Anda di halaman 1dari 12

FORMULASI TABLET EFFERVESCENT EKSTRAK BUNGA ROSELLA

(Hibiscus Sabdariffa)

KARYA TULIS ILMIAH


Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi
Program Studi DIII Farmasi

Disusun oleh:
AKHMAD KHADAFI SAPUTRA
13.71.014699

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-3 FARMASI
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Di Indonesia, keberadaan tanaman sebagai obat sudah dikenal sejak lama
dan diwariskan secara turun temurun. Dunia mencatat tradisi herbal
berkembang pesat di dunia timur. Modernisasi mentautkan tanaman obat
dengan dunia farmasi. Perlahan-lahan keampuhan obat herbal tradisional diakui
kalangan ilmiah. Obat herbal tradisional tetap mendapat tempat di kalangan
masyarakat apabila pengolahannya dengan langkah dan cara yang benar
sehingga khasiat tanaman obat tidak akan berubah.
Herbal tradisional sendiri dapat dikatakan sebagai obat apabila telah
diteliti melalui proses yang panjang dan lama sehingga dapat dipastikan unsur
atau zat aktifnya, diketahui efek farmakologisnya, bisa dipastikan dosisnya,
diketahui efek sampingnya dan dipastikan proses pembuatannya.
Kecenderungan untuk memanfaatkan bahan alami sebagai obat mulai
digemari masyarakat. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi efek samping
dari penggunaan obat-obatan sintetik. Kecenderungan kuat untuk menggunakan
pengobatan dengan bahan alam, tidak hanya berlaku di Indonesia, tetapi juga
berlaku dibanyak negara karena cara-cara pengobatan ini menerapkan konsep
back to nature atau kembali ke alam yang diyakini mempunyai efek samping
yang lebih kecil dibandingkan obat-obat modern.
Mengingat peluang obat-obat alami dalam mengambil bagian didalam
sistem pelayanan kesehatan masyarakat cukup besar maka perlu pengembangan
lebih lanjut terhadap obat herbal tradisional agar dapat memenuhi persyaratan
keamanan, khasiat dan mutu.
Pada umumnya penggunaan tanaman obat oleh masyarakat masih dalam
bentuk sediaan yang tradisional, yaitu dengan cara direbus atau diseduh,
sehingga dinilai kurang praktis dalam penggunaanya. Salah satu upaya untuk
mengembangkan tanaman obat agar menjadi sediaan yang lebih modern adalah
membuatnya dalam bentuk sediaan granul, tablet, dan kapsul.

Rosella (Hibiscus sabdariffa) adalah tanaman yang sudah banyak dikenal


dan dimanfaatkan diberbagai negara termasuk di Indonesia. Bagian yang
dimanfaaatkan dari tanaman ini adalah bunganya yang berwarna merah.
Pemanfaatan bunga rosella sebagai bahan pangan sangat beragam, antara lain
sebagai teh herbal, selai, jus, penyedap rasa dll. Untuk di Indonesia bunga
rosella lebih banyak dikenal sebagai bunga yang dapat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan teh herbal, atau dibeberapa daerah disebut sebagai teh merah.
Berbagai kandungan anti oksidan yang terdapat dalam kelopak rosella
menjadikan teh yang rasal dari rosella memiliki banyak manfaat. Menurut
Dep.Kes RI No. 10.65/35.15/05, setiap 100 gr rosella mengandung 260-280 mg
vitamin C, vitamin D, vitamin B1 dan vitamin B2. Kandungan lainnya yaitu
kalsium 486 mg, omega 3, magnesium, betta karotin dan asam amino esensial,
seperti lysine dan agrinine.
Tanaman rosella merupakan salah

satu

bahan

alami

yang dapat

dimanfaatkan sebagai obat. Rosella banyak mengandung vitamin A, vitamin C


yang sangat tinggi, asam organik, kalsium serta mineral-mineral yang beragam
dan substansi gizi lainnya yang diperlukan tubuh. Kandungan vitamin C
sebagai antioksidan bermanfaat dalam menghambat terakumulasinya radikal
bebas penyebab penyakit kronis, seperti kerusakan ginjal, diabetes, kanker
darah dan mencegah penuaan dini. Senyawa antioksidan alami tumbuhan
umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan
flavonoid. Antioksidan yang terkandung dalam rosella dapat dimanfaatkan
dengan cara mengolah rosella menjadi suatu produk. Produk olahan dari rosella
harus diolah dengan cara yang tepat agar antioksidan yang terkandung di
dalamnya tidak rusak. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang farmasi yang demikian pesat mendorong para farmasis untuk membuat
suatu formulasi yang tepat untuk mengolah bahan alam menjadi suatu bentuk
sediaan yang acceptable atau dapat diterima oleh masyarakat, selain parameter
kualitas yang tetap harus terpenuhi. Tujuan formulasi tersebut adalah

meningkatkan minat masyarakat dalam mengkonsumsi obat-obat dari bahan


alam.
Pemikiran tersebut melatarbelakangi dilakukannya penelitian tentang
pembuatan bentuk sediaan tertentu menggunakan ekstrak bunga Rosella. Sebab,
sekarang masih terdapat berbagai macam hasil olahan dari rosella yang masih
bersifat sederhana, contohnya seperti teh, selai, sirup dari tanaman rosella.
Selain itu pada masa modern ini telah banyak produk Vitamin C dalam bentuk
tablet effervescent, dan rosella juga telah diketahui sebagai tanaman yang
mengandung Vitamin C. Atas dasar hal tersebut maka bentuk sediaan yang
dipilih dalam penelitian ini adalah tablet effervescent, mengingat bentuk ini
dalam hal tertentu relatif memiliki banyak keuntungan dibanding bentuk
sediaan lain, diantaranya dalam hal penyiapan larutan dalam waktu seketika
yang mengandung dosis obat yang tepat, menghasilkan rasa yang enak karena
adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa beberapa obat tertentu, dan
mudah untuk digunakan serta nyaman.
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini yaitu :
1. Meningkatnya

penggunaan

obat

tradisional

pada

pencegahan penyakit (preventif), pengobatan penyakit (kuratif) dan


pemulihan kesehatan (rehabilitatif).
2. Di masyarakat telah banyak beredar produk kesehatan yang berbahan dasar
bunga rosella.
3. Pengolahan sediaan rosella yang masih terbatas, hanya
tersedia dalam bentuk berupa teh, sirup, selai, dan manisan dari bunga
rosella.
4. Inovasi tanaman obat agar menjadi sediaan yang lebih modern yaitu dengan
membuatnya dalam bentuk sediaan tablet effervescent.
5. Pengaruh perbedaan formulasi tablet effervescent terhadap
sifat fisik tablet.
1.3 BATASAN MASALAH
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada :

1. Membuat inovasi sediaan dari ekstrak bunga rosella menjadi bentuk


sediaan tablet effervescent.
2. Pengaruh
perbedaan

formulasi

tablet

effervescent

terhadap sifat fisik tablet.


1.4 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana membuat formulasi tablet effervescent
ekstrak bunga rosella
modern?
2. Bagaimanakah

dari

sebagai sediaan obat yang lebih

pengaruh

perbedaan

formulasi

tablet

effervescent terhadap sifat fisik tablet?


1.5 TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu inovasi
sediaan dari bunga rosella
effervescent.
2. Penelitian ini

bertujuan

yaitu

untuk

sediaan

mengetahui

tablet
pengaruh

perbedaan formulasi tablet effervescent terhadap sifat fisik


tablet.
1.6 MANFAAT
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat, yaitu :
1. Bagi Masyarakat
Sebagai media informasi bagi masyarakat, khususnya yang berkaitan
dengan penelitian ini dan sebagai upaya pemanfaatan bunga rosella yang
berguna untuk kesehatan tubuh.

2. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan tentang teori dan
cara membuat formulasi sediaan obat, khususnya formulasi tablet
effervescent.

3. Bagi Mahasiswa
Menjadi bahan acuan atau referensi untuk penelitian-penelitian
selanjutnya mengenai formulasi tablet effervescent.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TABLET
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Tablet yang berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet. Bentuk
tablet umumnya berbentuk cakram pipih atau gepenga, bundar, lonjong dan
sebagainya. Warna tablet umumnya putih. Tablet yang berwarna kemungkinan
zat aktifnya memang berwarna, tetapi ada pula tablet yang sengaja diberi
pewarna agar tampak lebih menarik dan untuk membedakan tablet satu dengan
yang lain (Syamsuni, 2005).

