Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FARMASI (II) PADAT

Nama : Bunga Tarisha Haq Aprilia


NIM : 08061281924063
Kelas / Kelompok :A/ 6
Dosen Pembimbing : apt. Adik Ahmadi, M.Si.

PERCOBAAN I : PREFORMULASI SEDIAAN TABLET

LABORATORIUM TEKNOLOGI BERSAMA


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI FARMASI (II) PADAT
PREFORMULASI SEDIAAN TABLET

I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu membuat formulasi sederhana sediaan tablet
2. Mahasiswa mampu menganalisis fungsi dan peran eksipien
yang digunakan dalam formulasi sediaan tablet.
3. Mahasiswa mampu memahami berbagai metode pembuatan tablet

II. DASAR TEORI


Salah satu bentuk sediaan farmasi yang sering dijumpai adalah
tablet. Tablet merupakan salah satu sediaan yang banyak mengalami
perkembangan dari segi formulasi. Beberapa keuntungan sediaan tablet
diantaranya sediaan lebih kompak, biaya pembuatannya lebih murah,
dosisnya tepat, pengemasannya mudah, sehingga penggunaannya lebih
praktis jika dibandingkan dengan sediaan lain (Lachman et al, 1994).
Tablet adalah sediaan adat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat
digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Sebagian besar
tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan
yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan
memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan
cetakan baja (Kemenkes RI, 2020).
Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan
permukaan tergantung pada desain cetakan. Tablet berbentuk kapsul
umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan
untuk obat hewan, umumnya untuk hewan besar. Tablet cetak dibuat
dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke
dalam lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan kristal
yang terbentuk pada proses pengeringan dan tidak tergantung pada
kekuatan tekanan yang diberikan (Kemenkes RI, 2020).
Pembuatan tablet cetak Tablet cetak dibuat dari campuran bahan
obat dan bahan pengisi, umumnya mengandung laktosa dan serbuk
sukrosa dalam berbagai perbandingan. Massa serbuk dibasahi dengan
larutan yang mengandung etanol persentase tinggi. Massa serbuk yang
lembab ditekan ke dalam cetakan, dikeluarkan dan dibiarkan kering.
Tablet cetak agak rapuh, sehingga harus hati-hati dalam pengemasan
dan pendistribusian (Murtini,2018).
Formulasi tablet kempa Pada umumnya tablet kempa mengandung
zat aktif dan bahan pengisi, bahan pengikat, disintegran dan lubrikan,
dapat juga mengandung bahan warna dan lak (bahan warna yang
diadsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut) yang
diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis. Bahan pengisi
ditambahkan jika jumlah zat aktif sedikit atau sulit dikempa
(Murtini,2018).
Metode pembuatan tablet dapat dilakukan dengan cara kempa
langsung dan granulasi (Armstrong, 1994). Pada metode granulasi
basah dilakukan penambahan cairan pengikat. Cairan pengikat yang
digunakan harus bersifat non toksik dan mudah menguap sehingga
mudah diuapkan dalam pengeringan. Cairan yang digunakan dapat
berupa air, etanol, turunan selulosa, larutan gelatin, musilago amili dan
lainnya (Rudnic, 1996).
Kempa langsung merupakan metode paling mudah dan murah,
karena menggunakan peralatan cetak tablet konvensional, dan prosedur
kerja yang singkat. Namun metode kempa langsung hanya terbatas
pada obat dengan dosis kecil dan mempunyai sifat alir yang baik.
Sedangkan metode granulasi basah merupakan metode pembuatan
tablet yang dapat memperbaiki sifat alir masa cetak, dan dapat
menghasilkan tablet yang tidak rapuh. Keuntungan dari metode ini
antara lain distribusi yang baik dan keseragaman kandungan bagi zat
aktif dosis kecil. Pemilihan metode yang tepat dalam formulasi akan
mempengaruhi sifat fisik tablet yang dihasilkan dan juga akan
mempengaruhi efisiensi proses produksi (Murtini,2018).
Pada proses pembuatan tablet diperlukan bahan tambahan yang
meliputi bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pelicin, dan bahan
