Anda di halaman 1dari 42

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat
atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat
diklasifikasikan sebagai tablet atau tablet kompresi.(USP).
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa.(FI IV).
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau silkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat
pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atauzat lain yang
cocok.(Farmakope edisi III).
Dari beberapa pengertian tablet menurut beberapa literatur dapat
disimpulkan bahwa tablet adalah bentuk sediaan padat farmasetik yang
mengandung satu atau lebih bahan obat dengan atau tanpa zat tambahan
yang cocok dalam bentuk pipih, sikuer, permukaannya datar atau cembung,
yang dibuat dengan metode pengempaan atau pencetakan atau dengan cara
lain sesuai dengan punch dan die, dibawah tekanan beberapa ratus kg/cm.
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
2

1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan.
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil.
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik atau mekanik.
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan.
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan.
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan.
7. Bebas dari kerusakan fisik.
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan.
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu.
10. Tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku(anis yohana
chaerunisaa, Farmasetika Dasar).
Nama kimia: Asam 5-etinil-5fenilbarbiturat
Stuktur kimia Phenobarbital:







Sifat fisikokimia: Hambur kecil atau serbuk hablur putih berkilat; tidak berbau;
tidak berasa; dapat terjadi polimorfisma. Stabil di udara; pH
larutan jernih lebih kurang 5. Sangat sukar larut dalam air;
3

larut dalam etanol; dan dalam larutan alkali hidroksida dan
dalam alkali karbonat; agak sukar larut dalam kloroform.
Efek Farmakologi: Phenobarbital adalah antikonvulsi turunan barbiturate yang
efektif dalam mengatasi epilepsy pada dosis subhipnotis.
Penyimpanan : Tertutup rapat dan baik. (FI IV).


















4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Farmakologi
Phenobarbital, asam Asam 5-etinil-5fenilbarbiturat, merupakan senyawa
organik pertama yang digunakan dalam pengobatan antikonvulsi. Kerjanya
membatasi pertama aktivitas bangkitan dan menaikan ambang rangsangan.
Dosis efektifnya relative rendah, efektif sedative. Dalam hal ini dianggap
sebagai efek samping, dapat dibatasi dengan pemberian stimulan sentral tanpa
mengurangi efek antikonvulsinya. Dosis dewasa yang bias digunakan ialah
dua kali 100 mg sehari. Untuk mengendalikan epilepsy disarankan kadar
plasma optimal. Berkisar antara 10-40g/ml. kadar plasma diatas 40g/ml
sering disertai gejala toksik yang nyata. Penghentian pemberian Phenobarbital
harus secara bertahap guna mencegah kemungkinan meningkatnya frekuensi.
Interaksi Phenobarbital dengan obat lainnya umumnya terjadi karena
frnobrbital meningkatkan aktifitas enzim mikrosom hati. Kombinasi dengan
asam valproat akan menyebabkan kadar Phenobarbital meningkat 40%.
Hidroksipropil metilcelulosa (HPMC) merupakan polimer alam yang
telah dimodifikasi sebagai bahan pengikat yang memberikan kekompakan
dan daya tahan tablet sehingga dapat menyatukan beberapa partikel serbuk
dalam sebuah butiran granul. Viskositasnya yang rendah yaitu 5-15 cps sering
digunakan sebagai bahan penyalut yaitu 5-10% b/v. alsan utama sering
5

digunakan pada penyalutan secara konvensional. Selain itu sipatnya yang
dapat larut dalam cairan pencemaan maupun pelarut organik.

B. Sedian Tablet
a. Uraian Tablet
Tablet adalah sedian padat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan
dan merupakan bentuk sedian yang paling banyak digunakan. Tablet
kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja.
Tablet dicetak dari serbuk kering. Kristal atau granulat, umunya
dengan penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan
menggunakan tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder,
kubus, batang, atau cakram,serta bentuk seperti telur atau peluru. Garis
tengah tablet pada umumnya 5-17 mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g.
b. Metode Pembuatan Tablet
Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi
kering (mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan granulasi
basah dan kering adlah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau
kemampuan kempa.
Butiran granul yang di peroleh, partikel-partikelnya mempunyai daya
lekat. Daya alirannya menjadi lebih baik ssehingga pengisian ruang cetak
6

dapat berlangsung secara kontiniu dan homogen. Keseragaman bentuk
granulat menyebabkan keseragaman bentuk tablet ( voigt, 2005).
1. Granulasi basah
Zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogeny, lalu
dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna.
Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari pengering pada
suhu 40-50
0
C. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul
dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelican dan
dicetak dengan mesin tablet.
2. Granulasi kering
Metode ini digunakan pada keadan dosis efektif terlalu tinggi
untuk pencetakan langsung, obatnya peka terhadap pemanasan,
kelembaban, atau keduanya (Lachman, dkk, 1994).
Setelah penimbangan dan pencampuran bahan, serbuk di slugged
atau dikompresi menjadi tablet yang lebar dan datar dengan garis
tengah sekitar 1 inci. Kempaan harus cukup keras agar ketika
dipecahkan tidak menimbulkan serbuk yang berceceran. Tablet
kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau alat dan diayak dengan
lubang yang diinginkan, pelican ditambahkan dan tablet dikempa.
3. Kompresi langsung
Bebrapa bahan obat seperti kalium klorida, kalium iodide, amoium
klorida, dan metenamin bersifat mudah mengalir, sifat kohesifnya
7

