Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tablet adalah bentuk sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih bahan obat
yang dibuat dengan pemadatan, kedua permukaannya rata atau cembung. Tablet
memiliki perbedaan dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan.
Kebanyakan tipe atau jenis tablet dimaksudkan untuk ditelan dan kemudian
dihancurkan dan melepaskan bahan obat ke dalam saluran pencernaan. Tablet dapat
diartikan sebagai campuran bahan obat yang dibuat dengan dibantu zat tambahan
yang kemudian dimasukan kedalam mesin untuk dikempa menjadi tablet. Menurut
FI Edisi IV, Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Pada umumnya metode pembuatan tablet dengan cara
granulasi. Granulasi merupakan suatu proses membesarkan ukuran partikel-partikel
kecil serbuk yang terikat satu sama lain menjadi besar yang dapat mengalir bebas.
Tujuan granulasi adalah membuat massa mengalir bebas, memadatkan campuran
bahan, membuat campuran seragam yang tidak memisah, memperbaiki karakteristik
kompresibilitas dari zat aktif, mengendalikan kecepatan pelepasan zat aktif dari
sediaan, mebgurangi debu dan meningkatkan penampilan tablet (Lachman, 1994).
Granulasi dibagi menjadi dua metode, yaitu metode granulasi basah dan
granulasi kering. Selain metode granulasi, tablet juga dapat dibuat dengan metode
kompresi langsung.

1.2 Tujuan Praktikum


- Mahasiswa dapat membuat tablet dengan metode granulasi basah & mengevaluasi
Tablet yang sudah dibuat

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tablet

Menurut ANSEL Edisi IV, Tablet adalah bahan obat dalam bentuk sediaan padat
yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai.

Menurut FI Edisi IV, Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat
dengan atau tanpa bahan pengisi.

Menurut Formularium Nasional Edisi II, Tablet adalah sediaan padat kompak,
dibuat dengan cara kempa cetakdalam bentuk umumnya tabung pipih yang kedua
permukaannya rata atau cembung, mengandung obat dengan atau tanpa zat pengisi.

2.2 Penggolongan Tablet Berdasarkan Metode Pembuatan

Dikenal dua jenis tablet berdasarkan metode pembuatan, yaitu tablet cetak dan
tablet kempa.

1) Tablet cetak
Dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi, umumnya mengandung
laktosa dan serbuk sukrosa salam berbagai perbandingan. Massa dibasahi
dengan Etanol prosentasi tinggi kadar Etanol tergantung dengan kelarutan zat
aktif dan bahan pengisi dalam pelarut, serta kekerasan tablet yang diinginkan.
Pembuatan dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah
pada lubang cetakan. Kemudian dikeluarkan dan dibiarkan kering. Tablet cetak
agak rapuh sehingga tablet dapat di potek dan harus hati-hati saat pengemasan
dan pendistribusiannya., besar tekanan pada tablet 25-50 bar.Kepadatan tablet
tergantung pada pembentukan kristal yang terbentuk selama pengeringan, tidak
tergantung pada kekuatan yang diberikan.

2
2) Tablet kempa

Tablet kempa didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat yang dibuat dengan
cara pengempaan dari sebuah formula dengan memberikan tekanan tinggi
(tekanan di bawah beberapa ratus kg/cm2) pada serbuk/granul menggunakan
pons/cetakan baja. Umumnya tablet kempa mengandung zat aktif, bahan pengisi,
bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan, tetapi dapat juga mengandung bahan
pewarna, bahan pengaroma, dan bahan pemanis.Tablet biasanya mempunyai
ketebalan kurang dari ½ diameternya.Tablet kempa ganda, tablet kempa yang
dibuat dengan lebih dari satu kali siklus tekanan.

2.2 Komponen Tablet

Komponen atau formulasi tablet kempa terdiri dari zat aktif bahan pengisi,
bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna,
yang diabsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut yang di izinkan
pada pengaroma dan bahan pemanis.

2.2.1 Zat aktif


Secara luas obat atau bahan aktif yang diberikan secara oral dalam
bentuk tablet dikelompokkan menjadi :

1) Zat Aktif Tidak Larut Air (Insoluble Drugs)


Zat ini cenderung digunakan untuk memberikan efek lokal pada saluran
pencernaan (seperti antasida dan adsorben).

2) Zat Aktif Larut Air (Suluble Drugs)


Zat ini cenderung digunakan untuk memberikan efek sistemik dengan
terdisolusi dan terabsorpsi pada usus.

2.2.2 Eksipien Atau Bahan Tambahan

Eksipien adalah zat yang bersifat inert secara farmakologi yang


digunakan sebagai zat pembantu dalam formulasi tablet untuk memperbaiki

3
sifat zat aktif, membentuk tablet dan mempermudah teknologi pembuatan
tablet. Eksipien harus memiliki kriteria sebagai berikut :

1) Bahan pengisi (diluent)


Berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah di cetak atau di
buat. Bahan pengisi di tambahkan jika zat aktif sedikit sulit dikempa
biasanya digunakan Saccharum lactis, Amylum manihot, calcii phospas,
calcii carbonas dan zat lain yang cocok.

2) Bahan pengikat (binder)


Dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat.Biasanya
yang digunakan adalah mucilago Gummi Arabici 10 -20 % (panas solutio
Mythylcellulosum 5%).

3) Bahan penghancur/pengembang(disintegrant)
Dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut.Biasanya yang digunakan
adalah amilum manihot kering, gelatinum, agar – agar, natrium alginat.

4) Bahan pelicin (lubrikan/lubricant)


berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga
berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan(matrys).
Biasanya digunakan talkum 5 %,Magnesium stearas,Acidum Stearicum.

5) Perbaikan Aliran atau Glidan


Bahan yang dapat meningkatkan kemampuan, mengalir serbuk, umumnya
di gunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi. misal: silika
pirogenik koloidal.

6) Bahan Penyalut
Untuk maksud dan tujuan tertentu tablet disalut dengan zat penyalut yang
cocok,biasanya berwarna atau tidak.

4
2.3.3 Adjuvant

Adjuvant adalah zat tambahan dalam formula sediaan obat yang


ditambahkan dalam jumlah kecil untuk maksud pemberian warna, penawar
bau, dan rasa.Contohnya :

1) Bahan pewarna (coloris agent)


Berfungsi untuk menutupi warna obat yang kurang baik, identifikasi
produk, dan untuk membuat suatu produk lebih menarik.

Tabel Jenis pewarna (sintetik yang biasa digunakan)

Pewarna Nama umum

Red 3 Erytrosine

Red 40 Allura red AC

Yellow 5 Tartrazine

Yellow 6 Sunset Yellow

Blue 1 Brilliant Blue

2) Pemanis dan pemberi rasa (Sweetners dan Flavor)


Penambahan pemanis dan pemberi rasa biasanya hanya untuk tablet-
tablet kunyah, hisap, buccal, sublingual, effervesen dan tablet lain yang
dimaksudkan untuk hancur atau larut di mulut.

