Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK PEGAGAN


(Cantella Asiatica)

Oleh
Muh. Irwan (N012171003)

Program Magister Farmasi


Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
Makassar
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Pegagan sejak dulu sudah digunakan sebagai bahan untuk pengobatan tradisional.
Khasiatnya antara lain adalah sebagai tonik, antiinfeksi, antitoksik, antirematik, diuretik,
antipiretik, penenang (sedatif), mempercepat penyembuhan luka, dan vasodilator pembuluh
[1]
darah perifer . Selain itu, pegagan juga digunakan untuk pengobatan penyakit kusta, TBC,
selulit, dan berbagai keracunan. Khasiat lain pegagan yang tak kalah mengejutkan adalah
pegagan dapat menambah kekuatan mental[2].
Pegagan juga dapat membantu menyeimbangkan energi serta menurunkan gejala stres
dan depresi, bahkan pegagan dipercaya dapat meningkatkan daya ingat dan konsentrasi pada
anak yang mengalami retardasi mental. Pegagan dapat meningkatkan short term memory dan
kemampuan belajar karena aksi nootropik melibatkan modulasi kolinergik dan GABAergik.
Diperkirakan peningkatan memori disebabkan oleh penurunan pengubahan monoamine
sentral, melibatkan norepinephrine, dan sistem 5-HT (5-hydrotetraamine) pada proses
learning and memory [3].
Hasil uji klinis di India, tanaman ini dapat meningkatkan IQ, kemampuan mental, serta
menanggulangi lemah mental pada anak-anak. Penelitian lain membuktikan, tanaman pegagan
atau Centella ini dapat meningkatkan kemampuan belajar dan memori seseorang. Karena
manfaatnya itu, tanaman ini juga dikenal sebagai "makanan otak".
Pada penelitian ini akan dibuat suatu tablet hisap dengan menggunakan ekstrak pegagan
dimana akan dilihat efeknya terhadap peningkatan daya ingat dan mengurangi kelelahan otak
yang mana akan diformulasikan dengan menggunakan beberapa bahan tambahan tertentu
kemudian dievaluasi kekerasan, keregasan, waktu larut, penetapan kadar ekstrak, dan disolusi
dari masing-masing formula tablet. Dari hasil penelitian ini diharapkan tablet hisap ekstrak
pegagan ini dapat menjadi produk unggulan yang dapat dipasarkan dan diterima oleh
konsumen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Pustaka
1.1 Pegagan
Pegagan (Centela asiatica L. Urban) termasuk salah satu tumbuhan yang
dapat digunakan sebagai bahan ramuan obat tradisional. Sesuai dengan klasifikasi
botani, pegagan termasuk dalam:[4]
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Bangsa : Apiales
Suku : Apiceae
Marga : Centella
Jenis : Centella asiatica L. Urban.
Centella asiatica L. Urban berasal dari daerah Asia tropik dan tumbuh
tersebar di berbagai negara seperti Filipina, Cina, India, Sri Langka, Madagaskar,
Afrika, Indonesia. Pegagan merupakan tumbuhan menjalar. Tumbuh di dataran
rendah sampai ketinggian 2500 m diatas permukaan laut, dan ditemukan pada
tanah yang lembab dan subur, di pinggir jalan, lereng bukit yang rindang, di antara
batu-batu,dan tegalan.[4]

Gambar. Tumbuhan Pegagan


1.2 Kandungan Kimia Pegagan
Pegagan telah dikenal sebagai obat untuk revitalisasi tubuh dan pembuluh
darah serta mampu memperkuat struktur jaringan tubuh. Tak kalah penting,
pegagan bias dikonsumsi sebagai brain tonic atau obat anti lupa bagi orang
dewasa dan manula. Pegagan juga bersifat menyejukkan atau mendinginkan,
menambah tenaga, menimbulkan selera makan, memperindah suara, dan
mengurangi dahaga. Disamping itu, pegagan mempermudahkan timbulnya rasa
kantuk bagi penderita sulit tidur, memenangkan saraf, memperbanyak sel-sel
darah merah, serta menyembuhkan gangguan ringan di hati dan limpa yang
membengkak (Winarto dan Surbakti, 2003).
Asam triterpen: asam asiatat dan asam madekasat (komponen utama),
asam terminolat; glikosida turunan triterpen ester (pseudosaponin, tidak kurang
dari 2%): asiatikosida (Asiatikosida A dan B), madekasosida, indosentelosida,
brahmosida, brahminosida, tankunisida, isotankunisida,uersetin, kaempferol, dan
stigmasterol.[6], [7], [8], [9]
Penelitian yang telah dilakukan, ekstrak pegagan terstandar yang
mengandung asam tanat setara 29,9 mg/g, asiatikosida 1,09 mg/g, asam asiatat
48,89 mg/g diuji aktivitas performa kognitifnya pada 28 sukarelawan sehat pria
dan wanita (ratarata usia 65 tahun) yang menerima dosis 250, 500 dan 750 mg
setiap hari selama 2 bulan dan dievaluasi menggunakan computerized test battery.
Hasil menunjukkan bahwa ekstrak pegagan dosis 750 mg dapat meningkatkan
spatial memory, picture recognition, numeric recognition dan word recognition
pada 2 bulan setelah perlakuan [10]

1.3 Tablet Hisap


Tablet hisap disebut juga troches atau lozenges, biasanya dibuat dengan
menggabungkan obat dalam suatu bahan dasar kembang gula yang keras dan
beraroma yang menarik. Lozenges dapat dibuat dengan mengempa, tetapi
biasanya dibuat dengan cara peleburan atau dengan proses penuangan kembang
gula. Sedangkan troches dibuat dengan cara kempa seperti halnya tablet yang lain
[11]
. Tablet hisap umumnya ditujukan untuk pengobatan iritasi lokal, infeksi mulut
atau tenggorokan, tetapi dapat juga mengandung bahan aktif yang ditujukkan
untuk absorbsi sistemik setelah ditelan [12].
Tablet hisap biasanya mengandung vitamin, antibiotik, antiseptik,anastetik
lokal, antihistamin, dekongestan, kortikosteroid, astringent, analgesik,aromatik,
demulcent, atau kombinasi dari bahan-bahan tersebut (Peters, 1989).Contoh
lozenges untuk aksi lokal di mulut adalah antiseptik, antibiotik, demulcents,
antitusif dan astringent. Produk untuk aksi sistemik biasanya berisimultivitamin.
Lozenges mempunyai banyak variasi bentuk, yaitu bentuk datar, sirkular,
octagonal dan bikonveks. Jenis yang lain dinamakan bacilli, bentuknya seperti
silinder. Jenis lozenges yang lebih lembut disebut pastiles, mengandung bahan
obat dalam gelatin atau basis gliserogelatin atau basis dari akasia, sukrosadan air
[13]
.
Perbedaan antara tablet hisap dengan tablet konvensional terletak pada
sifat-sifat organoleptik, sifat non-desintegrasi, dan laju disolusi yang diperpanjang
pada lidah. Tablet hisap seharusnya terkikis (bukan hancur) selama berada
didalam mulut . Tablet hisap dirancang agar tidak mengalami kehancuran di dalam
mulut, tetapi larut atau terkikis secara perlahan-lahan dalam jangka waktu 5-10
[13]
menit . Adapun keuntungan dari tablet hisap antara lain memiliki rasa manis
yang menyenangkan, mudah dalam penggunaan, kepastian dosis, memberikan
[14]
efek lokal, dan tidak diperlukan air minum untuk menggunakannya . Seperti
halnya tablet konvensional, tablet hisap juga memerlukan beberapa bahan
tambahan yang membantu dalam proses penabletan agar dihasilkan tablet hisap
yang baik. Selain itu mungkin pula dibutuhkan zat pewarna dan zat pemanis yang
biasanya digunakan dalam pembuatan tablet hisap atau kunyah. Berbeda dengan
tablet konvensional tablet hisap tidak membutuhkan disintegran tetapi pemilihan
pengisi dan pengikat menjadi salah satu faktor penting yang harus diperhatikan
karena dapat mempengaruhi rasa dari tablet hisap. Bahan pengisi dan pengikat
harus larut dalam air dan memiliki rasa yang baik [15].

1.3.1 Bahan-Bahan Tambahan pada Tablet Hisap


Bahan-bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan tablet hisap
terdiri atas :
1.3.1.1 Bahan pengisi (diluent)
Bahan pengisi ditambahkan jika jumlah zat aktif sedikit atau sulit
dikempa. Pengisi juga dapat ditambahkan karena alasan untuk
memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk
memacu aliran. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan
pengisi adalah netral terhadap bahan yang berkhasiat, inert (stabil) secara
farmakologi serta tidak boleh berbahaya atau tidak tercampur dengan
bahan berkhasiat. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah mudah larut
sehingga dapat membentuk larutan yang jernih. Bahan pengisi tablet yang
umum adalah laktosa, pati, kalsium fosfat dibase dan selulosa
mikrokristal. Tablet hisap sering mengandung sukrosa, manitol, atau
sorbitol sebagai bahan pengisi. Jika kandungan zat aktif kecil, sifat tablet
secara keseluruhan ditentukan oleh bahan pengisi yang besar jumlahnya.
[12]

1.3.1.2 Bahan pengikat (binder)


Bahan pengikat memberikan daya adhesi pada massa serbuk
sewaktu granulasi dan pada tablet kempa, serta menambah daya kohesi
yang telah ada pada bahan pengisi. Bahan pengikat dapat ditambahkan
dalam bentuk kering, tetapi lebih efektif jika ditambahkan dalam larutan.
Bahan pengikat yang umum digunakan meliputi gom akasia, gelatin,
sukrosa, povidon, metilselulosa, karboksimetilselulosa dan pasta pati
terhidrolisis . Bahan pengikat berfungsi sebagai perekat yang mengikat
komponen dalam bentuk serbuk menjadi granul sampai tablet pada proses
pengempaan. Bahan pengikat juga berfungsi sebagai pengikat komponen-
komponen tablet sehingga produk tidak pecah ketika dikempa. Pada
granulasi basah, serbuk ditambah dengan larutan bahan pengikat
kemudian dicampur. Larutan pengikat akan terdistribusi diantara partikel.
Partikel-partikel akan diselubungi oleh larutan pengikat
1.3.1.3 Bahan pelincir (lubricant)
Bahan pelincir digunakan antara lain untuk mempercepat aliran
granul dalam corong ke dalam ruang cetakan, mencegah lekatnya granul
pada stampel dan cetakan, selama pengeluaran tablet mengurangi gesekan
antara tablet dan dinding cetakan. Senyawa asam stearat dengan logam,
asam stearat, minyak nabati terhidrogenasi dan talk digunakan sebagai
lubrikan. Pada umumnya lubrikan bersifat hidrofobik, sehingga cenderung
menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu
kadar lubrikan yang berlebih harus dihindari. Contoh bahan pelincir antara
lain talk 5%, magnesium stearat, asam stearat dan tepung jagung. [11]
1.3.1.4 Pemanis
Pemberi rasa pada sediaan farmasi digunakan untuk bentuk-bentuk
sediaan cair. Seluruh pengecap rasa dimulut berlokasi pada lidah dan
mengadakan respon dengan cepat terhadap sediaan yang diminum.
Penambahan zat pemberi rasa kedalam sediaan obat dimaksudkan untuk
menyembunyikan rasa obat yang tidak disukai. Pemanis yang diizinkan di
Indonesia antara lain alitam, asesulfam-K, aspartam, isomalt, laktitol,
maltitol, manitol, neotam, sakarin, siklamat, silitol, sorbitol, dan sukralosa.
1.3.1.5 Bahan Perisa (flavour)
Bahan pemberi rasa sangat penting dalam pembuatan tablet hisap. Apa
dirasa mulut saat menghisap tablet sangat terkait dengan penerimaan
konsumen nantinya dan berarti juga sangat berpengaruh terhadap kualitas
produk. Dalam formula tablet hisap, bahan perisa yang digunakan biasanya
juga merupakan bahan pengisi tablet hisap tersebut, seperti manitol.
1.3.1.6. Pewarna
Penggunaan zat pemberi warna dalam sediaan farmasi untuk tujuan
estetika, sebagai pembantu sensori untuk pemberi rasa yang digunakan, dan
untuk tujuan kekhasan dari produk. Umumnya pewarna yang dipakai harus
sinergis dengan rasa yang diguakan pada sediaan. Untuk obat-obat serbuk
yang diberikan sebagai tablet kompresi atau kapsul umumnya
membutuhkan perbandingan zat warna yang lebih besar (± 0,1%) untuk
mencapai warna yang dikehendaki daripada dengan sediaan cair .Pewarna
yang diizinkan untuk digunakan pada sediaan farmasi antar lain acid
fuchsin D, amaranth, brilliant blue FCF sodium salt, canthaxanthin,
karamel, karbon hitam, karmin, klorofil, β-karoten, eosin, eritrosin,
indigo,indigotin, riboflavin, sunset yellow FCF, tartrazin, Quinolin kuning
WS, dan titanium dioksid [16].
1.3.2 Metode Pembuatan Tablet hisap
Tablet hisap dibuat dengan dua metode yaitu :
1.3.2.1 Metode Peleburan
Tablet hisap yang diproduksi dengan cara peleburan disebut
dengan pastiles. Pembuatan tablet hisap hampir sama dengan tablet biasa.
Dalam pembuatannya dibutuhkan tekanan tinggi dan bahan pengikat
yang lebih banyak. Tablet hisap jenis ini dibentuk dengan jalan peleburan
atau molded. Bahan-bahan tablet yang akan dibentuk dipanaskan dan
mencair seperti sirup gula yang padat. Cairan bahan penyusun tablet
dibiarkan sampai mengeras kemudian dipotong dengan ukuran dan
ketebalan yang pas. Tablet hisap diharapkan dapat larut perlahan dalam
mulut sehingga kekerasan tablet ini harus lebih besar dari tablet biasa.
1.3.2.2 Metode Pengempaan atau Kompresi
Tablet hisap yang diproduksi dengan cara pengempaan atau
kompresi disebut dengan troches. Metode pengempaan atau kompres
dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Metode Granulasi Basah
Tidak diragukan lagi bahwa metode granulasi basah
merupakan yang terluas digunakan orang dalam memproduksi tablet
kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan
tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut: (1)
menimbang dan mencampur bahan-bahan, (2) pembuatan granulasi
basah, (3) pengayakan adonan lembab menjadi pelet atau granul, (4)
pengeringan, (5) pengayakan kering, (6) pencampuran bahan
pelincir, (7) pembuatan tablet dengan kompresi.
b. Metode Granulasi Kering
Pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh
pelembaban atau penambahan bahan pengikat kedalam campuran
serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya
besar dari campuran serbuk dan setelah itu memecahkannya dan
menjadikan pecahan-pecahan kedalam granul yang lebih kecil.
Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah
dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap
air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang
dinaikkan
c. Metode Kempa Langsung
Metode ini digunakan untuk bahan yang mempunyai sifat
mudah mengalir sebagaimana sifat kohesinya yang memungkinkan
untuk langsung dikompresi dalam tablet tanpa memerlukan granulasi
basah atau kering .[17]

1.4 Monografi Bahan Tambahan


1.4.1 Sorbitol
Nama resmi : SORBITOLUM
Rumus : C6H14O6
molekul
Berat molekul : 182, 17
Pemerian : Serbuk, butiran atau kepingan, putih, rasa manis,
higroskopik
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam
etanol (95%)p, dalam methanol p, dan dalam
asam asetat p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
K/P : Zat tambahan

1.4.2 Cab-O-Sil
Sinonim :Colloidal Silicon
Dioxide,Aerosil,coll
oidal
silica, Cabosil M 5P
Fungsi : Glidant, tablet disintegrant.
1.4.3 Avicel ph 101
Nama resmi : Mikrokristalin sellulosa
Pemerian : Berupa serbuk kristal poros, putih, tidak
berbau, tidak berasa, dan memiliki aliran yang
baik.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, cairan asam dan
kebanyakan pelarut organik, sedikit larut dalam
larutan NaOH 5% b/v.
Inkompatibilitas : Tidak tercampurkan dengan bahan pengoksidasi
kuat.
Kegunaan : Sebagai bahan desintegran.

.4.2 Cab-O-Sil

Sinonim :Colloidal Silicon Dioxide, Aerosil, colloidal

silica, Cabosil M 5P

Fungsi : Glidant, tablet disintegrant.

Pemerian : Berbentuk silica submikroskopik dengan ukuran

partikel ± 15 nm, berwarna mengkilat, berbentuk

hablur, warna putih, tidak berbau, tidak berasa,

serbuk amorf.

Konsentrasi : Glidant : 0,1 0,5%

ANTI ADHEREN
Fungsi utama dari anti adheren adalah mencegah penempelan tablet
pada punch atau pada dinding die. (Lachman Tablets, 110)
- Bahan yang paling baik adalah yang larut air dan yang paling efisien
adalah DL-leusin. (Lachman Tablets, 114)
- Biasa digunakan pada produk yang mengandung vitamin E dosis
tinggi karena cenderung terjadi picking.
1.4.5 Mg Stearat

Nama resmi : Magnesium stearat

Sinonim : Magnesium stearat

Pemerian : Berupa serbuk halus, putih dan voluminous, bau

lemah khas, mudah melekat di kulit, bebas dari

butiran.

Kelarutan : Tidak larut dalam air, dalam etanol,dalam

ethanol 95% dan dalam eter. Sangat larut dalam

benzene panas dan ethanol (95%) panas

Inkompatibilitas : Tidak tercampurkan dengan asam kuat, garam

alkali dan besi.

Kegunaan : Sebagai lubrikan.


BAB III
CARA KERJA

3.3 Cara Pembuatan Tablet Hisap


3.3.1 Pembuatan Ekstrak Pegagan
Metode yang digunakan untuk membuat ekstrak pegagan ini adalah
metode maserasi. Herba pegagan dibuang pengotornya dengan mencuci dengan
air mengalir, kemudian ditiriskan dan dirajang dengan pisau ± 2 cm kemudian
dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 45°C selama 24 jam, lalu
diserbuk dengan mesin penyerbuk dengan lubang saringan 1 Serbuk yang
dihasilkan direndam dengan etanol teknis (etanol 95 %) dalam panci maserasi
dan diaduk selama 30 menit kemudian diamkan sampai 3 x 24 jam dan disaring
dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. Setelah disaring, filtrat yang didapat
dipisahkan dari ampasnya (filtrat 1). Kemudian filtrat tersebut diuapkan dengan
menggunakan vacuum rotary evaporator, dilanjutkan diuapkan diatas water bath
dengan suhu 70 °C sambil diaduk sampai diperoleh ekstrak kental. Ekstrak
kental dipindahkan dalam cawan porselin dan dikeringkan dalam almari
pengering dengan suhu 50ºC sehingga diperoleh ekstrak herba pegagan.
3.3.2 Formula Tablet Hisap pegagan
Tablet hisap ekstrak pegagan dibuat dengan kadar 750 mg/tablet, bobot
tablet dibuat 1300 mg, dengan formula sebagai berikut :
Formula Formula Formula Formula
Komposisi A B C D
(mg) (mg) (mg) (mg)
Ekstrak Pegagan 200 200 200 200

Sorbitol 500 500 500 500

Cab-O-Sil 25 25 25 25

Avicel ph 101 50 50 50 50

PVP K 30 - 1% 2% 3%

Mg Stearat 3,39 3,39 3,39 3,39

Tabel 1. Formula tablet hisap ekstrak pegagan

3.3.3 Pembuatan Tablet Hisap


Pembuatan tablet diawali dengan pembuatan larutan pengikat. Selanjutnya
mencampurkan ekstrak pegagan dengan cab-o-sil secara homogen, kemudian
menambahkan avicel. Dari campuran serbuk kemudian dibuat masa tablet.
Massa tablet kemudian diayak dengan mesh no#12, dan dioven pada suhu 40 o C,
diperkecil ukuran partikelnya dengan oscilating granulator mesh #20 kemudian
menambahkan magnesium stearat. Setelah itu melakukan evaluasi mutu fisik
granul dan dikompresi dengan tekanan 1 ton, pada diameter punch 13 mm.
Tablet yang sudah jadi diuji sifat mutu fisiknya antara lain kekerasan,
kerapuhan, dan waktu melarut tablet.

3.4 Evaluasi Sediaan Tablet Hisap


3.4.1 Evaluasi Granul
3.4.1.1 Pemeriksaan organoleptis
a.Uji Bau
Granul diletakkan di atas telapak tangan dan dicium aromanya.
b.Uji Rasa
Granul diambil sedikit kemudian diletakkan di ujung lidah dan dikecap
selama kurang lebih 10 detik.
c.Uji Warna
Granul diamati warnanya secara langsung.
3.4.1.2 Uji kandungan lembab
Kandungan lembab dinyatakan sebagai Moisture Content
(MC). Granul dalam keadaan basah ditimbang, dicatat bobotnya (Wo),
lalu dikeringkan, kemudian ditimbang kembali, dan bobot keringnya
dicatat sebagai (Wt). Kadar air dihitung dengan rumus :
% MC = (Wo- Wt)/Wt x 100%
3.4.1.3 Uji sifat alir dan sudut diam
Sebanyak 100 g granul dimasukkan ke dalam corong uji
waktu alir. Penutup corong dibuka sehingga granul keluar dan
ditampung pada bidang datar. Waktu alir granul dan sudut diamnya
dicatat.
3.4.1.4 Uji kerapatan sejati
Bobot piknometer kosong dicatat (a), lalu diisi dengan
parafin cair lalu ditimbang kembali (b). Kerapatan parafin cair par dapat
dihitung dengan

dalam satuan g/mL.

Sejumlah gram granul dimasukkan kedalam piknometer


kosong, kemudian ditimbang (c), lalu parafin cair ditambahkan hingga
penuh dan ditimbang kembali (d). Selanjutnya kerapatan sejati
grn dari granul dapat dihitung
3.4.1.5 Uji bobot jenis nyata, bobot jenis mampat dan porositas
Sebanyak 40 gram granul dimasukkan ke dalam gelas ukur
50 ml dan dicatat volume awalnya. Lalu dilakukan pengetukan dengan
alat dan volume pada ketukan ke 50 dan ke 500 diukur sebagai volume
mampat, lalu dilakukan perhitungan sebagai berikut :

3.4.2 Evaluasi Tablet Hisap


3.4.2.1 Penampilan Fisik
Evaluasi dilakukan dalam untuk melihat penampilan umum tablet
dan parameter-parameter seperti bentuk, warna, bentuk permukaan, serta
deteksi adanya cacat fisik.
3.4.2.2 Keseragaman Ukuran
Keseragaman ukuran tablet dilakukan dengan mengukur diameter
masing-masing tablet menggunakan jangka sorong. Keseragaman ukuran
tablet dipengaruhi sifat alir, keseragaman densitas dan stabilitas punch
pada alat cetak tablet. Menurut Farmakope Indonesia III, kecuali
dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang
dari 1 1/3 kali tebal tablet.
3.4.2.3 Keseragaman Bobot
Sebanyak 20 tablet dari masing-masing formula ditimbang dan
dihitung bobot rata-ratanya. Kemudian ditimbang satu per satu.
Persyaratan keseragaman bobot adalah tidak lebih dari 2 tablet
menyimpang lebih besar dari kolom A dan tidak satu pun yang
menyimpang lebih besar dari kolom B.

Selisih (%)

Berat Rata-rata
A B
25 mg atau kurang 15 30

25 – 150 mg 10 20

151 – 300 mg 7,5 15

Lebih dari 300 mg 5 10

Tabel 2. Uji keseragaman bobot

3.4.2.4 Kekerasan Tablet


Alat penguji kekerasan tablet yang digunakan adalah Hardness
tester Erweka. Umumnya kekerasan tablet berkisar antara 4 – 10 Kp
(tergantung pada diameter dan besar tablet yang dibuat). Caranya adalah
satu buah tablet diletakkan tegak lurus pada alat, kemudian dilihat pada
tekanan berapa tablet tersebut pecah[11].
3.4.2.5 Keregasan Tablet
Awalnya dua puluh tablet dibersihkan dari debu dan ditimbang lalu
masukkan dua puluh tablet tersebut ke dalam alat dan jalankan alat dengan
kecepatan 25 rpm selama 4 menit (100 kali putaran). Kemudian keluarkan
tablet, bersihkan dari debu dan timbang kembali. Hitung selisih berat
sebelum dan sesudah perlakuan.

= 100 %

Dengan : a = bobot total tablet sebelum diuji


b = bobot total tablet setelah diuji

Tablet tersebut dinyatakan memenuhi persyaratan jika


kehilangan berat tidak lebih dari 1% [11].
3.4.2.6 Uji Disolusi
Sebanyak 3 tablet, masing-masing ditempatkan dalam 500 ml media
disolusi pada suhu 37 ± 0,5 oC menggunakan alat disolusi tipe dayung dengan
kecepatan putaran 50 rpm. Disolusi dilakukan selama 20 menit dalam larutan
metanol-air (1:1). Pada menit ke 2,5 ; 5 ; 7,5 ; 10 ; 15 dan 20, diambil
sebanyak 10 ml sampel yang langsung digantikan kembali dengan jumlah
yang sama ke dalam labu disolusi. Kemudian sampel diukur serapannya
dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 316,80 nm.
3.4.2.7 Waktu Larut
Waktu larut tablet hisap menggambarkan cepat atau lambatnya tablet
[14]
larut dalam mulut. Tablet hisap larut 5-10 menit atau kurang . Alat uji
terdiri dari keranjang yang berisi 6 silinder plastic yang terbuka bagian
atasnya dan dasarnya tertutup dengan pengayak 10 mesh.
Keranjang diisi dengan air suling bersuhu 37oC dan volumenya
diatur sedemikian rupa, sehingga pada titik tertinggi gerakan ke atas
kawat kasa berada paling sedikit 2,5 cm dibawah permukaan cairan dan
pada gerakan ke bawah berjarak tidak kurang dari 2,5 cm dari dasar
wadah. Enam buah tablet hisap masing-masing dimasukkan kedalam
keranjang, kemudian keranjang dinaikturunkan secara teratur 29-32 kal
per menit [11].
3.4.2.8 Uji Kadar Ekstrak pegagan dalam Tablet Hisap
Sebanyak 20 tablet digerus sampai halus dan homogen, kemudian
timbang sebanyak 500 mg masukkan kedalam labu 50 ml dan disaring.
Larutan tersebut kemudian diencerkan hingga konsetrasi 2000 ppm dan
diukur serapannya dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis
panjang gelombang 316,80 nm. Kadar ekstrak pegagan dihitung
berdasarkan kurva kalibrasi ekstrak pegagan.

BAB IV
PEMBAHASAN

Penelitian uji mutu fisik granul dan uji mutu fisik tablet ekstrak pegagan
(Centella asiatica L) dengan bahan pengikat polivinil pirolidon (PVP K 30)
dengan menggunakan metode granulasi basah telah dilakukan. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan pengaruh kadar PVP K 30 dalam formulasi tablet
ekstrak pegagan yang memenuhi persyaratan mutu fisik tablet. Kadar PVP K 30
yang digunakan dalam formula adalah 1% (F2), 2% (F3), 3% (F4) dan
menggunakan formula 0% PVP K 30 (F1) sebagai formula kontrol.
Pada pembuatan tablet ekstrak pegagan, setelah ekstrak diperoleh,
dilakukan uji identifikasi senyawa golongan glikosida triterpenoid (asiaticoside)
menggunakan metode kromatografi lapis tipis dan hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa ekstrak pegagan memang benar mengandung senyawa
golongan glikosida triterpenoid
Tabel 2 Hasil Pemeriksaan Senyawa Aktif Ekstrak Pegagan (Asiaticoside)

Pemeriksaan Pustaka* Pengamatan

- Ekstrak pegagan ditotolkan pada - Noda berwarna coklat, - Noda berwarna coklat
plat KLT dan dieluasi dalam merah-ungu, hijau-
chamber dengan fase gerak biru - Nilai Rf = 0,34
kloroform:metanol (1:9) dan - Nilai Rf = 0,18; 0,36 dan
disemprot dengan penampak noda 0,84
Lieberman Burchard

*Pramono S, 2004
Sedangkan pemeriksaan pada eksipien dengan metode spektrofotometri
inframerah menunjukan bahwa bahan yang diteliti benar laktosa, avicel PH 102,
dan PVP K 30. Pada pemeriksaan mikroskopik menunjukan bahwa bahan yang
diteliti benar amylum manihot. Pembuatan granul dimulai dengan ekstrak
ditimbang sebanyak 200 mg, kemudian ditambahkan laktosa sedikit demi sedikit
sambil digerus sampai homogen. Setelah itu, ditambahkan amylum manihot dan
avicel PH 102 sedikit demi sedikit dan diaduk sampai homogen. Dilanjutkan
dengan penambahan larutan PVP K 30 ke dalam campuran, digerus hingga
diperoleh massa granul yang kalis. Massa granul yang dihasilkan diayak dengan
ayakan granul mesh 12 kemudian dikeringkan dan diayak lagi untuk memperkecil
ukuran partikel dengan ayakan granul mesh 16. Kemudian dievaluasi mutu fisik
granulnya yang dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 3 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Granul (Massa Cetak) dengan Bahan
Pengikat PVP K 30
Pemeriksaan F1 F2 F3 F4
MC (%) n
0,92 ±0,12 0,90 ±0,42 1,48 ±0,11 1,90 ±0,80
Kecepatan Alir (g/dtk)n 8,53 ±0,03 8,02 ±0,08 9,43 ±0,15 9,89 ±0,36
Sudut Diam (˚)n 28,10 ±1.13 27,34 ±4,23 26,46 ±1,97 29,96 ±0,65
Bobot Jenis Nyata
(g/mL)n 0,5318 ±0,03 0,5725 ±0,01 0,5752 ±0,01 0,6099 ±0,01
Bobot Jenis Mampat
(g/mL)n 0,5866 ±0,004 0,7157 ±0,008 0,6877 ±0,020 0,7121±0,019
Kompresibilitas (%)n 9,33 ±5,027 20,01 ±0,006 16,34 ±1,152 14,34 ±1,158
Kompaktibilitas 1 ton
(kg)n 7,56 ±0,32 7,60 ±0,38 8,33±0,20 8,53 ±0,36
Kompaktibilitas 2 ton
(kg)n 8,90 ±0,19 9,33 ±0,33 10,40 ±0,53 10,87 ±0,18

Keterangan :
F1 : formula tablet hisap tanpa bahan pengikat
F2 : formula tablet hisap dengan bahan pengikat PVP K 30 1 %
F3 : formula tablet hisap dengan bahan pengikat PVP K 30 2 %
F4 : formula tablet hisap dengan bahan pengikat PVP K 30 3 %
n : pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali

Kadar kelembaban pada F1 (0,92±0,12) dan F2 (0,90±0,42) kurang


memenuhi persyaratan (1-2%) dikarenakan pengeringan yang terlalu lama. Uji
kecepatan alir dan sudut diam menunjukan bahwa granul yang dihasilkan
merupakan granul dengan karakteristik yang baik dimana kecepatan alir 4-10
gram/detik merupakan granul yang mudah mengalir dan sudut diam 20-30˚
merupakan granul yang memiliki daya alir baik. Dilanjutkan dengan uji distribusi
ukuran granul yang bertujuan untuk mengetahui jumlah fines yang terdapat dalam
granul. Hasil yang diperoleh menunjukan fines tiap formula adalah F1 (9,57%),
F2 (10,86%), F3 (11,45%), dan F4 (11,42%) yang menunjukan semua formula
memenuhi persyaratan yakni jumlah fines <20%. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan persentase kompresibilitas dari granul yang didapatkan dari
perhitungan bobot jenis nyata dan bobot jenis mampat. Persentase kompresibilitas
dari masing-masing formula yaitu F1 (9,33% ±5,027), F2 (20,01% ±0,006), F3
(16,34% ±1,152) dan F4 (14,3% ±1,158). Setelah itu dilakukan pemeriksaan
kompaktibilitas granul dengan Hydraulische Press pada tekanan 1 ton dan 2 ton.

