Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS OBAT TRADISIONAL III


UJI MUTU SEDIAAN PADAT

Oleh :
Nama : Dewi Sukma Winahyu
NIM : P27235018011
Kelas : V A Anafarma

PRODI DIII ANAFARMA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2020
PRAKTIKUM X
UJI MUTU SEDIAAN PADAT
Jum’at, 25 September 2020

I. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan analisis mutu fisik sediaan padat obat tradisional.

II. DASAR TEORI


Obat adalah suatu bahan baik zat kimia, hewani, maupun nabati dalam dosis yang
layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit dan gejalanya, baik
badaniah maupun rokhaniah pada manusia atau hewan (Tjay dan Rahardja, 2002).
Obat merk dagang adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama
si pembuat atau yang dikuasakan dan dijual dalam bungkus asli yang dikeluarkan dari
pabrik yang memproduksi (Anief, 1997). Berdasarkan UU No. 14 tahun 2001, masa
berlaku paten di Indonesia adalah 20 tahun. Selama 20 tahun perusahaan farmasi tersebut
memiliki hak eksklusif untuk memproduksi dan memasarkan obat yang serupa kecuali jika
memiliki perjanjian khusus dengan perusahaan pemilik paten. Dalam kurun waktu tersebut,
tidak boleh ada perusahaan lain yang memproduksi obat dari bahan generik yang sama,
karena obat tersebut relatif baru dan masih dalam masa paten, sehingga belum ada dalam
bentuk generiknya, yang beredar adalah merk dagang dari pemegang paten (Umarjianto,
2007). Setelah habis masa patennya, obat yang dulunya paten dengan merk dagang 4
kemudian masuk ke dalam kelompok obat generik bermerk atau obat bermerk (Idris dan
Widjajarta, 2007). Obat generik bermerk adalah obat yang dibuat sesuai dengan komposisi
obat paten setelah masa patennya berakhir (Idris dan Widjajarta, 2007).
Obat generik adalah obat yang bila nama patennya habis masa berlakunya, maka
perusahaan farmasi lain dapat memasarkan obat tersebut. Dalam hal ini obat tidak diberi
nama paten lagi melainkan dipasarkan dengan nama generiknya yaitu nama umum yang
ditetapkan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) (Tjay dan Rahardja, 1993). Obat
generik dibagi menjadi 2 yaitu generik berlogo dan generik bermerk. Zat yang berkhasiat
antara generik berlogo dan generik bermerk ini sama. Yang membedakan adalah satu
diberi merk dan yang satu diberi logo generik. Obat generik berlogo ini biasa disebut obat
generik saja yaitu obat yang menggunakan nama zat berkhasiatnya dan mencantumkan
logo perusahaan farmasi yang memproduksinya (Idris dan Widjajarta, 2007).
Obat generik dan merk dagang ini memiliki aspek formulasi yang berbeda
tergantung dari perusahaan farmasi yang memproduksi, aspek formulasi ini meliputi:
formula, metode, proses, peralatan dan pengemas. Obat generik dan merk dagang yang
diproduksi ini memiliki kandungan bahan tambahan yang berbeda sesuai dengan formula
yang telah diteliti oleh perusahaan tersebut. Bahan tambahan yang digunakan ikut
memegang peranan penting pada pembuatan tablet dan membantu dalam formulasi sebagai
bahan pengisi, bahan pengikat, bahan penghancur, bahan pelicin, bahan pembasah dan
termasuk pula di dalamnya bahan pewarna, perasa dan pemanis atau bahan lain yang cocok
(Depkes RI, 1979; King, 1984).

A.) Pengertian Tablet


Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai
tablet atau tablet kompresi. (USP 26, Hal 2406). Menurut Farmakope Indonesia edisi IV,
tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar yang
digunakan untuk obat hewan besar. (Ilmu Resep, Hal 165).
Bentuk tablet umumnya berbentuk cakram pipih / gepeng, bundar, segitiga,
lonjong dan sebagainya. Bentuk khusus ini dimaksudkan untuk menghindari / mencegah /
menyulitkan pemalsuan dan agar mudah dikenal orang. Warna tablet umumnya putih.
Tablet yang berwarna kemungkinan karena zat aktifnya berwarna, tetapi ada tablet yang
sengaja diberikan warna dengan maksud agar tablet lebih menarik, mencegah pemalsuan,
tablet yang satu dengan tablet yang lain.
Etiket pada tablet harus mencantumkan nama tablet / zat aktif yang terkandung,
jumlah zat aktif ( zat berkhasiat ) tiap tablet.
Jenis sediaan tablet meliputi :
1. Tablet kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada
serbuk/granul menggunakan pons/cetakan baja.
2. Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada
lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan kristal yang
terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang diberikan.