5
Tabel beberapa pemanis yang biasa digunakan

Pemanis Alami Pemanis Sintetis atau Buatan

Mannitol Sakarin

Lactosa Siklamat

Sukrosa Aspartame

2.3 Cara Pembuatan Obat yang Baik ( CPOB )


2.3.1 Cara Pembuatan Tablet

Bahan obat dan zat-zat tambahan umumnya berupa serbuk yang tidak
dapat langsung dicampur dan dicetak menjadi tablet karena akan langsung
hancur dan tablet menjadi mudah pecah. Campuran serbuk itu harus di ubah
menjadi granul,yaitu kumpulan serbuk dengan volume lebih besar yang saling
melekat satu samma lain. Cara merubah serbuk menjadi granul disebut
granulasi. Tujuan granulasi adalah:

1. Supaya sifat alirannya baik (free-flowing). Granul dengan volume tertentu


dapat mengalir teratur dalam jumlah angkasama kedalam mesin cetak
tablet.
2. Ruang udara dalam bentuk granul jumlahnya lebih kecil jika di bandingkan
dengan bentuk serbuk jika di ukurdalam voume yang sama. Makin banyak
udaranya, tablet makin mudah pecah.
3. Agar pada saat di cetak tidak mudah melekat pada steampel (punch) dan
mudah lepas dari matriks (die).
Salah satu syarat bahan pembantu yang digunakan untuk pembuatan tablet
adalah harus netral, tidak berbau,tidak berasa dan lebih baik tidak berwarna.

6
Bahan-bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet dapat
dikelompokkan sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai:

1. Bahan pengisi,
2. Bahan pengikat,
3. Bahan pelincir (termasuk bahan pengatur aliran,bahan pelican dan bahan
pemisah bentuk),
4. Bahan penghancur,
5. Bahan penahan lembab, bahan peng adsorpsi dan bahan penghambat
kelarutan.

2.3.2 Metode Pembuatan Tablet Kompresi


1) Metode Granulasi Basah
Metode granulasi basah ini merupakan salah satu metode yang paling
sering digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah
yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode granulasi basah
ini dapat dibagi sebagai berikut, yaitu menimbang dan mencampur bahan-
bahan yang diperlukan dalam formulasi, pembuatan granulasi basah,
pengayakan adonan lembab menjadi pelet atau granul, kemudian dilakukan
pengeringan, pengayakan kering, pencampuran bahan pelicin, dan
pembuatan tablet dengan kompresi.

Keuntungan metode granulasi basah:

1. Meningkatkan kohesifitas dan kompaktibilitas serbuk sehingga


diharapkan tablet yang dibuat dengan mengempa sejumlah granul pada
tekanan kompresi tertentu akan menghasilkan bentuk tablet yang
bagus, keras, dan tidak rapuh.
2. Mencegah segregasi komponen penyusun tablet yang telah homogen
sebelum proses pencampuran.
3. Zat-zat yang bersifat hidrofob, dapat memperbaiki kecepatan pelarutan
zat aktif dengan perantara cairan pelarut yang cocok dengan bahan
pengikat.

7
Kekurangan metode granulasi basah:

1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidas.

2. Biaya cukup tinggi.


3. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat
dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan
pelarut.

b. Metode Granulasi Kering (Slugging)


Metode ini telah digunakan bertahun-tahun dan merupakan bentuk
yang berharga terutama pada keadaan dimana dosis efektif terlalu tinggi
untuk kempa langsung dan bahan-bahan yang digunakan peka terhadap
pemanasan, kelembaban atau keduanya. Metode ini khususnya untuk
bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah,
karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk
mengeringnyadiperlukan temperatur yang dinaikkan. Tahap pembuatan ini
yaitu partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan
kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk
menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula
(granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis,
tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya.

Keuntungan cara granulasi kering adalah:

1. Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat,


mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu
2. Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab
3. Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat

Kekurangan cara granulasi kering adalah:

1. Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug


2. Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam

8
3. Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang

c. Metode Cetak Langsung


Metode ini digunakan untuk bahan yang mempunyai sifat mudah
mengalir sebagaimana sifat-sifat kohesinya yang memungkinkan untuk
langsung dikompresi dalam tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau
kering. Keuntungan utama dari metode ini adalah bahwa bahan obat yang
peka terhadap lembab dan panas, yang stabilitasnya terganggu akibat
operasi granulasi, dapat dibuat menjadi tablet. Akan tetapi dengan
meningkatnya tuntutan akan kualitas tablet, maka metode ini tidak
diutamakan.

Keuntungan metode kempa langsung yaitu :

1. Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit


2. Lebih singkat prosesnya.
3. Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan
lembab
4. Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses
granul, tetapi langsung menjadi partikel. Tablet kempa langsung berisi
partikel halus, sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel
halus terlebih dahulu.

Kerugian metode kempa langsung :


1. Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan
pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang
selanjutnya dapat menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat
aktif di dalam tablet.
2. Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa
langsung karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar
memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang

9
dibutuhkanpun makin banyak dan mahal. Dalam beberapa kondisi
pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti senyawa amin dan
laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning. Pada kempa
langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi selama
pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat aktif
dalam granul terganggu.
3. Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus
bersifat; mudah mengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan
adhesifitas yang baik.

2.3.3 Bahan Pembantu Granulasi Basah

1) Pengisi
Adalah zat inert yang ditambahkan dalam formula tablet yang
ditujukan untuk membuat bobot tablet sesuai dengan yang
diharapkanBiasanya tablet yang mengandung zat aktif dengan dosis
kecil memerlukan zat pengisi yang banyak. Jika dosis besar maka
pengisi sedikit atau tidak sama sekali.

1. Avicel (mikrokristalin selulosa)


– Bentuk 103 memiliki keunggulan dibandingkan dengan 101, 102
karena volume spesifiknya kecil, aliran lebih baik dan waktu hancur
lebih singkat.
– Insoluble, non-reaktif, aliran kurang baik, kapasitas pegang 50%.
– Menghasilkan tablet yang keras dengan tekanan kecil
(kompresibilitas baik) dan friabilitas tablet rendah, waktu stabilitas
panjang.
– Menghasilkan pembasahan yang cepat dan rata sehingga
mendistribusikan cairan penggranul ke seluruh massa serbuk;
menghasilkan distribusi warna dan obat yang merata.
– Bertindak sebagai pembantu mengikat, menghasilkan granul yang
keras dengan sedikit fines.

10
– Bisa bersifat pengikat kering, disintegran, lubrikan dan glidan.
– Penggunaannya membutuhkan lubrikan; penggunaannya dapat
dikombinasi dengan laktosa, manitol, starch, kalsium sulfat.
– Membantu mengatasi zat-zat yang jika overwetting (terlalu basah)
menjadi seperti “clay” yang sukar digranulasi dan ketika kering
granulnya menjadi keras dan resisten terhadap disintegrasi. Contoh:
kaolin, kalsium karbonat.
– Avicel dalam GB memperbaiki ikatan pada pengempaan,
mengurangi capping dan friabilitas tablet.
– Avicel membantu obat larut dengan air agar homogen, mencegah
migrasi pewarna larut air dan membantu agar evaporasi cepat dan
seragam.
– Untuk obat dengan dosis kecil, Avicel digunakan sebagai pengisi dan
pengikat tambahan.
– 60% avicel PH 101 dan 40% amilum sebagai pasta 10% membuat
massa lembab mudah digranulasi, membentuk granul yang kuat pada
pengeringan dengan sedikit fine daripada pasta yang hanya terbuat
dari amilum.
– Bentuk PH 101: serbuk, PH 102: granul, PH 103: serbuk

Sebagai disintegran :
– Merupakan disintegran yang sangat baik terutama pada konsentrasi
10% atau lebih tinggi.
– Pada GB Avicel tidak bersifat disintegran.
– Perhatian: pada konsentrasi tinggi, Avicel dapat menyebabkan tablet
lengket pada lidah saat akan digunakan.
2. Kalsium sulfat trihidrat
– Digunakan sebagai pengisi untuk granulasi dengan jumlah zat aktif
20-30%.
– Sinonim: terra alba, snow white filler.
– Insoluble, non-higroskopis.

11
– Semakin tinggi grade-nya semakin putih, pengisi paling murah, bisa
dipakai untuk zat aktif asam, netral, basa; punya kapasitas
abisaorbisai yang tinggi untuk minyak.
– Pengikat yang disarankan: PVP, MC, starch paste.
3. Kalsium fosfat dibasic
– Digunakan sebagai pengisi dan pengikat untuk kempa langsung
dengan memiliki ukuran paling kecil, tidak mahal, tidak dapat
digunakan bersama senyawa asam atau garam asam
– Jika digunakan cairan pengikat yang terlalu banyak maka jadi
lengket dan keras, tidak dapat digranul sehingga solusinya
dikombinasi dengan starch/Avicel
4. Laktosa
(Lachman Tablet)
– Inkompatibel dengan: senyawa yang sangat basa, asam askorbat,
salisilamid, pyrilamine maleat, phenilephrine HCl
– Granul laktosa hidrat mengandung kadar lembab 4-5%
– Laktosa adalah gula peredukasi bereaksi dengan amin menghasilkan
reaksi Maillard
– Isomer: α dan β (dalam campuran berada dalam kesetimbangan
kedua bentuk)
(Lachman Industri)
– Pengisi yang paling umum, ada 2 bentuk: hidrat dan anhidrat
– Jarang bereaksi dengan obat (hidrat dan anhidrat)
– Untuk GB pakai laktosa HIDRAT; laktosa anhidrat tidak mengalami
reaksi Maillard (dengan zat aktif mengandung amina dengan adanya
logam stearat), tetapi menyerap lembab.
– Secara umum tablet menunjukkan release rate yang baik, granulnya
cepat kering, disintegrasi tablet tidak banyak dipengaruhi oleh
kekerasan
(Handbook of Pharm Excipient)
– Keburukan: laktosa dpr berubah warna dengan adanya basa amin
dan Mg-stearat

12
– Dikenal 4 macam bentuk: granul kasar (60-80 mesh), granul halus
(80-100 mesh), granul spray dried (100-200 mesh), dan laktosa
anhidrat
– Dikenal sebagai gula susu.
Spray-dried Lactose
(Lachman Industri)
– Untuk pengisi kempa langsung, umumnya digabung dengan Avicel.
Jika tunggal digunakan dalam konsentrasi 40-50% sebagai pembawa
– Sifat direct compression-nya berkurang jika kadar air < 3%; dapat
dicampur dengan 20-25% zat aktif tanpa kehilangan sifat direct
compression-nya
– Kapasitas pegang 20-25% terhadap zat aktif; punya aliran baik dan
karakteristik pengikatan yang lebih baik dibandingkan laktosa biasa
– Kelemahan: dapat menghitam dengan adanya lembab, amin, atau
senyawa lain yang mengandung furaldehid
– Gunakan lubrikan netral atau asam
5. Sukrosa
– Bisa berfungsi sebagai pengisi/pengikat
– Jika digunakan sebagai pengikat tunggal, sukrosa membentuk granul
yang keras dan tablet lebih cenderung terdisolusi daripada
terdisintegrasi. Oleh karena itu banyak dikombinasi dengan
pengisi insoluble lain
– Jika digunakan sebagai pengisi kering, biasanya digranulasi dengan
pengikat larut air atau hidroalkohol. Kekerasan granul tergantung
jumlah pengikat yang digunakan. Campuran air dan alkohol akan
menghasilkan granul yang lebih lunak.
– Memiliki banyak bentuk, paling sering digunakan bentuk
“confectioner” untuk GB yang mengandung 3% pati jagung untuk
mencegah caking
– Sukrosa digunakan sebagai pemanis dalam tablet kunyah dan
digunakan sebagai pengikat untuk memperbaiki kekerasan tablet

13
– Kelemahan: tablet yang dibuat dengan komposisi sebagian besar
sukrosa akan mengeras pada penyimpanan. Sukrosa bukan gula
pereduksi tetapi menjadi coklat pada penyimpanan dan higroskopis
– Turunan sukrosa yang dapat digunakan untuk kempa langsung:
a. Sugartab : 90-93% sukrosa, 7-10% invert sugar
b. Di Pac : 97% sukrosa, 3% modified dekstrin
c. Nu Tab : 95% sukrosa, 4% gula invert, 1% corn starch, Mg
stearat
6. Dekstrosa
– Penggunannya terbatas pada GB sebagai pengisi dan pengikat
– Digunakan mirip dengan sukrosa, cenderung menghasilkan tablet
yang keras terutama jika menggunakan dekstrosa anhidrat
– Menjadi coklat pada penyimpanan
7. Manitol
– Pengisi yang baik untuk tablet kunyah karena rasanya enak, sedikit
manis, halus, dingin (negatif heat solution)
– Non-higroskopis, aliran jelek, membutuhkan lebih banyak cairan
pengikat
– Dapat digunakan untuk formulasi vitamin, menghasilkan granul
yang lebih halus dari sukrosa atau dekstrosa
– Kadar lembab granul yang dibuat dari sukrosa, dekstrosa, dan
manitol setelah pengeringan semalam pada 140-150 °F adalah 0,2%
– Hanya sedikit yang terabisaorbisai di saluran cerna, jika digunakan
banyak dapat bersifat laksatif
8. Emdex dan Celutab
(Lachman Industri)
– Dapat bereaksi dengan amin pada suhu dan kelembaban tinggi
– Bebas mengalir dan dapat dikempa langsung, mengandung 8-10%
lembab, kekerasan tablet dapat meningkat setelah pengempaan
– Starch terhidrolisa mengandung 90-92% dekstrosa dan 3-5%
maltosa

14
– Dapat digunakan sebagai pengganti manitol pada talbet kunyah
karena manis dan berasa halus.
9. Starch 1500 (penjelasan ada di bagian Pengikat)

2) Adsorben
– Adsorben harus memiliki titik leleh yang tinggi. Dengan titik leleh
tinggi setelah terjadi lelehan pertama akan terbentuk massa yang
bertitik leleh lebih tinggi.
– Manfaat adsorben: mencegah tablet basah oleh lelehan zat aktif, jika
tablet basah maka tablet akan lengket dalam cetakan. Bekerja
menyerap lelehan zat aktif. Contoh:

1. Avicel
2. Bolus alba
3. Kaolin, bentonit, Mg silikat, MgO, trikalsium fosfat
4. Aerosil

3) Pengikat

– Pengikat bisa berupa gula dan polimer.