Hasil pemeriksaan menunjukan pada tekanan 1 ton menghasilkan tablet dengan


kekerasan 7-8,5 kg dan pada tekanan 2 ton menghasilkan tablet dengan kekerasan
9-10,9 kg. Pada uji kompaktibilitas menghasilkan tablet yang dikempa dengan
tekanan 1 ton memenuhi kekerasan tablet standar. Sehingga pada scale up
dilakukan dengan memberikan tekanan 1 ton.
Dari pemeriksaan granul keseluruhan diketahui bahwa peningkatan kadar
PVP K 30 tidak berpengaruh terhadap mutu fisik granul yang dihasilkan. Tetapi
granul yang dihasilkan memiliki karakteriktik granul yang baik.
Dilanjutkan dengan kompresi granul menjadi tablet. Tablet yang dihasilkan
dilakukan pemeriksaan mutu fisik tablet yang meliputi kekerasan, kerapuhan dan
waktu hancur tablet. Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 4 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Tablet Ekstrak Pegagan


Pemeriksaan F1 F2 F3 F4
a a b
Kekerasan (kg) n
7,52±0,20 7,68±0,19 8,23±0,18 9,42±0,06c
Kerapuhan (%)n 0,73±0,05c 0,62±0,03b 0,52±0,05b 0,38±0,06a
Waktu Hancur (menit)n 6,33±0,58a 11,00±0,00b 14,67±0,58c 16,67±0,58d

Huruf yang berbeda menunjukan berbeda


bermakna Keterangan:
F1 : formula tablet tanpa bahan pengikat
F2 : formula tablet dengan bahan pengikat polivinil pirolidon 1 %
F3 : formula tablet dengan bahan pengikat polivinil pirolidon 2 %
F4 : formula tablet dengan bahan pengikat polivinil pirolidon 3 %
n : pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali

Untuk mengetahui pengaruh kadar PVP K 30 pada mutu fisik tablet ekstrak
pegagan dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar Pengaruh kadar PVP K 30 pada Mutu Fisik Tablet Ekstrak Pegagan

Dari pemeriksaan kekerasan tablet ekstrak pegagan yang dilakukan replikasi


3 kali diperoleh hasil F1 (7,52 kg ±0,20), F2 (7,68 kg ±0,19), F3 (8,23 kg ±0,18)
dan F4 (9,42 kg ±0,06). Hasil pemeriksaan menunjukan F1 dan F2 memenuhi
persyaratan standar kekerasan tablet yaitu 4-8kg (Lachman, 1994). Dapat
disimpulkan bahwa peningkatan kadar PVP K 30 berpengaruh pada kekerasan
tablet ekstrak pegagan, dimana semakin meningkatnya kadar PVP K 30 semakin
meningkat pula kekerasan tablet ekstrak pegagan. Hal ini dikarenakan semakin
besar kadar bahan pengikat, semakin kuat ikatan antar granul yang dihasilkan
sehingga tablet memiliki kekerassan yang cukup tinggi.
Selanjutnya dilakukan uji pemeriksaan terhadap kerapuhan tablet ekstrak
pegagan menggunakan 10 tablet yang diambil secara acak dari masing-masing
formula menggunakan Friability Tester. Persyaratan persentase kerapuhan tablet
adalah <1% (Banker and Anderson, 1986). Dari pemeriksaan persentase
kerapuhan tablet ekstrak pegagan diperoleh hasil yaitu F1 (0,73% ±0,05), F2
(0,62% ±0,03), F3 (0,52% ±0,05) dan F4 (0,38% ±0,06). Dapat disimpulkan
semakin besar kadar bahan pengikat yang digunakan menyebabkan kerapuhan
tablet cenderung menurun karena ikatan antar granul semakin kuat.
Dilakukan pemeriksaan waktu hancur tablet ekstrak pegagan menggunakan
alat Disintegrating Tester dengan 6 tablet yang diambil secara acak pada setiap
formula. Persyaratan waktu hancur tablet adalah kurang dari 15 menit
(Depatemen Kesehatan RI, 1979). Dari pemeriksaan waktu hancur ekstrak
pegagan diperoleh hasil yaitu F1 (6,63 menit ±0,58), F2 (11,00 menit ±0,00), F3
(14,677 menit
±0,58) dan F4 (16,67 menit ±0,58). Dapat disimpulkan semakin besar kadar PVP
K 30, waktu hancur tablet semakin lama. Hal ini dikarenakan ikatan granul yang
kuat menyebabkan granul susah lepas.
Hasil keseluruhan pemeriksaan mutu fisik tablet menunjukan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan pada tiap-tiap formula dimana semakin
meningkatnya kadar bahan pengikat PVP K 30 pada formulasi tablet ekstrak
pegagan semakin meningkat kekerasan tablet, menurunkan kerapuhan tablet dan
memperlama waktu hancur tablet. Namun hasil pemeriksaan F1 (tanpa pengikat)
sudah memenuhi persyaratan kekerasan (4-8 kg), kerapuhan ( 1%) dan waktu
hancur ( 15 menit).

Tabel 5 Kekerasan Tablet Tanpa Avicel PH 102 dengan Tablet Kontrol


Formula Kekerasan F Hitung F Tabel

Rata-rata±SD (kg)
F Tanpa Avicel PH 102 5,50±0,47 41,000 4,4139
F Kontrol 7,55±0,89
Keterangan:
F Tanpa Avicel PH 102 : formula tablet berisi ekstrak pegagan,
laktosadan amylum manihot 20%
Formula Kontrol : formula tablet berisi ekstrak pegagan, laktosa,
amylum manihot 20% dan avicel PH 102
Hasil pemeriksaan dapat diketahui bahwa harga F hitung (41,000) lebih
besar dibandingkan F tabel (4,4139) sehingga dapat disimpulkan bahwa
perbandingan antara formula tanpa avicel PH 102 dengan formula kontrol dengan
derajat kepercayaan 95% (α=0,05) menunjukan adanya perbedaan yang
bermakna. Dari pemeriksan ini dapat disimpulkan bahwa kekerasan yang
dihasilkan F1 (tanpa pengikat) dikarenakan adanya penambahan avicel PH 102
yang selain berfungsi sebagai bahan pengisi juga berfungsi sebagai bahan
pengikat. Hal ini dikarenakan avicel PH 102 berbentuk seperti granul dengan
ukuran 100 m dan memiliki partikel berpori (porous particle) sehingga
menyebabkan serbuk yang berukuran lebih kecil menempati ruangan pada
partikel avicel PH 102 dan membentuk ikatan yang lebih kohesif dan saat
dikempa menghasilkan tablet yang keras. Selain itu luas permukaan avicel PH
102 yang besar dapat menutupi partikel bahan tambahan lainnya sehingga daya
ikat granulnya meningkat.

BAB V

KESIMPULAN

Dari keseluruhan hasil uji pemeriksaan mutu fisik tablet ekstrak pegagan
dengan kadar bahan pengikat PVP K 30 sebesar 1%, 2%, 3%, dan kontrol
menghasilkan peningkatan kekerasan, penurunan kerapuhan dan waktu hancur
tablet yang lebih lambat. Sehingga formula yang terpilih dalam penelitian ini
adalah F1 yaitu formula tanpa pengikat, karena telah menghasilkan mutu fisik
tablet yang baik dan memenuhi persyaratan kekerasan, kerapuhan, dan waktu
hancur. F1 adalah formula tanpa pengikat namun dapat memberikan mutu fisik
yang memenuhi persyaratan. Hal ini dikarenakan bahan–bahan yang digunakan
dalam formula seperti avicel PH 102 memiliki daya pengikat, sehingga cukup
untuk menjadikan massa granul yang baik dan bila dikempa menghasilkan tablet
yang acceptable dan mutu fisiknya memenuhi persyaratan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dalimartha, Setiawan. 2004. Pegagan (Centella asiatica [L.] Urban). Available in


URL :http://www.pdpersi.co.id. Cited : 6 Agustus 2006
2. Harjanto,I. 2005. Pegagan Ginko Bilobanya Asia. Available in URL :
http://www.lizaherbal.com
3. Ramasamy, Ilangovan. Memory Enhancer. Available in URL :
http://www.agriinfotech.com. Cited : 6 Agustus 2006
4. Badan POM RI, 2010, Serial Data Terkini Tumbuhan Obat. Pegagan (Centella asiatica
(L) Urban, Direktorat Obat Asli Indonesia, BPOM, Jakarta.
5. Winarto,W.P dan Maria Surbakti. 2003. Khasiat Dan Manfaat Pegagan, Tanaman
Penambah Daya ingat. Jakarta: Agromedia Pustaka.
6. Gruenwald J, Brendler T, Jaenicke C, editors. PDR for Herbal Medicines. 3rded. New
Jersey: Medical Economics Company; 2004: p. 396.
7. WHO Monograph on Selected Medicinal Plants. Volume 1. Geneva: World Health
Organization; 1999: p. 77-85.
8. Sudarsono, Gunawan D, Wahyuono S, Donatus IA, Purnomo. Tumbuhan Obat II,
Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan. Yogyakarta: Pusat Studi Obat
Tradisional, Universitas Gadjah Mada; 2002: p.41-45.
9. DerMarderosin A, Beutler JA, editors. The Review of Natural Product, 4thed.
Missouri: Fact & Comparison; 2005:p. 521-524.
10. Wattanathorn J, Mator L, Muchimapura S, Tongun T, Pasuriwong O, Piyawatkul N,
Yimtae K, Sripanidkulchai B, Singkhoraard J. Positive modulation of cognition and
mood in the healthy elderly volunteer following the administration of Centella
asiatica. J of Ethnopharmacol. 2008; 116(2): 325-332.
11. Lachman, L., Lieberman H.A., & Kanig J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri
edisi III (Siti Suyatmi, Penerjemah). Jakarta : UI Press.
12. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV.
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
13. Peters, D. 1989. Medicated Lozenges. Dalam H.A. Lieberman, L. Lachman,& J.B.
Schwartz (Ed.). Pharmaceutical Dosage Form. Tablets.Vol.1.2nd edition. Marcel
Dekker Inc. New York.
14. Banker, G.S., & Anderson. 1994. Tablet. Dalam L. Lachman, H.A. Lieberman,& J.L.
Kanig (Ed.). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jilid II. Jakarta:UI press. hal 643-
737.
15. Aulton, M.E. 2001. Pharmaceutics. The Science of Dosage Form Design Churchill
Livingstone.
16. Swarbrik, J. 2007. Encyclopedia of Pharmacuetical Technology Edisi ketiga Volume I.
USA: Pharmaceu Tech, 1454-1464.
17. Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV. Terjemahan dari
Introduction to pharmaceutical dosage form oleh Farida Ibrahim.Universitas Indonesia
Press, Jakarta : 214-215.

Anda mungkin juga menyukai