B.) Komposisi Tablet


Komponen / formulasi tablet kempa terdiri dari zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat,
desintegran, dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna yang diizinkan, bahan
pengaroma dan bahan pemanis.
1. Zat aktif
Zat berkhasiat atau zat aktif jarang diberikan dalam keadaan murni, tetapiharus
dikombinasikan terlebih dahulu dengan zat-zat yang bukan obat yangmempunyai fungsi
khusus agar dapat dibentuk menjadi sediaan tablet (Anief,1994).
Harus memenuhi syarat yang ditentukan Farmakope Indonesia.
2. Bahan excipient / bahan tambahan
a) Bahan pengisi (diluent) berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah
dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau sulit
dikempa. Misalnya laktosa, pati, kalsium fosfat dibase, dan selulosa mikrokristal
b) Bahan pengikat (binder) berfungsi memberikan daya adhesi pada massa serbuk
sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi misalnya gom
akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa, CMC, pasta pati terhidrolisa,
selulosa mikrokristal.
c) Bahan penghancur/pengembang (desintegran) berfungsi membantu hancurnya tablet
setelah ditelan. Misalnya pati, pati dan selulosa yang termodifikasi secara kimia,
asam alginat, selulosa mikrokristal dan povidon sambung-silang.
d) Bahan pelicin (lubrikan/lubricant) berfungsi mengurangi gesekan selama proses
pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada
cetakan. Misalnya senyawa asam stearat dengan logam, asam stearat, minyak nabati
terhidrogenasi dan talk. Umumnya lubrikan bersifat hidrofobik, sehingga dapat
menurunkan kecepatan desintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu kadar
lubrikan yang berlebih harus dihindari. PEG dan garam Lauril sulfat dapat digunakan
tetapi kurang memberikan daya lubrikasi yang optimal dan perlu kadar yang lebih
tinggi.
e) Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalirnya serbuk,
umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi. Misalnya Silika
pirogenik koloidal.
f) Bahan penyalut (coating agent)

3. Ajuvans
a) Bahan pewarna (colour) berfungsi meningkatkan nilai estetika atau untuk identitas
produk. Misalnya zat pewarna dari tumbuhan.
b) Bahan pengharum (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang tidak
enak (tablet isap Penisillin), biasanya digunakan untuk tablet yang penggunaannya
lama di mulut. Misalnya macammacam
minyak atsiri.

C.) Metode Pembuatan Tablet


Bahan obat dan zat-zat tambahan umumnya berupa serbuk, tidak dapat langsung
dicampur dan kemudian dicetak menjadi tablet, karena akan ambyar dan memudahkan
pecahnya tablet. Campuran serbuk itu harus diubah menjadi granul-granul, yaitu kumpulan
serbuk dengan volume lebih besar yang melekat satu dengan lain. Cara mengubah serbuk
menjadi granul ini disebut granulasi .
Tujuan granulasi adalah sebagai berikut :
a) Supaya sifat alirnya baik (free-flowing) : granul dengan volume tertentu dapat
mengalir teratur dalam jumlah yang sama ke dalam mesin pencetak tablet.
b) Ruang udara dalam bentuk granul jumlahnya lebih kecil jika disbanding bentuk
serbuk jika diukur dalam volume yang sama. Makin banyak udaranya, tablet
makin mudah pecah.
c) Pada saat dicetak, tidak mudah melekat pada stempel (punch) dan mudah lepas
dari matris (die)
Granul-granul yang dibentuk masih diperbolehkan mengandung butiran-butiran
serbuk lembut/halus (fines) antara 10% – 20% yang bermanfaat untuk memperbaiki sifat
alirnya (free-flowing).
Cara pembuatan tablet dibagi menjadi 3 cara yaitu granulasi basah, granulasi
kering (mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan
kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa.
1. Granulasi Basah
Granulasi Basah, yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipient
menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam
jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini
biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya
untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya
tidak baik.
Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi massa tablet dengan
larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian
massa basah tersebut digranulasi.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat
sebagai pengganti pengompakan, teknik ini membutuhkan larutan, suspensi atau
bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk
atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan
cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup
penting dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan
ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya
tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan
granul, bila cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai
dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh
massa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan
dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul
sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat.
Setelah pengeringan granul diayak kembali, ukuran ayakan tergantung pada alat
penghancur yang digunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat.
Cara granulasi basah menghasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan
lama dibanding cara granulasi kering.
2. Granulasi Kering
Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan
eksipient dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang
selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari
serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara
mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya.
Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif
yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap
pemanasan dan kelembaban.
Pada proses ini, komponen–komponen tablet dikempakan dengan mesin cetak
tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikempakan dengan punch sehingga diperoleh
massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug
kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih
baik dari campuran awal. Bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses
diatas dapat diulang.
Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus
yang disebut roller compactor yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500
kg, roller compactor memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan
satu dengan yang lainnya, dan dengan bantuan teknik hidrolik pada salah satu
penggiling mesin ini mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang
mengalir diantara penggiling.
Metode ini digunakan jika kandungan zat aktif dalam tablet tinggi, zat aktif susah
mengalir dan zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab.
Keuntungan, tidak diperlukan panas dan kelembaban dalam proses granulasi
kering ini serta penggunaan alatnya lebih sederhana sedangkan kerugiannya
menghasilkan tablet yang kurang tahan lama disbanding dengan cara granulasi basah.
3. Metode Kempa Langsung
Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung
campuran zat aktif dan eksipient kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih
dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat
pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil
dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada
beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin langsung
dikempa, tetapi sebagian besar zat aktif tidak mudah untuk langsung dikempa, selain
itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit
untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh). secara umum sifat zat aktif yang cocok
untuk metode kempa langsung adalah; alirannya baik, kompresibilitasnya baik,
bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa
tablet.