– Pengikat yang berupa polimer alam: starch, gum (acacia, tragacanth,
gelatin)
– Pengikat yang berupa polimer sintetik: PVP, metilselulosa,
etilselulosa, hidroksipropilselulosa
– Bisa dengan cara kering/basah. Cara basah lebih sedikit
membutuhkan bahan.
– Jumlah larutan pengikat yang dibutuhkan untuk 3 kg pengisi
tercantum 888 pada tabel
(Lachman Tablet halaman 161)
1. Starch (amylum)
(Lachman Tablet)
– Dapat digunakan sebagai pengisi, pengikat, dan penghancur
– Dalam bentuk musilago amili 5-10%

15
– Cara: suspensikan starch 1:1/2-1 dalam air dingin, tambahkan 2-4
kali air mendidih dengan pengadukan konstan sampai starch
mengembang menjadi transparan yang dapat diencerkan
– Cara lain: suspensi starch dalam air dipanaskan
– Mengandung kadar air 11-14%; akan menyebabkan tablet
terdisintegrasi dengan cepat (hal 161)
– Pembuatannya harus hati-hati agar diperoleh musilago yang baik,
tidak terhidrolisis, dan tidak mengarang
– Pemakaian terbaik maksimal 30%. Jika dosis zat aktif besar, starch
diganti dengan penghacur yang lebih baik, yaitu avicel.
– Tablet yang mengandung amilum dengan konsentrasi tinggi
menunjukkan tablet yang rapuh dan sukar dikeringkan
– Amilum yang tidak dimodifikasi tidak mempunyai sifat
kompresibilitas yang baik dan mempunyai friabilitas yang besar,
dan akan terjadinya capping pada tablet jika digunakan dalam
jumlah besar
Sebagai disintegran:
– Pemakaian: 1-20%, merupakan disintegran yang paling umum
digunakan
– Mekanisme kerja dengan membentuk ikatan hidrogen saat
pengempaan dan pecah atau mengembang saat air masuk mell pori
(kapiler)
– Pemakaiannya disesuaikan dengan jenis starch, tekanan
pengempaan, dan kandungan air massa cetak
– Perhatian: sebelum digunakan, starch harus dikeringkan pada suhu
80-90 °C untuk menghilangkan air yang terabisaorpsi
2. Starch 1500
(Lachman Tablet)
– Dapat digunakan sebagai pengikat basah, kering, dan disintegran
– Starch 1500 maksimal mengandung 20% fraksi larut air yang
berfungsi sebagai pengikat sedangkan sisanya bersifat sebagai
disintegran

16
– Starch 1500 dibutuhkan ± 3-4 kali lebih banyak daripada musilago
amili untuk menghasilkan tablet dengan kekerasan yang sama
– Sebaiknya tidak digunakan sebagai pengisi pada GB karena akan
menghasilkan gel yang berfungsi sebagai pengikat yang sangat kuat
– Sebagai disintegran dapat ditambahkan kering, pada fasa luar.
(Lachman Industri)
– Aliran bagus, merupakan directly compressible starch
– Dapat dikempa sendiri, tetapi jika dicampur dengan 5-10% obat
membutuhkan lubrikan tambahan (misalnya 0,25% colloidal silicon
dioxide)
– Mengandung 10% lembab dan menyebabkan tablet menjadi lunak
jika dikombinasi dengan Mg stearat > 0,5%, sebagai pengganti
digunakan asam stearat
Sebagai disintegran:
– Merupakan disintegran yang baik dan ditambahkan dalam
campuran kering (dalam fasa dalam dan atau fasa luar pada metoda
granulasi kering atau kempa langsung, atau dalam fasa luar pada
metoda granulasi basah)
– Perhatian: tidak boleh diberikan pada massa basah
3. Amilum pragelatinasi
– Merupakan pati yang sudah dimasak dan dikeringkan lagi. Dapat
digunakan sebagai pengganti starch paste karena lebih mudah larut
dalam air hangat tanpa pemanasan
– Dapat ditambahkan kering ke dalam serbuk kemudian dibasahkan
dengan air membentuk massa lembab
4. Gelatin
– Digunakan pada konsentrasi 5-10% sebanyak 1-5% dari formula
– Sudah jarang digunakan, digantikan PVP, MC. Cenderung
menghasilkan tablet yang keras dan memerlukan disintegran yang
aktif
– Dapat digunakan untuk senyawa yang sulit diikat
– Kelemahan: rentan bakteri dan jamur

17
– Jika masih diperlukan pengikat yang lebih kuat, dapat digunakan
larutan gelatin dalam air 2-10%, yang dibuat dengan menghidrasi
gelatin dalam air dingin selama beberapa jam/semalam kemudian
dipanaskan sampai mendidih, larutan gelatin harus dipertahankan
hangat sampai digunakan karena akan menjadi gel pada
pendinginan
5. Larutan sukrosa
– Membentuk granul keras, kekerasan diatur dari konsentrasi sukrosa
20-85%
– Sangat baik sebagai pembawa soluble dyes dan menghasilkan warna
beragam
– Digunakan untuk menggranulasi tribasic fosfat yang umumnya
memerlukan pengikat yang lebih kohesif dari musilago amili; pada
tablet ferro sulfat, bertindak sebagai pengikat dan pelindung
ferrosulfat dari oksidasi
– Senyawa lain yang pengikatnya bisa berupa gula: aminofilin,
asetopheretidin, asetaminofen, meprobamate
6. Larutan akasia
– Digunakan pada konsentrasi 10-25%; untuk mengurangi
mephenesin (dosis besar dan sukar digranulasi)
– Menghasilkan granul yang keras tetapi tidak mengeras pada
penyimpanan
– Kelemahan: dapat terkontaminasi mikroba
– Kadang ditambah lubrikan cair PEG 6000 untuk membantu
pencetakan tablet dan disintegrasi tablet
7. PVP
– Nama dagang: Kollidon atau Plasdon
– Inert, larut air dan alkohol, digunakan dalam konsentrasi 3-15%,
sedikit higroskopis, tidak mengeras selama penyimpanan (baik
untuk tablet kunyah)

18
– Tablet efervesen bisa dibuat menggunakan PVP dalam etanol
anhidrat. Jangan menggunakan isopropanol anhidrat karena
meninggalkan bau pada granul.
– Konsentrasi 5% menghasilkan kompresibilitas yang baik dari
serbuk Natrium bikarbonat dan asam sitrat sehingga tablet bereaksi
cepat dan disolusi cepat.
– PVP baik untuk tablet kunyah terutama untuk alumunium
hidroksida, Mg(OH)2
8. Selulosa

a. Metil selulosa

– 1-5% larutan air; larutan 5% menghasilkan kekerasan yang sama


dengan musilago amili
– Dapat digunakan untuk menggranulasi soluble/insoluble
powder; pengikat yang baik untuk eksipien laktosa, manitol,
dan gula
– Keuntungan: dapat dikompres cepat, tidak mengeras pada
penyimpanan
b. CMC Na
– 5-15%
– Inkompatibel dengan Mg, Ca, Al, dan garamnya
– Menghasilkan granul yang lebih rapuh dari PVP kecenderungan
untuk mengeras; umumnya tablet mempunyai waktu
disintegrasi yang lebih lama
c. Etil selulosa
– Larutan dalam alkohol. Low grades digunakan sebagai pengikat
2-10% dalam etanol
– Dapat digunakan untuk menggranulasi serbuk yang sukar
digranulasi: asetaminofen, kafein, meprobamat, ferofu, arat, dan
dapat digunakan sebagai pengikat non air untuk serbuk yang
tidak tahan air seperti asam askorbat
– Dapat memperlambat disintegrasi

19
9. Polivinil alkohol
– Larut air, mirip akasia tapi tidak terlalu rentan dengan bakteri
– Membentuk granul yang lebih lunak dari acacia, menghasilkan
tablet yang disintegrasi lebih cepat dan tidak mengeras pada
penyimpanan
10. PEG 6000
– Sebagai pengikat anhidrat, dimana air dan alkohol tidak dapat
digunakan
– PEG 6000 merupakan padatan putih yang meleleh pada 70-
750C dan mengeras pada 56-630C
11. N-HPC (Nisso-HPC)
– Larut dalam air dan pelarut organik alkohol, propilen glikol,
metilen klorida, aseton dan kloroform. Jika digunakan sebagai
pelarut pada granulasi basah N-HPC dilaruntukan dalam air
atau alkohol.
Cara:

1. Melarutkan dalam air

– N-HPC ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil


diaduk kuat
– 20-30% air dipanaskan sampai 600C dan N-HPC ditambahkan
perlahan-lahan sambil diaduk. Setelah itu ditambahkan sisa air.
Dengan cara ini pelarutan lebih cepat.

2. Melarutkan dalam pelarut organic

4) Flavour

(Lachman Industri)
– Digunakan untuk tablet kunyah
– Penambahan pewangi dapat dilakukan dalam keadaan kering,
biasanya sebagai fasa luar, sedangkan yang cair ditambahkan
dengan menyemprotkan ke dalam massa cetak

20
– Flavour yang digunakan adalah bentuk flavour oil yang
diabsorbsikan ke adsorben
– Jumlah yang digunakan maksimal 0,5-0,75%

5) Disintegran
Fungsi : untuk memecah tablet
Cara pakai: – saat granulasi
– sebelum dicetak (paling baik)
1. Starch (amylum)
2. Starch 1500
3. Sodium starch glycolate (primogel, explotab)
– Pemakaian: 1-20% dengan konsentrasi optimum 4%
– Explotab tidak dapat sebagai penghancur dalam
– Mekanisme sama dengan starch secara umum, merupakan starch
termodifikasi sehingga mampu menyerap air 200-300%
– Waktu disintegrasi ditentukan pula oleh besarnya tekanan
pengempaan
– Perhatian: pada suhu dan kelembaban yang tinggi dapat
memperlama waktu disintegrasi sehingga memperlambat waktu
disolusi
4. Selulosa (selulosa, metilselulosa, CMC, CMC-Na, Avicel, Acdisol)
– Acdisol merupakan ikatan silang dari CMC-Na dan sangat baik
untuk digunakan sebagai disintegran karena larut air dan memiliki
afinitas yang besar pada air.
– Acdisol ini digolongkan pada super disintegran. Penggunaan 2-5%.
5. Gums (agar, pectin, tragacant, guar gum)
– Pemakaian: 1-10%
– Bukan merupakan disintegran yang baik, karena kapasitas
pengembangannya yang relatif rendah
6. Clays
– Pemakaian: 2-10%, sifat hilang jika digranulasi

21
– Bukan merupakan disintegran yang baik, karena dapat
menyebabkan perubahan warna secara keseluruhan
7. Alginat (asam alginat dan Na-alginat)
– Pemakaian: 1-5% (asam alginat) atau 2,5-10% (Na-alginat)
– Memiliki afinitas yang besar terhadap air

6) Lubrikan
– Konsentrasi optimum: 1%
– Fungsi: sebagai eksipien untuk menghilangkan gesekan/friksi saat
pengempaan dan penarikan tablet ke luar cetakan
– Jenis:

1. Water soluble: banyak digunakan untuk tablet larut air seperti


tablet/serbuk effervescent
2. Water insoluble: paling banyak dan digunakan konsentrasi rendah

– Mekanisme:

 Fluid type lubricant

Membentuk lapisan cair antara massa cetak dengan logam


cetakan. Dapat meninggalkan noda pada tablet

1. Boundary type lubricant

Dengan berinteraksi antara gugus polar lubrikan dengan molekul


pada permukaan logam. Tipe ini memiliki adheren terhadap
cetakan lebih baik
– Lubrikan dapat menyebarkan tekanan saat pengempaan dan
meningkatkan bobot jenis partikel secara keseluruhan
– Semakin kecil ukuran granul, dibutuhkan lubrikan yang semakin
banyak
– Secara umum lubrikan dapat memperlama waktu hancur tablet dan
menurunkan kecepatan disolusi karena sifatnya yang hidrofob

22
– Perhatian: aspirin tidak stabil dengan adanya senyawa alkaline,
misalnya lubrikan alkalin stearat. Penggantinya dapat digunakan
talk.
– Lubrikan carbowax seringkali diberikan dalam bentuk larutan
alkohol
– Ketika lubrikan ditambahkan saat granulasi, mereka akan
membentuk lapisan di sekitar granul sehingga dapat mengurangi
kerusakan tablet setelah dikempa. Pembentukan lapisan ini juga
akan menyebabkan tablet menjadi labih berpori, elastik, mudah
melar, dan memberikan hasil tablet yang lebih besar sehingga tablet
mudah pecah
– Lubrikan seringkali ditambahkan secara kering ketika semuanya
telah homogen, dan dicampur pada 2-5 menit akhir dari total waktu
pencampuran 10-30 menit
– Metode penambahan lubrikan di akhir (sebagai fasa luar-setelah
granul dibentuk) memberikan hasil yang lebih baik terhadap
kekerasan tablet dan kemudahannya untuk dikeluarkan
dibandingkan dengan metode penambahan lubrikan saat dilakukan
granulasi
– Sebagai lubrikan tunggal, Mg-lauril sulfiat pada konsentrasi yang
lebih rendah dapat dikombinasi dengan Mg-stearat

7) Glidan
– Secara umum, fine silica > Mg stearat > talk murni
– Talk mengandung sejumlah kecil Al silikat dan Fe. Harus hati-hati
untuk zat aktif yang penguraiannya dikatalisis oleh Fe
1. Cab-O-Sil : 5-10%
2. Corn starch : 5-10%
3. Aerosil : 1-3%
4. Talk : 5%
5. Syloid : 0,1-0,5%

23
8) Anti Adheren
– Yang paling baik adalah yang larut air, dan yang paling efisien
adalah DL-Leusine
– Biasa digunakan pada produk yang mengandung vitamin E dosis
tinggi karena cenderung terjadipicking
1. Talk : 1-5%
2. Logam stearat : <1%
3. Cab-O-Sil : 0,1-0,5%
4. Syloid : 0,1-0,5%
5. Corn starch : 3-10%
6. DL-Leusine : 3-10%
7. Na-lauril sulfat : <1%

24
BAB III
DATA PREFORMULASI

3.1 Monografi Bahan


1) ANTALGIN
RM :C13H16N3NAO4S.H2O
BM :351,37
Pemerian :Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan.
Kelarutan :Mudah larut dalam air, dalam metanol, dan tidak
larut dalam Eter.
Penggunaan terapi :Analgetikum, antipiretikum
Dosis Oral :
Usia 3 bulan – 1 tahun dosis sekali 50 mg, dosis sehari 150 – 200 mg
Usia 1 – 6 tahun dosis sekali 50 – 100 mg, dosis sehari 150 – 400 mg
Usia 6 – 12 tahun dosis sekali 20 – 300 mg, dosis sehari 600 – 1,2 g
Usia diatas 15 tahun dosis sekali 500 mg maksimal sampai 4 kali sehari
Mekanisme kerja :

 Analgetikum yaitu menginhibisi sintesis prostsglandin di sistem saraf


pusat.

 Antipiretikum yaitu bekerja sentral di pusat pengatur panas hipotalamus


untuk memproduksi vasodilator perifer dengan meningkatkan aliran
darah di kulit, melalui keringat dan penghilangan panas.

Efek samping :

 Reaksi hipersensitivitas : alergi (urtikaria)

 Efek samping paling berat adalah diskarsia darah ( agranulositosis,


leukopenia, trombositopenia ) dan syok.

 Adanya syok karena reaksi hipersensitivitas

Penyimpanan :

25
Pada suhu kamar (25 – 30)° C dan tempat kering, terlindung dari
cahaya.

Sumber: Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2nd ed, 1994, hal.187-186

2) AMYLUM

RM : (C6H10O5)n , dengan n = 300-1000

Pemerian : Tidak berbau dan berasa, serbuk berwarna putih berupa granul-
granul kecil berbentuk sferik atau oval dengan ukuran dan
bentuk yang berbeda untuk setiap varietas tanaman.

Kegunaan : Glidan; pengisi tablet dan kapsul; penghancur tablet dan


kapsul; pengikat tablet.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan air
dingin. Amilum mengembang dalam air dengan
konsentrasi 5-10 % pada 37˚C.

Aplikasi dalam Teknologi atau Formulasi Farmaseutikal :

Sebagai bahan tambahan untuk sediaan oral padat denan kegunaannya


sebagai pengikat, pengisi, dan penghancur. Pada formulasi tablet, pasta
amilum segar dengan konsentrasi 50-25% b/b digunakan pada granulasi
tablet sebagai pengikat.Sebagai penghancur, digunakan amilum
dengan konsentrasi 3-15% b/b.

pH : 5,5 – 6,5

Densitas : 1,478 g/cm30

26
Suhu gelatinasi : 73º C untuk pati jagung.

Aliran : 10,8-11,7 g/det

Kelembaban : 11% untuk pati jagung.

Distribusi ukuran partikel : 2-32 μm untuk pati jagung.

Suhu pengembangan : 65˚ untuk pati jagung.

Stabilitas : Stabil tapi higroskopis.

Penyimpanan : Harus disimpan pada tempat sejuk dan


kering (15 – 25oC), dalam wadah kedap
udara.

Sumber: Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th ed, 2009, hal.685


3) AVICEL

Pemerian : Serbuk hablur sangat halus; putih; tidak berbau

Kegunaan : Absorban 20 – 90%, pengikat pada kapsul 20 – 90%,


disentegran 5 – 15%, pengikat pada tablet 20 – 90%.

Kelarutan : Sedikit larut dalam 5% b/v larutan sodium hidroksi,


praktis tidak larut dalam air, asam encer, dan pelarut
organik lainnya.

Aplikasi dalam Teknologi atau Formulasi Farmaseutikal :

27
Secara luas digunakan dalam farmasi terutama sebagai pengikat pada
formulasi sediaan tablet dan kapsul, kedua dimana digunakan dalam proses
granulasi basah dan kempa langsung.

Higroskopisitas : higroskopis

Titik leleh : 260 – 270°C

Densitas : densitas (sejati) 1,512 – 1,668 g/cm3

Kelembaban : mempunyai kelembaban tidak lebih dari 5% b/b.

Stabilitas : stabil, higroskopis

Inkompatibilitas : menyebabkan oksidasi yang kuat

Penyimpanan : Penyimpanan dengan wadah tertutup baik dalam


tempat sejuk pada suhu 8 – 15˚C, tempat kering

Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6thed, 2009, hal.129

4) MAGNESIUM STEARAT

RM : C36H70MgO4

BM : 591,27

Pemerian : Hablur sangat halus, putih, berbau khas dan berasa.

Kegunaan : Lubrikan untuk tablet dan kapsul.

Aplikasi dalam Teknologi atau Formulasi Farmaseutikal :

28
Digunakan untuk kosmetik, makanan, dan formulasi obat. Biasanya
digunakan sebagai lubrikan pada pembuatan kapsul dan tablet dengan
jumlah antara 0,25 – 5,0 %.

Kelarutan :

 Praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eter, dan air.

 Sedikit larut dalam benzen hangat dan etanol (95%) hangat.

Densitas : 1,03 – 1,08 g/cm3.

Sifat aliran : Sulit mengalir, bubuk kohesif.

Polimorfisme : Trihidrat, bentuk asikular dan dihidrat, bentuk


lamellar

Titik leleh : 88,5˚ C.

Stabilitas : Stabil.

Inkompatibilitas : Dengan asam kuat,alkali, dan garam besi.

Penyimpanan : Disimpan pada wadah sejuk (15 – 25oC), kering, dan


tertutup rapat.

Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th ed, 2009, hal.404

5) LAKTOSA
Laktosa
Rumus molekul : C12H22011.H2O
Berat molekul : 342,30

29
Pemerian : Serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih crea, tidak
berbau dan rasa sedikit manis, stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air
mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan
dalam eter.
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan

3.2 Farmakologi
Antalgin termasuk derivat metasulfonat dari amidopirin yang mudah larut
dalam air dan cepat diserap kedalam tubuh. Bekerja secara sentral pada otak untuk
menghilangkan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik. Antalgin
mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensifitas reseptor rasa sakit dan
thermostat yang mengatur suhu tubuh. Lukmanto, 1986
a. Farmakodinamika antalgin

Sesuai analgetika, obat ini hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas
rendah sampai sedang, misalnya sakit kepala dan juga efektif terhadap nyeri yang
berkaitan dengan inflamasi. Efek analgetiknya jauh lebih lemah dari efek analgetik
opiat, obat ini tidak menimbulkan ketagihan adiksi dan efeksamping sentral yang
merugikan. Analgetika bekerja secara sentral untuk meningkatkan kemampuan
menahan nyeri. Analgesia yaitu suatu keadaan dimana setelah pemerian analgetik;
bercirikan perubahan perilaku pada respon terhadap nyeri dan kemampuan yang
berkurang untuk menerima impuls nyeri tanpa kehilangan kesadaran.

(Ganiswara,1981 Mei Kristian Zega:Penetapan Kadar Tablet Antalgin Secara Titrasi


Iodimetri Di PT. Kimia Farma Persero Tbk. PlantMedan,2010)

b. Farmakokinetik antalgin

Pada fase ini, antalgin mengalami proses absorbsi, distribusi, metabolisme,


dan ekskresi yang berjalan secara simultan langsung atau tidak langsung melintasi
sel membran. (Anief, 1991)

c. Efek samping antalgin

30
Pada pemakaian yang teratur dan untuk jangka waktu yang lama,
penggunaan obat yang mengandung metampiron kadang-kadang dapat
menimbulkan kasus agranulositosis fatal. Untuk mendeteksi hal tersebut, selama
penggunaan obat ini perlu dilakukan uji darah secara teratur. Jika gejala tersebut
timbul, penggunaan obat ini harus segera dihentikan. (Lukmanto, 1986)

31
BAB IV
PRAKTIKUM I
(FORMULASI & PEMBUATAN GRANUL)

A. Tanggal Praktikum
31 Oktober 2017
B. Alat dan Bahan

1) Alat
 Ayakan
 Gelas ukur
 Timbangan
 Batang pengaduk
 Kertas perkamen
 Beakerglass
 Pipet
 Spatel
 Oven
 Wadah granul

2) Bahan
 Antalgin (Methampyron)
 Amylum maydis (pati jagung)
 Mg.stearat
 Laktosa
 Aquadest
 Avicel

C. Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Timbang semua bahan yang akan digunakan

32
3. Campurkan seluruh fase dalam (methampyron, amylum, laktosa) masukkan ke
dalam mortar, aduk hingga homogeny.
4. Panaskan aquadest dan amylum hingga terbentuk mucilage/terbentuk lem.
5. Timbang berat mucilage.
6. Masukkan sedikit-demisedikit mucilage kedalam mortar sambil diaduk
homogen sampai terbentuk masa yang dapat dikepal dan dipatahkan. Timbang
sisa mucilage.
7. Jika sudah tercampur, bahan granul dibentuk bulat lalu ayak.
8. Timbang granul hasil pengayakan
ͦ
9. Oven granul pada suhu 40-60 c
10. Ayak kembali dengan ayakan mesh 18 hingga terbentuk granul.