juga memungkinkan untuk langsung dikompresi tanpa memerlukan
granulasi.
c. Komposisi Tablet
Tablet oral umunya di samping zat aktif mengandung, pengisi,
pengikat, penghancur, dan pelicin. Tablet tertentu mungkin memerlukan
pemacu aliran, zat warna, zat perasa, pemanis.
Komposisi umum dari tablet adalah zat berkhasiat, bahan pengisi,
bahan pengikat atau perekat, bahan pengembang dan bahan pelicin.
Kadang-kadang dapat ditambahkan bahan pewangi (flavoring angent),
bahan pewarna (coloring angnt) dan bahan-bahan lainnya.
1. Pengisi
Diguanakan agar tablet memiliki ukuran dan massa yang
dibutuhkan sifatnya harus netral secara kimia dan fisiologis. Selain
itujuga dapat dicemakan dengan baik. Bahan- bahan pengisi yaitu:
laktosa, sukrosa, manitol, sorbitol, amilum, bolus alba, kalsium sulfat,
natrium sulfat, natrium klorida, magnesium karbonat.
2. Pengikat
Untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet, juga
untuk menjamin penyatuan beberapa prtikel serbuk dlam butir
granulat. Pengikat yag umum digunakan yaitu: amilum, gelatin,
glukosa, gom arab, natrium alginate, cmc, polivinilpirolidon, dan
veegum.

8

3. Penghancur
Untuk memudahkan pecahnyatablrt ketika berkontrak dengan
cairan saluran pencernaan dan memudah absorpsi. Bahan yang
digunakan sebagai pengembang yaitu: amilum, gom, derivate selulosa,
alginate, dan clays.
4. Pelicin
Ditambahkan untuk mengikat daya lair granul-granul pada
corong pegisi, mencegah melekatnya massa pada punch dan die,
mengurangi pergesekam antara butir-butir granul, dan mempermudah
pengeluaran tablet dari die. Bahan pelincir yaitu: metalik sterat, talk,
asam stearat, senyawa lilin dengan titik lebur tinggi, amilum maydis.

C. Preformulasi Zat Tambahan
Laktosa merupakan pengisi yang paling luas digunakan dalam
formulasi sediaan tablet. Bentuk hidrat biasanya digunakan dalam sistem
granulasi basah dan granulasi kering. Formula laktosa biasanya
menunjukkan kecepatan pelepasan zat aktif dengan baik, mudah dikeringkan
dan tidak peka terhadap variasi moderat dalam kekerasan tablet pada
pengempaan.
Laktosa dapat memadatkan massa granul dalam granulasi basah atau
metode kempa langsung. Laktosa merupakan eksipien yang baik sekali
digunakan dalam tablet yang mengandung zat aktif berkonsentrasi kecil
9

karena mudah melakukan pencampuran yang homogen. Harga laktosa lebih
murah dari pada banyak pengisi lainnya.
1. Laktosa/ Laktosum (FI IV hal 488-489)
a. Struktur bangun

b. Pemerian : serbuk atau masa, keras, putih atau putih krem. Tidak
berbau dan rasa sedikit manis. Stabil di udara, tetapi mudah
menyerap bau.
c. Kelarutan : mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih
mudah larut dalam air mendidih; sangat sukar larut dalam etanol;
tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
d. Kegunaan dalam bidang farmassi : zat pengikat, diluent pada serbuk
inhaler kering, pengikat tablet, diluent tablet dan kapsul.
Talkum dan magnesium stearat adalah zat tambahan fase luar yang
berfungsi sebagai pelincir yang meningkatkan aliran granul sehingga
tersebar ke seluruh tempat cetakan pada saat pengempaan dan agar tidak
meyumbat di cetakan. Selain itu pelincir dapat memperpanjang waktu
penghancuran obat, sehingga pada saat dilakukan uji friabilitas, massa tablet
tidak berkurang banyak. Kedua zat ini ditambahkan sebagai fase luar untuk
memberikan hasil yang lebih baik pada kekerasan tablet dibandingkan
10

ditambahkan sebagai fase dalam. Pada formulasi tablet, talkum ditambahkan
sebanyak 1- 10% dan magnesium stearat ditambahkan sebanyak 0.25- 5%
(HOPE, 2009).
2. Talk/Talkum (FI III hal 591)
Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang
mengandung sedikit Aluminium silikat.
a. Pemerian : Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu. Berkilat,
mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran.
b. Kelarutan : praktis tidak larut dalam pelarut asam dan basa, pelarut
organik dan air.
c. Aplikasi : sebagai glidan dan lubrikan 1-10%.
d. Kekerasan : 1,0-1,5
e. Kandungan lembab : talk tidak mengabsorpsi sejumlah air pada suhu
25oC dan kelembaban relatif naik hingga 90%.
f. Stabilitas : stabil, dapat disterilisasi dengan pemanasan pada 160
o
C
selama tidak lebih dari 1 jam.
g. Inkompabilitas : dengan senyawa amonium kuartener.
h. Penggunaan : zat tambahan (pelincir)
3. Mg stearat (HEP hal 430)
BM : 591,34
Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran
asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari
magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan.
11

Mengandung setara dengan tidak kurang dari 6,8 % dan tidak lebih dari 8,3
% MgO.
a. Pemerian : Serbuk halus, putih dan voluminus; bau lemah khas; mudah
melekat di kulit; bebas dari butiran.
b. Kelarutan : Tidak larut dalam air, dalam etanol dan dalam eter. (FI IV:
515)
c. Inkompatibilitas : Dengan asam dan garam logam.
d. Penggunaan : sebagai zat pelincir.
e. Aplikasi : 0.25 5% sebagai lubricant
f. Stabilitas : magnesium stearat stabil dan harus disimpan dalam
wadah/container dingin, di tempat kering.
g. susut pengeringan : tidak lebih dari 6.0%
h. Kerapatan : 0.159 g/cm3 (ruah), 0.286 g/cm3 (mampat), 1.092 g/cm3
(nyata)
4. Pati (Amilum)
Tablet yang menggunakan pati dalam konsentrasi tinggi sering lunak
dan sulit dikeringkan. Secara komersial pati dapat mengandung lembab
yang beragam antara 11-14%. Pati pada umumnya digunakan sebagai
pengisi dan pengikat dalam tablet yang dibuat dengan metode granulasi
basah dan kering. Satu-satunya pati modifikasi yang telah diterima sebagai
pengisi dalam kempa langsung adalah Starch 1500.


