Anda di halaman 1dari 4

Botani Farmasi

“STUDI LITERATUR MENGENAI METABOLIT SEKUNDER PADA


TUMBUHAN DAUN PANDAN”
Dosen pengampuh; Wa Ode Ida Fitriah, S.Farm., M.Si

DI SUSUN OLEH:

NAMA : GIZMA SASIKIRANA SYAHRANI


NIM : F202101104
KELAS : F2

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVESITAS MANDALA WALUYA KENDARI
TAHUN 2022
Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius)

Indonesia negara tropis memiliki beraneka tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
manusia. Masyarakat indonesia sejak jaman dahulu telah mengenal dan memanfaatkan tanaman yang
mempunyai khasiat obat atau menyembuhkan penyakit. Tanaman tersebut dikenal dengan sebutan
tanaman obat tradisional atau obat herbal. Salah satu tanaman tersebut adalah daun pandan wangi.

Morfologi Daun Pandan Wangi

Pandan wangi (Pandanus ammaryllifolius)atau biasa disebut pandan saja adalah jenis tanaman
monokotil dari famili Pandanaceae. Daunnya merupakan komponen penting dalam tradisi masakan
Indonesia di negara-negara Asia tenggara lainnya. Dibeberapa daerah tanaman ini dikenal dengan
berbagai nama antara lain: Pandan Rampe, Pandan Wangi (Jawa), Seuke Bangu, Pandan Jau, Pandan
Bebau, Pandan Rempai (Sumatra), Pondang, Ponda, Pondago (Sulawesi), Kelamoni, Haomoni,
Kekermoni, Ormon, Foni, Pondak, Pondaki, Pudaka (Maluku), Pandan arrum (Bali), Bonak (Nusa
Tenggara).

Pandan wangi merupakan tanaman perdu, tingginya sekitar 1-2 m. Tanaman ini mudah dijumpai di
pekarangan atau tumbuh liar di tepi-tepi selokan yang teduh. Batangnya bercabang, menjalar, pada
pangkal keluar akar tunjang. Daun pandan wangi berwarna hijau, di ujung daun berduri kecil, kalau
diremas daun ini berbau wangi. Daun tunggal dengan pangkal memeluk batang, tersusun berbaris tiga
dalam garis spiral. Helai daun tipios, licin, ujung runcing, tepi rata, bertulang sejajar. Panjang 40-80 cm,
lebar 3-5 cm dan berduri tempel pada ibu tulang daun permukaan bawah bagian ujung-ujungnya.
Beberapa varietas memiliki tepi daun yang bergigi.

Taksonomi Daun Pandan Wangi

Berikut ini merupakan klasifikasi dari pandan wangi (Pandanus amaryllifolius):

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Sub Kelas : Arecidae

Bangsa : Pandanales

Suku : Pandanacea

Marga : Pandanus

Spesies : Pandanus amaryllifolius


Manfaat Daun Pandan Wangi

Daun pandan wangi banyak memiliki manfaat, sebagai rempah-rempah dalam pengolahan
makanan, pemberi warna hijau pada masakan, dan juga sebagai bahan baku pembuatan minyak wangi.
Daunnya harum jika diremas atau diirisiris. Selain itu daun pandan wangi juga memiliki banyak.

manfaat dalam bidang pengobatan antara lain:

1. Pengobatan lemah saraf

2. Pengobatan rematik dan pegel linu

3. Menghitamkan rambut dan mengurangi rambut rontok

4. Menghilangkan ketombe

5. Penambah nafsu makan

6. Mengatasi hipertensi

Tumbuhan pandan memiliki sejumlah varietas yang memiliki ciri khas berupa perbedaan wangi
daun pada tiap jenisnya. Terdapat 3 varietas tumbuhan pandan yang dikenal, antara lain: Pandanus
luzonensis, Pandanus odorus atau Pandanus amaryllifolius, dan Pandanus tectorius. Secara
geografis, tumbuhan pandan tumbuh pada 3.300 meter dpl. Umumnya, tumbuhan pandan dapat
tumbuh secara liar di habitat pesisir maupun area tropis dan subtropis, salah satunya adalah wilayah
Indo-Malaysia dan Polinesia-Mikronesia maupun area Pasifik. Berikut merupakan kriteria
kesesuaian lahan untuk tumbuhan Pandan yang dapat dilihat pada tabel di bawah. Adapun
sebagian besar tumbuhan pandan dapat berkembang biak secara langsung menggunakan biji,
namun kultivasi buatan dapat dilakukan dengan melakukan stek batang tumbuhan pandan yang
bertujuan untuk mengembangbiakkan pandan secara vegetatif.

Dalam pengembangbiakkan tumbuhan pandan, dibutuhkan rentang waktu pertumbuhan yang


berbeda untuk tiap perlakuan yang berbeda. Ketika menggunakan biji, maka perlu dilakukan
perendaman biji selama 24 jam untuk kemudian ditanam pada tanah. Pengembangbiakkan
tumbuhan pandan dengan biji membutuhkan waktu selama 2 hingga 3 bulan untuk bergerminasi.
Adapun pengembangbiakkan tumbuhan pandan dengan menggunakan stek batang membutuhkan
waktu yang relatif lebih singkat, yaitu 4 sampai 6 minggu dalam kondisi terang dan tidak terpapar
sinar matahari secara langsung. Oleh karena itu, pengembangbiakkan pandan dengan metode
vegetatif (stek batang) cenderung lebih banyak dilakukan daripada dengan melakukan penanaman
biji pandan. Hingga saat ini, sejumlah inovasi yang dihasilkan dari tumbuhan pandan adalah
pemanfaatan ekstrak daun pandan sebagai komponen utama dalam produk perawatan kulit
(seperti Pandan Leaves Scrub oleh Restoration Essence, Singapura) dan bahan baku dalam
pembuatan minuman teh (seperti produk minuman teh pandan yang dikeluarkan oleh Bayani Brew,
Filipina).

Di Indonesia, tumbuhan Pandan merupakan salah satu komoditas unggul yang memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perkebunan Provinsi Jawa
Barat (2017), terdapat beberapa daerah yang memiliki lahan khusus untuk budidaya tumbuhan
pandan, yaitu antara lain: Bekasi (luas tumbuhan pandan sebesar 4 Ha dan jumlah produksi
sebesar 2 ton), Ciamis (luas tumbuhan pandan sebesar 3 Ha), Kuningan (luas tumbuhan pandan
sebesar 57 Ha dan jumlah produksi sebesar 4 ton), Pangandaran (luas tumbuhan pandan sebesar
13 Ha dan jumlah produksi sebesar 6 ton), Sukabumi (luas tumbuhan pandan sebesar 20 Ha), serta
Tasikmalaya (luas tumbuhan pandan sebesar 423 Ha dan jumlah produksi sebanyak 179 ton). Dari
data tersebut, dapat diperoleh 3 area domisili Jawa Barat yang menghasilkan rata-rata produksi
tumbuhan pandan terbesar, yaitu Bekasi dengan rata-rata produksi 717 kg/Ha, Kuningan dengan
rata-rata produksi 116 kg/Ha, dan Tasikmalaya dengan rata-rata produksi 697 kg/Ha. Adapun lahan
budidaya tumbuhan Pandan untuk subseksi Jawa Barat adalah sebesar 520 Ha dan jumlah produksi
sebesar 192 ton (rata-rata produksi sebesar 593 kg/Ha).

Produk yang dihasilkan

Produk utama: daun pandan yang digunakan sebagai bahan aditif makanan dan
komponen anyaman. Penentuan kualitas daun pandan di Indonesia tidak dilakukan secara ketat
dikarenakan tidak ada standar khusus dari Badan Standardisasi Nasional (BSN) maupun Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait kriteria daun pandan yang harus diproduksi.

Produk sekunder: Produk sekunder yang telah dikembangkan dari tumbuhan pandan
adalah sabun mandi berbahan dasar ekstrak daun pandan yang berperan sebagai zat
antioksidan dan pewarna sabun alami. Umumnya, tahapan pembuatan sabun padat meliputi:
saponifikasi, ekstraksi gliserol, uji coba sabun, pencetakan, dan pengeringan. Sejumlah faktor
yang mempengaruhi pembuatan sabun padat antioksidan adalah jumlah ekstrak daun pandan
yang ditambahkan, jenis minyak yang digunakan, dan konsentrasi NaOH yang digunakan. Dari
hasil pembuatan sabun padat tersebut, akan dibandingkan dengan standar kualitas sabun yang
sudah ada, yaitu SNI 06-3532-1994. Sabun padat yang dapat memenuhi standar tersebut dapat
dikatakan sebagai sabun dengan formulasi dan kualitas yang baik.

Anda mungkin juga menyukai