D. Perhitungan
1) Formulasi I
 Methamphyron : 500 mg x 200 = 100.000 mg = 100 gr
5
 Amylum (Pengikat) : 100 𝑥 700 = 35 𝑚𝑔 𝑥 200 = 7000 𝑚𝑔

= 7 gr
10
 Amylum (Penghancur): 100 𝑥 700 = 70 𝑚𝑔 𝑥 200 = 14000 𝑚𝑔

= 14 gr
2
 Mg. Stearat : 100 𝑥 700 = 14 𝑚𝑔 𝑥 200 = 28000 𝑚𝑔

= 28 gr
 Laktosa ad 700 = 700 – (500+35+70+14)
= 700 – 619
= 81 mg x 200
= 16,2 gr
2) Formulasi II
 Methamphyron : 100 gr
 Amylum (Pengikat) : 1.842 gr
 Amylum (Penghancur) : 14 gr
 Mg. Stearat : 2.8 gr
 Laktosa : 16,2 gr

33
Jumlah = 134.842 - 104.26( bobot granul setelah kering)
= 30.582(bobot yang hilang)
E. Data Hasil Pengamatan
1. Organoleptis
Warna : Putih
Bau : Tidak berbau
Rasa : Pahit
Bentuk : Serbuk

 MA 10%
7 gr
10%
70 mL
 Berat Beakerglass : 98.69 gr
 Berat Mucilage : 195.87 gr
 Berat Mucilage Awal : 97.23 gr
97.23 – 76.97 = 20.26 gr (mucilage yang digunakan)
 Berat Granul : 121.98 gr

34
PRAKTIKUM II
(EVALUASI GRANUL & PEMBUATAN TABLET)

A. Tanggal Praktikum
7 November 2017

B. Alat dan Bahan

1) Alat
 Heating drying oven
 Corong alat uji waktu alir
 Bolting columeter
 Sieve shaker
 Ayakan
 Stopwatch
 Gelas ukur
 Timbangan analitik
 Penggaris

2) Bahan
 Sediaan granulasi kering

C. Prosedur Kerja
1) Kadar Air
 Timbang seksama 5 gram granul
 Panaskan dalam lemari pengering sampel bobot konstan (150˚C)
2) Uji Sifat Alir
 Timbang seksama 25 gram granul tempatkan pada corong alat
 Uji waktu alir dalam keadaan tertutup
 Buka penutupnya biarkan granul mengalir
 Catat waktu
 Lakukan sebanyak 3 kali
 Kemudian ukur sudut diam dengan menghitung jari-jari dan tinggi dari
tumpukan granul setelah metode corong.

35
3) Uji Kompresibilitas
 Timbang 100 gram masukkan ke dalam gelas ukur dan catat volumenya
 Kemudian granul dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan dengan alat uji
 Catat volume uji sebelum dimampatkan (Vo)
 Volume setelah dimampatkan dengan pengetukan 500 kali (V500)
4) Distribusi partikel
 Masukkan sejumlah 100 gram granul diletakan diayakan yang telah
tersusun dan ditara
 Mulai dari ayakan 20 sampai dengan ayakan mess 100 pada alat sleve
shaker
 Setelah pengujian selesai masing–masing ayakan ditimbang kembali dan
dihitung distribusi granul dari tiap–tiap ayakan (%)
5) Bobot Jenis
 Evaluasi granul dengan bobot jenis ini yaitu dengan mengetahui bobot
jenis pada granul tersebut. mulai dari bobotnya. Bobot mampat dan bobot
sejati, evaluasi bobot sejati ini di lakukan menggunakan alat piknometer

D. Data Hasil Pengamatan


1. Kadar Air
- Bobot sebelum pengeringan = 5 gram (Wo)
- Bobot sesudah pengeringan = 4,91 gram (W1)
Wo−W1 5 gram−4,91 gram
Kadar Air = x 100% = x 100% = 1,8 %
Wo 5

2. Sifat Alir
t1 = 02,52 detik
t2 = 02,57 detik
t3 = 02,29 detik

3. Sudut Diam
I = h1 = 1,7 cm
9,4
d1 = 9,4 cm < r = = 4,7
2
ℎ 1,7
tan = = 0,36
𝑟 4,7
tan 0,36 = 19,8

36
II = h2 = 1,9 cm
9
d2 = 9cm < r = = 4,5
2
ℎ 1,9
tan = = 0,42
𝑟 4,5
tan 0,42= 22,8

III = h2 = 1,9 cm
9
d2 = 9cm < r = = 4,5
2
ℎ 1,9
tan = = 0,42
𝑟 4,5
tan 0,42= 22,8

4. Uji Organoleptis
Warna : Putih
Bentuk : Granul
Rasa : Pahit
Bau : Tidak Berbau

5. Uji Kompresibilitas
𝑉𝑜−𝑉1 100−87
I → Vo = 100 ml x 100% = = 13%
𝑉𝑜 100
V1 = 87 ml
𝑉𝑜−𝑉1 100−85
II → Vo = 100 ml x 100% = = 15%
𝑉𝑜 100
V1 = 85 ml
𝑉𝑜−𝑉1 100−83
III → Vo = 100 ml x 100% = = 17%
𝑉𝑜 100
V1 = 83 ml

6. Sesudah Ditambah Pelicin


 Waktu alir = 02,17
 Sudut diam = h=1,7
d=8,4
8,4
r= = 4,2
2
ℎ 1,7
tan = = 0,4
𝑟 4,2
tan 0,4 = 21,8
 Uji Kompresbilitas
Vo = 100
V1= 88
𝑉𝑜−𝑉1 100−88
x 100% = = 12%
𝑉𝑜 100

37
PRAKTIKUM III
(EVALUASI TABLET)

A. Tanggal Praktikum
28 November 2017
B. Alat dan Bahan

1) Alat
 Desintegration Tester
 Flow Tester
 Freabilitator
 Jangka sorong
 Timbangan digital

2) Bahan
 Tablet Metampiron
C. Prosedur Kerja
1) Keseragaman Ukuran
- Ukur 20 tablet dengan jangka sorong
- Diukur diameter dan ketebalan
- Hitung rata-ratanya
2) Keseragaman Bobot
- Timbang 20 tablet satu per satu hitung bobot rata-rata dan penyimpangan.
*Tidak > 2 tablet yang menyimpang pada kolom A
*Tidak satupun yang menyimpang pada kolom B

3) Waktu Hancur

- 6 tablet masukkan ke dalam tube


- Tutup dan naik turunkan keranjang dalam medium air T 37-42˚C
- Waktu hancur dihitung paa tablet yang terakhir hancur
3) Uji Kekerasan
- 20 detik diukur kekerasan dengan alat.
4) Freability

38
- 20 tablet timbang dan masukkan ke dalam frabilator
- Putar 100x (4 menit)
- Hitung %

D. Data Hasil Pengamatan


1) Keseragaman Bobot
1. 1,48
2. 1,48
3. 1,52
4. 1,52
5. 1,46
6. 1,57
7. 1,52
8. 1,48
9. 1,48
10. 1,52
15,03
Bobot rata-rata = = 1,503 →1,50
10