12

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Alat Dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan adalah vulumenometer, gelas ukur, kertas saring,
corong, oven, Loyang, alat pencetak tablet, batang pengaduk, timbangan,
beker glass, glass kimia,
2. Bahan
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam pembuatan tablet ini adalah
talk, Mg-stearat, amilum, laktosa, amilum, Phenobarbital.

B. Rasionalisis Formula
Phenobarbital : Zat aktif
Laktosa : Pengikat tablet
Amilum : Pengikat tablet dengan adanya kadar air yng rendah atau
sebagai zat penghancur, jumlah amilum yang digunkan yaitu 15% pada fase
dalam 10% dan fase luar 5%. Hal ini dapat diterima karena jika amilum
yang digunakan 5% umumnya cocok untuk membantu proses penghancuran,
tetapi yang dipakai sampai 15% untuk memperoleh daya hancur yang lebih
cepat.
Mg-Stearat : Zat pelincir
Talk : Zat tambahan
13

C. Formula Dan Perhitungan
Formula yang akan dibuat
R / Phenobarbital 500 mg
Amilum (FD) 10 %
Laktosa
MA (1/3 FD) 5%
Talk 2%
Mg-stearat 1%
Amilum (FL) 5%

Perhitungan :
Dibuat 300 tablet yang mengandung parsetamol 500 mg/tablet.Berat @tablet
700 mg.
Fase Dalam (92%) :
92% x 700 mg = 644 mg
Phenobarbital 500 mg
Amilum (FD) 10% x 700 mg = 70 mg
Laktosa ( 644-500-70- 10.73) = 63,267 mg
MA (5%) 1/3 x FD = 1/3 x 644 mg
= 214,667 mg
Fase luar :
Talk 2%
Mg-stearat 1%
14

Amilum (FL) 5%

Berat Teoritis Granul :
Phenobarbital 150 g
Amilum 21 g
Laktosa 18.96 g
MA 3.22 g
193.18
1. Tanpa perhitungan kadar air :
Granul Kering (GK) = 174,8142 gram



Penimbangan Bahan:
Fase dalam :
Phenobarbital = 500mg x300 = 150 g
Amilum = 70mg x 300 = 21 g
Laktosa = 63.267mg x 300 = 18.98 g
15

MA(5%) = 214,667 mg x 300 = 64,4 g
= 5% x 64,4 g = 3.22 g
Fase Luar :



D. Prosedur
1. Pembuatan Muschilago Amili (5%)



1. Granulasi Basah









Beker glass 250 ml + batang pengaduk
Timbang sebagai Wo
Buat suspense amilum beker glass lain
Campur ditimbang sehingga diperoleh
berat W1
+ 5gram amilum + 1/3 aquadest
dingin (31,67 gram)
Sisa aquadest 2/3 bagian dikurangi 20% dari
2/3 bagian sisa (50.67g) masukan ke dalam
beker glass 250 ml, panaskan
Suspense amilum yang sudah jadi
Masukan ke beker glass 250 ml
sambil dilakukan pemanasan, aduk
Aquadest 20% dari bagian sisa (12,667g)
untuk membilas wadah tempat
pembuatan amilum
Berat W1 seharusnya 400mg, jika W1 kurang
dari 400 mg ke dalam musilago ditambahkan
air panas, sehingga diperoleh campuran akhir
400 mg
16
























Bahan-bahan fase diam : paracetamol,
amilum dan laktosa dimasukan ke wadah
Diaduk sampai homogeny, lalu tambahkan
musilago amili sedikit-demi sedikit
Semua bahan dikepal sampai diperoleh massa
granul yang baik
Musilago amili sisa ditimbang sehingga
diperoleh W
2,
Jumlah MA yang digunakan
yaitu W
1
=W
2

Dilakukan pengayakan granul basah dengan
mess 12. Pengayakan dilakukan satu arah
Dihitung kadar air, kadar air yaitu 1-2%
Granul yang kering ditimbang
17

E. Efek terapi dan non terapi
Fenobarbital merupakan agen yang efektif untuk kejang umum tonik
klonik dan partial seizure. Kemanjuran, toksisitas yang rendah dan biaya yang
murah menjadikan obat ini penting untuk beberapa jenis epilepsi. Akan tetapi
penggunaan fenobarbital sebagai agen primer sebaiknya dikurangi, mengingat
efek sedasi dan kecenderungan pengaruh obat dalam mengganggu perilaku pada
anak.
Fenobarbital sesekali menimbulkan mialgia, neuralgia, atralgia, terutama
pada pasien psikoneuritik yang menderita insomnia. Bila diberikan dalam keadaan
nyeri dapat menimbulkan gelisah, eksitasi, bahkan delirium. Dapat pula terjadi
reaksi alergi berupa dermatosis, erupsi pada kulit, dan kerusakan degenerasi hati.

F. Hipotesis penelitian
1. Hipotesis mayor
Ekstrak pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dapat memberikan efek
sedasi pada mencit Balb/c.
2. Hipotesis minor
a. Efek sedasi mencit Balb/c kelompok perlakuan (ekstrak pegagan) lebih
kuat daripada kelompok kontrol negatif (CMC dalam aquadest).
b. Efek sedasi mencit Balb/c kelompok positif (fenobarbital) lebih kuat
daripada kelompok perlakuan (ekstrak pegagan) dan kelompok kontrol
negatif (CMC dalam aquadest).

18

3. Cara pengumpulan data
a. Mencit Balb/c diadaptasikan di labolatorium dengan cara dikandangkan,
diberi pakan standar dan minum selama 7 hari.
b. Secara random binatang percobaan dibagi 5 kelompok, tiap kelompok
terdiri dari 6 mencit (kelompok kontrol positif, kontrol negatif dan 3
kelompok perlakuan dengan dosis bertingkat).
c. Bahan coba diberikan peroral dengan sonde lambung (digunakan
Carboksi Methyl Cellulosa dalam aquadest sebagai pelarut ekstrak).
d. Setelah mencapai waktu TPE (Time Peak Efek), mencit diputar pada
rotarod dengan kecepatan perputaran 30 rpm. Dimana TPE adalah waktu
maksimum aktivitas bahan uji (ekstrak pegagan: 0.5-1 jam27 dan
fenobarbital : 1-2 jam)
e. Catat waktu yang diperlukan mencit mempertahankan posisi
padarotarod.
f. Mencit normal mempertahankan posisi pada rotarod dalam waktu yang
lama.
g. Adanya gangguan neurologi minimum (misalnya ataksia, sedasi dan
hipereksitabilitas) ditunjukkan oleh ketidakmampuan mencit
mempertahankan posisinya dan jatuh lebih cepat. Tiap eksperimen
diulang dengan replika 3 kali.



19

G. Data yang dikumpulkan
Data yang dikumpulkan adalah data primer yang didapat dari waktu yang
dibutuhkan mencit Balb/c untuk dapat mempertahankan posisi pada batang
berputar.

H. Definisi Operasional
1. Variabel bebas
Ekstrak pegagan
Ekstrak yang dipakai dalam penelitian adalah ekstrak etanol daun
pegagan. Ekstrak diperoleh dari Laboratorium Kimia Medik Fakultas
Kedokteran Undip Semarang, telah disertifikasi sebelumnya. Dosis ekstrak
pegagan yang dipakai pada peneltian ini mengacu pada penelitian
sebelumnya, yaitu:
kelompok perlakuan 1 diberi dosis 0,8 mg/grBB
kelompok perlakuan 2 diberi dosis 1,6 mg/grBB
kelompok perlakuan 3 diberi dosis 3,2 mg/grBB
2. Variabel tergantung
Efek sedasi
Efek sedasi terlihat dari turunnya aktivitas, penekanan kesiapsiagaan dan
timbulnya ketegangan.19,20 Pada mencit ditunjukkan dengan
ketidakmampuan mencit mempertahankan posisinya dan jatuh lebih cepat
pada waktu rotarod berputar.

20

I. Alur Penelitian






















Mencit BALB/c jantan umur 2-3
bulan berat badan 25-35 gram
Adaptasi pakan standar (ad libitum) selama 1 minggu
Randomisasi
Kontrol
Positif
(KP) 6
ekor
Kontrol
Negatif
(KN) 6
ekor
Perlakuan
1 (P1) 6
ekor
Perlakuan
2 (P2) 6
ekor
Perlakuan
3 (P3) 6
ekor
Fenobartial
6 mg/kg BB
Aquadest
Ekstrak
Pegagan 0,8
mg/gr BB
Ekstrak
Pegagan 1,6
mg/gr BB
Ekstrak
Pegagan 3,2
mg/gr BB
Setelah mencapai TPE (1jam),
diputar dengan rotarod 30 rpm
Diukur waktu mencit bertahan
di rotarod
21

J. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan SPSS 15.0 for Windows. Dilakukan
uji normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel
sedikit. Kemudian dilanjutkan dengan uji homogenitas menggunakan Levene test.
Karena didapatkan distribusi data normal, tetapi varian data tidak normal, maka
dilakukan uji statistik non parametrik Kruskal-Wallis, lalu dilanjutkan dengan
analisis post hoc mengunakan Mann Whitney test.
















22

BAB IV
DATA HASIL

A. Evaluasi
1. Evaluasi Granul
a. Uji sudut diam
Evaluasi granul yang dilakukan meliputi sudut diam. Pemeriksaan granul
menggunkan metode sudut diam dilakukan dengan cara memasukkan
granul ke dalam corong uji waktu alir yang berdiri bebas pada ketinggian
tertentu di atas kertas grafik pada bidang horizontal. Penutup corong
dibuka sehingga granul keluar dan ditampung pada bidang datar. Sudut
diam granul dapat dihitung dengan rumus :
Tan = H/R
Ket : = sudut istarahat H= tinggi tumpukan R= jari jari tumpukan
granul
b. Uji waktu alir
Uji waktu alir dilakukan dengan menimbang 100 gram granul, dimasukkan
ke dalam corong yang tangkainya ditutup. Penutup corong dibuka dan
granul dibiarkan mengalir sampai habis, dihitung waktu alir granul. Waktu
alir granul yang baik adalah tidak lebih dari 10 detik dalam 100gram
granul.