D.) Pemeriksaan Sifat Fisik Serbuk dan Granul


Beberapa uji yang biasa digunakan untuk mengetahui sifat fisik serbuk dan granul, yaitu:
1. Pengujian Ukuran Partikel
Uji Ukuran Partikel ditentukan dengan menggunakan alat sieving analyzer
dengan cara :
a) Susun saringan kawat (pengayak) pada alat Shaker Mekanik dengan
wadah terletak paling bawah.
b) Susunan dimulai dari bawah ke atas, dimana ayakan dengan jumlah lubang
yang paling banyak terletak pada susunan paling bawah, semakin ke atas
jumlah lubangnya semakin sedikit.
c) Setelah ayakan tersusun sebanyak 5 buah, masukkan bahan padat/serbuk
ke dalam ayakan paling atas.
d) Tutup ayakan paling atas dengan penutup dan pastikan alat tertutup
dengan erat dan pengayak tersusun kuat satu sama lainnya.
e) Pastikan susunan ayakan terkunci pada Shaker Mekanik, sehingga tidak
terlepas pada saat shaker bekerja.
f) Atur waktunya, lalu nyalakan mesinnya.
g) Keluarkan hasil ayakan pada masing-masing pengayak, lalu timbang.
h) Catat hasilnya dan buat grafik ukuran partikel di kertas grafik.
Gambar 1. Sieving Analyzer
2. Pengukuran Kadar Air
Uji kadar air ditentukan dengan menimbang granul dalam keadaan basah
dan setelah kering. Kadar air dinyatakan sebagai %susut pengeringan dan %kadar
uap. Kadarnya sekitar 2% - 3%.
Alat yang digunakan untuk pengujian kadar air yaitu timbangan analitik,
botol timbang dan oven.

Gambar 2. Alat Untuk Mengukur Kadar Air Serbuk dan Granul

3. Uji Sifat Alir/Sudut Diam (Angle of Repose)


Untuk menentukan sifat aliran dilakukan dengan menggunakan flowrate
tester. Uji sudut kemiringan yang ditunjukan jika suatu zat berupa serbuk
mengalir bebas dari corong keatas suatu dasar membentuk kerucut yang sudut
kemiringannya diukur, semakin datar kerucut, artinya sudut kemiringan semakin
kecil, maka sifat aliran serbuk semakin baik untuk sebagian besar produk farmasi
memiliki kemiringan dengan range 25° – 30°.

Gambar 3. Flowrate Tester


4. Pengujian Kompresibilitas
Merupakan penurunan volume sejumlah granul atau serbuk akibat
hentakan (tapped) dan getaran (vibration). Semakin kecil indeks pengetapan
(dalam %), semakin baik sifat alirnya. Granul dengan indeks pengetapan kurang
dari 20%, maka akan mempunyai sifat alir yang makin baik pula (Fessihi dan
Kanfer, 1986). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan gelas ukur.

Gambar 4. Gelas Ukur

E.) Cara Pengujian Tablet


1. Sifat dan Kualitas
Bentuk dan garis tengah ditentukan oleh punch dan die yang digunakan
mengkompressi (menekan) tablet. Bila punchnya kurang cembung maka tablet
yang dihasilkan lebih datar, sebaliknya semakin cekung punch semakin cembung
tablet yang dihasilkan. Dibagi dua atau empat bagian sehingga mudah dipotong
potong secara tepat untuk klien.
Ketebalan tablet dipengaruhi oleh ketebalan obat yang dapat diisikan dalam
cetakan dalam jumlah tekanan waktu dilakukan kompressi. Termasuk dalam hal
ini, diameter tablet, tebal tablet, kekerasan tablet, waktu hancur tablet,
keseragaman dan isi/kandungan dan untuk beberapa tablet dan kelarutan tablet.
Faktor faktor ini harus diperiksa dan diproduksi satu batch tablet seperti juga
dilakukan dari suatu batch produksi kebatch produksi berikutnya untuk menjamin
keseragaman bukan hanya penampilan saja tapi efek terapinya.
2. Keseragaman Bobot
Jumlah bahan yang diisikan kedalam cetakan dengan jalan ditekan akan
menentukan berat tablet yang dihasilkan. Volume bahan yang diisikan
(granul/serbuk) yang mungkin masuk dalam cetakan harus disesuaikan dengan
bobot tablet yang diharapkan.
Sebenarnya bobot tablet yang diproduksi tidak hanya tergantung volume dan
berat bahan yang diisikan tapi juga tergantung pada garis tengah cetakan dan
tekanan pada bahan yang diisikan waktu ditekan (kompressi).
3. Keseragaman Ukuran
Untuk mendapatkan tablet yang seragam tebal dan diameternya selama
produksi dan diantara produksi untuk formula yang sama, harus dilakukan
pengawasan supaya volume bahan yang diisikan dan tekanan yang diberikan.
Tablet diukur dengan jangka sorong selama proses produksi, agar yakin
ketebalannya sudah seragam. Maka berbedanya ketebalan tablet lebih dipengaruhi
oleh ukuran cetakan dan bahan yang dapat dimasukan dari pada tekanan yang
diberikan.

Gambar 5. Jangka Sorong

4. Kekerasan Tablet
Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui kekerasannya, agar
tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras. Kekerasan tablet ini erat hubungannya
dengan ketebalan tablet, bobot tablet dan waktu hancur tablet. Umumnya semakin
besar tekanan semakin keras tablet yang dihasilkan, walaupun sifat dari granul
menentukan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet harus cukup keras untuk
tahan pecah waktu dikemas, dikirim dan waktu ditangani secara normal, tapi juga
tablet ini akan cukup lunak untuk melarut atau hancur dengan sempurna begitu
digunakan atau dapat dipatahkan diantara jari- jari bila memang tablet ini perlu
dibagi untuk pemakaiannya.
Dalam bidang industri kekuatan tekanan minimum yang sesuai untuk tablet
adalah 4 kg/cm2. Penentuan kekerasan tablet ditetapkan waktu produksi supaya
penyesuaian tekanan yang dibutuhkan dapat diatur pada peralatannya. Alat lain
untuk menentukan kekerasan tablet ini dengan memakai sebuah Hardnees Tester.
Ketahanan terhadap kehilangan berat, menunjukan tablet tersebut untuk bertahan
terhadap goresan
ringan/kerusakan dan penanganan, pengemasan dan penglepasan.

Gambar 6. Hardness Tester

5. Waktu Hancur Tablet


Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang
tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa
tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet isap atau dikunyah atau dirancang
untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka waktu tertentu atau
melepaskan obat dalam dua periode berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang
jelas di antara periode pelepasan tersebut. Tetapkan jenis sediaan yang akan diuji
dari etiket serta dari pengamatan dan gunakan prosedur yang tepat untuk 6 unit
sediaan atau lebih. Alat yang digunakan yaitu Desintegrator Tester.

Gambar 7. Desintegrator Tester


Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut
sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan yang tertinggal
pada tabung alat uji merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas,
kecuali bagian dari penyalut atau cangkang kapsul yang tidak larut.

6. Keregasan Tablet
Pengujian digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.
Keregasan tablet diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan
bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama
waktu tertentu. Pada proses pengukuran friabilitas, alat diputar dengan kecepatan
50 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit, Jadi total ada 200
putaran. Umumnya tablet yang bobotnya lebih dari 650 mg per tablet dibutuhkan
sekitar 10 tablet untuk pengujian keregasan. Kehilangan berat atau bobot tablet
maksimum yang memenuhi syarat tidak lebih atau sama dengan 1%. (Lieberman,
1990)

Gambar 8. Friabilator Tester

7. Uji Keseragaman Kandungan


Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakah kadar zat aktif
yang terkandung di dalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera pada etiket
dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing-masing monografi. Bila zat
aktif obat tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak akan memberikan efek
terapi dan juga tidak layak untuk dikonsumsi.
8. Disolusi Tablet
Dalam USP cara pengujian disolusi tablet dan kapsul dinyatakan dalam masing
masing monografi obat. Pengujian merupakan alat yang objektif dalam
menentukan sifat disolusi suatu obat yang berada dalam sediaan padat. Karena
absorpsi dan kemampuan obat berada dalam tubuh dan tergantung pada adanya
obat dalam keadaan melarut, karakteristik disolusi biasa merupakan sifat yang
penting dari produk obat yang memuaskan.

F.) Kriteria Tablet


Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;
b) Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;
c) Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;
d) Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;
e) Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;
f) Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;
g) Bebas dari kerusakan fisik;
h) Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;
i) Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;
j) Tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku.

G.) Keuntungan Tablet


Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
a) Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih
b) Tablet memberikan ketepatan dosis yang tinggi dalam dosis
c) Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga
memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan.
d) Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/diperkecil.

H.) Permasalahan Dalam Pencetakan Tablet


Masalah-masalah yang dapat muncul selama proses pencetakan tablet, seperti:
a) Capping : pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas/bawah tablet dari
badan tablet
b) Laminasi : pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih.
c) Chipping : keadaan dimana bagian bawah tablet terpotong.
d) Cracking : keadaan dimana tablet pecah, lebih sering di bagian atas-tengah.
e) Picking : perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada
permukaan punch.
f) Sticking : keadaan dimana granul menempel pada dinding die (ada adhesi).
g) Mottling : keadaan dimana distribusi zat warna pada permukaan tablet tidak
mereta.

I.) Pengujian Mutu Fisik Tablet


Pengujian yang dapat digunakan untuk mengetahui mutu fisik tablet yaitu:
a. Keseragaman Bobot Tablet
Keseragaman bobot tablet dapat menjadi indikator awal keseragaman kadar atau
kandungan zat aktif. Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot
yang ditetapkan sebagaimana tabel 1.

b. Kekerasan Tablet
Kekerasan tablet merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet
dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, benturan dan terjadi keretakan
tablet selama pengemasan, penyimpanan, transportasi sampai ke tangan pengguna.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan
sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan
pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat penabletan akan
meningkatkan kekerasan tablet. Peningkatan jumlah bahan pengikat akan
meningkatkan kekerasan tablet meskipun tekanan kompresinya sama. Pada umumnya
dikatakan tablet yang baik mempunyai kekerasan antara 4 – 8 kg (Sulaiman, 2007).
Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester (Stokes Monsanto) (Banker dan
Anderson, 1986).
c. Kerapuhan Tablet
Kerapuhan tablet merupakan parameter lain dari ketahanan tablet dalam melawan
pengikisan dan goncangan. Besaran yang dipakai adalah persen bobot tablet yang
hilang selama pengujian. Alat yang digunakan untuk mengukur kerapuhan tablet
adalah friability tester. Kerapuhan tidak boleh lebih dari 1% (Depkes RI, 1995).
d. Ketebalan Tablet
Ketebalan yang diinginkan dalam tablet harus diperhitungkan terhadap volume
dari bahan yang diisikan kedalam cetakan, garis tengah cetakan dan besarnya tekanan
yang dipakai punch untuk menekan bahan isian. Untuk mendapatkan tablet yang
seragam tebalnya selama produksi dan diantara produksi untuk formula yang sama,
harus dilakukan pengawasan supaya volume bahan yang diisikan dan tekanan yang
diberikan tetap sama. Tablet diukur dengan memakai jangka lengkung selama proses
produksi, supaya yakin ketebalannya sudah sesuai (Ansel, 2005).
e. Diameter Tablet
Diamater tablet tidak lebih dari 3kali dan tidak kurang dari 1⅓ tebal tablet
(Depkes RI, 1979).
f. Waktu Hancur Tablet
Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan untuk hancurnya tablet dalam
medium yang sesuai, kecuali dinyatakan lain waktu yang diperlukan untuk
menghancurkan kelima tablet tersebut tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak
bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput
(Depkes RI, 1979).
Alat yang digunakan adalah disintegration tester. Faktor-faktor yang
mempengaruhi waktu hancur antara lain: bahan tambahan yang digunakan, metode
pembuatan tablet, jenis dan konsentrasi pelicin, tekanan mesin pada saat penabletan,
sifat fisika kimia meliputi ukuran partikel dan struktur molekul (Sulaiman, 2007).
J.) Penggolongan Tablet
Tablet digolongkan berdasarkan cara pemberian atau fungsinya, sistem penyampaian obat
yang disesuaikan dengan cara pemberiaan tersebut, dan benruk serta metode pembuatannya.
Susunan macam-macam penggolongan tablet dengan penggolongan utama berdasarkan cara
pemberiannya atau fungsinya dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Jenis dan Golongan Tablet
No. Golongan Jenis
1. Tablet oral untuk dimakan a. Tablet kempa atau tablet kempa standar
b. Tablet multi kempa atau tablet kempa lapis
ganda
c. Tablet aksi diperlama atau tablet salut enteric
d. Tablet salut gula
e. Tablet salut lapis tipis
f. Tablet kunyah

2. Tablet yang digunakan dalam a. Tablet bukal


rongga mulut b. Tablet sublingual
c. Troche atau Lozenges
d. Dental cones

3. Tablet yang diberikan dengan a. Tablet implantasi


rute lain. b. Tablet vaginal

4. Tablet yang dipergunakan untuk a. Tablet effervescen


membuat larutan. b. Tablet dispensing
c. Tablet hipodermik
d. Tablet triturate

a) Tablet kempa atau tablet kempa standar, yaitu tablet oral tidak bersalut yang dibuat
dengan pengempaan dan biasanya terdiri atas zat aktif tunggal atau dalam kombinasi
dengan eksipien. Metode umum yang digunakan dengan granulasi basah, granulasi
kering atau kempa langsung.
b) Tablet multikempa atau tablet kempa lapis ganda, adalah tablet yang dibuat dengan
lebih dari satu siklus kempa tunggal. Ada dua kelompok tablet ini yaitu: tablet
berlapis dan tablet yang disalut dengan pengempaan.
c) Tablet aksi diperlama atau tablet salut enterik, bentuk sediaan ini dimaksudkan untuk
melepaskan obat setelah beberapa waktu tunda atau setelah tablet telah melewati satu
bagian dari GIT ke yang lain. Tablet salut enterik adalah tablet kempa konvensional
disalut dengan suatu zat seperti selak atau suatu senyawa selulosa, yang tidak
terdisolusi dalam lambung (suasana asam), tetapi terlarut dalam saluran usus (suasana
basa).
d) Talet salut gula, adalah tablet kempa konvensional yang disalut dengan beberapa
lapisan tipis larutan gula berwarna atau tidak berwarna. Tujuan utamanya adalah
untuk menghasilkan tablet yang elegan, mengkilap, mudah untuk ditelan, secara luas
digunakan dalam pembuatan multivitamin dan kombinasi multivitamin mineral.
e) Tablet salut lapis tipis, adalah tablet kempa konvensional disalut dengan film tipis
polimerik larut-air diberi warna atau tidak diberi warna yang terdisintegrasi segera
dalam saluran cerna.
f) Tablet kunyah, tablet yang dimaksudkan dikunyah dulu sebelum ditelan. Tablet
kunyah harus mengandung bahan tambahan dasar yang mempunyai rasa dan aroma
yang menyenangkan.
g) Tablet bukal, tablet berukuran kecil, datar, dan dimaksudkan untuk tertahan di antara
pipi dan gigi. Obat yang digunakan melalui rute ini memiliki aksi sistemik cepat.
Tablet ini dirancang untuk tidak hancur namun perlahan-lahan larut.
h) Tablet sublingual, sama seperti tablet bukal hanya saja penggunaannya di bawah
lidah.
i) Troche atau Lozenges, tablet yang digunakan dalam rongga mulut untuk memberikan
efek lokal di mulut dan tenggorokan. Umumnya digunakan untuk mengobati sakit
tenggorokan atau mengontrol batuk pada saat flu. Dapat berisi obat bius lokal,
antiseptik, agen antibakteri, astringent dan antitusif.
j) Dental cones, Cone gigi, tablet yang dirancang untuk ditempatkan pada socket kosong
yang ada setelah pencabutan gigi. Tujuan utamanya adalah untuk mencegah
pertumbuhan mikroba dalam socket atau mengurangi perdarahan
k) Tablet implantasi, adalah tablet yang didesain dan dibuat secara aseptik untuk
implantasi subkutan pada hewan atau manusia. Kegunaannya ialah memberikan efek
zat aktif yang diperlama, sekitar satu bulan sampai satu tahun.
l) Tablet vaginal, tablet yang dirancang utuk terdisolusi lambat dan pelepasan obatnya
dalam rongga vagina. Tablet lebar atau berbentuk buah pir, digunakan untuk
antibakteri, antiseptik dan mengobati infeksi vagina
m) Tablet effervescen, Tablet efervesen, tablet yang dirancang untuk menghasilkan
larutan dengan cepat melalui pelepasan karbon dioksida. Bila tablet ini dimasukkan
ke dalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium bikarbonat
sehingga terbentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan CO2 serta air.
n) Tablet dispensing, adalah tablet kempa yang biasanya digunakan oleh apoteker dalam
meracik bentuk sediaan solid dan cairan.
o) Tablet hipodermik, adalah tablet kempa yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau
larut sempurna dalam air. Tablet ini umumnya untuk membuat sediaan injeksi
hipodemik segar yang akan diinjeksikan.
p) Tablet triturat, adalah tablet kempa yang fungsinya sama dengan tablet dispensing,
berbentuk kecil umumnya silindris, digunakan untuk menyediakan zat aktif yang
tepat dalam peracikan obat. Biasanya mengandung zat aktif yang sangat toksik atau
sangat berkhasiat keras
(Lachman, dkk., 1994; Sahoo, 2007; Siregar dan Wikarsa, 2010).

III. ALAT DAN BAHAN


Alat – alat yang digunakan adalah timbangan, jangka sorong, friabilator, hardness
tester dan disintegration tester. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tablet obat
tradisional.
IV. PROSEDUR KERJA
1. Uji Keseragaman Bobot.
Mengambil 20 tablet sebagai sampel, lalu ditimbang satu persatu dan catat
beratnya. Hitung bobot rata – ratanya.
2. Uji Keseragaman Ukuran/ Uji Ukuran Tablet
Mengambil sampel sebanyak 6 tablet, Kemudian diukur masing-masing diameter
dan tebal tablet menggunakan jangka sorong. Catat hasil pengukuran masing-masing
tablet.
3. Kerapuhan.
Mengambil sampel tablet sebanyak 20 tablet, Lalu bersihkan tablet dan alat yang
akan digunakan. Masukkan tablet pada alat friabilitor, diputar selama 4 menit dengan
kecepatan 100 rpm. Setelah selesai keluarkan tablet dari alat. Kemudian hitung
presentasi kehilangan bobot sebelum dan sesudah diuji
4. Uji Kekerasan.
Mengambil 6 tablet sebagai sampel, uji satu persatu tablet dengan meletakkan
seceara vertical pada ujung alat hardness tester. Lalu tarik tuas pada alat sampai batas
dan tablet hancur semua. Catat hasil dari masing – masing tablet.
5. Uji waktu Hancur
Masukkan 6 tablet ke dalam tabung, dimana tiap 1 tabung diisi dengan 1 tablet,
Kemudian naik turunkan keranjang secara teratur sampai semua tablet hancur semua.
Catat waktu yang dibutuhkan masing – masing tablet untuk hancur.
V. HASIL DAN PERHITUNGAN
1. Uji Keseragaman Bobot
No. Tablet Berat Tablet A% (5%) B% (10%) %
(0,6933 – 0,6273) (0,7263 – 0,5943) (persen)
1. 0,6617 g √ √ 0,21%
2. 0,6658 g √ √ 0,83%
3. 0,6582 g √ √ 0,31%
4. 0,6620 g √ √ 0,25%
5. 0,6736 g √ √ 0,19%
6. 0,6688 g √ √ 1,28%
7. 0,6669 g √ √ 0,99%
8. 0,6501 g √ √ 1,54%
9. 0,6607 g √ √ 0,06%
10. 0,6630 g √ √ 0,40%
11. 0,6609 g √ √ 0,09%
12. 0,6593 g √ √ 0,15%
13. 0,6631 g √ √ 0,42%
14. 0,6454 g √ √ 2,25%
15. 0,6567 g √ √ 0,54%
16. 0,6597 g √ √ 0,09%
17. 0,6653 g √ √ 0,75%
18. 0,6540 g √ √ 0,95%
19. 0,6518 g √ √ 1,28%
20. 0,6596 g √ √ 0,10%
Rata – rata 0,66033 g Tidak ada tablet Tidak ada tablet
yang menyimpang yang menyimpang
dari kolom A (5%) dari kolom B (10%)
SD 0,006592

