PRAKTIKUM VI
“PENGADAAN OBAT”
Disusun Oleh :
NIM : 34180258
Golongan : A2
A/DF/V
YOGYAKARTA
2020
DAFTAR ISI
Daftar Isi ……………………………………………………………… ii
Tujuan Praktikum ………………………………………………….….. 1
Dasar Teori ……………………………………………………………. 1
Hasil …………………………………………………………………… 9
Pembahasan …………………………………………………………… 11
Kesimpulan ……………………………………………………………. 15
Daftar Pustaka ………………………………………………………… 17
PRAKTIKUM VI
PENGADAAN OBAT
I. TUJUAN.PRAKTIKUM
Rumah Sakit harus memiliki mekanisme yang mencegah kekosongan stok obat
yang secara normal tersedia di Rumah Sakit dan mendapatkan Obat saat Instalasi
Farmasi tutup.
Pengadaan dapat dilakukan melalui:
a. Pembelian
Untuk Rumah Sakit pemerintah pembelian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai harus sesuai dengan ketentuan pengadaan barang dan jasa yang
berlaku.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah:
a. Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, yang
meliputi kriteria umum dan kriteria mutu obat.
b. Persyaratan pemasok.
c. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai.
d. Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.
2. Produksi Sediaan Farmasi
Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat memproduksi sediaan tertentu apabila:
a. Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran.
III. HASIL.PRAKTIKUM
Dalam pemilihan jenis APD adapun hal-hal yang harus diperhatikan ialah:
Harus dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-
bahaya yang dihadapi (Percikan, kontak langsung maupun tidak langsung);
Berat APD hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.
Dapat dipakai secara fleksibel (reuseable maupun disposable)
Tidak menimbulkan bahaya tambahan.
Tidak mudak rusak.
Memenuhi ketentuan dari standar yang ada.
Pemeliharaan mudah.
Tidak membatasi gerak.
No. Jenis APD Alternatif
✓ Elastrometric respirator
✓ Powered Air-Purifying
Respirators (PAPR)
✓ Kacamata(goggles) yang
sekali pakai (disposable)
dapat digunakan kembali
Kaca mata
3. (reuseable) setelah proses
(Goggles)
desinfektan
✓ Kacamata renang
Untuk menghadapi krisis dan kesulitan ini, maka ada beberapa cara yang dapat ditempuh
oleh Apoteker, antara lain
IV. PEMBAHASAN
Pengelolaan obat menurut Siregar dan Amalia (2003) merupakan salah satu
manajemen rumah sakit yang sangat penting dalam penyediaan pelayanan kesehatan
secara keseluruhan karena ketidaklancaran pengelolaan obat akan memberi dampak
negatif terhadap rumah sakit, baik secara medik, sosial maupun secara ekonomi.
Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah sakit yang bertugas
dan bertanggung jawab sepenuhnya pada pengelolaan obat semua aspek yang
berkaitan dengan obat/ perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan dirumah
sakit.
1. Perencanaan
Perencanaan persediaan obat-obatan di apotek berfungsi untuk
memprediksi kebutuhan persediaan obat untuk jangka waktu tertentu. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1121/Menkes/SK/XII/2008 tentang Pedoman
Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk Pelayanan
Kesehatan Dasar, proses perencanaan persediaan obat meliputi:
2. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui. Pengadaan obat-obatan di apotek biasanya dilakukan melalui
pembelian/pemesanan yang dilakukan melalui jalur resmi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan medis.
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk memastikan kesesuaian kedatangan
barang dengan surat pesanan di antaranya kesesuaian jenis obat maupun jumlah yang
dipesan. Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan
kondisi fisik yang diterima.
4. Penyimpanan
Tata cara dan pengelolaan penyimpanan obat secara tepat penting untuk
dilakukan karena obat merupakan salah satu faktor terpenting dalam pelayanan
kesehatan. Penyimpanan obat-obatan harus memperhatikan beberapa hal berikut seperti:
Obat disimpan dalam wadah asli dari pabrik (jika obat dipindahkan ke wadah lain, harus
dicegah agar tidak terkontaminasi dan ditulis informasi yang jelas), wadah obat juga
harus memuat nomor batch dan tanggal kedaluwarsa.
Semua obat-obatan harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan
dan stabilitasnya.
Sistem penyimpanan dapat dilakukan dengan memperhatikan kelas terapi obat, bentuk
sediaan (liquid, semisolid, dan solid), stabilitas obat (dipengaruhi oleh suhu, cahaya, dan
kelembaban), serta disusun berdasarkan abjad.
Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First in
First Out). FEFO yaitu obat yang sudah mendekati tanggal kedaluwarsa akan dikeluarkan
terlebih dahulu, sedangkan FIFO artinya obat yang datang lebih dulu, akan dikeluarkan
pertama.
Obat Narkotika dan Psikotropika harus disimpan di lemari khusus dua pintu dengan
ukuran 40×80×100 cm dilengkapi kunci ganda.
Obat Narkotika dan Psikotropika harus disimpan di lemari khusus yang dibuat
seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat, tidak mudah dipindahkan dengan ukuran
40x80x100 cm dilengkapi kunci ganda. Lemari khusus ini diletakkan di tempat yang
aman serta tidak terlihat oleh umum dan kunci lemari dikuasai oleh apoteker
penanggung/apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
5. Pemusnahan
Obat yang kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan juga dapat dilakukan terhadap resep obat yang telah
disimpan melebihi jangka waktu lima tahun.
6. Pengendalian
Pengendalian stok obat-obatan dilakukan menggunakan kartu stok yang memuat
nama obat, tanggal kedaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran, dan sisa
persediaan. Pengendalian ini bertujuan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai pelayanan agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan stok.
LATIHAN :
Jawab :
Sentralisasi
Desentralisasi
Ada 4 sistem distribusi perbekalan farmasi yaitu :
Sistem persediaan lengkap di ruang rawat (Ward Total Floor Stoc
Sistem resep individual (pesanan obat secara individual).
Kombinasi sistem resep individual dengan Total Floor Stock
System dosis unit
3. Metode sistem pelayanan distribusi sentralisasi dan sesentralisasi
Sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang dipusatkan pada satu tempat
yaitu instalasi farmasi merupakan metode pendistribusian sentralisasi dimana
seluruh kebutuhan perbekalan farmasi setiap unit pemakai baik untuk kebutuhan
individu maupun kebutuhan barang dasar ruangan disuplai langsung dari pusat
pelayanan farmasi tersebut. Pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan yang mempunyai cabang di dekat unit perawatan/pelayanan merupakan
metode desentralisasi.
4. Sediaan farmasi yang dapat diproduksi oleh rumah sakit dan contoh yang
produksi sediaan farmasi yang ada di rumah sakit
Sediaan yang dubuat di Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan mutu
dan terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di Rumah Sakit
tersebut. Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat memproduksi sediaan tertentu
apabila :
Sediaan farmasi tidak ada di pasaran.
Sediaan farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri.
Sediaan farmasi dengan formula khusus.
Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking.
Sediaan farmasi untuk penelitian dan,
Sediaan farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus dibuat baru
(recenter paratus)
V. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Allah SWT.
Achmadi, R. 2008. Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit. Medan: Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara. Halaman 9-10.
Yunarto, Holy Icun dan Martinus Getty Santika. 2005. Business Concepts Implementation Series
Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek