechanisms, experiencing sepsis,
abdominal compartment syndrome. There are several factors that leukocytosis, and not hypoalbumin. Three variables were found to
cause intraabdominal hypertension in patients with peritonitis. This be significantly related they are, peritonitis caused by hollow organ
study aims to found factors that are associated with the occurrence perforation, sepsis condition, and hypoalbumin conditions. Only
of intraabdominal hypertension in peritonitis patients at Sanglah the sepsis condition has significant relationship with the occurrence
General Hospital in January 2017-December 2018. of intraabdominal hypertension. Sepsis is 0.262 times more likely
Method: This research used cross sectional analitic with total to cause intraabdominal hypertension in patients with peritonitis
sampling technique with 136 peritonitis patients in Sanglah compared to patients without sepsis.
Hospital from Januari 2017 until December 2018 as respondents. Suggestion: Closely monitoring intraabdominal pressure should
Data source obtained from medical report. Bivariat analysis done to be carried out, especially in patients with sepsis, hypoalbumin,
find factors related with intraabdominal hypertension in peritonitis and those suspected of having perforations in hollow organs and
patients with chi square method and multivariate analysis with further research is needed with a larger number of samples and
logistic regression. more superior research methods.
Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 814-821 | doi: 10.15562/ism.v11i2.723 815
ORIGINAL ARTICLE
816 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 814-821 | doi: 10.15562/ism.v11i2.723
ORIGINAL ARTICLE
Tabel 2. Perbandingan kejadian hipertensi intraabdominal dan tanpa pada 7 responden (5,1%). Responden dengan
hipertensi intraabdominal pada pasien dengan peritonitis kondisi hipoalbumin yang mengalami hipertensi
yang dirawat di RSUP Sanglah pada bulan Januari 2017 intraabdominal ditemukan sebanyak 17 responden
hingga Desember 2018 (12,5%) jumlah ini lebih sedikit bila dibandingkan
Pasien dengan peritonitis yang Kejadian hipertensi Tidak terjadi
dengan responden tanpa hipoalbumin yang
dirawat di RSUP Sanglah bulan intraabdominal hipertensi mengalami hipertensi intraabdominal yakni
Januari 2017-Desember 2018 n (%) intraabdominal sebanyak 44 responden (32,4%). Berdasarkan
n = 136 n (%) kondisi leukositosis, responden dengan leukositosis
lebih banyak yang mengalami hipertensi
Rerata tekanan intraabdominal
intraabdominal yakni sebanyak 50 responden
+SD (rentang) 61 (44,9) 75 (55,1)
11,69+1,57 (7,9-15,7)
(36,8%) bila dibandingkan dengan pasien
tanpa leukositosis yang mengalami hipertensi
intraabdominal yakni sebanyak 11 responden
Tabel 3. Hasil analisis bivariat (8,1%) (Tabel 3).