Analisis Data :
 A = Semua data diterima (masuk dalam range) → 0,6273 - 0,6933
 B = Semua data diterima (masuk dalam range) → 0,5943 - 0,7263
Jumlah total bobot = 13,2066 gr
Rata – rata = 13,2066 gr
20
= 0,66033 gr
 A% = 5 X 0,66033 gr
100
= 0,0330
Batas Atas = Rata-rata + A%
= 0,6603 + 0,0330
= 0,6933
Batas Bawah = Rata-rata - A5%
= 0,6603 - 0,0330
= 0,6273
 B% = 10 X 0,66033 gr
100
= 0,0660
Batas Atas = Rata-rata + B%
= 0,6603 + 0,0660
= 0,7263
Batas Bawah = Rata-rata - B10%
= 0,6603 - 0,0660
= 0,5943
SD (Standar Deviasi) =

Setelah dihitung dengan microsoft excel didapat standar deviasi ±0,006592


2. Hasil Keseragaman Ukuran
Tablet Diameter (mm) Tebal (mm) %
Diameter Tebal
1 13,19 mm 4,49 mm 0,151 1,750
2 13,19 mm 4,53 mm 0,151 0,875
3 13,23 mm 4,55 mm 0,151 0,4376
4 13,25 mm 4,51 mm 0,3028 1,312
5 13,24 mm 4,56 mm 0,2271 0,2188
6 13,23 mm 4,80 mm 0,1514 5,032
7 13,18 mm 4,50 mm 0,2271 1,531
8 13,21 mm 4,59 mm 0 0,437
9 13,17 mm 4,65 mm 0,3028 1,7505
10 13,24 mm 4,59 mm 0,2271 0,437
11 13,23 mm 4,55 mm 0,1514 0,4376
12 13,18 mm 4,60 mm 0,2271 0,0564
13 13,29 mm 4,50 mm 0,6056 1,531
14 13,19 mm 4,51 mm 0,151 1,312
15 13,17 mm 4,61 mm 0,3028 0,875
16 13,19 mm 4,60 mm 0,151 0,6
17 13,16 mm 4,59 mm 0,3785 0
18 13,27 mm 4,60 mm 0,4542 0,6564
19 13,17 mm 4,57 mm 0,3028 0
20 13,26 mm 4,58 mm 0,3785 0,218
Rata- Total = 264,24 Total = 4,574
rata 20 20
= 13,21 mm = 4,57 mm
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini tentang uji mutu sediaan padat untuk menganalisis mutu
fisik sediaan padat obat tradisional. Sampel yang digunakan adalah tablet obat tradisional
dimana warna tablet tersebut yaitu coklat. Dalam praktikum ini dilakukan 2 pengujian
mutu sediaan tablet yaitu uji keseragaman bobot dan uji keseragaman ukuran.
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa cetak, berbentuk rata atau
cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau
tanpa zat tambahan (Anief, 2000). Tablet umumnya terdiri atas bahan berkhasiat (zat aktif)
dan bahan tambahan. Bahan berkhasiat terdiri atas satu macam atau campuran zat
berkhasiat. Bahan tambahan yang digunakan ikut memegang peranan penting pada
pembuatan tablet dan membantu dalam formulasi sebagai bahan pengisi, bahan pengikat,
bahan penghancur, bahan pelicin, bahan pembasah dan termasuk pula di dalamnya bahan
pewarna, perasa dan pemanis atau bahan lain yang cocok (Depkes RI, 1979; King, 1984).
Dalam pengujian mutu fisik suatu tablet digunakan alat untuk menguji
keseragaman bobot dan keseragaman ukuran. Alat yang digunakan pada keseragaman
bobot yang digunakan adalah Timbangan digital. Sedangkan pada keseragaman ukuran
menggunkan alat jangka sorong.
Uji Keseragaman Bobot merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui
keseragaman bobot dari tablet. Tujuan keseragaman bobot digunakan sebagai salah satu
indicator homogenitas pencampuran formula. Keseragaman bobot tablet dapat menjadi
indikator awal keseragaman kadar atau kandungan zat aktif.
Uji keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang 20 tablet. Dihitung
bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari dua tablet
yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari 5 %
(CV < 5%). Dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari 10% bobot rata-
ratanya. Keseragaman bobot juga dipengaruhi dari proses pengempaan, dan bahan pelicin
yang kurang karena sebagian besar dari tablet masi menempel pada punch dan die dari
mesin kempa itu sendiri, selain itu kadar air dalam granul juga sangat mempengaruhi
melekatnya suatu tablet pada punch dan die itu sendiri kadar air dalam granul yang baik
adalah kisaran 2-5%.
Cara kerja pada uji keseragaman bobot, Mengambil 20 tablet sebagai sampel,
kemudian menimbang satu per satu tablet dan mencatat hasil yang didapat. Timbang 20
tablet dan catat hasilnya, kemudian hitung bobot rata-rata tablet.
Hasil yang didapat, tidak lebih dari dua tablet yang mempunyai penyimpangan
lebih besar dari kolom A (5%) dan tidak boleh ada satu tablet pun yang mempunyai
penyimpangan bobot lebih besar dari kolom B (10%).
Tabel Persyaratan Bobot
Penyimpangan Bobot rata-rata (%)
Bobot rata-rata
A B
25 mg/kurang 15% 30%
26 mg – 150 mg 10% 20%
151 mg – 300 mg 7,5% 15%
>300 mg 5% 10%

Pertama yaitu Uji Keseragaman Bobot, pengujian ini dilakukan untuk melihat
keseragaman suatu tablet dengan menimbang satu per satu dari tablet yang telah
ditentukan, kemudian dirata-rata. Lalu bandingkan dengan persyaratan oleh Farmakope
Indonesia. Menurut FI III Tahun 1979, Uji keseragaman bobot dilakukan dengan
menimbang 20 tablet. Dihitung bobot rata-rata tiap tablet.
Jika ditimbang satu per satu, pada kolom A (5%) tidak ada tablet yang menyimpang
sedangkan pada kolom B (10%) tidak terdapat penyimpangan pada tablet tersebut. Jadi
data praktikum kami untuk kolom A dan B tidak terdapat penyimpangan keseragaman
bobot. Berat tablet rata-rata didapatkan sebesar 0,66033 gr. Kemudian dihitung standar
deviasi dari bobot tablet sehingga didapatkan SD nya adalah 0,66 ± 0,006592. Sehingga
simpangan bobot tidak terlalu besar.
Selanjutnya pengujian keseragaman ukuran tablet. Keseragaman ukuran meliputi
keseragaman diameter dan tebal tablet yang merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas tablet. Ketebalan tablet harus terkontrol karena ketebalan yang
tidak konstan akan menyulitkan pada proses pengemasan.
Uji Keseragaman Ukuran merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui
keseragaman ukuran dari sediaan tablet. Tujuan nya untuk mengetahui ketebalan hubungan
dengan kekerasan sediaan padat (tablet). Serta percetakan, perubahan ketebalan merupakan
indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak atau pada pengisi granul ke dalam die
oleh Karena itu perlu dilakukan pengujian. Alat yang digunakan yaitu Jangka sorong.
Cara kerja nya, mengambil sampel 20 tablet, kemudian ukur diameter dan tebal
masing-masing tablet dengan menggunakan jangka sorong. Catatlah hasil pengukuran
masing-masing tablet.
Hasil yang didapat, Tablet yang baik memiliki diameter tidak lebih dari 3 kali atau
tidak kurang dari 4/3 tebal tablet.
Kedua pada pengujian Keseragaman Ukuran, sampel yang digunakan yaitu tablet
obat tolak angin. rata-rata yang didapat pada diameter tablet sebesar 13,21 mm dan tebal
nya sebesar 4,57 mm. Dari hasil data praktikum yang kami dapatkan tidak sesuai untuk
pengujian ukuran tablet.
Ada tiga faktor yang menimbulkan masalah keseragaman bobot tablet, yaitu : a)
Tidak seragamnya distribusi obat pada saat pencampuran bahan atau granulasi b)
Pemisahan dari campuran bahan atau granulasi selama proses pembuatan c) Penyimpangan
berat tablet (Lachman dkk., 1994).

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa cetak, berbentuk rata atau cembung
rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan.
2) Pada uji keseragaman bobot kolom A dan B tidak terdapat penyimpangan
keseragaman bobot. Rata – rata yang didapatkan pada berat tablet sebesar 0,66033 gr.
A = Semua data diterima (masuk dalam range) → 0,6273 - 0,6933
B = Semua data diterima (masuk dalam range) → 0,5943 - 0,7263
3) Pada uji keseragaman ukuran tablet sampel yang digunakan yaitu tablet obat tolak
angin. rata-rata yang didapat pada diameter tablet sebesar 13,21 mm dan tebal nya
sebesar 4,57 mm. Dari hasil data praktikum yang kami dapatkan tidak sesuai untuk
pengujian ukuran tablet.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Mohammad. 1990. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Anonim. 1978. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Ansel, Howard.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Jakarta : Universitas
Indonesia (UI) press.
Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta : Universitas Indonesia
(UI) press.
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 1998. ISO Indonesia. Volume 32. Jakarta : PT. Anem Kosong
Anem.
Jumain & Stevani H., 2011. Penuntun Praktikum Teknologi Farmasi. Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Makassar : Makassar
Kasim, Fauzi. 2011. Penuntun Praktikum Sediaan Solid. Fakultas MIPA Jurusan Farmasi Institut
Sains Teknologi Nasional : Jakarta
Panitia Farmakope Indonesia. 1978. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Depatemen
Kesehatan RI.
Panitia Farmakope Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
Reynold, James E F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia. Twenty Eight edition. London
: The Pharmaseutical Press.

Klaten, 20 Oktober 2020


Dosen Pengampu
Praktikan

Regia Desty R, M.Sc., Apt


Dewi Sukma Winahyu
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai