Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

FORMULASI TABLET
EKSTRAK KULIT MANGGIS

Disusun oleh:
Ayu rachmawati (1308062189)
Onyx Sasmitha N. (1308062190)
Nuroh Aspamufita (1308062191)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-
Nya sehingga penyusun bisa menyelesaikan makalah yang berjudul

“Formulasi Tablet Ekstrak Kulit Manggis” ini.

Dalam penyusunan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai
dengankemampuan penulis. Namun sebagai manusia biasa, penyusun tidak luput dari kesalahan
dan kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian,
penyusun berusaha sebisa mungkin menyelesaikan makalah meskipun tersusun sangat sederhana.

Penyusun menyadari tanpa kerja sama antara penyusun serta beberapa pihak yang
memberi berbagai masukan yang bermanfaat bagi penyusun demi tersusunnya makalah ini.
Untuk itu penyusun mengucapakan terima kasih kepada pihak- pihak yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran demi kelancaran penyusunan
makalah ini.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan para pembaca pada
umumnya. Penyusun mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang bersifat
membangun.

Yogyakarta, 1 Juli 2014

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sampai saat ini telah banyak obat-obat sintetik yang selain mahal juga
mempunyai efek samping yang lebih tinggi. Selain terapi obat sintetik yang telah ada,
penggunaan obat herbal banyak direkomendasikan untuk mengatasi berbagai penyakit di
seluruh dunia. Obat-obat herbal direkomendasikan karena efektivitasnya, efek
sampingnya yang lebih sedikit, dan harganya yang realatif murah. Selain karena
peningkatan pasien yang menggunakan produk-produk herbal dengan, penelitian
terhadap tanaman herbal juga sangat populer beberapa tahun terakhir ini. Banyak peneliti
yang melakukan pengembangan obat-obat herbal alternatif untuk pengobatan berbagai
penyakit.
Salah satu tanaman yang paling banyak diteliti saat ini adalah manggis. Manggis
mempunyai Senyawa xanthone yang mempunyai kemampuan sebagai antioksidan,
antibakteri, antihistamin, antiinflamasi, antikanker. Gopalakrishnan et al. (1997)
melaporkan bahwa senyawa xanton mangostin dari kuliat buah manggis mampu
penghambat pertumbuhan jamur patogenik : Fusarium oxysporum vasinfectum,
Alternaria tenuis, dan Dreschlera oryzae. Penelitian lainnnya, mangostin dilaporkan
menghambat poten terhadap HIV-1 protease (Chen et al., 1996). Salah sati bagian
tanaman manngis yang sering diteliti adalah kulit buah manggis tersebut.
Sampai saat ini telah banyak sediaan kulit buah manggis yang beredar di pasaran, salah
satunya adalah tablet. Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan kempa. Selain bahan pengisi digunakan juga zat tambahan lain yang berfungsi
sebagai zat pengembang, pengikat, pelicin, pembasah atau zat lain yang cocok (Ditjen
POM,1995).
Dewasa ini, sediaan tablet semakin popular pemakaiannya dan merupakan sediaan
yang paling banyak diproduksi. Tablet merupakan salah satu sediaan yang banyak
mengalami perkembangan dari segi formulasi. Beberapa keuntungan sediaan tablet
diantaranya adalah sediaan lebih kompak, biaya pembuatannya lebih murah, dosisnya
tepat, mudah pengemasannya, sehingga penggunaannya lebih praktis jika dibandingkan
dengan sediaan lain (Lachman et, al, 1994).
Beberapa keunggulan tablet adalah: Biaya produksinya paling murah, bentuk
sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak, mudah dan murah untuk dikemas dan
dikirim, mudah untuk diproduksi secara besar - besaran ,memiliki sifat pencampuran
kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik (Lachman et, al, 1994).
Sampai saat ini belum banyak penelitian terkait formula yang tepat untuk pembuatan
tablet ekstrak kulit manggis. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
formula yang paling tepat untuk menghasilkan formula tablet yang baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak kulit manggis dapat dibuat sediaan tablet?
2. Formula apa yang paling cocok untuk membuat tablet ekstrak kulit manggis yang
baik?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pembuatan tablet ekstrak kulit
manggis dan untuk mengetahui formula apa yang paling cocok untuk membuat tablet
ekstrak kulit manggis yang baik

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Manggis
1. Klasifikasi Manggis
Nama lokal seperti manggu (Jawa Barat), manggus (Lampung), Manggusto
(Sulawesi Utara), manggista (Sumatera Barat). Pohon manggis dapat tumbuh di
dataran rendah sampai di ketinggian di bawah 1.000 m dpl. Pertumbuhan terbaik
dicapai pada daerah dengan ketinggian di bawah 500-600 m dpl. Pusat penanaman
pohon manggis adalah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Barat (Jasinga,
Ciamis, Wanayasa), Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jawa Timur dan Sulawesi
Utara (Prihatman, 2000; ICUC, 2003).
Klasifikasi tanaman manggis
Kingdom         : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi               : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub-divisi        : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas               : Dicotyledoneae (biji berkeping dua)
Ordo                : Guttiferanales
Famili              : Guttiferae
Genus              : Garcinia
Spesies            : Garcinia mangostana L

2. Kandungan dan Sifat Fisika Kimia Zat Aktif


Kandungan kimia akar, kulit batang dan kulit buah manggis adalah saponin,
disamping itu akar dan batangnya juga mengandung flavonoid dan polifenol, serta
kulit buah manggis juga mengandung tanin, flavonoid, steroid/triterpenoid dan
kuinon serta unsur natrium, kalium, magnesium, kalsium, besi, zink, dan tembaga.
Kulit kayu, kulit buah, dan lateks kering manggis mengandung sejumlah zat warna
kuning yang berasal dari dua metabolit sekunder, yaitu α-mangostin dan β-mangostin.
Beberapa senyawa utama kandungan kulit buah manggis yang dilaporkan bermanfaat
adalah golongan xanton (Nugroho, 2011). Berbagai penelitian menunjukkan, senyawa
xanthone yang terdapat didalam kulit buah manggis memiliki sifat sebagai
antidiabetes, antikanker, antiperadangan, meningkatkan kekebalan tubuh, antibakteri,
antifungi, pewarna alami (Pasaribu et al, 2012).

Gambar 1. Struktur kimia α-mangostin

Keterangan :
Alpha-mangostin : R1 = CH3 , R2 = R3 = H
Beta-mangostin : R1 = R3 = CH3 , R2 = H
Gamma-mangostin : R1 = R2 = R3 = H

α-Mangostin berupa zat berwarna kuning, tidak larut dalam air, larut dalam
alkohol, eter, aseton, etil asetat, dan kloroform dan merupakan golongan xanton.
Memiliki titik leleh 181,6 – 182,6oC. α-Mangostin memiliki nama lain yaitu 1,3,6-
trihidroksi-7-metoksi-2,8-bis(3-metil-2butenil)-9H-xanthen-9-one, dengan rumus
molekul C24H26O6 dan bobot molekul 410,46 (Yates dan Stout, 1958). α-Mangostin
terdiri dari beberapa jenis antara lain γ-mangostin dan β-mangostin
(Mahabussakaram, 1987), struktur kimia tersaji pada Gambar 1.

3. Kegunaan dan Khasiat


Senyawa xanthone mempunyai kemampuan sebagai antioksidan, antibakteri,
antihistamin, antiinflamasi, antikanker. Gopalakrishnan et al. (1997) melaporkan
bahwa senyawa xanton mangostin dari kuliat buah manggis mampu penghambat
pertumbuhan jamur patogenik : Fusarium oxysporum vasinfectum, Alternaria tenuis,
dan Dreschlera oryzae. Penelitian lainnnya, mangostin dilaporkan menghambat poten
terhadap HIV-1 protease (Chen et al., 1996).