Hipertensi Pada variabel organ sumber terjadinya peritonitis
Intraabdominal PR didapatkan nilai p sebesar 0,011 yang kurang dari
Variabel Nilai p 0,05 dan nilai PR sebesar 0,402 (IK 95% 0,198-0,814)
Ya Tidak IK 95%
n (%) n (%) yang berarti variable tersebut signifikan secara
statistik dimana sumber organ peritonitis berupa
Jenis kelamin
0,696 0,339 organ berongga memiliki kuat hubungan dengan
• Laki-laki 41 (30,1) 56 (41,2)
(0,330-1,467) terjadinya hipertensi intraabdominal sebanyak
• Perempuan 20 (14,7) 19 (14,0)
0,402 kali. Untuk variabel selanjutnya yakni adanya
Usia
• 15-64 tahun 47 (34,6) 48 (35,3) 1,88 sepsis memiliki nilai p 0,000 < 0,05 dan nilai PR
0,099 7,923 (IK 95% 3,195-19,647) menyatakan bahwa
• <15 tahun dan > 64 14 (10,3) 27 (19,9) (0,883-4,040)
tahun variabel sepsis signifikan secara statistic dimana
Organ yang terlibat dalam kondisi sepsis memiliki kuat hubungan dengan
peritonitis 30 (22,1) 50 (39,0) terjadinya hipertensi intraabdominal 7,923 kali
0,402 0,011* lebih besar dibandingkan responden yang tdiak
• Organ berongga 31 (22,8) 22 (16,2)
(0,198-0,814)
• Organ padat sepsis. Variabel ketiga yang juga signifikan sacara
Mekanisme terjadinya statistik adalah adanya kondisi hipoalbumin
peritonitis 29 (21,3) 43 (31,6) 0,674 dimana variabel tersebut memiliki nilai p 0,005
0,255 < 0,05 dan nilai PR 3,753 (IK 95% 1,439-9,787)
• Non-trauma 32 (23,5) 32 (23,5) (0,342-1,331)
• Trauma dimana kondisi hipoalbumin memiliki hubungan
Sepsis 7,923 3,753 kali lebih besar untuk terjaidnya hipertensi
• Sepsis 54 (39,7) 37 (27,2) (3,195- 0,000* intraabdominal dibandingkan dengan responden
• Tidak sepsis 7 (5,1) 38 (27,9) 19,647) tanpa kondisi hipoalbumin (Tabel 3).
Kadar albumin Dari ketujuh variabel dalam penelitian ini
3,753 didapatkan nilai p yang beragam, dimana variabel
• Hipoalbumin 17 (12,5) 7 (5,1) 0,005*
(1,439-9,787)
• Tidak hipoalbumin 44 (32,4) 68 (50,0) dengan nilai p < 0,05 akan diikutkan ke dalam
Leukositosis analisis selanjutnya yakni analisis multivariat.
1,332 Berdasarkan analisis bivariat seperti yang tertera
• Leukositosis 50 (36,8) 58 (42,6) 0,506
(0,571-3,109)
• Tidak leukositosis 11 (8,1) 17 (12,5) pada Tabel 5.3 terdapat tiga buah variabel yang
signifikan yakni organ sumber peritonitis, kondisi
sebanyak 20 responden (12,7%) (Tabel 3). sepsis, dan kondisi hipoalbumin. Sedangkan
Berdasarkan usia, pasien yang mengalami variabel yang tidak memenuhi syarat yakni usia,
hipertensi intraabdominal mayoritas tergolong ke jenis kelamin, mekanisme terjadinya peritonitis,
dalam usia 15-64 tahun yakni sebanyak 47 responden dan kondisi leukositosis karena memiliki nilai p
(34,6%). Terjadinya hipertensi intraabdominal lebih besar dari 0,05 (Tabel 3).
berdasarkan organ sumber terjadinya peritonitis Variabel yang diikutsertakan dalam analisis
ditemukan hampir sama baik pada organ padat multivariat pada penelitian ini adalah variabel-
maupun berongga (22,8% dan 22,1%) (Tabel 3). variabel bebas dengan nilai p ≤ 0,05 pada analisis
Berdasarkan kondisi sepsis, hipertensi bivariat. Alasan memilih nilai kemaknaan
intraabdominal lebih banyak ditemukan pada ini adalah untuk menghindari kemungkinan
responden dengan kondisi sepsis yakni sebanyak terdapatnya variabel yang tidak bermakna secara
54 (39,7%) dan pada pasien tanpa sepsis, kejadian statistik tetapi bermakna secara biologis sehingga
hipertensi intraabdominal ditemukan hanya harus dimasukkan ke dalam analisis bivariat.
Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 814-821 | doi: 10.15562/ism.v11i2.723 817
ORIGINAL ARTICLE
818 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 814-821 | doi: 10.15562/ism.v11i2.723
ORIGINAL ARTICLE
terjadi pada pasien tersebut antara lain ruptur pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke
ginjal, hepar, lien, perforasi kolon dan gaster. Hasil dalam insterstitial hingga ke dalam lumen usus.
ini berbeda dengan Studi oleh Pandian dkk. pada Akumulasi cairan di dalam ruang interstitial
tahun 2016 yang melibatkan 80 sampel dengan mengakibatkan edema pada organ yang terlibat.
peritonitis menunjukkan bahwa penyebab atau Jika hal ini terjadi pada organ intraabdomen, maka
mekanisme tersering terjadinya peritonitis adalah akan meningkatkan volume intraabdomen yang
akibat ulkus gaster dan duodenum sebanyak 39 kemudian meningkatkan tekanan di dalam rongga
kasus, sedangkan untuk kasus trauma sebanyak 19 intraabdomen yang jika dibiarkan berlanjut akan
kasus, akibat infeksi bakteri pada jejunoileum dan menjadi hipertensi intraabdomen atau bahkan
appendiks sebanyak 21 kasus, dan hanya satu kasus sindrome kompartement abdomen. Kondisi edema
akibat keganasan.17 pada organ intraabdomen diperberat dengan
Pada penelitian ini sebagian besar pasien perpindahan cairan ke dalam ruang intralumen
peritonitis dengan hipertensi intraabdominal usus yang sudah kehilangan kemampuan pasasenya.
mengalami leukositosis. Temuan ini sejalan dengan Hal ini mengakibatkan penambahan volume yang
penelitian oleh Ke dkk. pada tahun 2011 terhadap disertai dengan pertumbuhan bakteri intralumen.
58 pasien dengan akut pankreatitis keseluruhan Hal ini tentu akan semakin menambah tekanan
memiliki rerata nilai leukosit sebesar 14,2x103/ intraabdomen.
mm3 dengan rentang nilai leukosit 10,5-19 x103/ Pada penelitian ini ditemukan adanya hubungan
mm3. Dari 58 pasien dengan leukositosis tersebut signifikan antara sumber terjadinya peritonitis pada
sebanyak 62% (36 pasien) mengalami hipertensi organ berongga dengan hipertensi intraabdominal.
intraabdominal. Penelitian lainnya yang juga Hasil ini sesuai dengan penelitan yang dilakukan
sejalan dengan hasil penelitian ini adalah penelitian oleh Jain pada 100 pasien dengan trauma abdomen,
oleh Su dkk. pada tahun 2015 pada 433 pasien lokasi perforasi pada lambung ditemukan sebanyak
dengan peritonitis sebanyak 161 pasien mengalami 6 pasien, di duodenum sebanyak 3 pasien, di
leukositosis. Penelitian lainnya oleh Iyer dkk. pada jejunoileum sebanyak 80 pasien, dan 11 pasien
tahun 2014 menunjukkan dari 403 pasien yang mengalami peforasi di kolorektal.20 Studi oleh
dirawat di unit rawat intensif sebanyak 9 pasien Pandian dkk. pada tahun 2016 yang melibatkan
mengalami peritonitis dan keseluruhan pasien 80 sampel dengan peritonitis menunjukkan hasil
dengan peritonitis tersebut mengalami hipertensi bahwa lokasi perforasi terbanyak adalah pada
intraabdominal.16,18 duodenum (36 sampel), disusul oleh lambung
Pada penelitian ini variabel yang ditemukan (16 kasus), appendiks (16 kasus), jejunoileum (11
memiliki hubungan signifikan dengan terjadinya kasus), dan kolon (1 kasus).17
hipertensi intraabdominal adalah sumber organ Pada penelitian ini variabel hipoalbumin
penyebab peritonitis, kondisi sepsis dan kondisi memiliki hubungan yang signifikan dengan