penghancur (Depkes RI, 1979). Zat tambahan diperlukan untuk
mendapatkan kualitas sediaan yang memenuhi persyaratan formulasi.
Salah satu zat tambahan yang memiliki peran khusus dalam formulasi
sediaan tablet yaitu bahan pengikat. Bahan pengikat menjamin
penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah granulat.
Kekompakan tablet selain dipengaruhi oleh tekanan pada saat
kompresi juga dipengaruhi oleh bahan pengikat (Voight, 1995).
Penggunaan bahan pengikat yang berpengaruh terhadap sifat fisik
tablet berdasarkan hasil pemeriksaan sifat fisik granul dan sifat fisik
sediaan tablet. Pemeriksaan sifat fisik granul terdiri dari uji sifat alir.
Uji sifat alir dilakukan dengan metode tidak langsung meliputi uji
sudut diam, pengetapan dan kompresibilitas. Pada uji sudut diam,
ditimbang 100 g granul, dimasukkan ke dalam corong alat uji yang
bagian bawahnya tertutup. Dibuka penutupnya dan dibiarkan seluruh
granul mengalir. Selanjutnya dihitung sudut diam granul (Lachman,
1994).
Pemeriksaan sifat fisik tablet dilakukan dengan mengamati
penampilan fisik tablet yang dihasilkan, dimana tidak terjadi capping,
cracking, picking dan karakteristik lain yang menandakan adanya
kerusakan tablet (Siregar, 2010). Pemeriksaan sifat fisik tablet terdiri
dari pengujian organoleptis, keseragaman ukuran, keseragaman bobot,
kekerasan tablet, kerapuhan tablet, dan waktu hancur. Pengujian
organoleptis yang dilakukan meliputi pemeriksaan terhadap
keseragaman warna, bentuk permukaan, bau, rasa, dan ada tidaknya
kerusakan fisik. Keseragaman ukuran dilakukan sebanyak 10 tablet,
diukur diameter dan tebal tablet menggunakan jangka sorong (Depkes
RI, 1979).
Keseragaman bobot tablet dilakukan dengan menimbang 20 tablet
dan dihitung bobot rata-ratanya. Jika ditimbang satu per satu tidak
boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang
dari bobot rata-rata yang telah ditetapkan kolom A (lebih besar dari
5%) dan tidak satupun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata–rata yang ditetapkan kolom B (lebih besar dari 10%) (Depkes RI,
1979).
Kekerasan tablet, dilakukan menggunakan alat penguji kekerasan
(hardness tester). Diambil 6 tablet, satu per satu tablet diletakkan
dengan posisi tegak lurus pada alat. Selanjutnya diputar penekan alat
pelan-pelan sampai tablet pecah. Dibaca skala alat yang menunjukkan
kekerasan tablet dalam satuan kg (Voight, 1994). Kekerasan tablet
yang baik berkisar antara 4-6 kg (Parrott, 1971).
Uji kerapuhan tablet mengambarkan kekuatan tablet yang
berhubungan dengan kekuatan ikatan partikel pada bagian tepi atau
permukaan tablet. Pengujian dilakukan menggunakan friability tester.
Kerapuhan tablet memenuhi syarat bila kurang dari 1.% (Parrott,
1971). Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka makin besar
massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi
kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet. Tablet dengan
konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot yang kecil),
adanya kehilangan massa akibat rapuh tentunya akan sangat
mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet
(Sulaiman, 2007).
Pengujian waktu hancur tablet menggunakan disintegration tester.
Diambil 6 tablet, dimasukkan ke dalam masing-masing tabung pada
alat. Tabung dinaik-turunkan secara teratur 30 kali permenit di dalam
medium air. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian yang
tertinggal di atas kasa. Dicatat waktu hancur tablet yang terakhir kali
hancur dengan stopwatch (Depkes RI, 1995). Waktu hancur untuk
tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit. Hasil uji waktu
hancur yang baik tidak menjamin bahwa disolusi tablet juga akan baik,
karena waktu hancur bukan suatu ukuran disolusi tablet (Sulaiman,
2007).
III. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
1. Kertas 2 lembar
2. Pena 1 buah
3. Kalkulator 1 buah
4. Farmakope Indonesia Edisi VI 1 buah
5. Formulasi Nasional 1 buah
6. Handbook of Pharmaceutical 1 buah
Excipients 6th Edition
7. Martindale 36th Edition 1 buah
8. Jurnal 2 buah
9. Laptop 1 buah