B. Tablet
1. Pengertian Tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda-
beda ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan aspek lainnya
tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Umumnya tablet
digunakan pada pemberian obat secara oral (Ansel, 1989).
Untuk membuat tablet diperlukan bahan tambahan berupa:
a. Bahan pengisi (diluent)
Bahan pengisi adalah suatu zat inert secara farmakologis yang
ditambahkan ke dalam suatu formulasi sediaan tablet, bertujuan untuk
penyesuaian bobot, ukuran tablet sesuai yang dipersyaratkan, untuk membantu
kemudahan dalam pembuatan tablet, dan meningkatkan mutu sediaan tablet.
Berikut ini beberapa zat pengisi yang sering digunakan: laktosa, laktosa anhidrat,
laktosa semprot kering, fast flo lactose (FFL), starch 1500, dan mikrokristalin
selulosa (Siregar, 2010).
b. Bahan pengikat (binder)
Bahan pengikat ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk menambah
kohesivitas serbuk sehingga memberi ikatan yang penting untuk membentuk
granul yang dibawah pengempaan akan membentuk suatu massa kohesif atau
kompak yang disebut tablet. Beberapa jenis pengikat yang sering digunakan: pati
5-10%, pati pragelatinisasi 0,5%, starch 1500, gelatin 2-10%, sukrosa 50- 75%,
akasia 10-25%, polivinilpirolidon 3-15% (Siregar, 2010).
c. Bahan penghancur (disintegrator)
Bahan ini dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam saluran cerna. Zat-
zat yang digunakan seperti: amilum kering, gelatin, agar-agar, natrium alginat.
d. Bahan pelicin (lubricant)
Bahan ini dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan. Zat-zat yang
digunakan seperti: talcum, magnesii stearat, asam stearat.
Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat dan bahan tambahan, kecuali bahan
pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi
cetakan dengan baik. Dengan dibuat granul akan terjadi free flowing, mengisi
cetakan secara tetap dan dapat dihindari tablet menjadi capping (retak) (Anief,
1987).

2. Syarat-syarat Tablet
Syarat-syarat tablet adalah sebagai berikut (Syamsuni, 2007) :
a. Keseragaman ukuran.
b. Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu sepertiga kali
tebal tablet.
c. Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan
Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot jika zat aktif merupakan
bagian terbesar dari tablet dan cukup mewakili keseragaman kandungan.
Keseragaman bobot bukan merupakan indikasi yang cukup dari keseragaman
kandungan jika zat aktif merupakan bagian terkecil dari tablet atau jika tablet
bersalut gula. Oleh karena itu, umumnya farmakope mensyaratkan tablet bersalut
dan tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau kurang dan bobot zat aktif lebih
kecil dari 50% bobot sediaan, harus memenuhi syarat uji keseragaman kandungan
yang pengujiannya dilakukan pada tiap tablet.
d. Waktu hancur
Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberi per oral, kecuali tablet
yang harus di kunyah sebelum di telan. Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan
kesesuaian batas waktu hancur yang ditetapkan pada masing – masing monografi.
Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlalu
sempurna. Pada pengujian waktu hancur, tablet dinyatakan hancur jika ada bagian
tablet yang tertinggal di atas kasa, kecuali fragmen yang berasal dari zat penyalut.
Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan keenam
tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalutdan tidak lebih dari 60
menit untuk tablet bersalut.
e. Disolusi
Disolusi adalah suatu proses perpindahan molekul obat dari bentuk padat
ke dalam larutan suatu media. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya
zat aktif yang terabsorbsi dan memberikan efek terafi di dalam tubuh. Kecepatan
absorbsi obat tergantungpda cara pemberian yang dikehendaki dan juga harus
dipertimbangkan frekuensi pemberian obat.
f. Penetapan kadar zat aktif
Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakah kadar zat
aktif yang terkandung di dalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera pada
etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing-masing monografi.
Bila zat aktif obat tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak akan
memberikan efek terapi dan juga tidak layak untuk dikonsumsi.

3. Cara Pembuatan Tablet


Kebanyakan serbuk tidak dapat dikempa langsung menjadi tablet karena:
1. Serbuk kurang memiliki karakteristik ikatan atau lekatan (kohesif dan adhesif)
yang baik secara bersama-sama menjadi kesatuan padatan yang kompak.
2. Serbuk biasanya tidak memiliki sifat lubrikasi dan dintegrasi yang dipersyaratkan
untuk pentabletan.
3. Serbuk pada umumnya tidak atau kurang memiliki sifat mengalir bebas (Siregar,
2010).
Untuk itu zat aktif mula-mula harus mengalami praperlakuan, baik tunggal
ataupun dalam kombinasi dengan eksipien untuk membentuk granul yang member
kemungkinan untuk dikempa. Proses ini disebut sebagai granulasi. Granulasi adalah
setiap proses membesarkan ukuran partikel-partikel kecil dengan mengumpulkannya
bersama-sama menjadi agregat yang lebih besar dan permanen untuk membuatnya
mengalir bebas yang serupa dengan pasir kering (Siregar, 2010).
Terdapat 3 metode pembuatan tablet kompresi yaitu:
a. Granulasi Basah
Metode granulasi basah merupakan yang terluas digunakan orang dalam
memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam
pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut: menimbang dan
mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi basah, pengayakan adonan
lembab menjadi granul, pengeringan, pengayakan kering, pencampuran bahan
pelicin, pembuatan tablet dengan kompresi.
Penimbangan dan pencampuran: Bahan aktif, pengisi, dan bahan
penghancur yang diperlukan dalam formula tablet ditimbang sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan untuk membuat sejumlah tablet yang akan diproduksi
dan dicampur, diaduk baik, biasanya dengan menggunakan mesin pencampur
serbuk atau mikser.
Pembuatan granulasi basah. Hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan
cairan pengikat ke dalam campuran serbuk, melewatkan adonan yang lembab
melalui ayakan yang ukuran nya sesuai kebutuhan, granul yang dihasilkan melalui
pengayakan ini dikeringkan, lalu diayak kembali dengan ayakan yang ukurannya
lebih kecil supaya mengurangi ukuran granul berikut nya. Unsur pengikat dalam
tablet juga membantu merekatkan granul satu dengan lainnya, menjaga kesatuan
tablet setelah dikompresi. Bahan pengikat yang digunakan adalah 10-20% cairan
dari tepung jagung, 25-50% larutan glukosa, molase, macam-macam gom alam
(seperti akasia) derivat selulosa (metilselulosa, karboksimetilselulosa dan selulosa
mikrokristal), gelatin, dan povidon. Bila diinginkan warna dan rasa dapat
ditambahkan ke dalam bahan pengikat sehingga terjadi granulasi dengan warna
dan rasa yang diinginkan. Penyaringan adonan lembab menjadi granul. Pada
umumnya granulasi basah ditekan melalui ayakan nomor 6 atau 8. Dibuat granul
dengan menekankan pada alat yang dibuat berlubang-lubang.
Pengeringan granul. Kebanyakan granul dikeringkan dalam cabinet
pengering dengan sistem sirkulasi udara dan pengendalian temperatur. Untuk
metode terbaru untuk pengeringan sekarang ini yaitu fluidization disalurkan ke
dalam fluid bed dryers. Pada metode ini granul dikeringkan dalam keadaan
tertutup dan diputar-putar sambil dialirkan udara yang hangat.
Penyaringan kering. Setelah dikeringkan, granul dilewatkan melalui
ayakan dengan lubang lebih kecil daripada yang biasa dipakai untuk pengayakan
granulasi asli. Ukuran granul dihaluskan tergantung pada ukuran punch yang akan
dipakai dan tablet yang akan diproduksi. Semakin kecil tablet yang akan
diproduksi semakin halus granul yang dipakai, biasa nya menggunakan ayakan
ukuran 12-20.
Pelinciriran atau lubrikasi. Jumlah pelincir yang dipakai pada pembuatan
tablet mulai dari 0,1% berat granul sampai 5%. Manfaat pelincir dalam
pembuatan tablet kompresi; mempercepat aliran granul dalam corong kedalam
rongga cetakan, mencegah melekat nya granul pada punch dan cetakan,
mengurangi gesekan antara tablet dan dinding cetakan ketika tablet dilemparkan
dari mesin dan memberikan rupa yang bagus pada tablet yang sudah jadi.
Pencetakan tablet. Mesin tablet berputar (rotary) dengan kecepatan tinggi
mempunyai banyak punch dan die (cetakan) dapat menyisihkan mesin tablet
tunggal, karena punch berputar secara terus menerus maka pencetakan tablet
berlangsung secara terus menerus pula. Mesin tablet tunggal biasanya
berkapasitas 100 tablet per menit sedangkan mesin tablet rotary dengan 16 tempat
(16 set punch dan die) dapat memproduksi 1150 tablet per menit (Ansel, 1989).
b. Granulasi Kering
Tujuan metode granulasi kering adalah untuk memperoleh granul yang
dapat mengalir bebas untuk pembuatan tablet. Granulasi kering dilakukan apabila
zat aktif tidak mungkin digranulasi basah, karena tidak stabil atau peka terhadap
panas dan lembab atau tidak mungkin dikempa langsung menjadi tablet karena zat
aktif tidak dapat mengalir bebas dan dosis efektif zat aktif terlalu besar untuk
kempa langsung (Siregar, 2010). Dalam metode ini, baik bahan aktif maupun
pengisi harus memiliki sifat kohesif supaya masa yang jumlah nya besar dapat
dibentuk. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah
dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena
untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang tinggi (Ansel, 1989).
c. Kompresi Langsung
Beberapa granul bahan kimia seperti kalium klorida, kalium iodida,
amonium klorida, dan metenamin, memiliki sifat mudah mengalir sebagai mana
juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam
mesin tablet tanpa memerlukan metode granulasi basah atau kering. Pada waktu
sekarang ini penggunaan pengencer yang dikeringkan dengan penyemprotan,
meluas kepada formula-formula tablet tertentu daripada dengan serbuk pengisi
biasa, kualitas yang diinginkan untuk tablet kompresi langsung dan sejumlah
produk-produk lainnya banyak diproduksi dengan cara ini.
Capping atau keretakan dari tablet disebabkan oleh beberapa faktor dan
tidak terbatas pada tablet yang dibuat dengan pengkompresian langsung saja.
Misalnya bila punch tidak bersih sekali dan tidak halus sekali dapat menghasilkan
tablet yang terlepas bagian atasnya sebagaimana juga dengan cetakan (die) yang
sudah tua dan tidak sempurna. Tekanan yang terlalu besar pada pengempaan
dapat menyebabkan keretakan seperti yang terjadi bila granulat terlalu lunak.
Pada umumnya ada bagian dari fines atau serbuk halus yang merupakan hasil
waktu granulasi kering dengan ukuran dan jumlahnya biasanya 10-20% dari berat
granul dan perlu supaya pengisian rongga cetakan wajar. Tetapi kelebihan dari
serbuk halus ini dapat juga berperan menjadi capping bila sejumlah besar udara
terperangkap dalam tablet, keadaan seperti ini disebut laminating (Ansel, 1989).

BAB III
ISI
A. ALAT DAN BAHAN
Alat :
Ayakan Mesh 20, ayakan Mesh 16, mesin tablet, oven, loyang, alat-alat gelas, mixer,
mortar-stamfer, spektrofotometer UV-Vis, timbangan, seiving machine, alat uji waktu alir
dan sudut diam, hardness tester, friability tester, disintegration tester .

Bahan :
Ekstrak kulit manggis, Avicel PH 101, Mg stearat, aquades, gelatin, talk, metanol

B. FORMULASI TABLET EKSTRAK KULIT MANGGIS


Tablet ekstrak kulit manggis dibuat menggunakan formula seperti di bawah ini,
dengan bobot 1 tabletnya 500 mg.

No
Nama Bahan Jumlah tiap tablet (mg) Jumlah 200 tablet (g)
.
1. Ekstrak kulit manggis 200 40
2. Avicel PH 101 50 10
3. amilum 220 44
4 Mg stearat 5 1
5 Talk 25 5
6 Solutio gelatin 5% qs qs

Cara Pembuatan:
1. Menimbang ekstrak kulit manggis, avicel PH 101, dan amilum sesuai formula untuk
200 tablet.
2. Membuat solutio gelatin 10% sebanyak 50 ml.
3. Avicel PH 101 dan amilum dicampur sampai homogen.
4. Campuran bahan no 3 kemudian ditambahkan ke dalam ekstrak kulit manggis sedikit
demi sedikit dan diaduk sampai homogen.
5. Solutio gelatin 10% kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit hingga terbentuk
massa yang kempal.
6. Massa granul basah kemudian di ayak menggunakan ayakan Mesh 16.
7. Granul basah yang diperoleh ditimbang kemudian dikeringkan menggunakan oven
pada suhu 60 °C sampai kadar MC kurang dari 10%.
8. Granul kering kemudian diayak menggunakan ayakan Mesh 16/20.
9. Mg stearat dan talk ditambahkan pada granul dan diaduk sampai homogen.
10. Granul dicetak menggunakan mesin tablet

C. DIAGRAM ALUR PRODUKSITABLET EKSTRAK KULIT MANGGIS

Avicel PH 101 + amilum

+ ekstrak kulit manggis


IPC : Homogenitas
+ Solutio gelatin 10%

Terbentuk massa granul

Ayak mesh 16
IPC : Ukuran granul
Pengeringan 60° C
IPC : Kandungan air
Ayak 16/30 mesh
IPC : Ukuran granul, kerapuhan granul
+ Mg Stearat + Talk
IPC: kec alir, sudut diam
Pengempaan

Tablet ekstrak kulit manggis

D. IN PROCESS CONTROL TABLET EKSTRAK KULIT MANGGIS


1. Homogenitas
Ambil sampel hasil mixing kemudian dilarutkan dalam metanol dan dibaca kadar
xanthone ekstrak kulit manggisnya dengan spektro UV-Vis pada λ maks 320 nm.

2. Ukuran Granul
a. 10 gram granul dimasukan dalam ayakan bertingkat, disusun mulai dari yang
kasar sampai yang halus, yaitu no. 14, 16, 20, 30, 50 Mesh dan pan.
b. Granul kemudian diayak menggunakan seiving machine selama 15 menit
dengan amplitudo 100 menit.
c. Granul yang tertinggal pada masing-masing ayakan ditimbang dan dihitung
presentasenya.
besarnya rata−rata lubang x % tertinggal
diameter granul=
100

3. Kandungan Air (Moisture Content)


5 gram granul diambil dari loyang pengeringan dan ditimbang kemudian dihitung
Mcnya pada waktu 15, 30, 60, 90, 120 menit dan seterusnya sampai MC < 10%
berat granul t−berat granul kering
MC= x 100 %
berat granul kering

Syarat kandungan air: 2-5%

4. Kecepatan alir
a. 25 gram granul dimasukan ke dalam corong yang sudah ditutup bagian
bawahnya
b. Tutup bagian bawah corong dibuka sambil menghidupkan stop watch dan
waktu dihentikan ketika granul sudah habis
bobot granul
kecepatan alir=
waktu alir
Syarat: 25 gram granul tidak boleh lebih dari 2,5 detik

5. Sudut diam
a. 20 gram granul dimasukan dalam alat uji sudut diam yang bagian bawahnya
tertutup.
b. Penutup lubang bagian bawah dibuka dan granul dibiarkan mengalir.
c. Tinggi kerucut yang terbentuk diukur
2h
Tg α =
d
Syarat sudut diam: kurang dari 40 °

6. Kerapuhan Granul
a. 10 gram granul dimasukan ayakan bertingkat dari ukuran 30 dan 50 Mesh
dengan bagian paling bawah diberi pan.
b. Granul kemudian diayak dengan sieving machine selama 60 menit dengan
amplitudo 50.
c. Granul yang tertinggal pada masing-masing ayakan ditimbang dan dihitung
presentasenya.

bobot awal−bobot tertinggal


kerapuhan granul= x 100 %
bobot awal

Syarat kerapuhan granul: kurang dari 1% atau kurang dari 0,8%

E. EVALUASI TABLET
1. Keseragaman Bobot
20 tablet ditimbang satu persatu kemudian dihitung bobot rata-rata dan
penyimpangannya.

Syarat: Tablet tidak bersalut jika ditimbang satu per satu , tidak boleh lebih dari  2
tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan
pada kolom " A " dan tidak boleh ada satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari
bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom " B ". Jika perlu dapat diulang dengan 10
tablet dan tidak boleh ada satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari
bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom " A " maupun kolom " B " .

Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam %


tablet A B
< 25mg 15 30
26 – 150 mg 10 20
151 – 300 mg 7,5 15
> 300 mg 5 10

2. Keseragaman Ukuran Tablet


20 tablet masing-masing diukur diameter dan tebalnya.

3. Kekerasan Tablet
10 tablet diletakan tegak lurus ditengah hardness tester dan baca skalanya saat tablet
tepat hancur satu persatu.

4. Kerapuhan Tablet
a. 20 tablet dibebas debukan, ditimbang dan dimasukan ke dalam friability
tester dan diputar selama 4 menit dengan kecepatan putaran per menit.
b. Tablet dibersihkan dan ditimang kembali
c. Hitung presentase kehilangan bobotnya
Wo−Wt
%kerapuhan= x 100 %
Wo

Syarat: kerapuhan tablet kurang dari 1%

5. Waktu Hancur Tablet


5 buah tablet dimasukkan ke dalam alat uji waktu hancur (disintegration tester).
Setiap tabung diisi satu tablet, kemudian dimasuk-kan ke dalam penangas air dengan
temperatur 37°C±2°C. Ketinggian permukaan air penangas sama dengan posisi
lubang ayakan pada bagian bawah alat pada saat tabung naik dalam kedudukan
tertinggi. Alat dijalankan dengan kecepatan 25 rpm sampai semua fraksi pecahan
tablet lewat ayakan yang terletak pada bagian bawah alat, lalu dicatat waktu yang
diperlukan sebagai waktu hancur tablet
Syarat: waktu hancur tablet tidak lebih dari 15 menit

F. PENETAPAN KADAR ZAT AKTIF EKSTRAK KULIT MANGGIS


Cara penetapan kadar xanthone dalam ekstrak kulit manggis untuk menentukan
homogenitas pencampuran avicel PH 101, amilum, dan ekstrak kulit manggis:
1. Mengambil sampel hasil mixing dari tiga bagian yaitu atas, bawah, dan tengah pada
waktu pencampuran 3, 5, 10, dan 15 menit. Sampel yang diambil sebanyak 500 mg
dari tiap bagiannya.
2. Sampel kemudian dimasukan dalam labu ukur 10 ml kemudian dilarutkan dalam
methanol 10 ml.
3. Membuat larutan stock α-mangosteen dan membuat larutan baku
4. Membaca kadar larutan baku dan sampel dengan spektrofotometer UV-Vis pada λ
320 nm dan 254 nm

DAFTAR PUSTAKA
Aisha, Abdalrahim F.A., Abu-Salah, Khalid M., Ismail, Zhari., 2013, Determination of total
xanthones in Garcinia mangostana fruit rind extracts by ultraviolet (UV)
spectrophotometry, Journal of Medicinal Plants Research Vol. 7(1): 29-35
Anonim, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi Ketiga. Jakarta:
UI Press
Syamsudin, Faridah, Widowati, Diah., Faizatun, 2009, Profil Distribusi dan Eliminasi Senyawa
α-Mangostin setelah Pemberian Oral pada Tikus, Jurnal Hiber

Anda mungkin juga menyukai