Anda di halaman 1dari 68

DAFTAR ISI

LBM 1. PENGENALAN OBAT TRADISIONAL...........................................................3


FORM 1. PERBEDAAN & PERSAMAAN JAMU, OHT & FITOFARMAKA......3
FORM 2. PENGENALAN BENTUK-BENTUK SEDIAAN OBAT
TRADISIONAL........................................................................................7
FORM 3. DETERMINASI DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN ZAT AKTIF
FARMAKOLOGIK PADA TANAMAN OBAT......................................9
FORM 4. PROSES EKSTRAKSI............................................................................14
FORM 5. IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF DENGAN KLT...........................17
FORM 6. PERHITUNGAN DOSIS........................................................................19
LBM 2. UJI PRE KLINIK OBAT TRADISIONAL.......Error! Bookmark not defined.
FORM 7. PENANGANAN HEWAN COBA..........Error! Bookmark not defined.
FORM 8. UJI TOKSISITAS DENGAN PENENTUAN ED50 DAN LD 50..........36
LBM 3. FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI PENGOBATAN HERBAL...........41
FORM 9. UJI DAYA ANALGETIK DENGAN METODE GELIAT ASETAT....41
FORM 10. UJI SITOTOKSIK IN VITRO...............................................................48
FORM 11. ANALISA DATA UJI SITOTOKSIK IN VITRO................................50
LBM 4 FITOTERAPI.....................................................................................................52
FORM 12. PENELAAHAN LAPORAN UJI KLINIK...........................................52
FORM 13. PRESENTASI FITOTERAPI................................................................55
LBM 5. ONLINE FIELD TRIP......................................................................................57
FORM 14. LAPORAN ONLINE FIELDTRIP DI BALAI BESAR PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT
TRADISIONAL (B2P2TO-OT)...........................................................57
FORM 15. LAPORAN SEMENTARA KARYA WISATA Pabrik Jamu PT Sido
Muncul...................................................................................................60
LBM 1. PENGENALAN OBAT TRADISIONAL

FORM 1. PERBEDAAN & PERSAMAAN JAMU, OHT & FITOFARMAKA

Nama Produk : Mastin


Logo :

Jenis Obat Tradisional : OHT


Bentuk sediaan : Kapsul
Nama Paten : Mastin
Komposisi : Garcinia mangostana pericarpium
Indikasi : Membantu memelihara kesehatan badan
Efek samping : Alergi ringan, nyeri sendi, sakit kepala, nyeri otot, mual
Aturan Pakai : Minum secara teratur2x sehari 2 tablet
Cara Penyimpanan : Simpan pada suhu dibawah 30 derajat celcius
Expired Date : -
No Registrasi : TR 032327021

Kemasan : 1 strip 12 kapsul


Produsen : PT Industry Jamu Borobudur
Tempelkan brosur :

Nama Produk : Stimuno Forte


Logo :

Jenis Obat Tradisional : Fitofarmaka


Bentuk sediaan : Kapsul
Nama Paten : Stimuno Forte
Komposisi : Tiap kapsul mengandung Phyllantus niruri herba 50 mg
Indikasi : Memperbaiki system imun (immunomodulator)
Efek samping : Diare dan sakit perut
Aturan Pakai : Dewasa (>12 thn) 3x1 kapsul
Cara Penyimpanan : Simpan pada suhu dibawah 30 derajat celcius, ditempat
kering dan terlindung dari cahaya
Expired Date : -
No Registrasi : FF152300641

Kemasan : 1 blister 10 kapsul


Produsen : PT Dexa Medica
Tempelkan brosur :

Nama Produk : Woods Herbal Cough Medicine Plus Honey


Logo :

Jenis Obat Tradisional : Jamu


Bentuk sediaan : Sirup
Nama Paten : Woods Herbal Cough Medicine Plus Honey
Komposisi : Tiap 5 mL sirup mengandung ekstrak daun ivy (hedera
helix folii extract 35 mg), ekstrak daun meniran
(Phyllanthus niruri folii extract 25 mg), Ekstrak daun
mint (Menthae piperitae folii extract 25 mg) Madu 3 g

Indikasi : Mengatasi batuk berdahak


Efek samping : Belum dilaporkan efek samping obat
Aturan Pakai : Anak 2 - 5 tahun: 3 x sehari 2.5 ml, 6 - 12 tahun: 3 x
sehari 5 ml, Anak > 12 tahun & Dewasa: 3 x sehari 10
ml. Berikan setelah makan, kocok dahulu sebelum
diminum

Cara Penyimpanan : Simpan pada suhu dibawah 30 derajat celcius, ditempat


kering dan terlindung dari cahaya
Expired Date : -
No Registrasi : POM TR. 132 670 781

Kemasan : 1 botol 60 mL
Produsen : PT Kalbe Farma,Tbk
Tempelkan brosur :

Semarang, 15 Desember 2020


Instruktur praktikum,

(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Apt.)


FORM 2. PENGENALAN BENTUK-BENTUK SEDIAAN OBAT
TRADISIONAL

No Bentuk Sediaan Contoh-contoh


1 Serbuk VipAlbumin Plus Sachet
Pastilles
Pilis 32 A Air Mancur

2 Rajangan The Bawang Dayak

3 Pil Majakani Kanza

4 Dodol / jenang Dodol Herbal Habbatussauda

5 Pastiles Capung Herbal Pastiles

6 Tablet Nodiar
Herbacold
Bodrex Herbal Sakit Kepala
7 Kapsul Mastin
Stimuno Forte
Sari Daun Sirsak
Diapet
8 Cairan :
 Larutan Kiranti
Stimuno
 Emulsi

 Suspensi Woods Herbal Cough Medicine Plus Honey

9 Semi padat :
 Salep

 Krim
 Gel

10 Suppositoria

11 Plaster / koyo

12 Lain-lain :

Semarang, 15 Desember 2020


Instruktur praktikum,

(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Apt.)


FORM 3. DETERMINASI DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN ZAT AKTIF
FARMAKOLOGIK PADA TANAMAN OBAT

Nama Lokal : Binahong atau piahong


Deskripsi Tanaman : Tumbuhan menjalar, berbatang lunak,
berdaun tunggal, berbunga majemuk,
berkhasiat untuk melancarkan peredaran
darah dan mengembalikan daya tahan tubuh.

Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Basellaceae
Genus : Anredera
Spesies : Anredera cordifolia
Bagian Tanaman yang : Senyawa tinggi flavonoid binahong
berkhasiat Obat didapatkan dari daun, batang, umbi-umbian,
dan bunganya yang berkhasiat sebagai
antimikroba

Gambar Bagian :
Tanaman yang
berkhasiat Obat
Keterangan gambar : -

Kandungan senyawa : Tanaman binahong mengandung saponin,


aktif dalam bagian alkaloid, polifenol, flavonoid, dan
tanaman yang monopolisakarida termasuk L-Arabinosa, D-
digunakan sebagai obat Galaktosa, L-rhamnosa, D-glukosa

Khasiat bagian : Tanaman binahong mengandung saponin,


tanaman yang alkaloid, polifenol, flavonoid, dan
digunakan sebagai obat monopolisakarida termasuk L-Arabinosa, D-
berdasarkan bukti Galaktosa, L-rhamnosa, D-glukosa
empirik

Efek farmakologis : Flavanoid memiliki peran langsung sebagai


bagian tanaman yang fungsi antibiotik yang berspektrum luas.
Daun binahong memiliki aktivitas
digunakan sebagai obat
antioksidan, asam askorbat, dan senyawa
(Sebutkan sumbernya fenoli yang memiliki kemampuan melawan
dari jurnal hasil bakteri gram positif dan gram negatif yang
lebih rentan terhadap efek penghambatan
penelitian)
sebagai salah satu terapi non- farmakologis
acne vulgaris.

Selain itu flavonoid mempunyai sifat anti-


inflamasi, anti-hepatotoksik, anti-tumor,
anti- mikrobia, dan anti-virus.Namun,
kebanyakan flavonoid merupakan senyawa
antioksidan.Aktivitas flavonoid sebagai anti-
mikroba yang dapat mempercepat proses
penyembuhan jerawat disebabkan oleh
kemampuannya untuk menumbuk kompleks
dengan protein ekstraseluler yang terlarut di
dinding sel. Flavonoid yang bersifat
lipofollik juga akanmerusak membran sel
mikroba. Rusaknya membran dan dinding
sel akan menyebabkan metabolit penting
didalam sel akan keluar, akibatnya terjadi
kematian sel.

Selain flavonoid, kandungan daun binahong


lainnya adalah alkaloid. Alkaloid
memilikikemampuan sebagai antibakteri.
Mekanisme yang diduga adalah dengan cara
mengganggu komponen penyusun
peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga
lapisan dinding sel tidak terbentuk secara
utuh dan menyebabkan kematian sel
tersebut.