B. BAHAN
1. Domperidone maleat 12,5 mg
2. Lactose monohydrate 62,38 mg
3. Avicel PH-101 14 mg
4. Pregelatinized starch 6,88 mg
5. Polysorbate 20 0,96 mg
6. Colloidal silicon dioxide 0,29 mg
7. Magnesium stearate 29,5 mg
IV. CARA KERJA

Menelaah literature mengenai zat aktif dan bahan tambahan yang akan dibuat tablet

Dikumpulkan dan dirangkum

Data preformulasi (organoleptis, kelarutan, dan lain – lain ) mengenai bahan –


bahan (zat aktif dan eksipien) yang dipilih
Ditentukan

Formula yang akan diproduksi


Ditentukan
Eksipien yang akan digunakan
Ditulis

Perhitungan bahan untuk formula sediaan yang akan dibuat


Dirancang

Metode pembuatan tablet


V. FORMULASI

R/
Domperidone Maleat 12,50%
Lactose Monohydrate 62,83%
Avicel PH-101 14,00%
Pregelatinized Starch 6,88%
Polysorbate 20 0,96%
Colloidal Silicon Dioxide 0,29%
Magnesium Stearate 2,95%

Penentuan Fase
a. Fase Dalam
- Domperidone maleat
- Lactose monohydrate
- Avicel PH-101
- Pregelatinized starch
- Polysorbate 20

b. Fase Luar
- Colloidal silicon dioxide
- Magnesium stearate
VI. MONOGRAFI
1. Domperidone Maleat

Sinonim Domperidone, Domperidonum


Struktur
Senyawa

Pemerian Serbuk putih atau hampir putih


Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; agak sukar larut dalam
dimetilformamida; sukar larut dalam metanol; sangat
sukar larut dalam etanol.
Massa molar 542,0
Fungsi/Khasiat Antiemetik
Susut pengeringan Tidak lebih dari 0,5%
Sisa pemijaran Tidak lebih dari 0,1
Cemaran logam Tidak lebih dari 00 bpj
berat
Penyimpanan Dalam wadah terlindung cahaya
Susut pengeringan Tidak lebih dari 0,5%
Sumber FI VI dan Martindale edisi 38

2. Laktosa Monohidrat

Sinonim Capsulac; Granulac


Struktur
Senyawa

Pemerian Partikel atau bubuk kristal putih ke putih pudar, tidak


berbau dan rasanya sedikit manis
Kelarutan Praktis tidak larut kloroform, etanol dan eter
Massa molar 360,31
Fungsi/Khasiat Pengikat tablet; pengencer tablet dan kapsul; pengisi
tablet dan kapsul
Susut pengeringan 0,2% untuk monohydrate 80M
Kadar air 4,5-5,5% w/w
Titik lebur 201-202°C
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
inkompabilitas Amino acids, amfetamines, dan lisinopril
Sumber HOPE hal 366

3. Avicel PH-101
Sinonim Gel selulosa, cellets, celex
Struktur
Senyawa

Pemerian Bubuk kristal putih, tidak berbau tidak berasa, terdiri


dari partikel berpori
Kelarutan Praktis tidak larut kloroform, etanol dan eter
Massa molar Mendekati 36.000
Fungsi/Khasiat Pengikat tablet, pengencer tablet dan kapsul, pengisi
tablet dan kapsul
Luas permukaan 1.06-1,12 m2 /g
spesifik
Kadar air Kurang dari 5% w/w
Titik lebur 260-270°C
Penyimpanan Dalam wadah baik, kering dan sejuk
inkompabilitas Agen pengoksidasi kuat
Sumber HOPE hal. 131

4. Pregelatinized starch
Sinonim Amylum regelificatum
Struktur
Senyawa

Pemerian Serbuk putuh atau hampir putih, tidak berbau, dan


rasanya sedikit khas
Kelarutan Praktis tidak larut pelarut organik
Massa molar (C6H10O5) n dimana n = 300-1000
Fungsi/Khasiat Binding agen, disintegrant, tablet dan kapsul diluent,
pengisi tablet dan kapsul
Massa jenis Bulk : 0,586 g/ cm3
Tapped : 0,879 g/ cm3
True : 1.516 g/ cm3
Kadar air Higroskopik
PH 4.5-7.0 untuk 10% w/v
Penyimpanan Simpan di tempat kering jauhi tempat lembab
Sifat alir Cukup baik (18-23%)
Sumber HOPE hal. 685 dan 691

5. Polisorbat 20
Sinonim Armatan PML 20, polyoxsytelene 20 laurate
Struktur
Senyawa

Pemerian Cairan minyak berwarna kuning, sedikit pahit


Kelarutan Larut air dan etanol, tidak larut minyak
Rumus molekul C58H114O26
Fungsi/Khasiat Dispersing agent, emulsifying agent, surfaktan non
ionik, solubilyzing, suspending agent, wetting agent
Massa molar 1128
inkompabilitas Fenol dan tanin
Kadar air 3.0
Titik nyala 149°C
PH 6-8 untuk 15% w/v larutan air
Sumber HOPE hal. 549

6. Colloidal silicon dioxide


Sinonim Aerosil, colloidal silica, furned silica
Struktur
Senyawa
Pemerian Serbuk ringan, berwarna putih kebiruan tidak berbau,
tidak berasa, bubuk amorf
Kelarutan Praktis tidak larut pelarut organik, air dan asam kecuali
asam klorida, larut dalam larutan alkali hidroksida panas
Rumus molekul SiO
Fungsi/Khasiat Adsorben, anticaking agent, emulsion stabilyzer, glidan,
suspending agent, tablet disintegrant, themal stabilizer,
viscosity-increasing agent
Massa molar Bulk : 0,029-0,042 g/cm3
inkompabilitas Sediaan diethylstilbestrol
Titik leleh 1.600 °C
PH 3.8-4.2 untuk 4 % w/v dan 3.5-4.0 10 % w/v
Sumber HOPE hal. 186

7. Magnesium stearat
Sinonim Magnesium octadeconazoate, octadeconoic acid
Struktur
Senyawa

Pemerian Serbuk halus putih muda, diendapkan atau digiling, bau


sama asam stearate, rasa yang khas, bedak ini
berminyak saat disentuh dan mudah menempel di kulit
Kelarutan Praktis tidak larut etanol, etanol (95%), eter dan air
sedikit dalam benzena hangat dan etanol hangat (95%)
Rumus molekul (CH3(CH2)16 COO) 2Mg
Fungsi/Khasiat Adsorben, anticaking agent, emulsion stabilyzer, glidan,
suspending agent, tablet disintegrant, themal stabilizer,
viscosity-increasing agent
Massa molar 591,24
Massa jenis Bulk : 0,159 g/cm3
inkompabilitas Asam kuat, alkali dan garam logam
Titik nyala 250°C
Rentang titik leleh 117-150°C
Sumber HOPE hal. 404
VII. PERHITUNGAN BAHAN
Formulasi Kadar (%) Kadar (mg)
Domperidone maleat 12,50 12,50
Lactose monohydrate 62,38 62,38
Avicel PH-101 14 14
Pregelatinized starch 6,88 6,88
Polysorbate 20 0,96 0,96
Colloidal silicon dioxide 0,29 0,29
Magnesium stearate 2,95 2,95

• Kadar zat aktif = 12,5 mg (dalam 1 tablet)


• Bobot 1 tablet = 100 mg

Penimbangan Bahan (100 tablet)


8. Domperidone maleat 12,50 x 100 = 1.250 mg
9. Lactose monohydrate 62,38 x 100 = 6.238 mg
10. Avicel PH-101 14 x 100 = 1400 mg
11. Pregelatinized starch 6,88 x 100 = 688 mg
12. Polysorbate 20 0,96 x 100 = 96 mg
13. Colloidal silicon dioxide 0,29 x 100 = 29 mg
14. Magnesium stearate 2,95 x 100 = 295 mg

