Oleh :
Nama : Dewi Sukma Winahyu
NIM : P27235018011
Kelas : V A Anafarma
I. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan analisis mutu fisik sediaan padat obat tradisional.
3. Ajuvans
a) Bahan pewarna (colour) berfungsi meningkatkan nilai estetika atau untuk identitas
produk. Misalnya zat pewarna dari tumbuhan.
b) Bahan pengharum (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang tidak
enak (tablet isap Penisillin), biasanya digunakan untuk tablet yang penggunaannya
lama di mulut. Misalnya macammacam
minyak atsiri.
4. Kekerasan Tablet
Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui kekerasannya, agar
tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras. Kekerasan tablet ini erat hubungannya
dengan ketebalan tablet, bobot tablet dan waktu hancur tablet. Umumnya semakin
besar tekanan semakin keras tablet yang dihasilkan, walaupun sifat dari granul
menentukan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet harus cukup keras untuk
tahan pecah waktu dikemas, dikirim dan waktu ditangani secara normal, tapi juga
tablet ini akan cukup lunak untuk melarut atau hancur dengan sempurna begitu
digunakan atau dapat dipatahkan diantara jari- jari bila memang tablet ini perlu
dibagi untuk pemakaiannya.
Dalam bidang industri kekuatan tekanan minimum yang sesuai untuk tablet
adalah 4 kg/cm2. Penentuan kekerasan tablet ditetapkan waktu produksi supaya
penyesuaian tekanan yang dibutuhkan dapat diatur pada peralatannya. Alat lain
untuk menentukan kekerasan tablet ini dengan memakai sebuah Hardnees Tester.
Ketahanan terhadap kehilangan berat, menunjukan tablet tersebut untuk bertahan
terhadap goresan
ringan/kerusakan dan penanganan, pengemasan dan penglepasan.
6. Keregasan Tablet
Pengujian digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.
Keregasan tablet diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan
bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama
waktu tertentu. Pada proses pengukuran friabilitas, alat diputar dengan kecepatan
50 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit, Jadi total ada 200
putaran. Umumnya tablet yang bobotnya lebih dari 650 mg per tablet dibutuhkan
sekitar 10 tablet untuk pengujian keregasan. Kehilangan berat atau bobot tablet
maksimum yang memenuhi syarat tidak lebih atau sama dengan 1%. (Lieberman,
1990)
b. Kekerasan Tablet
Kekerasan tablet merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet
dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, benturan dan terjadi keretakan
tablet selama pengemasan, penyimpanan, transportasi sampai ke tangan pengguna.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan
sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan
pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat penabletan akan
meningkatkan kekerasan tablet. Peningkatan jumlah bahan pengikat akan
meningkatkan kekerasan tablet meskipun tekanan kompresinya sama. Pada umumnya
dikatakan tablet yang baik mempunyai kekerasan antara 4 – 8 kg (Sulaiman, 2007).
Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester (Stokes Monsanto) (Banker dan
Anderson, 1986).
c. Kerapuhan Tablet
Kerapuhan tablet merupakan parameter lain dari ketahanan tablet dalam melawan
pengikisan dan goncangan. Besaran yang dipakai adalah persen bobot tablet yang
hilang selama pengujian. Alat yang digunakan untuk mengukur kerapuhan tablet
adalah friability tester. Kerapuhan tidak boleh lebih dari 1% (Depkes RI, 1995).
d. Ketebalan Tablet
Ketebalan yang diinginkan dalam tablet harus diperhitungkan terhadap volume
dari bahan yang diisikan kedalam cetakan, garis tengah cetakan dan besarnya tekanan
yang dipakai punch untuk menekan bahan isian. Untuk mendapatkan tablet yang
seragam tebalnya selama produksi dan diantara produksi untuk formula yang sama,
harus dilakukan pengawasan supaya volume bahan yang diisikan dan tekanan yang
diberikan tetap sama. Tablet diukur dengan memakai jangka lengkung selama proses
produksi, supaya yakin ketebalannya sudah sesuai (Ansel, 2005).
e. Diameter Tablet
Diamater tablet tidak lebih dari 3kali dan tidak kurang dari 1⅓ tebal tablet
(Depkes RI, 1979).
f. Waktu Hancur Tablet
Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan untuk hancurnya tablet dalam
medium yang sesuai, kecuali dinyatakan lain waktu yang diperlukan untuk
menghancurkan kelima tablet tersebut tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak
bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput
(Depkes RI, 1979).
Alat yang digunakan adalah disintegration tester. Faktor-faktor yang
mempengaruhi waktu hancur antara lain: bahan tambahan yang digunakan, metode
pembuatan tablet, jenis dan konsentrasi pelicin, tekanan mesin pada saat penabletan,
sifat fisika kimia meliputi ukuran partikel dan struktur molekul (Sulaiman, 2007).
J.) Penggolongan Tablet
Tablet digolongkan berdasarkan cara pemberian atau fungsinya, sistem penyampaian obat
yang disesuaikan dengan cara pemberiaan tersebut, dan benruk serta metode pembuatannya.
Susunan macam-macam penggolongan tablet dengan penggolongan utama berdasarkan cara
pemberiannya atau fungsinya dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Jenis dan Golongan Tablet
No. Golongan Jenis
1. Tablet oral untuk dimakan a. Tablet kempa atau tablet kempa standar
b. Tablet multi kempa atau tablet kempa lapis
ganda
c. Tablet aksi diperlama atau tablet salut enteric
d. Tablet salut gula
e. Tablet salut lapis tipis
f. Tablet kunyah
a) Tablet kempa atau tablet kempa standar, yaitu tablet oral tidak bersalut yang dibuat
dengan pengempaan dan biasanya terdiri atas zat aktif tunggal atau dalam kombinasi
dengan eksipien. Metode umum yang digunakan dengan granulasi basah, granulasi
kering atau kempa langsung.
b) Tablet multikempa atau tablet kempa lapis ganda, adalah tablet yang dibuat dengan
lebih dari satu siklus kempa tunggal. Ada dua kelompok tablet ini yaitu: tablet
berlapis dan tablet yang disalut dengan pengempaan.
c) Tablet aksi diperlama atau tablet salut enterik, bentuk sediaan ini dimaksudkan untuk
melepaskan obat setelah beberapa waktu tunda atau setelah tablet telah melewati satu
bagian dari GIT ke yang lain. Tablet salut enterik adalah tablet kempa konvensional
disalut dengan suatu zat seperti selak atau suatu senyawa selulosa, yang tidak
terdisolusi dalam lambung (suasana asam), tetapi terlarut dalam saluran usus (suasana
basa).
d) Talet salut gula, adalah tablet kempa konvensional yang disalut dengan beberapa
lapisan tipis larutan gula berwarna atau tidak berwarna. Tujuan utamanya adalah
untuk menghasilkan tablet yang elegan, mengkilap, mudah untuk ditelan, secara luas
digunakan dalam pembuatan multivitamin dan kombinasi multivitamin mineral.
e) Tablet salut lapis tipis, adalah tablet kempa konvensional disalut dengan film tipis
polimerik larut-air diberi warna atau tidak diberi warna yang terdisintegrasi segera
dalam saluran cerna.
f) Tablet kunyah, tablet yang dimaksudkan dikunyah dulu sebelum ditelan. Tablet
kunyah harus mengandung bahan tambahan dasar yang mempunyai rasa dan aroma
yang menyenangkan.
g) Tablet bukal, tablet berukuran kecil, datar, dan dimaksudkan untuk tertahan di antara
pipi dan gigi. Obat yang digunakan melalui rute ini memiliki aksi sistemik cepat.
Tablet ini dirancang untuk tidak hancur namun perlahan-lahan larut.
h) Tablet sublingual, sama seperti tablet bukal hanya saja penggunaannya di bawah
lidah.
i) Troche atau Lozenges, tablet yang digunakan dalam rongga mulut untuk memberikan
efek lokal di mulut dan tenggorokan. Umumnya digunakan untuk mengobati sakit
tenggorokan atau mengontrol batuk pada saat flu. Dapat berisi obat bius lokal,
antiseptik, agen antibakteri, astringent dan antitusif.
j) Dental cones, Cone gigi, tablet yang dirancang untuk ditempatkan pada socket kosong
yang ada setelah pencabutan gigi. Tujuan utamanya adalah untuk mencegah
pertumbuhan mikroba dalam socket atau mengurangi perdarahan
k) Tablet implantasi, adalah tablet yang didesain dan dibuat secara aseptik untuk
implantasi subkutan pada hewan atau manusia. Kegunaannya ialah memberikan efek
zat aktif yang diperlama, sekitar satu bulan sampai satu tahun.
l) Tablet vaginal, tablet yang dirancang utuk terdisolusi lambat dan pelepasan obatnya
dalam rongga vagina. Tablet lebar atau berbentuk buah pir, digunakan untuk
antibakteri, antiseptik dan mengobati infeksi vagina
m) Tablet effervescen, Tablet efervesen, tablet yang dirancang untuk menghasilkan
larutan dengan cepat melalui pelepasan karbon dioksida. Bila tablet ini dimasukkan
ke dalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium bikarbonat
sehingga terbentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan CO2 serta air.
n) Tablet dispensing, adalah tablet kempa yang biasanya digunakan oleh apoteker dalam
meracik bentuk sediaan solid dan cairan.
o) Tablet hipodermik, adalah tablet kempa yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau
larut sempurna dalam air. Tablet ini umumnya untuk membuat sediaan injeksi
hipodemik segar yang akan diinjeksikan.
p) Tablet triturat, adalah tablet kempa yang fungsinya sama dengan tablet dispensing,
berbentuk kecil umumnya silindris, digunakan untuk menyediakan zat aktif yang
tepat dalam peracikan obat. Biasanya mengandung zat aktif yang sangat toksik atau
sangat berkhasiat keras
(Lachman, dkk., 1994; Sahoo, 2007; Siregar dan Wikarsa, 2010).
Analisis Data :
A = Semua data diterima (masuk dalam range) → 0,6273 - 0,6933
B = Semua data diterima (masuk dalam range) → 0,5943 - 0,7263
Jumlah total bobot = 13,2066 gr
Rata – rata = 13,2066 gr
20
= 0,66033 gr
A% = 5 X 0,66033 gr
100
= 0,0330
Batas Atas = Rata-rata + A%
= 0,6603 + 0,0330
= 0,6933
Batas Bawah = Rata-rata - A5%
= 0,6603 - 0,0330
= 0,6273
B% = 10 X 0,66033 gr
100
= 0,0660
Batas Atas = Rata-rata + B%
= 0,6603 + 0,0660
= 0,7263
Batas Bawah = Rata-rata - B10%
= 0,6603 - 0,0660
= 0,5943
SD (Standar Deviasi) =
Pertama yaitu Uji Keseragaman Bobot, pengujian ini dilakukan untuk melihat
keseragaman suatu tablet dengan menimbang satu per satu dari tablet yang telah
ditentukan, kemudian dirata-rata. Lalu bandingkan dengan persyaratan oleh Farmakope
Indonesia. Menurut FI III Tahun 1979, Uji keseragaman bobot dilakukan dengan
menimbang 20 tablet. Dihitung bobot rata-rata tiap tablet.
Jika ditimbang satu per satu, pada kolom A (5%) tidak ada tablet yang menyimpang
sedangkan pada kolom B (10%) tidak terdapat penyimpangan pada tablet tersebut. Jadi
data praktikum kami untuk kolom A dan B tidak terdapat penyimpangan keseragaman
bobot. Berat tablet rata-rata didapatkan sebesar 0,66033 gr. Kemudian dihitung standar
deviasi dari bobot tablet sehingga didapatkan SD nya adalah 0,66 ± 0,006592. Sehingga
simpangan bobot tidak terlalu besar.
Selanjutnya pengujian keseragaman ukuran tablet. Keseragaman ukuran meliputi
keseragaman diameter dan tebal tablet yang merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas tablet. Ketebalan tablet harus terkontrol karena ketebalan yang
tidak konstan akan menyulitkan pada proses pengemasan.
Uji Keseragaman Ukuran merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui
keseragaman ukuran dari sediaan tablet. Tujuan nya untuk mengetahui ketebalan hubungan
dengan kekerasan sediaan padat (tablet). Serta percetakan, perubahan ketebalan merupakan
indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak atau pada pengisi granul ke dalam die
oleh Karena itu perlu dilakukan pengujian. Alat yang digunakan yaitu Jangka sorong.
Cara kerja nya, mengambil sampel 20 tablet, kemudian ukur diameter dan tebal
masing-masing tablet dengan menggunakan jangka sorong. Catatlah hasil pengukuran
masing-masing tablet.
Hasil yang didapat, Tablet yang baik memiliki diameter tidak lebih dari 3 kali atau
tidak kurang dari 4/3 tebal tablet.
Kedua pada pengujian Keseragaman Ukuran, sampel yang digunakan yaitu tablet
obat tolak angin. rata-rata yang didapat pada diameter tablet sebesar 13,21 mm dan tebal
nya sebesar 4,57 mm. Dari hasil data praktikum yang kami dapatkan tidak sesuai untuk
pengujian ukuran tablet.
Ada tiga faktor yang menimbulkan masalah keseragaman bobot tablet, yaitu : a)
Tidak seragamnya distribusi obat pada saat pencampuran bahan atau granulasi b)
Pemisahan dari campuran bahan atau granulasi selama proses pembuatan c) Penyimpangan
berat tablet (Lachman dkk., 1994).
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa cetak, berbentuk rata atau cembung
rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan.
2) Pada uji keseragaman bobot kolom A dan B tidak terdapat penyimpangan
keseragaman bobot. Rata – rata yang didapatkan pada berat tablet sebesar 0,66033 gr.
A = Semua data diterima (masuk dalam range) → 0,6273 - 0,6933
B = Semua data diterima (masuk dalam range) → 0,5943 - 0,7263
3) Pada uji keseragaman ukuran tablet sampel yang digunakan yaitu tablet obat tolak
angin. rata-rata yang didapat pada diameter tablet sebesar 13,21 mm dan tebal nya
sebesar 4,57 mm. Dari hasil data praktikum yang kami dapatkan tidak sesuai untuk
pengujian ukuran tablet.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Mohammad. 1990. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Anonim. 1978. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Ansel, Howard.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Jakarta : Universitas
Indonesia (UI) press.
Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta : Universitas Indonesia
(UI) press.
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 1998. ISO Indonesia. Volume 32. Jakarta : PT. Anem Kosong
Anem.
Jumain & Stevani H., 2011. Penuntun Praktikum Teknologi Farmasi. Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Makassar : Makassar
Kasim, Fauzi. 2011. Penuntun Praktikum Sediaan Solid. Fakultas MIPA Jurusan Farmasi Institut
Sains Teknologi Nasional : Jakarta
Panitia Farmakope Indonesia. 1978. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Depatemen
Kesehatan RI.
Panitia Farmakope Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
Reynold, James E F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia. Twenty Eight edition. London
: The Pharmaseutical Press.