Sumber : Tryda Meutia Anwar et al.


2016. Manfaat Daun Binahong sebagai
Terapi Acne Vulgaris. Majority Vol 5 No
5

Hasil penelitian Astuti, dkk. (2011)


mengidentifikasi senyawa saponin pada
daun binahong yang mencapai rata-rata
28,14 mg/g, batang 3,65 mg/g, dan umbi
43,15 mg/g. Zat yang berkhasiat
menurunkan kadar kolesterol pada binahong
adalah titerpenoid saponin seperti
boussingide A1 atau larreagenin A. Sifat
umum saponin adalah menghambat
biosintesis kolesterol dengan cara
menghambat kerja enzim yang bekerja pada
tingkat fosforilasi.

Berdasarkan hasil penelitian dan jurnal


terkait penulis berasumsi bahwa
mengkonsumsi air rebusan daun binahong
secara rutin dapat menurunkan tekanan
darah tinggi pada penderita hipertensi.
Binahong merupakan tanaman yang
mengandung senyawa kimia flavonoid dan
saponin. Senyawa kimia tersebut akan
menurunkan kadar kolesterol dan
merelaksasikan otot polos sehingga
mengembalikan elastisitas pembuluh darah
kemudian merangsang hipotalamus yang
diteruskan oleh saraf eferen sehingga
menyebabkan vasodiltasi. Proses
vasodilatasi tersebut akan melancarkan
aliran darah.

Sumber : M. Firdaus dan Novianti Tri


Rezeki. 2020. Pengaruh Mengkonsumsi
Air Rebusan Daun Binahong Terhadap
Penurunan TD Pada Lansia Di UPT
PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru.
Journal of STIKes Awak Bros Pekanbaru

Senyawa aktif flavonoid banyak manfaatnya


bagi tubuh. Salah satunya yaitu flavonoid dapat
digunakan sebagai penurun kolesterol. Di dalam
tubuh, flavonoid mampu mengikis endapan
kolesterol pada dinding pembuluh darah koroner.
Dengan terkikisnya kolesterol pada pembuluh
darah, maka tidak akan memicu timbulnya
penyakit lain yang diakibatkan oleh kolesterol,
seperti : hipertensi, stroke, dan jantung (Nalole,
2009).

Berdasarkan keterangan diatas bahwa dalam


daun binahong (Anredera cordifolia (Ten)
Steenis) mengandung senyawa flavonoid. Maka
penulis ingin melakukan penelitian tentang
ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia
(Ten) Steenis) yang digunakan sebagai penurun
kolesterol secara in-vitro menggunakan
instrumen spektrofotometer UV-Vis.

Sumber : Devina Ingrid. 2017. Uji


Aktibitas Antikolesterol Ekstrak Etanol
Daun Binahong. Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 9 (1)

Semarang, 15 Desember 2020


Instruktur praktikum,

(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Apt.)


FORM 4. PROSES EKSTRAKSI

Nama Simplisia : 1. Simplisia daun jambu biji kering


2. kunyit segar yang dipotong-potong
3. serbuk daun jambu biji
4. serbuk daun jambu biji
5. Kulit lemon (destilasi), minyak sirih
Berat awal simplisia (g) : -
Metode ekstraksi : 1. Infundasi
2. Sokletasi
3. Maserasi
4. Perfolasi
5. Destilasi
Prinsip kerja : 1. Infundasi langsung di air mendidih dengan
suhu 90 derajat celcius sampai 15 menit
2. Tetes didapatkan dari uap dan terjadi floating
sebanyak 18 kali
3. Ditaruh di gelas ukur lalu diaduk, jika tidak
diaduk ditutup dengan alumunium foil lalu
disaring
4. Ditampung dalam collom lalu biarkan tetesan
mengalir, jika tetesan tidak berwarna maka
hentikan
5. Labu yang sudah diisi kulit lemon yang
sudah diparut dan ditambahkan air diletahan
di kompor dan diaduk lalu tabung-tabung
disusun dan di klam memanjang untuk
menghasilakn uap dari proses tersebut

Pelarut dalam ekstraksi : 1. Pelarut air


2. Etanol (awalnya putih setelah proses
pemanasan pelarut akan menguap melalui
pipa
samping ke atas ke pendingin balik, maka
uapnya akan terkondensasi maka uapnya
turun ke bawah, setelah menetes mengenai
serbuk simplisia sampai akhirnya tetesan
merendam serbuk simplisia, pipa kapieler
floading
3. Etanol/pelarut air
4. Pelarut yang sudah melewati serbuk simplisia
nanti pelarutnya akan kebawah ditampung
dengan kecepatan tetesan yang sama, hemat
pelarut sehingga ekstraksinya lebih efektif,
kapan pelarut/tetesan dihentikan yaitu saat
warnyanya sudah mulai bening, kemudian
uapkan dengan rotari evaporator, pelarutnya
akan tertarik kembali sehingga warnanya
jernih seperti semula
5. Pelarut air, ditambahkan airnya sampai
setengah dari labunya kemudian diletakkan
diatas pemanas kemudian di rangkai dengan
tabung-tabung dengan klem-klem lalu
dihubungkan dengan pendingin (ada tempat
masuk air, dialiri air), nanti uap desteilasi
masuk ketengah, penutup tabung bisa
ditambahkan pengontrol/termometer.
Didalam labu di stire bar magnetik, ketika
mendidih uapnya sudah mulai keluar masuk
ke tabung mulai terkondensasi dimulai dari
tetesan pertama, lama kelamaan uapnya akan
mengalir melalui pipa tabung, sampai
diperoleh minyak aromatis dari lemon.
Siapkan tabung untuk menampung hasil
destilasi, lihat apakah masih ada tetesean
minyak yang bercampur dengan air makan
destilasi masih dilanjutkan. Setelah
itu hasilnya dimasukkan ke corong pemisah
dengan bantuan pelarut organik yang nantinya
akan di kocok, kemudian di buang fase airnya
(yg keluar pertama kali), sampai nanti
dimurnikan

Frekueansi floading : 1 kali floating dengan suhu 50 derajat Celsius lalu


X 18kali
Berat ekstrak yang : -
dihasilkan (g)
Total rendemen (%) : -
Faktor-faktor yang : 1. Suhu 50 derajat celcius 18 x floading
mempenagruhi hasil
ekstraksi
: 2. kondensasi dan floating yang mempengaruhi
tinggi pipa kapiler

3. pengadukan untuk mengoptimalkan zat aktif

4. tetesan pelarut untuk tau pemberhentian

5. suhu untuk menghasilakn uap lemon

Semarang, 16 Desember 2020


Instruktur praktikum,

(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Apt.)


FORM 5. IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF DENGAN KLT

Nama Simplisia : 1. Daun jambu biji


2. Ekstrak kunyit
Pelarut KLT : Etanol
Pereaksi : 1. Kuersetin
2. Kinin
Gambar Hasil :
pengamatan

Warna : Daun jambu biji warna orange


Rimpang kunyit panjang gelombang 366, hanya
terlihat spotnya tapi terlihat garisnya
Nilai Rf hasil : 1. Rf : jarak substansi/jarak tempuh pelarut
pengamatan Spot 1 : 0,95/9,5 : 0,1
Spot 2 : 2,4/9,5 :0,25
Spot 3 : 4,3/9,5 :0,45
Spot 4 : 6,7/9,5: 0,7
Spot 5 : 8,55/9,5 :0,9
Kuersetin 6,55/9,5 :0,7
2. Rf kunyit
Spot 1 : 0,9 /9,5 :0,9
Spot 2 : 2,3/9,5 :0,24
Spot 3 : 5,9/9,5 :0,63
Kurkumin 5,9/9,5 :0,62
Kandungan fitokimia : Daun jambu biji mengandung kuersetin
Rimpang kunyit mengandung kurkumin
Flavonoid
Analisa faktor-faktor : 1. Pelarut
yang mempengaruhi 2. Suhu
keberhasilan KLT 3. Ukuran dari bejana
4. Kertas
5. Sifat dari campuran

Semarang, 16 Desember 2020


Instruktur praktikum,

(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Apt)


FORM 6. PERHITUNGAN DOSIS

A. JAWABAN SOAL :

1. Perhitungan dosis vitamin C


Dosis vitamin C yang dapat berfungsi sebagai antioksidan pada manusia adalah 1000
mg. Jadi, dengan faktor konversi 0.018 didapatkan dosis vitamin C pada tikus putih
adalah 18 mg/200 g BB tikus putih.

