I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu membuat formulasi sederhana sediaan tablet
2. Mahasiswa mampu menganalisis fungsi dan peran eksipien
yang digunakan dalam formulasi sediaan tablet.
3. Mahasiswa mampu memahami berbagai metode pembuatan tablet
B. BAHAN
1. Domperidone maleat 12,5 mg
2. Lactose monohydrate 62,38 mg
3. Avicel PH-101 14 mg
4. Pregelatinized starch 6,88 mg
5. Polysorbate 20 0,96 mg
6. Colloidal silicon dioxide 0,29 mg
7. Magnesium stearate 29,5 mg
IV. CARA KERJA
Menelaah literature mengenai zat aktif dan bahan tambahan yang akan dibuat tablet
R/
Domperidone Maleat 12,50%
Lactose Monohydrate 62,83%
Avicel PH-101 14,00%
Pregelatinized Starch 6,88%
Polysorbate 20 0,96%
Colloidal Silicon Dioxide 0,29%
Magnesium Stearate 2,95%
Penentuan Fase
a. Fase Dalam
- Domperidone maleat
- Lactose monohydrate
- Avicel PH-101
- Pregelatinized starch
- Polysorbate 20
b. Fase Luar
- Colloidal silicon dioxide
- Magnesium stearate
VI. MONOGRAFI
1. Domperidone Maleat
2. Laktosa Monohidrat
3. Avicel PH-101
Sinonim Gel selulosa, cellets, celex
Struktur
Senyawa
4. Pregelatinized starch
Sinonim Amylum regelificatum
Struktur
Senyawa
5. Polisorbat 20
Sinonim Armatan PML 20, polyoxsytelene 20 laurate
Struktur
Senyawa
7. Magnesium stearat
Sinonim Magnesium octadeconazoate, octadeconoic acid
Struktur
Senyawa
IX. PEMBAHASAN
praktikum teknologi Farmasi padat kali ini membahas mengenai studi
preformulasi yang mana bertujuan untuk mengetahui manfaat dilakukannya
studi preformulasi dan mengetahui tahapan-tahapan apa saja yang diperlukan
dalam pembuatan tablet serta agar mahasiswa mampu membuat formulasi
sederhana sediaan tablet yang berkualitas. Adapun alat yang digunakan pada
tahapan preformulasi ini diantaranya alat tulis seperti pena pensil penggaris
farmakope Indonesia jurnal-jurnal yang mendukung ebook buku referensi
Hope edisi 6 dan juga handphone serta laptop.
Terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum
preformulasi antara lain bentuk sediaan yang akan dibuat. Dalam hal ini,
bentuk sediaan farmasi yang akan dibuat berupa tablet konvensional. Tablet
konvensional biasa, yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi
tunggal yang biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan
bahan eksipien.
Keuntungan dari sediaan tablet antara lain dapat melindungi rasa yang
tidak enak dari sediaan, cocok untuk zat aktif yang sukar larut dalam air,
volume dan bentuknya kecil sehingga mudah dibawa dan disimpan, serta
kestabilan obat lebih terjaga. Selain itu, penting untuk mempertimbangkan
bahan tambahan obat yang digunakan. Bahan tambahan yang digunakan
dalam formulasi harus bersifat kompatibel dengan zat aktif dan bahan
tambahan yang lain.
Tahapan preformulasi ini mengkaji dan melakukan investigasi terhadap
sifat fisika dan kimia dari suatu bahan aktif serta Zat tambahan yang akan
diformulasikan. Langkah preformulasi ini sangat penting dilakukan karena
sifat-sifat dari zat aktif dan efisien ini menentukan metode apa yang akan
digunakan dalam proses pembuatan tablet. Preformulasi ini juga dilakukan
dengan harapan agar produk yang dihasilkan berkualitas memenuhi syarat
efek keamanan kenyamanan penggunaan dan stabilitas obat yang baik
sifat zat aktif atau pencetan bahan yang berbeda akan menyebabkan
adanya suatu perbedaan metode dalam pembuatan suatu sediaan tablet dimana
untuk obat-obatan atau zat yang sifatnya tidak lembab dan tidak tahan panas
tidak dapat dibuat dengan metode granulasi basah. Oleh sebab itu untuk zat-
zat yang tidak tahan panas dan kelembabannya kurang dapat dibuat dengan
metode granulasi kering. Sedangkan dalam metode kempa langsung zat
aktifnya harus memiliki sifat alir yang baik serta waktu hancur dan
disolusinya juga baik.