VIII. DATA HASIL PENGAMATAN

1. Nama Zat Aktif dan Fungsi

Nama Bahan Fungsi


Domperidone Maleat Zat Aktif (Antiemetik)
Lactose Monohydrate Diluent (HOPE Edisi VI Hal.364)
Avicel PH-101 Disintegran
Pregelatinized Starch Diluent
Polysorbate 20 Solubilizing Agent
Colloidal Silicon Dioxide Glidant
Magnesium Stearate Lubricant (HOPE Edisi VI
Hal.404)

2. Metode Granulasi Basah


Zat aktif yang digunakan memiliki sifat kohesif, sifat alir dan kompresibilitas yang
kurang baik. Sifat alir mempengaruhi kemampuan kempa sediaan yang akan dibuat,
apabila tidak menggunakan metode granulasi basah, sediaan yang dibuat akan menjadi
rapuh.

IX. PEMBAHASAN
praktikum teknologi Farmasi padat kali ini membahas mengenai studi
preformulasi yang mana bertujuan untuk mengetahui manfaat dilakukannya
studi preformulasi dan mengetahui tahapan-tahapan apa saja yang diperlukan
dalam pembuatan tablet serta agar mahasiswa mampu membuat formulasi
sederhana sediaan tablet yang berkualitas. Adapun alat yang digunakan pada
tahapan preformulasi ini diantaranya alat tulis seperti pena pensil penggaris
farmakope Indonesia jurnal-jurnal yang mendukung ebook buku referensi
Hope edisi 6 dan juga handphone serta laptop.
Terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum
preformulasi antara lain bentuk sediaan yang akan dibuat. Dalam hal ini,
bentuk sediaan farmasi yang akan dibuat berupa tablet konvensional. Tablet
konvensional biasa, yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi
tunggal yang biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan
bahan eksipien.
Keuntungan dari sediaan tablet antara lain dapat melindungi rasa yang
tidak enak dari sediaan, cocok untuk zat aktif yang sukar larut dalam air,
volume dan bentuknya kecil sehingga mudah dibawa dan disimpan, serta
kestabilan obat lebih terjaga. Selain itu, penting untuk mempertimbangkan
bahan tambahan obat yang digunakan. Bahan tambahan yang digunakan
dalam formulasi harus bersifat kompatibel dengan zat aktif dan bahan
tambahan yang lain.
Tahapan preformulasi ini mengkaji dan melakukan investigasi terhadap
sifat fisika dan kimia dari suatu bahan aktif serta Zat tambahan yang akan
diformulasikan. Langkah preformulasi ini sangat penting dilakukan karena
sifat-sifat dari zat aktif dan efisien ini menentukan metode apa yang akan
digunakan dalam proses pembuatan tablet. Preformulasi ini juga dilakukan
dengan harapan agar produk yang dihasilkan berkualitas memenuhi syarat
efek keamanan kenyamanan penggunaan dan stabilitas obat yang baik
sifat zat aktif atau pencetan bahan yang berbeda akan menyebabkan
adanya suatu perbedaan metode dalam pembuatan suatu sediaan tablet dimana
untuk obat-obatan atau zat yang sifatnya tidak lembab dan tidak tahan panas
tidak dapat dibuat dengan metode granulasi basah. Oleh sebab itu untuk zat-
zat yang tidak tahan panas dan kelembabannya kurang dapat dibuat dengan
metode granulasi kering. Sedangkan dalam metode kempa langsung zat
aktifnya harus memiliki sifat alir yang baik serta waktu hancur dan
disolusinya juga baik.
Bahan tambahan (eksipien) pada tablet diperlukan untuk mendapatkan
bentuk sediaan yang diinginkan. Bahan eksipien yang digunakan dalam
pembuatan tablet antara lain bahan pengisi, bahan pengikat, bahan
penghancur, glidan dan lubrikan. Bahan pengisi digunakan untuk
memperbesar volume tablet atau bobot tablet sehingga tablet memiliki bobot
yang sesuai untuk dikempa. Selain itu, zat pengisi juga berfungsi untuk
memperbaiki kompresibilitas dan sifat alir zat aktif. Bahan pengikat untuk
merekatkan serbuk bahan obat, bahan penghancur untuk mempercepat
pecahnya tablet di dalam lambung.
Zat aktif dan bahan tambahan yang digunakan pada formulasi
praktikum kali ini antara lain Laktosa Monohidrat 51,86% sebagai diluent
(pengisi), Avicel PH-102 25,50% atau yang biasa dikenal dengan Selulosa
Mikrokristal memiliki fungsi sebagai disintegrant (penghancur) dan binder
(pengikat) serta sebagai diluent (pengisi) dalam pembuatan tablet, SSG
(Sodium Starch Glycolate) 4% sebagai penghancur, Polisorbat 20 0,96%
sebagai zat pembasah, Talk 2% sebagai glidan, dan Magnesium Stearat
2,95% sebagai lubrikan. Kadar yang digunakan dalam memformulasikan
berbagai eksipien
Formulasi pada praktikum kali ini kelompok kami menggunakan zat aktif
Domperidone maleat yang berfungsi sebagai anti emetik umum yang mana
berhasiat untuk menangani atau mengatasi mual dan muntah jangka pendek
pada penyakit Parkinson dengan mempercepat sistem pencernaan, yang mana
dalam setiap 1 tablet 100 mg berisikan 12,5% atau 12,5 mg Domperidone
maleat yang merujuk pada buku Formularium Nasional dan Martindale Edisi
ke-36.
Bahan pengisi atau diluent yang digunakan pada sediaan kali ini terdapat
dua yakni laktosa monohidrat dan juga pregelatinized starch. Laktosa
monohidrat, diluent yang berasal dari golongan sugar base dan pregelatinized
starch berasal dari amilum atau pati yang telah di gelatinisasi sehingga tablet
akan hancur dengan proses swelling dalam tubuh atau tablet akan menyerap
cairan lalu akan pecah atau lisis. Laktosa monohidratyang digunakan sebesar
62,38 mg dalam 1 tablet 100 mg. Pregelatinized starch digunakan sebesar 6,88
mg dalam 1 tablet 100 mg.
Laktosa monohidrat dikenal sebagai gula susu. Laktosa sebagai bahan
pengisi yang paling banyak digunakan karena tidak bereaksi dengan hampir
semua zat aktif, baik dalam bentuk hidrat maupun anhidrat. Dalam proses
granulasi basah, harus digunakan laktosa hidrat karena laktosa anhidrat
dapat menyerap lembab sehingga meningkatkan kelembaban tersebut.
Avicel berfungsi sebagai disintegran serta sebagai pengisi dalam
pembuatan tablet. Sebagai disintegran, Avicel dapat mengembang karena
adanya cairan saliva sehingga tablet dapat cepat pecah. Bahan pembasah
memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi dan pada
tablet kempa serta menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan
pengisi. Bahan pembasah yang umum digunakan yakni polysorbat 20.
Glidan digunakan dapat meningkatkan kemampuan mengalir serbuk.
Colloidal silicon dioxide sebagai glidan yang baik karena dapat
meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga massa tersebut
dapat mengisi die dalam jumlah yang seragam. Lubrikan digunakan untuk
mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga berguna
untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan.
Pada umumnya lubrikan bersifat hidrofobik, sehingga cenderung
menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu
kadar lubrikan yang berlebihan harus dihindarkan. Pada pembuatan tablet
ini, lubrikan yang digunakan berupa Magnesium Stearat dengan kadar
2,95% atau 2,95 mg dalam 1 tablet dengan ukuran 100 mg. Dalam
pembuatan tablet Glidan (Colloidal silicon dioxide) dan Lubrikan
(Magnesium Stearat) dalam penggunaannya ditambahkan pada
pencampuran akhir, sebelum proses pengempaan tablet. Lubrikan digunakan
untuk mencegah agar tablet tidak melekat pada cetakan.
Lubrikan mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan
juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Senyawa
asam stearat dengan logam, asam stearat, minyak nabati terhidrogenasi dan
talkum digunakan sebagai lubrikan. Pada umumnya lubrikan bersifat
hidrofobik, sehingga cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan
disolusi tablet. Oleh karena itu kadar lubrikan yang berlebihan harus
dihindarkan. Pada pembuatan tablet domperidon ini, lubrikan yang
digunakan berupa Magnesium Stearat dengan kadar 2,95%.
Metode yang digunakan pada pembuatan tablet pada praktikum ini
berupa metode granulasi basah. Alasan pemilihan metode ini karena zat
aktif yang digunakan (Domperidon Maleat) memiliki sifat alir yang kurang
baik, sehingga untuk memperbaikinya, maka digunakan metode granulasi
basah dalam pembuatan tabletnya. Metode granulasi basah sering digunakan
apabila zat aktif yang digunakan dalam formulasi bersifat tahan lembap dan
panas, serta memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang relatif buruk.
Metode ini dugunakan untuk memperoleh aliran yang baik, meningkatkan
kompresibilitas, mengontrol pelepasan, mencegah pemisahan komponen
campuran selama proses, distribusi keseragaman kandungan dan
meningkatkan kecepatan disolusi.
Pembuatan tablet dengan metode granulasi basah dilakukan dengan
menimbang bahan – bahan yang diperlukan kemudian dicampur hingga
homogen. Ditambahkan pembasah untuk membasahi granul agar
membentuk granul yang kompak. Granul basah kemudian dikeringkan
hingga membentuk granul yang kering dan kemudian dilakukan pengecilan
ukuran granul. Tablet dibuat dengan cara dikompres. Keuntungan dari
sediaan tablet antara lain dapat melindungi rasa yang tidak enak dari
sediaan, cocok untuk zat aktif yang sukar larut dalam air, volume dan
bentuknya kecil sehingga mudah dibawa dan disimpan, serta kestabilan obat
lebih terjaga.
Pengujian sifat fisik tablet terdiri atas uji kekerasan, keseragaman
bobot,kerapuhan tablet, kerapuhan tablet, waktu larut, serta uji tanggapan
rasa. Beberapa alat yang digunakan dalam proses pembuatan tablet antara
lain mesin tablet single punch, mesin granulator, pengayak No.16 dan 20,
Timbangan analitik, oven, desikator, friability tester, dissolution tester, tap
volumeter, desintegration tester, stopwatch, hardness tester, alat – alat
gelas (pyrex. Dalam hal ini, bentuk sediaan farmasi yang akan dibuat berupa
tablet konvensional. Tablet konvensional biasa, yang dibuat atau dikempa
dengan siklus kompresi tunggal yang biasanya terdiri dari zat aktif sendiri
atau kombinasi dengan bahan eksipien.
Metode granulasi basah diantaranya untuk memperoleh aliran yang
baik, meningkatkan kompresibilitas, mengontrol pelepasan, mencegah
pemisahan komponen campuran selama proses, distribusi keseragaman
kandungan dan meningkatkan kecepatan disolusi, serta formula yang tepat
sehingga menghasilkan produk akhir berupa sediaan farmasi yang
memenuhi persyaratan efek, keamanan, kenyamanaan penggunaan, dan
stabilitas obat. Namun dari segi biaya, metode ini cukup memakan biaya
produksi karena dibutuhkan waktu yang panjang dan alat-alat yang lebih.