2. Pada penelitian pengaruh ekstrak etanol buah mengkudu terhadap kadar glukosa pada
tikus yang diinduksi dengan aloksan, maka harus ditentukan dosis yang akan diberikan
pada tikus yaitu untuk masing-masing zat: ekstrak etanol buah mengkudu, alloksan dan
glibenklamid (sebagai gold standard).

Perhitungan dosis aloksan, glibenklamid, dan Ekstrak etanol buah mengkudu.

1. Dosis aloksan:

Dosis aloksan pada tikus 120 mg/kgBB


Pada tikus 200 g  200/1000x120 =24
mg/200mgBB Faktor konversi dari tikus 200 g ke
mencit 20 g = 0.14 Pada mencit 20 g : = 24x0.14 =
3.36 mg/ mencit 20 g
Untuk 1 kg BB mencit : = ((1000/20)x3.36)= 168 mg/kgBB mencit Rata-rata BB mencit
= 27 g
Dosis aloksan untuk mencit 27 g = ((27/20)x3.36)= 4,54 mg/ mencit Volume
maksimal dosis intravena mencit : 0,1 ml = 45,4 mg/ml

2. Dosis Glibenklamid :

Dosis Glibenklamid untuk manusia = 5 mg


Konversi dari manusia ke mencit 20 g = 0.0026 Untuk mencit 20 g = 5 mg x 0,0026 =
0.013 mg
mencit = 0,5 ml , misalkan berat badan mencit 30 g maka: Dosis Glibenklamid untuk
mencit 30g = 0.0195 ((30/20)x0.013)mg/0,5 ml

3. Dosis Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) :

Dosis Ekstrak Etanol Buah Mengkudu untuk antidiabetik dengan hewan coba mencit:
Dosis 1 : 500 mg/kgBB
Dosis 2 : 1000 mg/kgBB

Dosis 3 : 1500 mg/kgBB


(I Ketut Adnyana dkk, 2004)

Rata-rata BB mencit yang digunakan untuk penelitian = 30 g


Untuk EEBM dosis 1 ( 500 mg/kgBB) = ((30/1000)x 500)= 15 mg/30 g Untuk EEBM
dosis 2 (1000 mg/kgBB) = ((30/1000)x 1000)= 30 mg/30 g Untuk EEBM dosis 3 (1500
mg/kgBB) = ((30/1000)x 1500) = 45 mg/30 g

CONTOH PERHITUNGAN DOSIS DALAM PENELITIAN PREKLINIK.

Uji efektifitas anti diare ekstrak buah sawo terhadap mencit

Dari berbagai pendekatan menggunakan data empiris, kandungan buah sawo dan hasil
penelitian sebelumnya, maka ditentukan penggunaan dosis Ekstrak etanol buah sawo (EEBS)
pada penelitian ini adalah :
Untuk Kelompok 1 : 12,5 mg/ 20 gBB = 625 mg/kgBB = 0,625 g/kgBB

Untuk Kelompok 2 : 25 mg/20 g BB = 1250 mg/kgBB = 1,25 g/kgBB

Untuk Kelompok 3 : 50 mg/20 g BB = 2500 mg/kgBB = 2,5 g/kgBB

Buatlah rencana perhitungan untuk pembuatan larutan stok dosis dan volume
pemberiannya.
Pembuatan larutan stok Ekstrak etanol buah sawo (EEBS) mempertimbangkan kapasitas
(volume maksimal) per oral untuk mencit adalah : 1,0 ml

1. Buat Larutan stok untuk Kel 1 (12,5 mg/ 20 gBB).

Dibuat stok agar dalam volume maksimal 1 ml terdapat 12,5 mg EEBS. Contoh : dalam Kel 1
ada 10 ekor mencit dan dosis direncanakan akan diberikan dalam volume 0,5 ml maka
kebutuhan larutan stok dosis tersebut, minimal adalah :

10 ekor x 0,5 ml = 5 ml.


Untuk 5 ml tersebut dibutuhkan EEBS sejumlah = 10 x 12,5 mg = 125 mg.

Agar tidak sampai kekurangan, kita buat larutan stok dosis tersebut sejumlah 2 kali kebutuhan
minimal. Maka ditimbang EEBS sejumlah 2 x 125 mg = 250 mg tetapi dilarutkan dalam
pelarut sampai 10 ml (Konsentrasi = 250 mg/10 ml).
Volume pemberian dosis EEBS dengan larutan stok yang sudah dibuat : Larutan stok dengan
konsentrasi EEBS = 250 mg/10 ml, dimana untuk mencit 20 g diberikan dalam volume 0,5 ml
Jika Berat badan mencit yang akan diberi dosis = 30 g
Maka Volume pemberian = 30/20 x 0,5 ml = 0,75 ml

2. Buat Larutan stok untuk Kel 2 (25 mg/20 g BB).

Volume pemberian dosis EEBS dengan larutan stok yang sudah dibuat : Dalam Kel 1 ada 10
ekor mencit dan dosis direncanakan akan
diberikan dalam volume 0,5 ml maka kebutuhan larutan stok dosis tersebut, minimal adalah :

10 ekor x 0,5 ml = 5 ml.


Untuk 5 ml tersebut dibutuhkan EEBS sejumlah = 10 x 25 mg = 250 mg.

Agar tidak sampai kekurangan, kita buat larutan stok dosis tersebut sejumlah 2 kali kebutuhan
minimal. Maka ditimbang EEBS sejumlah 2 x 250 mg = 500 mg tetapi dilarutkan dalam
pelarut sampai 10 ml (Konsentrasi = 500 mg/10 ml).
Volume pemberian dosis EEBS dengan larutan stok yang sudah dibuat : Larutan stok dengan
konsentrasi EEBS = 500 mg/10 ml, dimana untuk mencit 20 g diberikan dalam volume 0,5 ml
Jika Berat badan mencit yang akan diberi dosis = 30 g
Maka Volume pemberian = 30/20 x 0,5 ml = 0,75 ml

3. Buat Larutan stok untuk Kel 3 (50 mg/20 g BB).

Volume pemberian dosis EEBS dengan larutan stok yang sudah dibuat : dalam Kel 1 ada 10
ekor mencit dan dosis direncanakan akan
diberikan dalam volume 0,5 ml maka kebutuhan larutan stok dosis tersebut, minimal adalah :
10 ekor x 0,5 ml = 5 ml.

Untuk 5 ml tersebut dibutuhkan EEBS sejumlah = 10 x 50 mg = 500 mg.


Agar tidak sampai kekurangan, kita buat larutan stok dosis tersebut sejumlah
2 kali kebutuhan minimal. Maka ditimbang EEBS sejumlah 2 x 500 mg = 1000 mg tetapi
dilarutkan dalam pelarut sampai 10 ml (Konsentrasi = 1000 mg/10 ml).
Volume pemberian dosis EEBS dengan larutan stok yang sudah dibuat : Larutan stok dengan
konsentrasi EEBS = 1000 mg/10 ml, dimana untuk mencit 20 g diberikan dalam volume 0,5
ml
Jika Berat badan mencit yang akan diberi dosis = 30 g
Maka Volume pemberian = 30/20 x 0,5 ml = 0,75 ml

Jika dari hasil penelitian tersebut disimpulkan Dosis optimal ekstral etanol buah sawo (EEBS)
pada mencit adalah 50 mg/20 g BB
Maka berapa dosis optimal tersebut pada manusia?
Faktor konversi dosis mencit ke manusia = 387,9

Dosis manusia = 19,395 g /70 kgBB manusia  ((1/70)x19,395) = 0.27707


= 277 mg/kgBB manusia
Jika Rendemen EEBS= 75,66% (dari serbuk simplisia seberat =200g, dihasilkan berat ekstrak
kental=151,132g), maka dosis pada manusia tersebut setara dengan berapa g serbuk simplisia?
Dosis manusia = 19,395 g EEBS
Setara dengan = ((100/75,66)x19,395)= 25,634 g serbuk simplisia
Jika 1,1 kg buah sawo muda menjadi 200 g serbuk simplisia, maka dosis pada manusia
tersebut setara dengan berapa g row material (sawo muda)?
Dosis manusia = 26,35 g serbuk simplisia
Setara dengan = ((1100/200)x26,35= 144,925 g buah sawo muda

Semarang, 16 Desember 2020


Instruktur praktikum,

(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Apt)