Bahan tambahan (eksipien) pada tablet diperlukan untuk mendapatkan
bentuk sediaan yang diinginkan. Bahan eksipien yang digunakan dalam
pembuatan tablet antara lain bahan pengisi, bahan pengikat, bahan
penghancur, glidan dan lubrikan. Bahan pengisi digunakan untuk
memperbesar volume tablet atau bobot tablet sehingga tablet memiliki bobot
yang sesuai untuk dikempa. Selain itu, zat pengisi juga berfungsi untuk
memperbaiki kompresibilitas dan sifat alir zat aktif. Bahan pengikat untuk
merekatkan serbuk bahan obat, bahan penghancur untuk mempercepat
pecahnya tablet di dalam lambung.
Zat aktif dan bahan tambahan yang digunakan pada formulasi
praktikum kali ini antara lain Laktosa Monohidrat 51,86% sebagai diluent
(pengisi), Avicel PH-102 25,50% atau yang biasa dikenal dengan Selulosa
Mikrokristal memiliki fungsi sebagai disintegrant (penghancur) dan binder
(pengikat) serta sebagai diluent (pengisi) dalam pembuatan tablet, SSG
(Sodium Starch Glycolate) 4% sebagai penghancur, Polisorbat 20 0,96%
sebagai zat pembasah, Talk 2% sebagai glidan, dan Magnesium Stearat
2,95% sebagai lubrikan. Kadar yang digunakan dalam memformulasikan
berbagai eksipien
Formulasi pada praktikum kali ini kelompok kami menggunakan zat aktif
Domperidone maleat yang berfungsi sebagai anti emetik umum yang mana
berhasiat untuk menangani atau mengatasi mual dan muntah jangka pendek
pada penyakit Parkinson dengan mempercepat sistem pencernaan, yang mana
dalam setiap 1 tablet 100 mg berisikan 12,5% atau 12,5 mg Domperidone
maleat yang merujuk pada buku Formularium Nasional dan Martindale Edisi
ke-36.
Bahan pengisi atau diluent yang digunakan pada sediaan kali ini terdapat
dua yakni laktosa monohidrat dan juga pregelatinized starch. Laktosa
monohidrat, diluent yang berasal dari golongan sugar base dan pregelatinized
starch berasal dari amilum atau pati yang telah di gelatinisasi sehingga tablet
akan hancur dengan proses swelling dalam tubuh atau tablet akan menyerap
cairan lalu akan pecah atau lisis. Laktosa monohidratyang digunakan sebesar
62,38 mg dalam 1 tablet 100 mg. Pregelatinized starch digunakan sebesar 6,88
mg dalam 1 tablet 100 mg.
Laktosa monohidrat dikenal sebagai gula susu. Laktosa sebagai bahan
pengisi yang paling banyak digunakan karena tidak bereaksi dengan hampir
semua zat aktif, baik dalam bentuk hidrat maupun anhidrat. Dalam proses
granulasi basah, harus digunakan laktosa hidrat karena laktosa anhidrat
dapat menyerap lembab sehingga meningkatkan kelembaban tersebut.
Avicel berfungsi sebagai disintegran serta sebagai pengisi dalam
pembuatan tablet. Sebagai disintegran, Avicel dapat mengembang karena
adanya cairan saliva sehingga tablet dapat cepat pecah. Bahan pembasah
memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi dan pada
tablet kempa serta menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan
pengisi. Bahan pembasah yang umum digunakan yakni polysorbat 20.
Glidan digunakan dapat meningkatkan kemampuan mengalir serbuk.
Colloidal silicon dioxide sebagai glidan yang baik karena dapat
meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga massa tersebut
dapat mengisi die dalam jumlah yang seragam. Lubrikan digunakan untuk
mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga berguna
untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan.
Pada umumnya lubrikan bersifat hidrofobik, sehingga cenderung
menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu
kadar lubrikan yang berlebihan harus dihindarkan. Pada pembuatan tablet
ini, lubrikan yang digunakan berupa Magnesium Stearat dengan kadar
2,95% atau 2,95 mg dalam 1 tablet dengan ukuran 100 mg. Dalam
pembuatan tablet Glidan (Colloidal silicon dioxide) dan Lubrikan
(Magnesium Stearat) dalam penggunaannya ditambahkan pada
pencampuran akhir, sebelum proses pengempaan tablet. Lubrikan digunakan
untuk mencegah agar tablet tidak melekat pada cetakan.
Lubrikan mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan
juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Senyawa
asam stearat dengan logam, asam stearat, minyak nabati terhidrogenasi dan
talkum digunakan sebagai lubrikan. Pada umumnya lubrikan bersifat
hidrofobik, sehingga cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan
disolusi tablet. Oleh karena itu kadar lubrikan yang berlebihan harus
dihindarkan. Pada pembuatan tablet domperidon ini, lubrikan yang
digunakan berupa Magnesium Stearat dengan kadar 2,95%.
Metode yang digunakan pada pembuatan tablet pada praktikum ini
berupa metode granulasi basah. Alasan pemilihan metode ini karena zat
aktif yang digunakan (Domperidon Maleat) memiliki sifat alir yang kurang
baik, sehingga untuk memperbaikinya, maka digunakan metode granulasi
basah dalam pembuatan tabletnya. Metode granulasi basah sering digunakan
apabila zat aktif yang digunakan dalam formulasi bersifat tahan lembap dan
panas, serta memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang relatif buruk.
Metode ini dugunakan untuk memperoleh aliran yang baik, meningkatkan
kompresibilitas, mengontrol pelepasan, mencegah pemisahan komponen
campuran selama proses, distribusi keseragaman kandungan dan
meningkatkan kecepatan disolusi.
Pembuatan tablet dengan metode granulasi basah dilakukan dengan
menimbang bahan – bahan yang diperlukan kemudian dicampur hingga
homogen. Ditambahkan pembasah untuk membasahi granul agar
membentuk granul yang kompak. Granul basah kemudian dikeringkan
hingga membentuk granul yang kering dan kemudian dilakukan pengecilan
ukuran granul. Tablet dibuat dengan cara dikompres. Keuntungan dari
sediaan tablet antara lain dapat melindungi rasa yang tidak enak dari
sediaan, cocok untuk zat aktif yang sukar larut dalam air, volume dan
bentuknya kecil sehingga mudah dibawa dan disimpan, serta kestabilan obat
lebih terjaga.
Pengujian sifat fisik tablet terdiri atas uji kekerasan, keseragaman
bobot,kerapuhan tablet, kerapuhan tablet, waktu larut, serta uji tanggapan
rasa. Beberapa alat yang digunakan dalam proses pembuatan tablet antara
lain mesin tablet single punch, mesin granulator, pengayak No.16 dan 20,
Timbangan analitik, oven, desikator, friability tester, dissolution tester, tap
volumeter, desintegration tester, stopwatch, hardness tester, alat – alat
gelas (pyrex. Dalam hal ini, bentuk sediaan farmasi yang akan dibuat berupa
tablet konvensional. Tablet konvensional biasa, yang dibuat atau dikempa
dengan siklus kompresi tunggal yang biasanya terdiri dari zat aktif sendiri
atau kombinasi dengan bahan eksipien.
Metode granulasi basah diantaranya untuk memperoleh aliran yang
baik, meningkatkan kompresibilitas, mengontrol pelepasan, mencegah
pemisahan komponen campuran selama proses, distribusi keseragaman
kandungan dan meningkatkan kecepatan disolusi, serta formula yang tepat
sehingga menghasilkan produk akhir berupa sediaan farmasi yang
memenuhi persyaratan efek, keamanan, kenyamanaan penggunaan, dan
stabilitas obat. Namun dari segi biaya, metode ini cukup memakan biaya
produksi karena dibutuhkan waktu yang panjang dan alat-alat yang lebih.
VII. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Lachman, L., dkk. 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, UI Press, Jakarta,
Indonesia.
Murtini, G., dan Elisa, Y. 2018, Teknologi Sediaan Solid, Kemenkes RI, Jakarta,
Indonesia.
Jurnal Formulasi
Postest
SS Literatur
4.
5.
6.
\