VII. KESIMPULAN

1. Metode pembuatan tablet berdasarkan cara pembuatannya dibagi menjadi


tiga antara lain metode granulasi basah, metode granulasi kering, dan
metode kempa langsung.

2. Bahan eksipien yang digunakan dalam formulasi berfungsi sebagai bahan


pengisi (untuk memperbesar bobot tablet), bahan pengikat (merekatkan
serbuk bahan obat), bahan penghancur (mempercepat pecahnya tablet di
dalam lambung), glidan (meningkatkan fluiditas) dan lubrikan
(mencegah massa tablet melekat pada cetakan/ mengurangi gesekan).
3. Formula sederhana sediaan tablet yang digunakan terdiri atas zat aktif
(Domperidon Maleat) dan eksipien (Avicel PH-101, laktosa monohidrat,
pregelatinized starch, polisorbat 20, magnesium stearat, dan Colloidal
silicon dioxide).

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, N. A., 1994. Tableting, in Pharmaceutics the Science of Dosage


Form Design, (Aulton, M.E., Ed), ELBS, Hong Kong, 647- 668.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta
Kemenkes RI. 2020, Farmakope Indonesia Edisi VI, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Lachman, L., dkk. 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, UI Press, Jakarta,
Indonesia.
Murtini, G., dan Elisa, Y. 2018, Teknologi Sediaan Solid, Kemenkes RI, Jakarta,
Indonesia.

Parrott, E.L. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, 3rd


Ed., Burgess Publishing Co., Minneapolis, USA, 73-84; 158-171.
Rudnic, E., dan Kottke. 1996. Tablet Dosage Forms, in Modern Pharmaceutics
3rd Ed., Marcel Dekker, New York, Amerika Serikat.
Siregar, C. J. P. dan Wikarsa, S. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-
Dasar Praktis. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal. 162, 260.
Sulaiman, T. N. S. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Padat. Pustaka
Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta.
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, UGM, Yogyakarta.

PERTANYAAN PASCA PRAKTIKUM

1. Jelaskan fungsi serta analisis/alasan mengapa anda memilih eksipien yang


anda gunakan?
Jawab :
Bahan tambahan atau eksipien yang digunakan pada formulasi antara
lain Laktosa Monohidrat dan Pregelatinized starch sebagai diluent (pengisi),
Avicel PH-101 atau yang sebagai disintegrant (penghancur) dan binder,
sebagai penghancur, Polisorbat 20 sebagai zat pembasah, Colloidal silicon
dioxide sebagai glidan, dan Magnesium Stearat sebagai lubrikan.
Alasan pemilihan eksipien :
 Laktosa sebagai bahan pengisi yang paling banyak digunakan karena
tidak bereaksi dengan hampir semua zat aktif, baik dalam bentuk
hidrat maupun anhidrat.
 Bahan pengikat kering yang paling efektif berupa selulosa
mikrokristal. Oleh karena itu, pada formulasi kami memilih Selulosa
Mikrokristal (Avicel PH-101) terutama sebagai pengikat.
 Pregelatinized starch digunakan untuk mendapatkan sifat
pengembangan yang lebih baik serta untuk meningkatkan kecepatan
disintegrasi.
 Bahan pembasah digunakan untuk mempermudah penetrasi air
(Polisorbat 20).
 Colloidal silicon dioxide sebagai glidan yang baik karena dapat
meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga massa
tersebut dapat mengisi die dalam jumlah yang seragam.
 Lubrikan (Magnesium stearate) mengurangi gesekan selama proses
pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet
melekat pada cetakan.

2. Apa arti preformulasi dan mengapa preformulasi merupakan tahap yang


penting dalam pembuatan sediaan farmasi?
Jawab :
Preformulasi dapat diartikan sebagai langkah awal yang dilakukan ketika
akan membuat formula suatu obat. Preformulasi meliputi pengkajian tentang
karakteristik atau sifat – sifat dari bahan obat dan bahan tambahan obat yang
akan diformulasikan. Preformulasi dapat juga dikatakan sebagai tahap awal
dalam rangkaian proses pembuatan sediaan farmasi yang berpusat pada
sifat-sifat fisika kimia zat aktif dimana dapat mempengaruhi penampilan
obat dan perkembangan suatu bentuk sediaan farmasi. Preformulasi sangat
penting dilakukan dalam setiap pengembangan sediaan farmasi untuk
menunjang proses pengembangan formula yang tepat dan juga untuk
keberhasilan produk yang dihasilkan sehingga didapatkan produk akhir
berupa sediaan farmasi yang memenuhi persyaratan efek, keamanan,
kenyamanaan penggunaan, dan stabilitas obat yang baik.

3. Jelaskan manfaat diketahuinya karakteristik organoleptis, kelarutan, titik


lebur, pH/pKa, bobot jenis, sifat alir dan stabilitas
Jawab :
Manfaat mengetahui karakteristik organoleptis, kelarutan, titik lebur,
pH/pKa, bobot jenis, sifat alir dan stabilitas untuk mendapatkan formula
yang baik yang tidak OTT, semua bahan bisa bercampur, mengetahui baik
atau tidaknya formula, mengetahui eksipien yang cocok untuk zat aktif.
LAMPIRAN

 ACC Laporan Sementara

 Jurnal Formulasi
 Postest

 SS Literatur

4.
5.
6.
\

Anda mungkin juga menyukai