LBM 2. UJI PRE KLINIK OBAT TRADISIONAL

FORM 7. PENANGANAN HEWAN COBA

NAMA KEGIATAN HASIL/ GAMBAR KENDALA


HEWAN
COBA
MENCIT Handling mencit Komentar :
1. Ambil mencit Tidak ada proses
dari kendang pengurutan pada
dengan kulit mencit
memegang ekor sebelum di cubit
mencit kulit
2. Letakkan punggungnya
mencit dan
biarkan mencit
berpegangan
pada kendang
3. Cubit kulit pada
leher/punggung
mencit
sebanyak
mungkin
4. Selipkan ekor
mencit diantara
jari manis dan
https://www.youtube.com/watch?v=Gs-ebUnPQEc
kelingking
Diseksi Komentar :
1. Tikus Tidak
dikorbaknkan menggunakan
2. Lalu difiksasi scalpel
pada papan Tidak dilakukan
fikasasi dengan pencukuran
jarum
3. Jepit kulit
abdomen
bagian bawah
tikus lalu
gunting hingga
sternum
4. Gunting dengan
arah ke tangan
kanan dan kiri
membentuk
huruf Y
5. Pisahkan kulit
dengan fascia
lalu fiksasi
dengan jarum
6. Buka abdomen
dengan
memotong
bagian bawah
abdomen dan
menyusuri garis
costa tikus
7. Lebarkan lalu
fiksasi dengan
jarum
8. Identifikasi
organ

https://www.youtube.com/watch?v=tHqZa7WCnwk
Pengambilan darah
mencit pada pipi
1. Ambil mencil
dengan
mencubit
punggung
2. Tentukan lokasi
pem=ngambilan
darah pada pipi
mencit
3. Tusukkan jarum
kanul pada
lokasi
pengambilan
darah
4. Kumpulkan
tetesan darah
yang keluar
pada wadah
5. Kembalikan
mencit pada
kandang

https://www.youtube.com/watch?v=blTUVOB9yC8
NAMA KEGIATAN HASIL/ GAMBAR KENDALA
HEWAN
COBA
TIKUS Handling Tikus Komentar
1. Cubit pada Tikus
kulit langsung
leher/punggung diambil
tikus dengan
dicubit
punggungny
https://www.youtube.com/watch?v=jIGKgZPMYxI
a

Handling Tikus Komentar :


1. Ambil tikus Tidak ada
dengan proses
memegang pengurutan
ekor tikus pada kulit
2. Cubit mencit
punggung tikus sebelum di
3. Balikkan cubit kulit
tangan dan punggungny
selipkan elor di a
jari kelingking
https://www.youtube.com/watch?v=m5c_QKrCn_4
IP Injection on mouse Komentar :
1. Ambil tikus Tidak ada
dengan disinfeksi
memegang
ekor tikus
2. Cubit
punggung tikus
3. Balikkan
tangan dan
selipkan elor di
jari kelingking
4. Cari lokasi
injeksi dengan
menentukan
midline pada
abdomen tikus,
tentukan garis
imajiner antara
batas atas dan
bawah
abdomen
5. Lakukan
https://www.youtube.com/watch?v=m5c_QKrCn_4
penyuntikan
pada kuadran
kanan pada
garis imajiner
yang sudah
ditentukan dan
pastikan tidak
terlalu dalam
Sondase pada tikus
1. Ambil tikus
dengan
memegang
ekor tikus
2. Cubit
punggung tikus
3. Balikkan
tangan dan
selipkan elor di
jari kelingking
4. Pastikan
panjang jarum
sondase sudah
tepa tantara
mulut hingga
sternum tikus
dan pastikan
leher tikus
lurus
5. Masukkan
jarum pada
mulut tikus
menelusuri
esofagus lalu
lambung tikus
6. Dorong cairan
pada psuit
menuju
lambung tikus
https://www.youtube.com/watch?v=IDXDGo3Fa1Y&t=1s
Injeksi IV pada tikus Komentar:
1. Ambil tikus Tidak ada
dengan disinfeksi
memegang Dilakukan
ekornya penghangata
2. Masukan ke n pada ekor
dalam box terlebih
holder dahulu
3. Selipkan ekor
4. Hangatkan
ekor tikus agar
vena dilatasi
5. Identifikasi
vena pada ekor
tikus
6. Injeksikan
jarum spuit
pada vena ekor
tikus
7. Tekan pada
lokasi injeksi
8. Masukkan
Kembali tikus
ke kandang

NAMA KEGIATAN HASIL/ GAMBAR KENDALA


HEWAN
COBA
KELINCI Handling Kelinci
1. Tenangkan kelinci
dengan mengusap
dan menutup
matanya.
2. Peluk kelinci
antara lengan atas
dan tangan kanan
pada kepala
kelinci
3. Dekatkan kelinci
pada badan
praktikan
4. Selipkan tangan
kanan pada bagian
bawah kelinci
lalau angkat
kelinci
https://www.youtube.com/watch?v=Delxm5f3fmw
Injeksi IM kelinci
1. Pegang kelinci
pada posisi
punggung
menghadap ke
pemeriksa
2. Dekap kelinci
dengan erat
3. Tentukan lokasi
penyuntikan
4. Suntikan secara
tegak lurus
https://www.youtube.com/watch?v=dyfdwtez8Fc&featur
e=youtu.be
Pengambilan darah
kelinci
1. Lakukan anestesi
pada kelinci
2. Pastikan sudah
teranestesi
3. Tentukan lokasi
pengambilan pada
vena marginalis
4. Tekan pangkal
telinga agar
pembuluh vena
mengembung
5. Disinfeksi
menggunakan
alkohol
6. Suntikkan jarum
pada vena
marginalis
7. Ambil darah
8. Keluarkan jarum
dan tekan dengan
kasa

https://youtu.be/tFWDdQxNHOA
Semarang, 22 Desember 2020
Instruktur praktikum,

(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Apt)


FORM 8. UJI TOKSISITAS DENGAN PENENTUAN ED50 DAN LD 50

ED 50

Jumlah %
Jumlah
Ikan Konsentrasi % Ikan
Kel Dosis alkohol ikan
Mula- Dosis Responsif
responsif Alkohol
mula
I 10 10 cc alkohol + 190 cc air 0 1,75% 0%
12 cc alkohol + 188 cc air 2 2,1% 20%
II 10 14 cc alkohol + 186 cc air 3 2,45% 30%
16 cc alkohol + 184 cc air 4 2,8% 40%
III 10 18 cc alkohol + 182 cc air 6 3,15% 60%
20 cc alkohol + 180 cc air 6 3,5% 60%
IV 10 22 cc alkohol + 178 cc air 7 3,85% 70%
24 cc alkohol + 176 cc air 8 4,2% 80%
V 10 26 cc alkohol + 174 cc air 10 4,55% 100%
28 cc alkohol + 172 cc air 10 4,9% 100%

GRAFIK ED 50
Confidence Limits
95% Confidence Limits for 95% Confidence Limits for
konsentrasi_dosis_alkohol_ED50 log(konsentrasi_dosis_alkohol_ED50)a
Probability Estimate Lower Bound Upper Bound Estimate Lower Bound Upper Bound
PROBIT .010 1.476 .983 1.817 .169 -.007 .259
.020 1.604 1.113 1.936 .205 .046 .287
.030 1.690 1.204 2.016 .228 .081 .305
.040 1.758 1.277 2.079 .245 .106 .318
.050 1.816 1.339 2.132 .259 .127 .329
.060 1.866 1.394 2.178 .271 .144 .338
.070 1.912 1.445 2.219 .281 .160 .346
.080 1.953 1.491 2.257 .291 .174 .354
.090 1.992 1.535 2.292 .299 .186 .360
.100 2.028 1.576 2.325 .307 .198 .366
.150 2.185 1.757 2.469 .339 .245 .392
.200 2.318 1.913 2.592 .365 .282 .414
.250 2.439 2.057 2.705 .387 .313 .432
.300 2.553 2.192 2.814 .407 .341 .449
.350 2.663 2.322 2.923 .425 .366 .466
.400 2.772 2.449 3.035 .443 .389 .482
.450 2.882 2.574 3.152 .460 .411 .499
.500 2.994 2.698 3.278 .476 .431 .516
.550 3.110 2.822 3.417 .493 .451 .534
.600 3.233 2.948 3.572 .510 .469 .553
.650 3.366 3.076 3.748 .527 .488 .574
.700 3.511 3.209 3.953 .545 .506 .597
.750 3.675 3.351 4.197 .565 .525 .623
.800 3.867 3.509 4.497 .587 .545 .653
.850 4.102 3.694 4.884 .613 .567 .689
.900 4.420 3.930 5.432 .645 .594 .735
.910 4.500 3.989 5.576 .653 .601 .746
.920 4.589 4.052 5.736 .662 .608 .759
.930 4.688 4.123 5.918 .671 .615 .772
.940 4.802 4.203 6.129 .681 .624 .787
.950 4.936 4.296 6.380 .693 .633 .805
.960 5.097 4.407 6.690 .707 .644 .825
.970 5.303 4.546 7.092 .724 .658 .851
.980 5.589 4.736 7.667 .747 .675 .885
.990 6.072 5.050 8.673 .783 .703 .938
a. Logarithm base = 10.

DOSIS ED 50: 2,994 %


ANALISA:
LD 50
Jumla %
Jumlah
h Ikan Konsentrasi % Ikan
Kel Dosis alkohol ikan
Mula- Dosis Responsif
responsif
mula Alkohol
VI 10 26 cc alkohol + 174 cc air 2 4,55% 20%
28 cc alkohol + 172 cc air 2 4,9% 20%
VII 10 30 cc alkohol + 170 cc air 3 5,25% 30%
32 cc alkohol + 168 cc air 4 5,6% 40%
VIII 10 34 cc alkohol + 166 cc air 5 5,95% 50%
36 cc alkohol + 164 cc air 6 6,3% 60%
IX 10 38 cc alkohol + 162 cc air 6 6,65% 60%
40 cc alkohol + 160 cc air 8 7% 80%
X 10 42 cc alkohol + 152 cc air 9 7,35% 90%
44 cc alkohol + 156 cc air 10 7,7% 100%

GRAFIK LD 50
Confidence Limits
95% Confidence Limits for
95% Confidence Limits for konsentrasi_alkohol_LD50 log(konsentrasi_alkohol_LD50)a
Probability Estimate Lower Bound Upper Bound Estimate Lower Bound Upper Bound
PROBIT .010 3.561 2.564 4.143 .552 .409 .617
.020 3.773 2.813 4.324 .577 .449 .636
.030 3.914 2.983 4.444 .593 .475 .648
.040 4.024 3.118 4.537 .605 .494 .657
.050 4.115 3.231 4.614 .614 .509 .664
.060 4.195 3.331 4.681 .623 .523 .670
.070 4.266 3.421 4.741 .630 .534 .676
.080 4.330 3.503 4.795 .637 .544 .681
.090 4.390 3.580 4.845 .642 .554 .685
.100 4.445 3.651 4.892 .648 .562 .690
.150 4.683 3.962 5.094 .671 .598 .707
.200 4.881 4.224 5.264 .688 .626 .721
.250 5.057 4.460 5.418 .704 .649 .734
.300 5.221 4.678 5.566 .718 .670 .746
.350 5.378 4.884 5.713 .731 .689 .757
.400 5.531 5.081 5.864 .743 .706 .768
.450 5.683 5.271 6.024 .755 .722 .780
.500 5.836 5.455 6.197 .766 .737 .792
.550 5.994 5.632 6.389 .778 .751 .805
.600 6.159 5.805 6.605 .790 .764 .820
.650 6.334 5.976 6.852 .802 .776 .836
.700 6.524 6.148 7.137 .815 .789 .853
.750 6.735 6.328 7.472 .828 .801 .873
.800 6.979 6.524 7.876 .844 .814 .896
.850 7.273 6.749 8.388 .862 .829 .924
.900 7.662 7.034 9.093 .884 .847 .959
.910 7.759 7.103 9.274 .890 .851 .967
.920 7.866 7.178 9.474 .896 .856 .977
.930 7.985 7.262 9.701 .902 .861 .987
.940 8.120 7.356 9.961 .910 .867 .998
.950 8.277 7.464 10.267 .918 .873 1.011
.960 8.465 7.592 10.639 .928 .880 1.027
.970 8.702 7.752 11.117 .940 .889 1.046
.980 9.028 7.968 11.787 .956 .901 1.071
.990 9.566 8.319 12.930 .981 .920 1.112
a. Logarithm base = 10.

DOSIS LD 50: 5,836 %


ANALISA:

Indeks terapi = LD50:ED50 = 5,836:2,994 = 1,949  indeks terapi > 1

Semarang, 23 Desember 2020


Instruktur praktikum,

(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Apt)


LBM 3. FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI PENGOBATAN
HERBAL

FORM 9. UJI DAYA ANALGETIK DENGAN METODE GELIAT ASETAT

Tabel 1. Jumlah Kumulatif Geliat dan Persen Analgetika Mencit Pada Berbagai
Kelompok Perlakuan
Jumlah Geliat Mencit pada kelompok Kontrol Negatif ( Na-CMC 0,5%)
Kelompok Jumlah Geliat pada Menit Jumlah % Analgetika
Mencit Ke- Kumulatif
15’ 30’ 45’ 60’ Geliat
I 15 23 9 3 50
II 12 25 10 2 49
III 14 24 10 2 50
IV 15 24 9 1 49
V 12 24 10 3 49
Rerata 13,6 24 9,6 2,2 49,4

Jumlah Geliat Mencit pada Kelompok Kontrol Positif ( parasetamol 65 mg/kgBB)


Kelompok Jumlah Geliat pada Menit Jumlah % Analgetika
Mencit Ke- Kumulatif
15’ 30’ 45’ 60’ Geliat
I 4 9 2 0 15
II 4 8 3 1 16
III 3 9 3 0 15
IV 5 10 2 1 18
V 4 9 2 0 15
Rerata 4 9 2,4 0,4 15,8

Jumlah Geliat Mencit pada Kelompok perasan daun trembesi 25 mg/kgBB


Kelompok Jumlah Geliat pada Menit Jumlah % Analgetika
Mencit Ke- Kumulatif
15’ 30’ 45’ 60’ Geliat
I 14 14 7 3 38
II 9 12 7 2 30
III 7 13 8 1 29
IV 10 15 6 2 33
V 7 12 6 3 28
Rerata 9,4 13,2 6,8 2,2 31,6

Jumlah geliat mencit pada kelompok perasan daun trembesi 50 mg/kgBB


Kelompok Jumlah Geliat pada Menit Jumlah % Analgetika
Mencit Ke- Kumulatif
15’ 30’ 45’ 60’ Geliat
I 7 13 5 2 27
II 8 10 6 2 26
III 5 12 5 1 23
IV 8 12 7 2 29
V 6 10 5 3 24
Rerata 6,8 11,4 5,6 2 25,8

Jumlah Geliat Mencit pada Kelompok perasan daun trembesi 100mg/kgBB


Kelompok Jumlah Geliat pada Menit Jumlah % Analgetika
Mencit Ke- Kumulatif
15’ 30’ 45’ 60’ Geliat
I 5 10 3 1 19
II 5 9 4 2 20
III 4 10 5 0 19
IV 6 10 5 2 23
V 5 11 1 2 19
Rerata 5 10 3,6 1,4 20

Grafik 1. Hubungan Antara Waktu dan Jumlah Geliat Pada masing-Masing


Perlakuan

30

25
24

20

15
13,6 13,2
11,4
10 9,4 19 9,6
6,8 0
6,8
5 54 5,6
3,6
2,4 21
0 0,4
2,2
15' 30' 45' 60'
4
kontrol positif
Kontrol negatif daun trembesi 50 mg/kgBB
daun trembesi 25 mg/kgBB
daun trembesi 100 mg/kgBB
Pembahasan:
Efek induksi nyeri puncaknya pada menit ke 30 percobaan dan menghilang pada
menit ke 60 percobaan.
Jumlah geliat semakin besar pada control negative, lalu daun trembesi 25
mg/kgBB, lalu 50 mg/kgBB, lalu 100 mg/kgBB, dan paling kecil pada control
positif.

Kesimpulan: dose dependence, yaitu efek analgesi tergantung pada besar dosis yang
diberikan

Semarang, 30 Desember 2020


Instruktur praktikum,

(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Apt)

Tabel: Jumlah Kumulatif Geliat dan Persen Analgetika Mencit Pada Berbagai
Kelompok Perlakuan
Menit Jumlah Rerata Geliat pada Persen analgetika pada kelompok
ke- Kelompok
Cont Cont Perasan
rol rol daun
nega posit trembesi
tif if 25 50 1 Contr Contr Perasan daun
0 ol ol trembesi (mg/kgBB)
0 negati positif 25 50 100
f
15 13,6 4 9, 6, 5
4 8
30 24 9 13 11 1
,2 ,4 0
45 9,6 2,4 6, 5, 3,
8 6 6
60 2,2 0,4 2, 2 1,
2 4
Jumla 49,4 15,8 31 25 2 100- 100 – 100 – 10 100 –
h ,6 ,8 0 (49,4/ (15,8/ (31,6/ 0– (20/4
rerata 49,4 x 49,4 x 49,4 x (25 9,4 x
kumul 100) = 100 ) 100) = ,8 / 100 _
atif 0% = 68% 36% 49, =
4x 60%
10
0)
=
48
%

1. Tampilkan data persen analgetika pada masing-masing kelompok perlakuan dalam


bentuk grafik dan analisa data kelas menggunakan analisa data yang sesuai untuk
menjawab tujuan penelitian:

a. Apakah terdapat pengaruh perasan daun trembesi terhadap jumlah geliat asetat?

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
JumlahKumulatifGeliat Kontrol Negatif .367 5 .026 .684 5 .006
Kontrol Positif .330 5 .079 .735 5 .021
Tembesi 25 *
.254 5 .200 .889 5 .350
mg/kgBB
Tembesi 50 .175 5 .200* .974 5 .899
mg/kgBB
Tembesi 100 .318 5 .109 .701 5 .010
mg/kgBB

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances


Levene
Statistic df1 df2 Sig.

JumlahKumulatifGeliat Based on Mean 3.533 4 20 .025


Based on Median 1.384 4 20 .275
Based on Median and with 1.384 4 9.874 .308
adjusted df
Based on trimmed mean 3.311 4 20 .031

Dapat disimpulkan data homogen dengan sig >0,05

ANOVA
JumlahKumulatifGeliat
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3436.240 4 859.060 159.085 .000
Within Groups 108.000 20 5.400
Total 3544.240 24

Didapatkan nilai sig 0,0000 yaitu <0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh pemberian ekstrak trembesi terhadap jumlah geliat mencit yang diinduksi
asam asetat

Untuk melihat perbedaan rata-rata tiap kelompok maka perlu dilakukan uji pos hoc

Multiple Comparisons
Dependent Variable: JumlahKumulatifGeliat
LSD

Mean 95% Confidence Interval


Difference Std. Lower Upper
(I) Kelompok (J) Kelompok (I-J) Error Sig. Bound Bound
*
Kontrol Negatif Kontrol Positif 33.60000 1.46969 .000 30.5343 36.6657
Tembesi 25 17.80000* 1.46969 .000 14.7343 20.8657
mg/kgBB
Tembesi 50 23.60000* 1.46969 .000 20.5343 26.6657
mg/kgBB
Tembesi 100 29.40000* 1.46969 .000 26.3343 32.4657
mg/kgBB
Kontrol Positif Kontrol Negatif -33.60000* 1.46969 .000 -36.6657 -30.5343
Tembesi 25 -15.80000* 1.46969 .000 -18.8657 -12.7343
mg/kgBB
Tembesi 50 -10.00000* 1.46969 .000 -13.0657 -6.9343
mg/kgBB
Tembesi 100 -4.20000* 1.46969 .010 -7.2657 -1.1343
mg/kgBB
Tembesi 25 Kontrol Negatif -17.80000* 1.46969 .000 -20.8657 -14.7343
*
mg/kgBB Kontrol Positif 15.80000 1.46969 .000 12.7343 18.8657
Tembesi 50 *
5.80000 1.46969 .001 2.7343 8.8657
mg/kgBB
Tembesi 100 11.60000* 1.46969 .000 8.5343 14.6657
mg/kgBB
Tembesi 50 Kontrol Negatif -23.60000* 1.46969 .000 -26.6657 -20.5343
*
mg/kgBB Kontrol Positif 10.00000 1.46969 .000 6.9343 13.0657
Tembesi 25 -5.80000* 1.46969 .001 -8.8657 -2.7343
mg/kgBB
Tembesi 100 5.80000* 1.46969 .001 2.7343 8.8657
mg/kgBB
Tembesi 100 Kontrol Negatif -29.40000* 1.46969 .000 -32.4657 -26.3343
*
mg/kgBB Kontrol Positif 4.20000 1.46969 .010 1.1343 7.2657
*
Tembesi 25 -11.60000 1.46969 .000 -14.6657 -8.5343
mg/kgBB
Tembesi 50 -5.80000* 1.46969 .001 -8.8657 -2.7343
mg/kgBB

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

b. Dosis dau trembesi manakah yang paling efektif sebagai analgetik?

Dosis 100 mg/kgBB


30

25
24

20

15
13,6 13,2
11,4
10 9,4 19 9,6
6,8 0
6,8
5 54 5,6
3,6
2,4 21
0 0,4
2,2
15' 30' 45' 60'
4
kontrol positif
Kontrol negatif daun trembesi 50 mg/kgBB
daun trembesi 25 mg/kgBB
daun trembesi 100 mg/kgBB
FORM 10. UJI SITOTOKSIK IN VITRO

Hasil OD
kultur sel  sel dimasukkan di flask diberi media diinkubasi di incubator CO2 suhu
37 sampai selnya konfluen  lalu dibawa ke laminar air flow lalu sel dipanen 
remove medianya selnya diberi tripsin atau EDTA untuk melepaskan sel dari
dinding flask  beri media yang baru RPMI lalu disuspensikan kemudian diambil
dengan pipet  masuk ke tabung konikal  ambil sedikit untuk diberi tripan blue
untuk dihitung jumlah selnya dengan haemositometer  jumlah sel diketahui.
Kemudian membuat suspense sel dengan kepadatan yang diinginkan dengan
diencerkan dengan volume tertentu  sel diinokulasi ke dalam 96 wheel tissue
culture ( sumuran)  kemudian diinkubasi 24 jam / 2x24 jam/ 3x24 jam 
kemudian diambil lagi untuk diberi perlakuan dengan senyawa/bahan uji  bahan
uji harus sudah disiapkan dengan dilusi bertingkat, kemudian hasil pengenceran
bertingkat dimasukkan ke sumuran dengan medianya harus diremove dulu
inkubasi  lihat kembali untuk mengetahui pengaruh, berapa jumlah sel yang masih
hidup, dideteksi dengan diberi pereaksi MTT
 berubah menjadi garam formazan  dilarutkan dengan hdmso/ asam klorida-
isopropanolol  lihat warna  dibaca dengan elisa reader
Analisa Data
Y = 0,3578x + 2,204x10-5
X = y-b /a
Absorbansi Sel control :
1,431 Jumlah sel control :

Kelompok Konsentrasi Rata-rata Jumlah sel Jumlah sel mati


absorbansi hidup
1 6,25 0,965 2,698 1,292
2 12,5 0,933 2,607 1,383
3 25 0,902 2,520 1,469
4 50 0,876 2,448 1,54
5 100 0,853 2,38 1,60

Kemudian dilanjutkan dengan analisis

Semarang, 31 Desember 2020


Instruktur Praktikum

(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Apt)


FORM 11. ANALISA DATA UJI SITOTOKSIK IN VITRO

Grafik

Analisa Data

Confidence Limits
95% Confidence Limits for
95% Confidence Limits for konsentrasi log(konsentrasi)a
Lower Upper Lower Upper
Probability Estimate Bound Bound Estimate Bound Bound
PROBIT .010 .000 . . -8.628 . .
.020 .000 . . -7.177 . .
.030 .000 . . -6.257 . .
.040 .000 . . -5.565 . .
.050 .000 . . -5.002 . .
.060 .000 . . -4.523 . .
.070 .000 . . -4.103 . .
.080 .000 . . -3.727 . .
.090 .000 . . -3.384 . .
.100 .001 . . -3.069 . .
.150 .017 . . -1.766 . .
.200 .187 . . -.729 . .
.250 1.445 . . .160 . .
.300 9.087 . . .958 . .
.350 49.923 . . 1.698 . .
.400 251.403 . . 2.400 . .
.450 1201.253 . . 3.080 . .
.500 5599.243 . . 3.748 . .
.550 26099.017 . . 4.417 . .
.600 124706.322 . . 5.096 . .
.650 628003.490 . . 5.798 . .
.700 3450180.915 . . 6.538 . .
.750 21691446.607 . . 7.336 . .
.800 168033828.205 . . 8.225 . .
.850 1827094135.363 . . 9.262 . .
.900 36791181561.830 . . 10.566 . .
.910 75979267725.084 . . 10.881 . .
.920 167050194464.474 . . 11.223 . .
.930 397247631364.162 . . 11.599 . .
.940 1045282752951.860 . . 12.019 . .
.950 3150958580146.899 . . 12.498 . .
.960 11519973679792.720 . . 13.061 . .
.970 56702110997145.310 . . 13.754 . .
.980 471725182129924.200 . . 14.674 . .
.990 13300394335887306.000 . . 16.124 . .
a. Logarithm base = 10.

Nilai IC50 = 5599.243


Kesimpulan
Ekstrak daun mimba berpotensi sebagai anti kanker dengan nilai IC50 5599,243

Semarang, 31 Desember 2020


Instruktur Praktikum

(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Apt)


LBM 4 FITOTERAPI

FORM 12. PENELAAHAN LAPORAN UJI KLINIK

1. Apakah tujuan uji klinik? (Uraikan juga tentang relevansi, alasan dan
manfaat uji klinik)

Tujuan uji klinik pada penelitian ini adalah untuk membandingkan khasiat
formula jamu dengan piroxicam untuk penyakit osteoarthritis, dikarenakan di Indonesia
ada beberapa ramuan tradisional yang digunakan untuk mengobati osteoarthritis namun
belum ada bukti kuat yang mendukung khasiat dan keamanannya. Sedangkan Piroxicam
adalah obat anti inflamasi non steroid yang dikeluarkan oleh PT. Indofarma yang
indikasinya adalah untuk mengatasi peradangan sendi.

2. Rancangan uji klinik? (Uraikan rancangan yang dipakai serta ketepatannya


untuk mencapai tujuan)

Rancangan uji klinik yang digunakan bersifat prospektif (diharapkan ada outcome
yang baik), randomized (acak), open label (partisipan mengetahui tentang penelitian yang
dilakukan terhadap mereka), serta multi center (tidak hanya di lakukan di satu tempat
semisal klinik atau rumah sakit). Tujuannya adalah untuk mengevaluasi keefisiensi dan
keamanan formula jamu yang di klaim dapat membantu mengurangi nyeri yang
disebabkan oleh osteoarthritis.
Penelitian dilakukan selama 10 bulan dari bulan maret sampai desember pada
tahun 2014.

3. Bagaimana kriteria pasien? (Kritena diagnosis, pemasukan dan pengecualian


dan bagaimana kesesuaian kñtena tersebut)

30 orang dokter serta 123 pasien berpartisipasi dalam penelitian ini. Para dokter
ini berasal dari 20 kabupaten yang berbeda yang terlibat dalam program Saintifikasi Jamu
(SJ) yang dilakukan oleh Mentri kesehatan Indonesia.
Sebelum memulai treatment, semua orang yang ingin berpartisipasi diperiksa
terlebih dahulu VAS score, SGOT, SGPT, BUN serta Kreatininnya, jika termasuk dalam
kriteria inklusi maka akan diberikan form of compliance yang harus mereka paraf setiap
kali mereka meminum jamu formula atau piroxicam, dan mereka juga harus menandai
jika lupa meminum pada suatu waktu.

4. Apa obat/pengobatan yang diteliti dan apa kontrol/pembandingnya?


Yang diteliti adalah formula jamu yang mengandung 15g Curcuma Xanthorriza
(bagian rimpang, dikeringkan), 3g Centella Asiatica (Dikeringkan), 15g Curcuma
Domestica (Bagian rimpang, dikeringkan), 3g Foeniculum Vulgare (Bagian bijinya), 5g
Orthosiphon Stamineus (Bagian Daun, dikeringkan), 7g Phyllantus Niruri (Dikeringkan),
dan 5g Equisetum Debile (dikeringkan).
Untuk pembandingnya ialah kapsul 10mg Piroxicam.

5. Alokasi perlakuan terapi? (Bagaimana penetapan kelompok perlakuan dan


kontrol, apakah ada randomisasi, bagaimana keberhasilan randomisasi)

6. Kriteria penilaian respons?

(Ketepatan kñtena, kapan dinilai, apakah ada penyamaran /blinding)


7. Analisis statistic

(Kesesuaian uji yang dipakai, jumlah sampel dl.)


8. Makna klinik hasil uji?

(Apakah dapat diterapkan dalam praktek)

9. Etika (Apakah ada penyimpangan-penyimpangan etis dan uji klinik?)

Tidak ditemukan adanya penyimpangan etik dan uji klinik

10. Kesimpulan uji klinik (Ketepatan kesimpulan)

KESIMPULAN PENILAIAN: Tidak ada perbedaan signifikan antara formula group


dan piroxicam group
Semarang, 11 Januari 2021
Instruktur Praktikum

(Dr. Dra. Atina Hussana,M.Si, Apt)


FORM 13. PRESENTASI FITOTERAPI

Judul : Resep Fitoterapi untuk diagnosis Mild Psoriasis

Bahan herbal untuk fitoterapi: Curcuma Xanthorrhiza Roxb (Temulawak)

Jurnal pendukung :

Resep Fitoterapi :
1% Curcuma Xanthorrhiza ointment selama 4 minggu

Keterangan lain :

a. Mekanisme kerja :
b. Potensi efek samping :
Tidak ada efek samping yang dilaporkan, reported 6% patients experienced dryness and 3%
patients experienced irritation.

c. Kontraindikasi :
Tidak ada
d. Potensi interaksi dengan bahan / obat lain
Tidak ada

Semarang, 12 Januari
2021

(Dr. Dra. Atina


LBM 5. ONLINE FIELD TRIP

FORM 14. LAPORAN ONLINE FIELDTRIP DI BALAI BESAR


PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT
TRADISIONAL (B2P2TO-OT)
JL. RAYA LAWU TAWANGMANGU KARANGANYAR
Tanggal Januari 2021

1. Sinema Fitomedika

Tuliskan profil singkat Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman


Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT)

B2P2TOOT merupakan transformasi dari Kebun Koleksi Tanaman Obat yang dirintis oleh
R.M Santoso Soerjokoesoemo sejak awal tahun kemerdekaan, menggambarkan semangat dari
seorang anak bangsa Nusantara yang tekun dan sangat mencintai budaya pengobatan nenek
moyang. Beliau mewariskan semangat dan kebun tersebut pada negara. Mulai April 1948,
secara resmi Kebun Koleksi TO tersebut dikelola oleh pemerintah di bawah Lembaga
Eijkman dan diberi nama “Hortus Medicus Tawangmangu”.

Visi : Masyarakat sehat dengan Jamu yang aman dan berkhasiat, menjadi institusi rujukan
penelitian dan pengembangan tanaman obat dan obat tradisional
Misi : Meningkatkan mutu litbang, mengembangkan hasil litbang dan pemanfaatan hasil
litbang tanaman obat dan obat tradisional

2. Museum Jamu Hortus Medicus

Amati dan laporkan berbagai bahan obat tradisional, baik berupa tanaman
maupun hewan yang diawetkan atau dibuat herbarium baik basah maupun kering!

Tanaman Obat :
Pimpinella alpina (purwoceng)
Sonchus arvensis (tempuyung)
Echinacea purpura (ekinase)
Centella asiatica (pegagan)
Stevia rebaudiana (stevia)

Pengembangan bahan baku untuk obat modern :


SILIMARIN dari Sylibum marianum

Penelitian Jamu Saintifik :


-Formula Jamu Saintifik Hipertensi (Penurunan Tekanan Darah)
-Formula Jamu Saintifik Hiperurisemia (Penurunan Asam Urat)
-Formula Jamu Saintifik Dispepsia (Gangguan Pencernaan)
-Formula Jamu Saintifik Hemoroid (wasir)
-Formula Jamu Saintifik Osteoartritis (radang sendi)
-Formula Jamu Saintifik Hiperkolesterolemia (Penurunan Kolestrol)
-Formula Jamu Saintifik Penurun Gula Darah
3. Laboratorium Terbaru

Laporkan laboratorium yang ada di B2P2TO-OT Tawangmangu terakit


fungsi dan alat yang spesifk dalam laboratorium masing-masing.

Laboratorium Penelitian dan Pengembangan di B2P2TOOT Terdiri Dari :


1. Laboratorium Terpadu, Meliputi:
-Sistematika Tumbuhan
-Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
-Galenika
-Fitokimia
-Formulasi
-Mikrobiologi
-Biomolekuler
-Klultur Jaringan Tanaman
2. Laborartorium Pasca Panen
3. Laboratorium Farmakologi
4. Laboratorium Klinik Saintifikasi Jamu
5. Laboratorium Sediaan Bahan Jamu

4. Unit Pengelolaan Pasca Panen

Amati dan laporkan cara pengelolaan pasca panen beberapa jenis tanaman
obat, antara lain: penimbangan dan pencatatan, pencucian dan penyortiran bagian
dari tanaman obat yang akan digunakan, pengeringan dan penyimpanan
Pasca Panen merupakan suatu tahap penting untuk menyediakan bahan baku jamu yang
berkualitas terutama untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan dan khasiat
produk.
Cara pengolahan merupakan suatu perlakuan yang diberikan pada hasil panen hingga produk
siap dikonsumsi atau menjadi simplisia bahan baku jamu yang terstandar.

Proses pasca panan harus disesuaikan dengan prosedur yang benar agar kualitas bahan yang
dihasilkan dapat memenuhi standar kualitas jamu yang diinginkan.

Proses pasca panen meliputi :


Pengumpulan bahan
Sertasi basah
Pengirisan
Pengubahan bentuk
Pengeringan
Sertasi kering
Pengemasan
Penyimpanan
5. Etalase tanaman obat dan kebun koleksi

Amati berbagai tanaman obat di kebun koleksi tanaman obat terkait nama
tanaman obat, bagian yang digunakan sebagai obat, beserta khasiat yang dimiliki!

Etalase tanaman obat terdiri dari berbagai macam tanaman obat yang dikeringkan dan
disimpan dalam botol kaca.
Koleksi Tanaman obat di Kebut Etalase lbih dari 600 jenis tanaman sebagai contoh : Ekinase
(Echinaceae purpura), Lidah Buaya ( Aloe vera L.). Pimpinella alpina (purwoceng), Sonchus
arvensis (tempuyung), Centella asiatica (pegagan), Stevia rebaudiana (stevia)

Kebun Tanaman Obat:

 Kebun produksi Karangpandan dengan ketinggian 600 dpl seluas ± 1,85 Ha


 Kebun produksi Kalisoro terletak pada 1.200 m dpl seluas ± 2 Ha
 Kebun subtropik Tlogodlingo terletak di ketinggian 1.600-1.800 m dpl seluas ± 12
Ha
 Kebun Tanaman Obat di Tegalgede Karanganyar seluas ± 0,6 Ha
 Kebun Tanaman Obat di Citeureup, Bogor Jawa Barat seluas ± 3 Ha
 Etalase Tanaman Obat Indonesia dengan koleksi ± 1000 spesies

6. Klinik Saintifikasi Jamu ” Hortus Medicus”

Amati dan laporkan metode penelitian yang dilakukan macam-macam jamu


yang sudah digunakan sebagai resep, alur pelayanan kepada pasien, dan pemberian
resep, beserta metode penegakan diagnosis yang dilakukan para dokter yang
bertugas

Metode Penelitian :
Pre post design tanpa kontrol
Uji klinik multi center  tanpa blinding, dan dibandingkan dengan obat standar

Pendaftaran :
-Informed Consent
-Request Consent
-Pasien Umum (Jamu Registry) Atau Subjek Penelitian

Pemeriksaan:
-Px fisik
-Px penunjang (kimia darah, usg, ekg)
-Diagnosis
-Terapi & konsultasi jamu

Resep dokter:
Ada 2 pilihan
1. Penulisan lengkap
2. 2. Koding
3. Dx + derajat
R/ JAMU
SEDIAAN
(CAPSUL/SIMPLICIA)
JUMLAH/BANYAKNYA
Contoh :
R/ Sanchus arvensis L. 2 gram,
Caesalpinia sappan L. 5 gram,
Stelechocarpus burahon L. 3 gram
m.f.l.a simpli d.t.d No. XV
Pro : Tuan X
Alamat : semarang

Semarang, 18 Januari 2021


Instruktur pendamping,

(Dr. Dra. Atina Hussana,M.Si,Apt)


FORM 15. LAPORAN SEMENTARA KARYA WISATA Pabrik Jamu PT Sido
Muncul
(Jl. Soekarno Hatta Km 28 Kec. Bergas - Klepu, Semarang)
Tanggal 19 Januari 2021

1. Profil Company

Perhatikan sejarah, visi dan misi, SDM termasuk peran dokter di PT Sido Muncul

Sejarah 1935 Berbekal kemahiran Ibu Rakhmat (Go Djing Nio) dalam mengolah jamu
dan rempah- rempah, pasangan ini memutuskan membuka usaha jamu di Yogyakarta.
1940 Tolak Angin dalam bentuk godokan mulai dipasarkan 1951 Mendirikan perusahaan
sederhana dengan nama Sido Muncul yang berarti “Impian yang Terwujud” di Jalan
Mlaten Trenggulun, Semarang. 1975Dibentuklah Perseroan Terbatas dengan nama PT
Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (sebelumnya berbentukCV pada tahun 1970).
1997 Sido Muncul membangun pabrik jamu modern dengan luas 30 hektar di Klepu,
Kecamatan Bergas, Ungaran. Pembangunan pabrik ditandai dengan peletakan batu
pertama oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X pada 21 Agustus 1997. 2000 Sido Muncul
meresmikan pabrik baru pada 11 November 2000. Peresmian dilakukan oleh Menteri
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia Dr. dr. Achmad Sujudi MHA.
Pada saat bersamaan, Sido Muncul menerima dua sertifikat yang setara dengan farmasi,
yaitu Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB). 2004 Memproduksi lebih dari 250 jenis produk. Produk unggulan
kami adalah Tolak Angin, Tolak Linu, Kuku Bima Energi, Alang Sari Plus, KopiJahe
Sido Muncul, Kuku Bima Kopi Ginseng, Susu Jahe, Jamu Komplit, dan Kunyit Asam

Visi : Menjadi perusahaan farmasi, obat tradisional, makanan minuman kesehatan,


kosmetik dan pengolahan bahan herbal yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
dan lingkungan.

Misi : Mengembangkan produk-produk berbahan baku herbal dalam bentuk sediaan


farmasi, obat tradisional, makanan minuman kesehatan, dan kosmetik berdasarkan
penelitian yang rasional, aman, dan jujur.Mengembangkan penelitian obat-obat herbal
secara berkesinambungan.Membantu dan mendorong pemerintah, institusi pendidikan,
dunia kedokteran agar lebih berperan dalam penelitian dan pengembangan obat dan
pengobatan herbal. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentangpentingnya membina
kesehatan melalui pola hidup sehat, pemakaian bahan- bahan alami, dan pengobatan
secara naturopathy. Melakukan Corporate Social Responsibility (CSR) yang intensif.
Mengelola perusahaan yang berorientasi ramah lingkungan. Menjadi perusahaan obat
herbal yang mendunia.
2. Prosedur pembuatan obat dan jamu yang dilaksanakan di PT Sido Muncul

Perhatikan Acuan/ standart yang digunakan, tahapan yang dikerjakan mulai dari
bahan baku sampai menjadi produk.
Prosedur pembuatan jamu dan obat dari hulu hilir di kerjakan sendiri, tetapi suplai
bahan baku masih dari suplayer yang mengambil bahan dari pedagang desa. Kemudian
bahan baku datang sampai jadi ekstrak dan suplemen di olah sendiri oleh
PT.Sidomuncul. mulai tahun 2021 mulai dilakukan penelitian bahan baku secara
mandiri untuk memastikan bahan yang digunakan memang benar dan tepat
3. Fasilitas yang dimiliki

Perhatikan fasilitas laboratorium, Kebun percobaan dan budidaya tanaman obat,


Extraction Centre, Pengolahan air bersih, Pengolahan air limbah, dan klinik
Holistik. Amati fungsi dari masing-masing fasilitas beserta alat spesifik yang
dimiliki.

PT. Sidomuncul memiliki 11 laboratorium, yaitu : laboratorium kimia, laboratorium


instrumentasi, laboratorium mikrobiologi, laboratorium farmakognosi, laboratorium uji
stabilitas, laboratorium formulasi, laboratorium farmakologi, laboratorium produksi,
laboratorium klinik, laboratorium IPC, laboratorium budidaya. PT. Sidomuncul memiliki
beberapa pabrik yaitu : Pabrik Ekstraksi, Pabrik Produksi Obat Herbal Modern, Pabrik
Produksi Jamu, Pabrik Minuman Serbuk, Pabrik Minuman Siap Minum, Pabrik Suplemen,
Pabrik Produk Farmasi, Gudang Penyimpanan. Pengelolaan limbah : PT. Sidomuncul
memiliki kategori limbah cair ( hasil pencucian bahan baku dikumpulkan ke IPAL
kemudian direcycle kembali menjadi air bersih dan dimanfaatkan kembali) dan padat
( terdiri atas limbah organic dan anorganik. Limbah organic berupa ampas jamu, kemudian
dilakukan destilasi menghasilkan minyak atsiri dan limbahnya dijadikan bahan pupuk
organik ). Selain itu limbah padat dijadikan sumber energi. Limbah anorganik dimusnahkan
dengan mesin insenerator dan dijadikan sumber energi dengan mesin chiller.

4. Produk

Amati jenis-jenis pengelompokan produk PT Sido Muncul dan upaya-upaya


pengembangan produk yang dilakukan.
Produk produk sidomuncul ada beberapa yaitu dapat berupa jamu, oht, produk minuman, dan
produk-produk suplemen. Produk minuman dapat berupa Kuku Bima, Vitamin C 1000,
Alang Sari, Susu jahe, Beras Kencur, Kunyit Asam, minuman botolan. Produk suplemen
berupa herbal supplement, food supplement, dan alkaline supplement.

Semarang, 19 Januari 2021


Instruktur pendamping
,

(Dr. Dra. Atina Hussana,M.Si,Apt)

Anda mungkin juga menyukai