2) Keseragaman Ukuran
1. D : 12,9 mm tebal = 3,7 mm
2. D : 12,9 mm tebal = 3,7 mm
3. D : 12,9 mm tebal = 3,7 mm
4. D : 12,9 mm tebal = 3,7 mm
5. D : 12,9 mm tebal = 3,7 mm
Rata-rata diameter tablet = 12,9mm. Dan tebal tablet 3,7 mm

3) Kekerasan Tablet (Dipakai 2 tablet)


1. 90 N = 9 Kg
2. 90 N = 9 Kg
4) Freabilitas
Berat awal : 15,03
Rata-rata : 1,50
Berat Setelah 100 Putaran = 14,78
Rata-rata = 1,478 →1,48

39
0,02
% = 1,5 – 1,48 x 100% = x 100%
1,5

= 0,0133 x 100%
= 1,33 %
5
Kolom A 5% : 100x 1.5 = 0,075
10
Kolom B 10% : 100x 1.5 = 0,15

A : 1,5 + 0,075 = 1,575 Memenuhi Syarat


: 1,5 – 0,075 = 1,425

B : 1,5 + 0,15 = 1,65 Memenuhi Syarat


: 1,5 – 0,15 = 1,35

40
PRAKTIKUM IV
(DISOLUSI TABLET)

A. Tanggal Praktikum
5 Desember 2017
B. Alat dan Bahan

1) Alat
 Disolusi Tester
 Spektrofotometer uv-vis
 Kuvet
 Pipet tetes
 Pipet ukur
 Labu ukur
 Push Ball
2) Bahan
 Tablet Paracetamol (Panadol)
 Aquadest

C. Prosedur Kerja
1) Disolusi Tester
- Siapkan alat dan bahan
- Isi bejana dan alat disolusi dengan air 900 ml air suling
- Atur thermostat pada suhu 37˚C. masukkan tablet lalu jalankan motor
penggerak dengan kecepatan 100 rpm
- Ambil media disolusi secukupya (± 5 ml) dengan menggunakan pipet
volume pada menit ke 5, 10, dan 15. Media disoluso dicukupkan kembali
hingga volume 900 ml, tiap menit pengambilan.
- Ditentukan kadarnya menggunakan spektrofotometri uv-vis pada panjang
gelombang 234 rpm.
2) Spektrofotometri UV-Vis
- Pembuatan baku induk 1000 rpm
- Timbang tablet paracetamol sebanyak 100 mg

41
- Masukkan ke dalam labu ukur 100 ml
- Tambahkan 50 ml aquadest, aduk ad larut
- Tambahkan dengan aquadest ad tanda batas, kocok sampai homogeny.

D. Data Hasil Pengamatan


 Kandungan parasetamol penetapan kadarnya:
0,5 gr
500mg dilarutkan dalam 900 ml : 900 𝑚𝑙 = 0,000556 → 555,56 ppm

Diambil 1 ml dengan menggunakan pipet volume lalu diencerkan ad 10 ml


555,56
dengan air. Pengenceran 10 jadi konsentrasinya : = 55,56 ppm
10

Keterangan : konsentrasi peka spektrofotometri adalah 10-80 ppm


 Baku banding FI → serbuk parasetamol (120mg) → injeksi
120 mg + 10 ml methanol → 500 ml (dalam labu ukur 500 ml)
0,12 g
Jadi : = 0,00024/ml = 240 ppm (dikali 1 jt)
500

Diambil 5 ml ad 100 ml (20xnya) → 12 ppm


Yang diambil:
5ml : 12 ppm
10ml : 24 ppm
20ml : 48 ppm
25ml : 60 ppm
Absorben tidak boleh > 1
Dihitung persamaan regresi Y: Ax + C
 Absorbansi baku standar
1. 12 rpm = 0,752
2. 24 rpm = 1,684
3. 40 rpm = 3,000
4. 60 rpm = 3,000

- Hasil sampel : A= 2,269 (y)


- Regresi Linear Y= Ax + C
Y= 0,05x + 0,279
y − 0,279
Y= 0,05
2,269 − 0,279
X= 0,05
1,99
X= 0,05

42
X= 39,8 ppm
39,8
Kadar : 55,56 𝑝𝑝𝑚 x 100% = 71,634 %
 Jadi kadar sampel dari sediaan tablet panadol 500mg mengandung
parasetamol 71,634% (Tidak memenuhi syarat)
 Konsentrasi Parasetamol dalam sampel
39,8 x 10x (pengenceran) = 398
 Acuan kadar parasetamol harus 80%nya

43
BAB V
KESIMPULAN

Tablet adalah bentuk sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih bahan
obat yang dibuat dengan pemadatan, kedua permukaannya rata atau cembung.
Tablet memiliki perbedaan dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan.
Kebanyakan tipe atau jenis tablet dimaksudkan untuk ditelan dan kemudian
dihancurkan dan melepaskan bahan obat ke dalam saluran pencernaan. Tablet
dapat diartikan sebagai campuran bahan obat yang dibuat dengan dibantu zat
tambahan yang kemudian dimasukan kedalam mesin untuk dikempa menjadi
tablet.
Pada umumnya metode pembuatan tablet dengan cara
granulasi. Granulasi merupakan suatu proses membesarkan ukuran partikel-
partikel kecil serbuk yang terikat satu sama lain menjadi besar yang dapat
mengalir bebas. Tujuan granulasi adalah membuat massa mengalir bebas,
memadatkan campuran bahan, membuat campuran seragam yang tidak
memisah, memperbaiki karakteristik kompresibilitas dari zat aktif,
mengendalikan kecepatan pelepasan zat aktif dari sediaan, mebgurangi debu
dan meningkatkan penampilan tablet
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan tablet dengan metode
granulasi basah. Metode granulasi basah ini merupakan salah satu metode yang
paling sering digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah
yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode granulasi basah ini
dapat dibagi sebagai berikut, yaitu menimbang dan mencampur bahan-bahan
yang diperlukan dalam formulasi, pembuatan granulasi basah, pengayakan
adonan lembab menjadi pelet atau granul, kemudian dilakukan pengeringan,
pengayakan kering, pencampuran bahan pelicin, dan pembuatan tablet dengan
kompresi. Keuntungan metode granulasi basah yaitu, Meningkatkan kohesifitas
dan kompaktibilitas serbuk sehingga diharapkan tablet yang dibuat dengan
mengempa sejumlah granul pada tekanan kompresi tertentu akan menghasilkan
bentuk tablet yang bagus, keras, dan tidak rapuh. Mencegah segregasi
komponen penyusun tablet yang telah homogen sebelum proses pencampuran.

44
Zat-zat yang bersifat hidrofob, dapat memperbaiki kecepatan pelarutan zat aktif
dengan perantara cairan pelarut yang cocok dengan bahan pengikat.

45
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan


Indonesia.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan


Indonesia.

https://andayana.wordpress.com/2009/01/12/pembuatan-tablet/ (5 November 2017,


14.25)

https://nuniksites.wordpress.com/2014/01/28/makalah-tablet-dunia-farmasi/ (4
November 2017, 22.42)

https://septaranipajrin.wordpress.com/2013/12/12/243/ (4 November 2017, 23.44)

http://helensonitahabibie.blogspot.co.id/2012/05/laporan-praktikum-tablet-
paracetamol.html

46

Anda mungkin juga menyukai