Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI SEDIAAN SOLID

PRAKTIKUM I

“Metode Pembuatan Tablet”

Disusun Oleh :

Nama : Nur Ika Sari

NIM : 34180258

Golongan : A2-3

Instruktur :Ari Wahyudi, S.Farm., M.Pharm., Apt

Tgl/Hari : Senin, 16 Maret 2020

LABORATORIUM FTS

PROGRAM STUDI D3 FARMASI STIKES SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2020
Percobaan I

I. Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat memahami macam-macam metode pembuatan
tablet.
II. Dasar Teori
Tablet adalah sediaan padat kompak yang mengandung bahan obat dengan
atau tanpa bahan pengisi (Anonim, 1995). Beberapa kriteria yang harus dipenuhi
oleh obat tablet yang berkualitas baik adalah:
a. Kekerasan cukup dan tidak rapuh, sehingga selama fabrikasi, pengemasan dan
pengangkutan sampai pada konsumen tetap dalam kondisi baik
b. Dalam melepas obatnya sampai pada ketersediaan hayati.
c. Memenuhi persyaratan keseragaman bobot tablet dan kandungan obatnya.
d. Mempunyai penampilan yang menyenangkan baik dari segi bentuk, warna dan
rasa (Sheth dkk., 1980).
Adapun sediaan tablet memiliki beberapa keuntungan, diantaranya
adalah :
a. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan
terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketetapan ukuran serta
variabilitas kandungan yang paling rendah.
b. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.
c. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak.
d. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk
dikemas serta dikirim.
e. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti
pelepasan di usus atau produk lepas lambat.
f. Tablet merupakan sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi secara
besar-besaran.
g. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran
kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik (Lachman dkk.,
1986).

Selain itu, rablet juga memiliki beberapa kerugian, yaitu :


a. Beberapa obat tidak dapat dikempa mmenjadi padat dan kompak, tergantung
pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
b. Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan atau tingga,
absorbsi optimumnya tunggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari
sifat diatas.
c. Obat yang rasanya pahit obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau
obat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu pengapsulan
atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan
penyalutan dulu. Pada keadaan ini kapsul merupakan jalan keluar yang paling
baik (Lachman dkk., 1986).

Bahan tambahan dalam pembuatan tablet

Suatu formulasi tablet berisi bahan obat dan bahan tambahan yang
diperlukan untuk membantu proses pembuatan dan memperbaiki sifat tablet yang
dihasilkan. Pada dasarnya, bahan tambahan tablet harus bersifat netral, tidak
berbau, tidak berasa, dan sedapat mungkin tidak berwarna (Voight, 1984).

Bahan tambahan yang diperlukam :

a. Bahan pengisi (diluent)

Bahan pengisi dimaksudkan untuk memperbesar vokume tablet.


Berdasarkan kelarutannya dalam air, bahan pengisi dibedakan menjadi 2 yaitu
bahan pengisi yang tidak larut dalam air, misalnya: dikalsium fosfat, kalsium
fosfat dan amilium (Sheth dkk., 1980)

b. Bahan pengikat dimaksudkan untuk mengikat obat dengan bahan


tambahannya, sehingga diperoleh granul yang baik dan tablet menjadi kompak
dan tidak mudah pecah. Penggunaan larutan bahan pengikat yang berlebihan akan
menghasilkan massa yang terlalu basah dan granul yang terlalu keras, sehingga
tablet yang dihasilkan mempunyai waktu hancur yang lama. Sedangkan
penggunaan yang terlalu sedikit akan menyebabkan perlekatan yang lemah
sehingga tablet yang dihasilkan akan rapuh (Parrot, 1971). Bahan pengikat
memiliki sifat adhesif sehingga bila dicampur serbuj dapat mengubah serbuk
menjadi granul dan ketika dikempa akan menjadi kompak.
c. Bahan penghancur (disintgrator)
Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya
tablet ketika berkontak dengan cairan saluran penceranaan. Dapat berfungsi menarik
air ke dalam tablet, mengembang dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-
bagian. Fragmen-fragmen itu sangat mungkin menentukan kelarutan obat sehingga
tercapai bioavailabilitas yang diinginkan (Lachman dkk., 1986)
d. Bahan pelican
Bahan pelicin bertujuan untuk memudahkan keluarnya tablet dari ruang cetak
melalui pengurangan gesekan antar dinding dalam lubang ruang cetak dengan
permukaan sisi tablet, harus dapat mengurangi atau stampel bawah tidak macet
(Voight, 1984).

Ada 3 bahan pelicin yaitu:

1). Lubricant

Yaitu bahan yang diperlukan untuk mengurangi gesekan antara dinding die
dengan ujung tablet selama pelepasan tablet.

2). Glidant

Adalah bahan yang diperlukan untuk memperbaiki sifat alir dari granul dengan
cara mengurangi gesekan antar partikel. Glidant dalam jumlah cukup akan memberi
aliran yang baik.

3). Anti adheren

Berfungsi untuk mencegah granul tablet atau bahan lainnya melekat pada
dinding cetakan (Lachman dkk., 1986).

Metode pembuatan tablet

a. Metode kempa langsung


Metode kempa langsung dapat diartikan pembuatan tablet dengan pengempaan
langsung dari bahan yang berbentuk serbuk tanpa merubah karakteristik fisiknya.
Sifat-sifat obat dapat menggunakan kempa langsung :
1) mudah mengalir (free flowing)
Yaitu jumlah bahan yang mengalir dari hopper kedalam ruang cetak selalu
sama untuk setiap saar, sehingga bobot tablet tak mwmiliki variasi yang besar.

2) Kompantibilitas

Yaitu jika dikempa bahan menjadi kompak sehingga dihasilkan tablet yang
cukup keras dan stabil dalam penyimpanan

3) Mudah lepas dari cetakan

Agar tablet yang tercetak mudah lepas dan tak ada bagian yang melekat pada
cetakan sehingga permukaan tablet halus dan licin (Sheth dkk., 1980)

Metode ini dinilai masih memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah:

1) Lebih ekonomis (hemat waktu dan energi).


2) Meniadakan kebutuhan bahan untuk granulasi yang relatif banyak dan mahal.
3) Sesuai untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan kelembaban tinggi.
4) Menghindari kemungkinan perubahan zat aktif akibat pengkristalan kembali.
5) Menghindari zat aktif dari tumbukan mekanik yang berlebihan.
6) Sangat mudah diadakan otomatisasi (sheth dkk., 1980).

Selain itu juga memiliki beberapa kekurangan yaitu:


1) Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara obat dengan pengisi dapat
menimbulkan ketidakseragaman isi obat dalam tablet.
2) Obat dosis tinggi dapat menimbulkan masalah langsung bila tak dikempa dengan
obatnya sendiri.
3) Dalam beberapa keadaan, pengisi dapat berinteraksi dengan obat
4) Karena kempa langsung keadaannya kering, sehingga tak terjadi pencampuran.

Hal ini dapat mencegah keseragaman distribusi obat dalam granul (Ansel,
1999; Lachman dkk., 1986).

Metode granulasi

1. Metode granulasi basah


Pada metode ini, granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk dengan suatu
perekat sebagai pengganti pengompakan. Teknik ini membutuhkan larutan
suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke
dalam campuran serbuk karena massa hanya lembab bukan basah atau seperti
pasta, maka pelarut yang ditambahkan tidak boleh berlebihan. Karena itu, bila
hanya sedikit saja dapat ditambahkan, bahan pengikat ditambahkan bersama
serbuk kering. Bila jumlahnya banyak biasanya dilarutkan dalam cairan (Lachman
dkk., 1986).

Metode ini paling banyak digunakan karena memiliki beberapa


keuntungan antara lain sebagai berikut:

1. Kohesifitas dan kompresibilltas dapat diperbaiki dengan adanya penambahan


bahan pengikat yang akan melapisi tiap partikel serbuk, sehingga partikel-
partikel tersebut akan saling melekat membentuk granul.
2. Untuk zat aktif dalam dosis tinggi yang punya sifat alir dan komprebilitas
rendah, dapat dibuat dengan metode granulasi basah dengan membutuhkan
bahan pengikat yang lebih sedikit karena digunakan dalam bentuk larutan.
3. Kecepatan pelepasan zat aktiif yang bersifat hidrofob dapat diperbaiki dengan
memilih pelarut dan pengikat yang cocok (Shea dkk., 1980).

2. Metode granulasi kering


Dalam metode ini granul dibentuk dengan penambahan bahan pengikat ke
dalam campuran serbuk, kemudian dikempa menjadi tablet besar (slugging)
setelah itu dipecahkan menjadi granul yang lebih kecil. Dengan metode ini
baik bahan aktif maupun bahan pengisi harus memiliki sifat kohesi supaya
massa yang jumlahnya besar dapat dibentuk. Metode ini khususnya untuk
bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah karena
kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya dibutuhkan
temperatur yang dinaikkan (Ansel, 1999).
Secara skematik dari tiga cara pembuatan tablet dapat digambarkan
sebagai berikut:

Granulasi basah Granulasi kering Kempa langsung


Bahan obat + Bahan obat + pengisi + Bahan obat + eksipien
pengisi pengikat
Pencampuran
pencampuran Pencampuran
penabletan
penambahan pengikat Slugging

pengayakan basah Penghancuran

pengeringan Pengayakan

pengayakan kering Penimbangan

penimbangan Penambahan pelicin +


penghancur
penambahan pelican +
penghancur penabletan

penabletan

Formula dan cara pembuatan tablet

a. Tablet Hisap Ekstrak Bunga Rosella


R/ Ekstrak bunga rosella 100 mg (setelah kering menjadi 94,5 mg)
Manitol 200 mg
Laktosa 200 mg
Sal. Gelatin 10% (dalam 25% larutan gula) qs
Mg stearate 5 mg
Cara Kerja :

Menimbang semua bahan untuk membuat 500 tablet

Membuat sol. Gelatin10 % sebanyak 100 ml

Manitol dicampur dengan laktosa dan ekstrak bunga rosella dan ditambahkan
sol. Gelatin 10% (dalam larutan gula 25%) sampai terbentuknya massa yang
kempal

Diayak dengan ayakan 12 mesh, kemudian granul basah yang dihasilkan


dioven pada suhu 50˚C selama 24 jam

Granul kering yang didapat diayak dengan ayakan 14/30 mesh, granul diuji
sifat fisiknya

Granul kering ditimbang untuk menghitung jumlah Mg stearat yang


diperlukan

Tambahkan Mg stearat dalam granul tersebut, campur sampai homogeny


selama 5 menit

Campuran ditablet.

Anda mungkin juga menyukai