hipoalbumin. terjadinya hipertensi intraabdominal. Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan evaluasi terhadap lain yang juga menemukan hal serupa adalah
faktor yang berhubungan dengan terjadinya penelitian oleh Iyer dkk. pada tahun 2014
hipertensi intraabdomen pada pasien dengan dimana menemukan bahwa mayoritas pasien
peritonitis. Dari analisa yang dilakukan didapatkan dengan hipertensi intraabdominal memiliki nilai
3 faktor utama yang berhubungan dengan hipertensi albumin yang lebih rendah dibandingkan dengan
intraabdomen pada peritonitis, yaitu sepsis, pasien hipertensi intraabdominal dengan nilai
albumin, dan keterlibatan organ. Pada analisa p=0,002.16 Apabila dikaitkan dengan teori, kondisi
multivariat didapatkan sepsis memiliki hubungan hipoalbumin dapat menyebabkan peningkatan
yang paling murni dibandingkan dengan 2 variabel tekanan intrabdominal akibat adanya peritonitis
lainnya yang juga signifikan, yaitu hipoalbumin dan yang disebabkan oleh peritonitis. Pada peritonitis
keterlibatan organ. perforasi terjadi suatu kebocoran organ, dimana
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan akan terjadi translokasi cairan tubuh dan juga
oleh Ke dkk. di mana didapatkan hubungan sepsis bakteri ke rongga intraabdomen yang akan
dengan hipertensi intraabdomen, dengan nilai menimbulkan reaksi inflamasi serta infeksi. Pada
p=0,001. Angka ini menunjukkan bahwa hasil kondisi tersebut dapat terjadi hipoalbuminemia
penelitian ini bermakna secara statistik. Apabila dimana serum albumin keluar dari kapiler akibat
dikaitkan dengan teori, sepsis dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas kapier yang disebabkan
peningkatan tekanan intraabdomen dikarenakan oleh reaksi inflamasi. Bocornya albumin ke ruang
pada kondisi sepsis terjadi pelepasan mediator interstitial dimana pada kasus peritonitis yakni
proinflamasi yang mengakibatkan meningkatkanya ruang intrabdomen akan menambah volume
permeabilitas vaskuler.19 Kondisi ini mengakibatkan intraabdomen yang berpengaruh terhadap
Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 814-821 | doi: 10.15562/ism.v11i2.723 819
ORIGINAL ARTICLE
peningkatan tekanan intraabdominal.21 awal. Kelemahan pada penelitian ini adalah masih
Pada beberapa penelitian yang mencari diperlukannya jumlah sampel yang lebih besar serta
hubungan antara kondisi hipoalbumin dan sepsis digunakannya metode penelitian lain yang lebih
disebutkan bahwa terdapat hubungan antara sepsis superior untuk menentukan prediktor terjadinya
dengan hipoalbumin. Pada sepsis dan kondisi hipertensi intraabdominal. Selain itu pada studi
peningkatan tekanan intraabdomen, terjadi ini juga belum diteliti variabel lain yang diyakini
iskemia jaringan, hal ini mengakibatkan terjadinya berhubungan dengan terjadinya peningkatan
metabolisme katabolik dimana terjadi pemecahan tekanan intraabdominal seperti indeks massa
protein untuk proses metabolisme. Proses ini tubuh.
mengakibatkan terjadinya penurunan kadar Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat
albumin yang didahului oleh kondisi sepsis. Hal ini memberikan data dasar untuk penelitian selanjutnya
sesuai dengan data yang didapatkan oleh peneliti, untuk meneliti faktor risiko sepsis sebagai prediktor
di mana pada pasien yang sepsis ditemukan kadar terjadinya hipertensi intraabdominal.
albumin yang mendekati batas hipoalbumin.
Namun alasan yang dapat menjelaskan mengapa SIMPULAN
variabel hipoalbumin ditemukan tidak signifikan
berhubungan dengan terjadinya hipertensi Karakteristik pasien dengan peritonitis yang
intraabdominal pada penelitian ini adalah bahwa mengalami hipertensi intraabdominal yang dirawat
pada penelitian ini dari 136 sampel hanya ditemukan di RSUP Sanglah Denpasar pada bulan Januari
sebanyak 24 sampel (17,6%) yang mengalami 2017 hingga Desember 2018 mayoritas berjenis
hipoalbumin dan 17 (12,5%) diantaranya kelamin laki-laki, berusia 15-64 tahun, organ yang
mengalami hipertensi intraabdominal. Jumlah terlibat dalam peritonitis berupa organ padat,
sampel peritonitis yang mengalami hipoalbumin pasien dengan peritonitis yang terjadi melalui
tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan pasien mekanisme trauma, mengalami sepsis, leukositosis,
peritonitis yang tidak mengalami hipoalbumin, dan tidak hipoalbumin. Terdapat tiga variabel
sehingga menurut peneliti jumlah tersebut yang ditemukan signifikan berhubungan dengan
kurang sesuai dengan teori yang menyatakan, terjadinya hipertensi intraabdominal pada pasien
bahwa pada pasien sepsis pasti akan diikuti oleh peritonitis yakni peritonitis yang diakibatkan
terjadinya hipoalbumin karena metabolism sel oleh perforasi organ berongga, kondisi sepsis, dan
yang meningkat dan meningkatkan penggunaan kondisi hipoalbumin. Namun hanya kondisi sepsis
protein oleh sel.3,15 Argumentasi lainnya adalah yang memiliki hubungan murni dengan terjadinya
pada penelitian ini didapatkan nilai rerata albumin hipertensi intraabdominal, dimana kondisi sepsis
adalah sebesar 3,26 mg/dl dengan kadar albumin berisiko 0,262 kali lebih besar untuk menyebabkan
terendah 1,0 mg/dl. Nilai rerata albumin yang terjadinya hipertensi intraabdominal pada pasien
didapatkan pun belum dapat dikategorikan sebagai peritonitis dibandingkan dengan pasien yang tidak
kondisi hipoalbumin, meskipun pada sampel mengalami sepsis.
kita lihat sebanyak 91 sampel (66,9%) mengalami
sepsis tetapi tidak diikuti dengan meningkatnya KONFLIK KEPENTINGAN
jumlah sampel dengan hipoalbumin. Hal ini dapat Penulis menyataan tidak terdapat konflik
terjadi diakibatkan oleh beberapa hal yakni kondisi kepentingan terkait publikasi dari artikel ini.
hipoalbumin yang terjadi pada pasien peritonitis
yang menjadi sampel penelitian ini masih dalam ETIKA DALAM PENELITIAN
proses saat dilakukan pengecekan kadar albumin
seiring dengan proses sepsis yang terjadi, sehingga Penelitian ini telah di setujui oleh Komite Etik
belum terjadi penurunan kadar albumin.5,17 Fakultas Kedokteran Universitas Udayan/RSUP
Titik akhir pada penelitian ini adalah korelasi Sanglah Denpasar dengan nomer referensi laik etik
klinis yang dapat diaplikasikan pada kondisi 620/UN14.2.2.VII./LP/2019.
di unit gawat darurat maupun unit perawatan
intensif dimana pasien peritonitis dirawat. Yang PENDANAAN
pertama, perlu dilakukan monitoring tekanan
Penelitian ini tidak mendapatkan pendanaan dari
intraabdominal secara ketat seta manajemen
pemerintah maupun sector swasta lainnya.
aktif untuk seluruh pasien sepsis, baik kasus
bedah maupun non bedah untuk mengetahui
terjadinya peningkatan tekanan intraabdomen DAFTAR PUSTAKA
yang mengarah ke hipertensi intraabdominal lebih 1. Phadnis J, Pilling JE, Evans TW, Goldstraw P. Abdominal
compartment syndrome: a rare complication of plication
of the diaphragm. The Annals Of Thoracic Surgery.
820 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 814-821 | doi: 10.15562/ism.v11i2.723
ORIGINAL ARTICLE
Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 814-821 | doi: 10.15562/ism.v11i2.723 821