23

c. Uji kompresobilitas
Merupakan pengukuran persen kemampatan. Pada uji ini menggunakan
gelas ukur bervolume besar, kemudian seluruh granul dimasukkan ke
dalam gelas ukur. Tinggi awal granul dicatat sebagai (D
0
) , kemudian gelas
ukur diketuk ketukkan sebanyak 500 kali ketukan dengan kecepatan
konstan. Tingginya lalu diukur lagi dan dicatat sebagai (D
f
). diukur
persen(%) kemampatan K = D
f
/D
0
x 100%.
Hasil uji kompresobilitas keterangan
5 12
13 18
19 33
34 38
>38
sangat baik
baik
cukup
buruk
sangat buruk

d. Uji kadar air
Kadar air yang baik untuk granul tablet 2 5 %

2. Evaluasi Tablet
a. Uji keseragaman bobot
Pemeriksaan dilakukan terhadap 10 tablet yang diambil secara acak
dari tiap formula lalu ditimbang bobotnya atu persatu. Dihitung bobot rata
rata untuk satu tablet. Dari hasil penetapan kadar yang diperoleh hitung
jumlah bahan aktif dari masing masing tablet dengan anggapan
terdistribusi secara homogen. Persyaratan keseragaman bobot terletak
antara 85,0 115,0 % dari yang tertera pada etiket, dan simpangan baku
relatif kurang dari atau sama dengan 6,0% (FI IV, 1995).
24

b. Uji kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet
yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur
dengan memberi tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus
mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari
berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan
transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester.
Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet
dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi
keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian.
Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Faktor -
faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan
sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari
tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat
penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet
yang keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan
disolusi yang rendah, namun tidak selamanya demikian. Pada umumnya
tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun
hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau
lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat
diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang
diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki
kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat
25

pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg
masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu
hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan.
Uji kekerasan dilakukan dengan mengambil masing-masing 10 tablet
dari tiap batch, yang kemudian diukur kekerasannya dengan alat pengukur
kekerasan tablet.
c. Uji kerapuhan
Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah
tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses
pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per
menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Tablet yang akan diuji
sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan dari debunya dan
ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke
dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi
kecepatan putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan
tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan
seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan
sesudah perlakuan.
Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1% . Uji
kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang
terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan,
maka semakin besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan
mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet.
26

Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot
kecil), adanya kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar
zat aktif yang masih terdapat dalam tablet. Hal yang harus diperhatikan
dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses pengukuran friabilitas
ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak
diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan
(bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak
dua kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah
dilakukan.
d. Uji disolusi
Disolusi adalah proses melarutnya zat padat dalam cairan medium
tertentu. Parameter yang dapat ditentukan dari proses ini adalah kecepatan
disolusi, yang merupakan kecepatan larut zat aktif dari sediaan
farmasi/granul/partikel sebagai pecahnya bentuk sediaan tsb setelah
berhubungan dgn cairan pelarut
e. Uji waktu hancur
Adalah waktu yang dibutuhkan untuk hancurnya tablet dalam media
yang sesuai, sehingga tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi : sifat fisik granul, kekerasan, porositas
tablet & daya serap granul. Penambahan tekanan pada waktu penabletan
menyebabkan penurunan porositas dan menaikkan kekerasan tablet.
Dengan bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat penetrasi cairan
27

ke dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang waktu hancur tablet.
Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet bersalut tidak >15menit.

B. Spektrofotometri Ultraviolet
Spektrofotometri ultraviolet digunakan untuk analisa kualitatif ataupun
kuantitatif suatu senyawa. Absorpsi cahaya ultraviolet maupun cahaya
tampak mengakibatkan traansisi elektron, yaitu perubahan elektron-elektron
dari orbital dasar berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi
lebih tinggi. Penyerapan radiasi ultraviolet atau sinar tampak tergantung pada
mudahnya transisi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak
energi untuk transisi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang
lebih pendek. Molekul-molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan
menyerap panjang gelombang lebih panjang (Fessenden dan Fessenden,
1992).
Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk
terjadinya transisi elektronik. Dengan demikian spektra ultraviolet dan
spektra tampak dapat dikatakan sebagai spectra elektronik. Keadaan energi
yang paling rendah disebut keadaan dasar (ground state). Transisi-transisi
elektronik akan meningkatkan energi molekular (Rohman, 2007).




28

C. Hasil Evaluasi Dan Diskusi
Hasil Evaluasi
Dari pratikum yang dilakukan di dapatka hasil, sebagai berikut:
a. Evaluasi granul
b. Evaluasi Tablet
Keseragaman bobot = 0,72 gram
Keseragaman ukuran
Diameter rata-rata = 1,3
Ketebalan rata-rata = 0,5
Kekerasan tablet = 4
Keregasan tablet = 0,6788


= 5,85%

Hasil spektro - uv kadar tablet sebelum uji disolusi
Berat tablet yang ditimbang : 300 mg
Persamaan : y = 0,0787x + 0,1843
ABS : 0.284
Pengeceran : 2500
Perhitungan kadar sampel :
y = 0,0787x + 0,1843
29

y = 0.0578x -
0.084
R = 0.9863
0
0.5
1
0 10 20
Linear
(Series1)
0.284 = 0.0787x + 0.1843
0.284 - 0.1843 = 0,0787x


1.127 ppm x 2500 = 3167,5 ppm
3167,5 ppm = x 50 ml

= 158,375 mg
% kadar = 158,375 mg x 100% = 52,79 %
300 mg

Hasil uji disolusi
Standar



Tablet parasetamol
Menit ABS Factor pengenceran
0 0.215 10 x
5 0.375 10 x
10 0.646 10 x
15 0.381 25 x
20 0.454 25 x
25 0.532 25 x
30 0.608 25 x


konsentrasi (ppm) ABS
9 0.439
10 0.48
11 0.573
13 0.648
15 0.79


3167,5mg
1000ml
30

Persamaan , y = 0.057x 0.084
Dapar fosfat pH 5.8 : 900 ml
Berat tablet 684 mg
Menit 0 : 0.215 = 0.057x 0.084
0.215 + 0.084 = 0.057x
X = 5.25 ppm x 10
= 52.5 ppm


% kadar 0 =



Menit 5 : 0.375 = 0.057x 0.084
0.375 + 0.084 = 0.057x
X = 8.05 ppm x 10 = 80.5 ppm
80.5 ppm =


% kadar 5 =



Menit 10 : 0.646 = 0.057x 0.084
0.646 + 0.084 = 0.057x
X = 12.81 x 10 = 128.1 ppm
128.1 ppm =


% kadar 10 =



Menit 15 : 0.381 = 0.057x 0.084
0.381 + 0.084 = 0.057x
X = 8.16 ppm x 25 = 203.95 ppm
31

203.95 ppm =


% kadar 15 =



Menit 20 : 0.454 = 0.057x 0.084
0.454 + 0.084 = 0.057x
X = 9.44 ppm x 25 = 235.96 ppm
235.96 ppm =


% kadar 20 =



Menit 25 : 0.532 = 0.057x 0.084
0.532 + 0.084 = 0.057x
X = 10.81 ppm x 25 = 270.18 ppm
270.18 ppm =

= 243.16 mg
% Kadar 25 =



Menit 30 : 0.608 = 0.057x 0.084
0.608 + 0.084 = 0.057x
X = 12.14 ppm x 25 = 303.51 ppm
303.51 ppm =


%kadar 30=





32

Efek sedasi pada mencit yang dihitung dari lama waktu bertahan di rotarod
dianalisa dengan menggunakan SPSS 15.0 for Windows. Dari penelitian
didapatkan data sebagai berikut:



Data pada Tabel 1 dan Gambar 1 menunjukkan rerata waktu mencit bertahan di
rotarod yang tertinggi adalah pada kelompok kontrol negative (mean=2559,77),
kemudian diikuti kelompok perlakuan 1 (mean=68,38), kelompok kontrol positif
(mean=56,05), kelompok perlakuan 2 (mean=53,44) dan terendah adalah
kelompok perlakuan 3 (mean=39,83).
33

Hasil statistik data menunjukkan distribusi data normal pada uji Saphiro-Wilk
(p>0,05). Uji homogenitas data (Levene Test) menunjukkan varian data tidak
homogen (p=0,001). Uji statistik non parametrik Kruskal-Wallis menunjukkan
terdapat perbedaan bermakna pada paling tidak dua kelompok perlakuan
(p=0,004), sehingga dilanjutkan dengan analisis post hoc dengan uji Mann
Whitney.

Data pada Tabel 2 menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara
kelompok kelompok perlakuan 1, 2 dan 3 terhadap kelompok kontrol negatif
(p=0,004). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol
positif terhadap perlakuan 1 (p=0,631), 2 (p=0,749) dan 3 (p=0,337) serta tidak
ada perbedaan bermakna antara ketiga kelompok perlakuan.






34

BAB V
PEMBAHASAN

Pembuatan tablet paracetamol dengan metode granul basah digunakan
karena paracetamol lebih stabil terhadap pemanasan dan diharapkan
menghasilkan massa yang kompak sehingga granul yang terbentuk memiliki
laju alir yang baik dan tidak mempengaruhi keseragaman dosis tiap tablet.
Setelah tablet dicetak, diambil beberapa tablet untuk diuji. Pengujian
yang dilakukan disebut in process control (IPC) yang terdiri dari
pengukuran bobot, diameter, tebal, fribilitas, kekerasan tablet serta waktu
hancur tablet.
Uji penampilan dilakukan dengan mengamati tablet secara visual.
Tablet yang diperoleh dari hasil percobaan berbentuk bulat, berwarna putih
dengan permukaan licin dan agak mengkilat. Selain itu diukur keseragaman
ukuran yang meliputi diameter dan tebal. Menurut FI III, diameter tablet
tidak boleh lebih dari 3 kali tebal tablet dan tidak boleh kurang dari 1
1
/
3
tebal
tablet. Dari data percobaan diperoleh rata-rata tebal tablet yaitu 0,5 mm dan
diameter 1,3 mm. Hasil tersebut menunjukkan bahwa diameter tablet tidak
memenuhi kriteria dalam Farmakope karena lebih dari 3x tebalnya.
Diameter tablet pada percobaan mempunyai nilai 3,3 kali dari tebal tablet.
Hal itu terjadi karena kesalahan optimasi tablet. Seharusnya bobot tablet
yang dicetak yaitu 0,64 gram. Namun yang dilakukan dalam percobaan yaitu
0,5 gram sehingga tablet lebih tipis dari standar yang seharusnya.
35