Pemberian etiket pada tablet harus mencantumkan nama tablet atau zat
aktif yang terkandung di dalam tablet, dan jumlah zat aktif (zat berkhasiat) tiap
tablet (Syamsuni, 2005).
2.2. TABLET EFFERVESCENT
Tablet effervescent merupakan tablet yang dibuat dengan cara dikempa
yang mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan natrium
bikarbonat yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan gas karbon
dioksida. Tablet disimpan dalam wadah tertutup rapatatau dalm kemasan tahan
lembab, dan pada etiket tertera informasi bahwa tablet tidak untuk ditelan
(Syamsuni,2005).
Tablet effervescent merupakan tablet berbuih yang dibuat dengan cara
kompresi granul yang mengandung garam effervescent atau bahan-bahan lain
yang mampu melepaskan gas ketika bercampur dengan air (Ansel, 2005).
Dasar formula pada tablet effervescent adalah reaksi antara asam dengan
karbonat atau bikarbonat menghasilkan karbondioksida (Hui, 1992).
Reaksi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat (1), serta asam tartrat
dan natrium bikarbonat (2) dapat dilihat sebagai berikut: (Ansel, 2005)
1) H3C6H5O7.2H2O + 3NaHCO3 Na3C6H5O7 + 4H2O + 3CO2
Asam sitrat

Na bikarbonat

Na sitrat

air

karbondioksida

2) H2C4H4O6 + 2NaHCO3 Na2C4H4O6 + 2H2O + 2CO2


Asam tartrat

Na bikarbonat

Na tartrat

air

karbondioksida

2.3. CARA PEMBUATAN TABLET


Bahan obat dan zat-zat tambahannya umumnya berupa serbuk yang tidak
dapat langsung dicampur dan dicetak menjadi tablet karena akan langsung
hancur dan tablet menjadi mudah pecah. Campuran serbuk itu harus diubah
menjadi granul-granul terlebih dahulu. Granul merupakan kumpulan serbuk
dengan volume yang lebih besar yang saling melekat satu sama lain. Cara
mengubah serbuk menjadi granul disebut granulasi (Syamsuni, 2005).
Tujuan granulasi adalah sebagai berikut : (Syamsuni, 2005)

1. Supaya sifat alirnya baik. Granul yang sifat alirnya baik dapat mengalir
teratur dalam jumlah yang sama ke dalam mesin pencetak tablet.
2. Ruang udara dalam bentuk granul jumlahnya lebih kecil dibandingkan
dengan bentuk serbuk jika diukur dalam volume yang sama. Makin banyak
udara, tablet makin mudah pecah.
3. Agar pada saat dicetak granul tidak mudah menempel pada mesin pencetak
tablet.
Granul-granul yang dibentuk masih diperbolehkan mengandung butiranbutiran serbuk halus antara 10%-20% yang bermanfaat untuk memperbaiki sifat
alirnya (Syamsuni, 2005).
Cara pembuatan tablet dibagi menjadi tiga cara yaitu granulasi basah,
granulasi kering, dan kempa langsung (Syamsuni, 2005)
Granulasi basah, dilakukan dengan mencampurkan zar khasiat, zat
pengisi, dan zat penghancur sampai homogen lalu dibasahi dengan larutan
bahan pengikat, jika perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi
granul dan dikeringkan dalam oven pada suhu 400-500C. Setelah kering diayak
lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan
bahan pelicin kemudian dicetak menjadi tablet dengan mesin pencetak tablet.
Cara granulasi basah menghasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan
dalam jangka waktu yang lama (Syamsuni, 2005).
Granulasi kering, dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat, zat
pengisi, dan zat penghancur serta jika perlu ditambahkan zat pengikat dan zat
pelicin hingga menjadi massa serbuk yang homogen lalu dikempa cetak pada
tekanan tinggi sehingga terbentuk tablet besar yang disebut lempengan (slug).
Kemudian tablet digiling dan diayak kembali hingga diperoleh granul dengan
ukuran partikel yang diinginkan kemudian dikempa kembali sesuai ukuran
tablet yang diinginkan. Keuntungan granulasi kering yaitu tidak diperlukan
pemanasan dan kelembaban, alat yang digunakan lebih sederhana. Sedangkan
kerugiannya adalah menghasilkan tabletyang kurang tahan lama (Syamsuni,
2005).

Metode kempa langsung, dilakukan jika jumlah zat yang berkhasiat per
tabletnya cukup untuk dicetak, zat mempunyai sifat alir yang baik, dan zat
berbentuk kristal yang sifat alirnya baik (Syamsuni, 2005).
2.4. EKSTRAKSI
Ekstraksi merupakan kegiatan untuk mendapatkan atau memisahkan
sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan dari bahan
asalnya agar lebih mudah digunakan dan disimpan (Syamsuni, 2005).
Pada formulasi tablet effervescent ekstrak bunga rosella, digunakan
metode perkolasi untuk mengekstrak bunga rosella tersebut. Perkolasi adalah
suatu cara penarikan memakai alat yang disebut percolator dimana simplisia
direndam dalam cairan penyari, kemudian zat-zat yang terlarut akan menetes
secara beraturan sampai memenuhi ysarat yang telah ditetapkan (Syamsuni,
2005).
Menurut Farmakope Indonesia edisi ketiga, perkolasi kecuali dinyatakan
lain, lakukan sebagai berikut: Basahi 10 bagian simplisia atau campuran
simplisia dengan derajat halus yang cocok dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari, masukkan kedalam bejana tertutup sekurang-kurangnya selama
3 jam. Pindahkan massa sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap
kali ditekan hati-hati, tuangi dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan
mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, tutup
percolator, biarkan selama 24 jam. Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1
ml per menit, tambahkan berulangulang cairan penyari secukupnya sehingga
selalu terdapat selapis cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat
selapis cairan penyari di atas simplisia, hingga diperoleh 80 bagian perkolat.
2.5. ROSELLA
Rosella memiliki lebih dari 300 spesies yang tersebar pada daerah tropis
dan non tropis. Kebanyakan tanaman rosella dipergunakan sebagai tanaman
hias dan beberapa di antaranya di percaya memiliki khasiat medis, salah satu di
antaranya adalah rosela merah atau roselle (Hibiscus sabdariffa L). Bunga
rosella memiliki putik sekaligus serbuk sari sehingga tidak memerlukan bunga
lain untuk bereproduksi. Rosella (Hibiscus sabdariffa L) dapat hidup di daerah

yang memiliki iklim lembab dan hangat pada daerah tropis dan sub tropis.
Rosella memiliki kelebihan dibandingkan dengan tanaman tropis dan subtropis
lainnya yaitu dapat bertahan dalam cuaca yang sangat dingin serta dapat hidup
dalam ruangan yang memiliki sedikit pencahayaan akan tetapi pertumbuhan
terbaik diperoleh pada ruang terbuka dengan cahaya matahari (Tanjong, 2011).
Rosella merupakan tumbuhan semak umur satu tahun, tinggi tumbuhan
mencapai 2,4 m. Batang berwarna merah, berbentuk bulat dan berbulu, daun
berseling 3-5 helai dengan panjang 7,5-12,5 cm berwarna hijau, ibu tulang daun
kemerahan, tangkai daun pendek. Bentuk helaian daun bersifat anisofili
(polimorfik), helaian daun yang terletak di bagian pangkal batang tidak berbagi,
bentuk daun bulat telur, tungkai daun pendek. Daun-daun di bagian cabang dan
ujung batang berbagi, menjadi 3 toreh, lebar toreh daun 2,5 cm, tepi daun
beringgit, daun penumpu bentuk benang, panjang tangkai daun 0,3-12 cm, hijau
hingga merah, pangkal daun meruncing, sedikit berambut. Bunga tunggal,
kuncup bunga tumbuh dari bagian ketiak daun, tangkai bunga berukuran 5-20
mm, kelopak bunga berlekatan, tidak gugur, tetap mendukung buah, berbentuk
lonceng, mahkota bunga berlepasan, berjumlah 5 petal, mahkota bunga
berbentuk bulat telur terbalik, warna kuning, kuning kemerahan, benang sari
terletak pada suatu kolom pendukung benang sari, panjang kolom pendukung
benang sari sampai 20 mm, kepala sari berwarna merah, panjang tangkai sari 1
mm, tangkai putik berada di dalam kolom pendukung benang sari, jumlah
kepala putik 5 buah, warna merah. Buah rosella berbentuk kapsul kadang bulat
telur, ukuran buah 13-22 mm x 11-20 mm, tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran
biji 3-5 mm x 2-4 mm, warna coklat kemerahan. Habitat aslinya berasal dari
nigeria, tetapi tumbuh berkembang di seluruh dunia, terutama daerah tropis
(Tanjong, 2011).
1. Klasifikasi Tumbuhan
Klasifikasi tumbuhan rosella sebagai berikut :
Divisi
Kelas

: Magnoliophyta
: Magnoliopsida

Subkelas
: Dilleniidae
Bangsa
: Malvales
Suku
: Malvaceae
Genus
: Hibiscus
Species
: Hibiscus sabdariffa
(Tanjong, 2011 )
2. Nama Lain Tumbuhan Rosella
Oseille rouge (Perancis); Quimbombo Chino (Spanyol); Karkadeh
(Afrika Utara, Sudan, Mesir, Arab); Bisap (Senegal); Abuya (Congo);
Roselle (Egypt, India, Iraq, Japan, Mexico, Senegal); Asam jarot (Minang);
Gamet walanda (Sunda); Kasturi roriha (Ternate) (Tanjong, 2011 ).
3. Kandungan Kimia Tumbuhan
Bunga rosella mempunyai kandungan zat kimia sebagai berikut :
kalori, air, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, phosphor, besi, Bkarotene, asam askorbat (Daryanto-Agrina, 2006).
4. Manfaat Tumbuhan
Bunga rosella dapat mengatasi berbagai macam penyakit, diantaranya
adalah : menurunkan asam urat (gout), meredakan peradangan sendi
(arthritis), bersifat stomakik (merangsang selera makan), meningkatkan
sistem syaraf dan dapat meningkatkan daya ingat, dapat membantu
menurunkan tekanan darah tinggi (hypertensi), melancarkan buang air kecil
(diuretic), sebagai anti inflammantory yang kuat, mempunyai unsur
antipyretic yang menurunkan panas dalam, mempercepat pemecahan darah
beku di otak, kandungan asiaticoside (triterpene glycoside) dalam
merangsang pembentukan lipid dan protein yang amat berguna untuk
kesehatan kulit. Asiaticosides diklarifikasikan juga sebagai antibiotik,
mengandung vitamin C, B, D, K beberapa mineral penting temasuk
magnesium, kalsium dan sodium, dapat meredakan dan menghilangkan
batuk

kronis,

menurunkan

kolesterol,

menghancurkan

lemak,

melangsingkan tubuh, mengurangi efek buruk miras, mengurangi


kecanduan merokok, mencegah stroke dan hypertensi, mengurangi stress,
memperbaiki pencernaan, menghilangkan wasir, menurunkan kadar gula

bersifat penetral racun, mencegah kanker, tumor, kista dan sejenis, maag
menahun, migrain, demam tinggi, cocok untuk ibu hamil guna membentuk
kecerdasan otak anak di dalam kandungan, mampu meningkatkan gairah
sex dan tahan lama (dengan terapi rutin), dan lain-lain (Daryanto-Agrina,
2006).

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, C. H. 2005.
Jakarta.

Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi ke-4. UI-Press.

Daryanto-Agrina,
2006.
Manfaat
Bunga
http://digilib.unimus.ac.id/files/. 2015/10/13

Rosella.

Online.

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta.


Hui, Y.H., 1992. Encyclopedia of Food Science and Technology. Jhon Wiley and
Sons Inc. New York
Syamsuni, A. 2005. Ilmu Resep. EGC. Jakarta
Tanjong, Asviana. 2011. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Kelopak Bunga Rosella
(Hibiscus sabdariffa L) Terhadap Koloni Candida Albicans yang terdapat pada
Plat Gigi tiruan.

Anda mungkin juga menyukai