Uji keseragaman bobot dilakukan untuk melihat homogenitas granul
karena apabila bobot tidak seragam kemungkinan disebabkan oleh
homogenitas yang kurang baik. Keseragamn bobot dilihat dari persen
deviasi maksimum. Untuk tablet dalam percobaan, syaratnya tidak boleh ada
2 tablet yang masing-masing menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar
dari 5% dan tidak boleh satu pun tablet yang menyimpang dari bobot rata-
rata lebih dari 10%. Keseragaman bobot dipengaruhi oleh laju alir. Apabila
laju alir bagus, berarti keseragaman bobot juga bagus. Pada percobaan dapat
dikatakan bobot tablet seragam.
Evaluasi selanjutnya yaitu uji kekerasan. Uji kekerasan dilakukan
untuk mengetahui seberapa keras tablet yang dihasilkan dari proses
formulasi. Tablet yang keras diperlukan untuk mencegah kerusakan fisik
selama proses produksi, penyimpanan, dan transportasi. Namun
kekerasannnya harus berada pada batas yang telah ditentukan. Kekerasan
tablet ini erat hubungannya dengan ketebalan tablet, bentuk dan waktu
hancur tablet. Berdasarkan percobaan, diperoleh rata-rata kekerasan tablet
yaitu . Kekerasan yang baik berada pada rentang 4-8 Dengan demikian
kekerasan tablet dalam percobaan memenuhi syarat karena kekerasan pada
tablet yang diuji adalah 4. Tablet diharapkan memiliki tingkat kekerasan
yang cukup untuk membuat tablet tetap stabil, namun dapat hancur ketika
masuk ke saluran cerna di dalam tubuh. Kekerasan tablet juga sangat
dipengaruhi oleh kinerja mesin tablet. Mesin tablet yang baik akan
memberian nilai kekerasan yang seragam.
36

Kemudian dilakukan pengujian waktu hancur dan pengujian friabilitas.
Uji friabilitas atau uji keregasan digunakan untuk melihat tingkat kerapuhan
tablet terhadap gesekan dan bantingan. Hal ini berkaitan dengan penggunaan
jenis pengikat dan distribusi pengikat dalam tablet. Dalam friabilitas, yang
dipengaruhi adalah daya ikat eksternal tablet. Pengikat yang efektivitasnya
tinggi akan memberikan % friabilitas yang rendah karena pengikat tersebut
akan mengikat kuat massa tablet sehingga massa yang lepas dari tablet akan
lebih sedikit. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh 5,85%. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa hasil ini tidak memenuhi syarat, seharusnya kuang dari
1%. Pengurangan bobot tersebut terjadi karena adanya gesekan antar tablet
yang menyebabkan fasa luar tablet terkikis.
Uji waktu hancur dilakukan untuk melihat seberapa lama obat (tablet)
bisa hancur di dalam tubuh saluran cerna yang ditandai dengan sediaan
menjadi larut, terdispersi, atau menjadi lunak karena tidak lagi memiliki inti
yang jelas, kecuali bagian penyalut yang tidak larut. Waktu hancur berkaitan
dengan penggunaan disintegran dan daya ikat dalam formulasi tablet. Uji ini
bertujuan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur sesuai
monografi zat aktif.
Laju disolusi merupakan waktu yang diperlukan obat untuk melarut
dalam cairan. Laju disolusi dinyatakan sebagai milligram zat yang dilarutkan
permenit sentimeter persegi (mg/menit/cm
2
).
Disolusi adalah suatu perubahan proses dari bentuk padat ke bentuk
cairan atau larut, dimana dimulai dengan disintegrasi kemudian melarut
37

sehingga menghasilkan bentuk larutan. Disolusi dapat mengakibatkan oleh
laju dimana obat menjadi tersedia untuk diserap tubuh. Alat disolusi yang
digunakan pada tablet parasetamol adalah alat tipe 2 dengan metode dayung,
yang terdiri dari daun dan batang seperti pengaduk. Batang berada pada
posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik
dari sumbu vertical wadah dan berputar halus tanpa goyangan.
Pada Uji disolusi ini untuk mengetahui waktu pelepasan obat dari
bentuk sediaan menjadi bentuk terlarut, Laju disolusi dinyatakan sebagai
milligram zat yang dilarutkan permenit sentimeter persegi (mg/ menit/
cm2).waktu kelarutan obat sangat erat kaitannya dengn efektivitas obat
untuk memberikan efek.
Uji disolusi tablet parasetamol menggunakan medium disolusi larutan
dapar posfat. Dapar yaitu senyawa atau campuran senyawa yang dapat
meniadakan perubahan pH terhadap penambahan sedikit asam atau basa,
atau dikenal sebagai aksi dapar (untuk mengatur pH larutan agar tetap).
Larutan dapar posfat digunakan sebagai media buatan untuk memperkirakan
nasib obat dalam usus yang pada umumnya bersifat basa dengan pH sekitar
5-8.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju disolusi yaitu :
1. Sifat fisikokimia obat
a. Karakteristik fase padat
Laju disolusi dipengaruhi oleh bentuk amorf dan Kristal, dari beberapa
penelitian menunjukkan bahwa amorf dari obat lebih memberikan
38

kelarutan yang besar dan laju disolusi yang lebih tinggi dari pada
bentuk Kristal.
b. Polimorfisme
Polimorf merupakan bentuk Kristal obat yang terdiri dari satu bentuk
Kristal. Polimorf menunjukkan kinetika pelarut yang berbeda
meskipun memiliki struktur kimia yang identik. Beberapa laporan
menunjukkan bahwa polimorfisme dalam bentuk hidrat, solvate atau
kompleks secara nyata mempengaruhi karakteristik disolusi dan obat.
c. Karakteristik partikel
Laju disolusi secara langsung berhubungan dengan permukaan obat.
Jika daerah permukaan diperbesar dengan memperkecil ukuran
partikel, laju disolusi menjadi tinggi disebabkan pengurangan ukuran
partikel.
2. Faktor formulasi
a. Bahan Tambahan
Laju disolusi suatu obat murni dapat berubah secara bermakna saat
dicampur dengan berbagai bahan tambahan selaa proses pencetakan
bentuk sediaan. Bahan tambahan ini antara lain bahan pengisi,
pengikat, penghancur, pelican dan sebagainya.
b. Ukuran Partikel
Untuk meningkatkan laju disolusi dipilih ukuran partikel optimal yaitu
cukup kecil untuk memberikan luas permukaan spesifik yang berarti,
39

tetapi tidak terlalu kecil agar kesulitan pembasahan yang disebabkan
oleh muatan partikel yang terjadi selama penggerusan dapat dihindari.

Setelah dilakukan uji disolusi kemudian sampel diukur kadarnya
menggunakan spektrofotometri dengan panjang gelombang 242,5 nm.Dari
uji statistik didapatkan perbedaan bermakna waktu mencit bertahan di
rotarod pada kelompok kontrol negatif (larutan CMC dalam aquadest)
terhadap kelompok perlakuan yang diberi ekstrak pegagan dosis bertingkat.
Pada kelompok perlakuan 1, perlakuan 2 dan perlakuan 3 tidak
menunjukkan perbedaan bermakna terhadap kelompok kontrol positif
(fenobarbital). Hal ini membuktikan bahwa ekstrak pegagan memiliki efek
sedasi pada mencit, seperti halnya fenobarbital.
Mencit bertahan pada rotarod jauh lebih lama pada kelompok kontrol
negative (mean= 2559,77) dibandingkan kelompok perlakuan (mean P1=
68,38; P2= 53,44; P3= 39,83). Jatuhnya mencit jauh lebih cepat pada
kelompok perlakuan akibat efek sedasi, karena menurunnya aktifitas
motorik akibat proses penekanan pada sistem saraf pusat.
Proses timbulnya sedasi melibatkan neurotransmiter inhibitorik utama
pada sistem saraf pusat yaitu GABA. Golongan obat sedatif seperti
fenobarbital mempengaruhi reseptor GABA dalam hal ini reseptor subtipe A
(GABAA).
Seperti halnya mekanisme obat sedatif lain, timbulnya efek sedasi
pegagan melibatkan reseptor GABA di sistem saraf pusat. Kandungan
40

pegagan yang terdiri dari brahmoside dan brahminoside, bekerja
meningkatkan GABA melalui mekanisme kolinergik.
Dari uji statistik didapatkan perbedaan yang tidak bermakna antara
kelompok perlakuan 1 (ekstrak pegagan dosis 0,8 mg/grBB), kelompok
perlakuan 2 (ekstrak pegagan dosis 1,6 mg/grBB) dan kelompok perlakuan 3
(ekstrak pegagan dosis 3,2 mg/grBB). Hal ini mungkin diakibatkan karena
rentang dosis yang digunakan terlalu kecil.
Hal lain yang dapat menyebabkan tidak ada perbedaan bermakna antar
kelompok perlakuan adalah karena kandungan zat aktif penyebab sedasi
belum mencukupi dalam menimbulkan efek sedasi yang lebih tinggi antar
kelompok perlakuan. Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa dalam
dosis yang relatif besar ekstrak alkoholik pegagan baru dapat menyebabkan
efek sedasi.










41

BAB VI
KESIMPULAN

Pada uji kekerasan tablet memenuhi syarat , hasil uji 4 dan untuk kekerasan
tablet yang baik berkisar 4-8. Untuk uji friabilitas tablet tidak memenuhi syarat
karena lebih dari 1 % yaitu 5,85%.
Dari hasil uji disolusi selama 30 menit selang waktu pengujian 5 menit
didapat kadar 6.91 % - 39.9 % , tidak memenuhi syarat , toleransi dalam waktu 30
menit harus larut tidak kurang dari 80% (Q). dimungkinkan zat yang berfungsi
sebagi penghancur tidak bekerja optimal.
1. Ekstrak pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dapat memberikan efek sedasi
pada mencit Balb/c dengan dosis 0,8 mg/grBB, 1,6 mg/grBB dan 3,2
mg/grBB.
2. Ekstrak pegagan dosis terendah (0,8 mg/grBB) telah efektif dalam
menimbulkan sedasi pada mencit Balb/c.








42

DAFTAR PUSTAKA

Anas. 2008. Obat-obatan Tablet Yang Perlu Dikritisi. Tersedia di
http://jalurgaza.wordpress.com/ (diakses tanggal 27 september 2013)

Ansel, H.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Penerjemah : F. Ibrahim.
Edisi ke-4. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi ketiga.
Departemen Kesehatan. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi keempat.
Departemen Kesehatan. Jakarta.

Kaplan, Sadock. Sinopsis psikiatri: ilmu pengetahuan perilaku psikiatri khas. Jilid
satu. Edisi 7. Alih Bahasa: Widjaja Kusuma. Jakarta: Bina Putra Aksara;
1997: 675

Katzung BG. Farmakologi Dasar dan klinik. Buku 2. Edisi 8. Jakarta: Salemba
Medika; 2004: 25-53

Lachman, L., A. L. Herbert, & L. K. Joseph. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Diterjemahkan oleh: Siti Suyatmi. Universitas Indonesis Press.
Jakarta.

Parrot, EL. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental pharmaceutics Third
Edition. Burges Publishing Company. USA.

Rosenfeld GC, Loose DS. Pharmacology. 4th edition. USA: Lippincott Williams
& Walkins; 2007:101

Royal Pharmaceutical Society of Great Britain. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipient. 6
th
Edition. Pharmaceutical Press. London

Anda mungkin juga menyukai