Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FARMASI (II) PADAT

Nama : Bunga Tarisha Haq Aprilia

NIM 08061281924063

Kelas/Kelompok :B/6

Dosen Pembimbing : apt. Adik Ahmadi, M.Si.

PERCOBAAN III : PENGUJIAN (IN PROCESS CONTROL)


GRANUL

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2021
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI FARMASI (II) PADAT
PENGUJIAN (IN PROCESS CONTROL) GRANUL

I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami langkah pengujian dari kualitas granul.
2. Mahasiswa mampu menganalisis hasil yang didapat dari pengujian
granul.
3. Mahasiswa dapat memahami persyaratan granul yang baik.

II. DASAR TEORI


Tablet adalah sediaan adat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai
tablet cetak dan tablet kempa. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara
pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan.
Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau
granul menggunakan cetakan baja (Kemenkes RI, 2020).
Pemilihan metode pembuatan tablet disesuaikan dengan karakteristik
zat yang akan dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau
lembab, kestabilannya serta besar kecilnya dosis. Kecepatan aliran granul
sangat penting karena berpengaruh pada keseragaman bobot tablet. Metode
pembuatan tablet yang baik untuk bahan yang tidak memiliki sifat alir yang
baik adalah dengan metode granulasi. Metode pembuatan tablet yang paling
luas digunakan adalah metode granulasi basah (Saifullah.2007).
Metode granulasi basah sering digunakan apabila zat aktif yang
digunakan dalam formulasi bersifat tahan lembap dan panas, serta memiliki
sifat alir dan kompresibilitas yang relatif buruk. Tujuan dari pembuatan
tablet dengan menggunakan metode granulasi basah agar dapat
meningkatkan sifat alir dan atau kemampuan kempa. Dilakukan dengan cara
mencampur zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan
penambahan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga didapatkan
massa cetak yang lembap yang dapat digranulasi dan menghasilkan tablet
yang tidak rapuh (Kundu dan Sahoo, 2008).
Metode granulasi adalah salah satu cara membuat tablet melalui salah
satu langkah kerja yaitu menjadikan serbuk atau butiran kecil bahan
penyusun tablet saling melekat menjadi butiran yang lebih besar yang biasa
disebut granul. Penggabungan atau usaha menjadikan partikel saling
melekat dan menjadi partikel dengan ukuran lebih besar inilah yang disebut
dengan proses granulasi. Tujuan utama dilakukannya granulasi untuk
mencegah serbuk saling tidak berikatan ketika dikempa menjadi tablet serta
memperbaiki kompresibilitas dan sifat alir serbuk (Jaya dan Lifie, 2020).
Hasil evaluasi massa cetak yang diinginkan jika diperoleh sifat alir
yang baik dengan metode granulasi basah dan sifat alir cukup baik pada
massa cetak kempa langsung. Hasil ini dapat dilihat dari parameter nilai
kompresibilitas, faktor Hausner dan sudut istirahat/sudut angkat. Hal ini
membuktikan bahwa sifat alir serbuk dapat diperbaiki dengan metode
granulasi basah. Metode granulasi basah dilakukan penambahan cairan
pengikat (Fatmawaty, 2015).
Proses granulasi bertujuan untuk menghasilkan bentuk struktural yang
diperlukan, meningkatkan tampilan, mengurangi terjadinya caking,
membentuk campuran yang tidak memisah. Selain itu, untuk
mempersiapkan kuantitas tertentu dari bahan untuk diolah dengan
peningkatan sifat aliran untuk penakaran dan pengempaan menjadi tablet.
Persyaratan granul yang baik diantaranya bentuk dan warna sedapat
mungkin teratur, menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan,
tidak terlampau kering (kelembaban 3-5%), memiliki distribusi ukuran yang
rapat dan mengandung bagian berbentuk serbuk yang tidak lebih dari 10%,
memiliki daya alir yang baik serta hancur baik dalam air(Fatmawaty, 2015).
Pemeriksaan sifat fisik tablet dilakukan dengan mengamati
penampilan fisik tablet, dimana tidak terjadi capping, cracking, picking dan
karakteristik lain yang menandakan adanya kerusakan tablet (Siregar, 2010).
Pemeriksaan sifat fisik tablet terdiri dari pengujian organoleptis,
keseragaman ukuran, bobot, kekerasan tablet, kerapuhan tablet, dan waktu
hancur. Pengujian organoleptis yang dilakukan meliputi pemeriksaan
terhadap keseragaman warna, bentuk permukaan, bau, rasa, dan ada
kerusakan fisik. Keseragaman ukuran yang dilakukan sebanyak 10 tablet di
ukur diameter dan tebal tablet dengan jangka sorong (Depkes RI, 1979).
Sediaan tablet perlu dilakukan evaluasi karakteristik tablet yang
meliputi evaluasi granul dan evaluasi tablet. Evaluasi granul meliputi
distribusi ukuran partikel, uji kadar lembab, sifat alir dan kompresibilitas
(Voight, 1994). Sedangkan evaluasi tablet meliputi keseragaman ukuran,
keseragaman bobot, kekerasan, friabilitas dan friksibilitas serta waktu
hancur (Lachman et al., 1994). Evaluasi distribusi ukuran partikel bertujuan
untuk melihat ketersebaran ukuran partikel granul, hal ini akan berpengaruh
pada sifat alir granul (Sarwono, 2006).
Evaluasi granul dan massa cetak yang dilakukan meliputi bobot jenis
benar menggunakan piknometer, bobot jenis nyata dan bobot jenis mampat
menggunakan tap volumeter, kompresibilitas, faktor Hausner, porositas,
pengukuran sifat alir dan sudut diam menggunakan corong alir, penentuan
sudut angkat menggunakan silinder, dan uji kadar air menggunakan alat
moisture balance (Suhery, 2016).
Uji sifat alir merupakan faktor penting dalam pembuatan sediaan
tablet. Hal ini karena sifat alir berpengaruh saat proses pengisian granul
pada ruang kompresi. Apabila sifat alir granul memenuhi syarat maka tablet
yang dihasilkan akan memiliki keseragaman bobot dan keseragaman
ukuran yang baik demikian pula pada efek farmakologinya. Pengujian sifat
alir meliputi laju alir dan sudut baring (Voight, 1994).
Uji sifat alir, prosedur kerja untuk memperoleh granul dengan kualitas
yang baik yaitu sebanyak 100 g granul dimasukkan ke dalam corong yang
tertutup bagian bawahnya. Penutup dibuka dan alat pencatat waktu
dihidupkan hingga semua granul keluar dari corong dan membentuk
timbunan di atas kertas grafik, kemudian alat pencatat waktu dimatikan.
Aliran granul yang baik adalah jika waktu yang diperlukan untuk
mengalirkan 100 gram tidak lebih dari 10 detik (Voight, 1994).
Sudut diam merupakan suatu sudut tetap yang terjadi antara timbunan
partikel bentuk kerucut dengan bidang horizontal jika sejumlah serbuk
dituang kedalam alat pengukur. Dimana sudut diam yang baik, Jika kurang
dari 40o. Faktor-faktor yang mempengaruhi sudut diam suatu granul adalah
bentuk ukuran serta kelembaban granul (Lachman, 1994).
Uji sudut diam diperoleh dengan mengukur tinggi dan jari-jari
tumpukan granul yang terbentuk (α=tan-1H/R). Bila sudut diam yang
terbentuk ≤ 30° menyatakan bahwa sediaan dapat mengalir bebas dan bila
sudut yang terbentuk ≥ 40° menyatakan bahwa sediaan memiliki daya alir
yang kurang baik. Dari nilai sudut diam dapat menunjukkan suatu nilai
indikasi bisa diterimanya sifat aliran yang dimiliki oleh suatu bahan (Banker
dan Anderson, 1986).
Pada uji susut pengeringan ini dilakukan pengukuran sisa zat setelah
pengeringan pada suhu 105°C selama 30 menit. Pada suhu 105°C air akan
menguap dan senyawa-senyawa yang mempunyai titik didih yang lebih
rendah dari air akan ikut menguap juga (Depkes RI 1979). Susut
pengeringan adalah banyaknya bagian zat yang mudah menguap termasuk
air. Prosedur kerjanya yaitu ditimbang seksama seluruh granul basah

yang sudah diayak dalam botol timbang yang telah ditetapkan bobotnya
kemudian keringkan pada suhu 400 0C, tentukan waktu yang menunjukkan
granul mencapai kelembaban 2-4%, setelah itu lakukan replikasi 3 kali
(Voight, 1994).
Suatu tablet harus memenuhi kriteria antara lain harus mengandung
zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan. Zat aktif harus homogen
dan stabil, keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik atau
mekanik. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan,
stabil terhadap suhu dan lingkungan, stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama
selama penyimpanan, zat aktif harus dilepaskan secara homogen dalam
waktu tertentu, memenuhi persyaratan FI yang berlaku (Fatmawaty, 2015).
Uji kerapuhan tablet mengambarkan kekuatan tablet yang
berhubungan dengan kekuatan ikatan partikel pada bagian tepi atau
permukaan tablet. Pengujian dilakukan menggunakan friability tester.
Kerapuhan tablet memenuhi syarat bila kurang dari 1.% (Parrott, 1971).
Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka makin besar massa tablet
yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi kadar zat aktif
yang masih terdapat dalam tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang
kecil (tablet dengan bobot yang kecil), adanya kehilangan massa akibat
rapuh tentunya akan sangat mempengaruhi kadar zat aktif yang masih
terdapat dalam tablet (Sulaiman, 2007).
III. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
Timbangan Analitik 1 buah
Oven 1 buah
Gelas Ukur 1 buah
Kertas Grafik 1 buah
Kalkulator 1 buah
Jangka Sorong 1 buah
Penggaris 1 buah
Stopwatch 1 buah
Flow Tester 1 buah
Tap Volumeter 1 buah
Sieve Shaker 1 buah
Friability Tester 1 buah

B. BAHAN
Domperidon Maleat 12,50 mg
Laktosa Monohidrat 62,38 mg
Avicel PH-101 14 mg
Pregelatinized starch 6,88 mg
Polisorbat 20 0,96 mg
Colloidal silicon dioxide 0,29 mg
Magnesium Stearat 2,95 mg
IV. CARA KERJA
1. Uji Kadar Air

Timbang seksama 1,0 g granul


Dipanaskan

Dalam oven sampai bobot konstan (105˚C) selama 2 jam


Dihitung

Kadar air yang diperoleh

2. Uji Sifat Alir

Timbang seksama 10 g granul


Ditempatkan

Pada corong setelah bagian bawah corong disumbat


Dibuka

Sumbatan bersamaan dengan menghidupkan stopwatch


Dicatat

Waktu yang dibutuhkan granul untuk habis melewati corong dan lakukan
sebanyak 3x

3. Uji Sudut Diam

Gunting kertas grafik dengan ukuran 20 cm x 20 cm


Diletakkan

Kertas tepat ditengah bagian bawah corong


Ditimbang

10 g bahan
Dimasukkan

Ke dalam corong yang bagian bawahnya telah ditutup


Diukur

Jari – jari dan tinggi kerucut yang terbentuk


Dihitung

Tan α

4. Uji Keseragaman Ukuran Partikel

10 g bahan diletakkan pada ayakan teratas, diurutkan ayakan dari mesh


terkecil ke terbesar dari atas ke bawah
Dimasukkan

Serbuk dengan gerakan yang konstan melalui ayakan (besar ke kecil)


selama 5 menit
Ditimbang dan dicatat
Jumlah serbuk yang tertahan di masing-masing ayakan

5. Uji Kompressibilitas
a. Bobot Nyata

Masukkan 20 g granul ke dalam gelas takar


Dibaca

Volume

b. Bobot Mampat
Masukkan 20 g granul ke dalam gelas takar
Dimampatkan
100 x dengan alat volumeter
Dicatat

Volume setelah pemampatan

6. Uji Kerapuhan Granul

Menggunakan alat friability tester untuk granul

7. Uji Tapping Kinetic

Masukkan 20 g granul ke dalam gelas takar, catat volume awal serbuk


Dimampatkan
Dengan cara dientapkan secara konsisten
Diamati

Volume yang terbentuk setelah dientap setiap 5 menit sekali. Pengujian


dilakukan selama 30 menit.

8. Uji Ukuran Partikel


Granul yang terbentuk sebanyak minimal 20 granul
Diukur

Menggunakan jangka sorong


Dihitung

Nilai %CV pengujian


V. FORMULASI

R/ Domperidone Maleat 12,50 mg


Avicel PH-101 14,00 mg
Pregelatinized Starch 6,88 mg
Polysorbate 20 0,96 mg
Colloidal Silicon Dioxide 0,29 mg
Magnesium Stearate 2,95 mg
Lactose Monohydrate 62,38 mg
Mf tab Dtd No. 100
VI. MONOGRAFI

1. Domperidone Maleat

Sinonim Domperidone, Domperidonum


Struktur
Senyawa

Pemerian Serbuk putih atau hampir putih


Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; agak sukar larut dalam
dimetilformamida; sukar larut dalam metanol; sangat
sukar larut dalam etanol.
Massa molar 542,0
Fungsi/Khasiat Antiemetik
Susut pengeringan Tidak lebih dari 0,5%
Sisa pemijaran Tidak lebih dari 0,1
Cemaran logam Tidak lebih dari 00 bpj
berat
Penyimpanan Dalam wadah terlindung cahaya
Susut pengeringan Tidak lebih dari 0,5%
Sumber FI VI dan Martindale edisi 38

2. Laktosa Monohidrat

Sinonim Capsulac; Granulac


Struktur
Senyawa

Pemerian Partikel atau bubuk kristal putih ke putih pudar, tidak


berbau dan rasanya sedikit manis
Kelarutan Praktis tidak larut kloroform, etanol dan eter
Massa molar 360,31
Fungsi/Khasiat Pengikat tablet; pengencer tablet dan kapsul; pengisi
tablet dan kapsul
Susut pengeringan 0,2% untuk monohydrate 80M
Kadar air 4,5-5,5% w/w
Titik lebur 201-202°C
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
inkompabilitas Amino acids, amfetamines, dan lisinopril
Sumber HOPE hal 366

3. Avicel PH-101
Sinonim Gel selulosa, cellets, celex
Struktur
Senyawa

Pemerian Bubuk kristal putih, tidak berbau tidak berasa, terdiri


dari partikel berpori
Kelarutan Praktis tidak larut kloroform, etanol dan eter
Massa molar Mendekati 36.000
Fungsi/Khasiat Pengikat tablet, pengencer tablet dan kapsul, pengisi
tablet dan kapsul
Luas permukaan 1.06-1,12 m2 /g
spesifik
Kadar air Kurang dari 5% w/w
Titik lebur 260-270°C
Penyimpanan Dalam wadah baik, kering dan sejuk
inkompabilitas Agen pengoksidasi kuat
Sumber HOPE hal. 131

4. Pregelatinized starch
Sinonim Amylum regelificatum
Struktur
Senyawa

Pemerian Serbuk putuh atau hampir putih, tidak berbau, dan


rasanya sedikit khas
Kelarutan Praktis tidak larut pelarut organik
Massa molar (C6H10O5) n dimana n = 300-1000
Fungsi/Khasiat Binding agen, disintegrant, tablet dan kapsul diluent,
pengisi tablet dan kapsul
Massa jenis Bulk : 0,586 g/ cm3
Tapped : 0,879 g/ cm3
True : 1.516 g/ cm3
Kadar air Higroskopik
PH 4.5-7.0 untuk 10% w/v
Penyimpanan Simpan di tempat kering jauhi tempat lembab
Sifat alir Cukup baik (18-23%)
Sumber HOPE hal. 685 dan 691

5. Polisorbat 20
Sinonim Armatan PML 20, polyoxsytelene 20 laurate
Struktur
Senyawa

Pemerian Cairan minyak berwarna kuning, sedikit pahit


Kelarutan Larut air dan etanol, tidak larut minyak
Rumus molekul C58H114O26
Fungsi/Khasiat Dispersing agent, emulsifying agent, surfaktan non
ionik, solubilyzing, suspending agent, wetting agent
Massa molar 1128
inkompabilitas Fenol dan tanin
Kadar air 3.0
Titik nyala 149°C
PH 6-8 untuk 15% w/v larutan air
Sumber HOPE hal. 549

6. Colloidal silicon dioxide


Sinonim Aerosil, colloidal silica, furned silica
Struktur
Senyawa

Pemerian Serbuk ringan, berwarna putih kebiruan tidak berbau,


tidak berasa, bubuk amorf
Kelarutan Praktis tidak larut pelarut organik, air dan asam kecuali
asam klorida, larut dalam larutan alkali hidroksida panas
Rumus molekul SiO
Fungsi/Khasiat Adsorben, anticaking agent, emulsion stabilyzer, glidan,
suspending agent, tablet disintegrant, themal stabilizer,
viscosity-increasing agent
Massa molar Bulk : 0,029-0,042 g/cm3
inkompabilitas Sediaan diethylstilbestrol
Titik leleh 1.600 °C
PH 3.8-4.2 untuk 4 % w/v dan 3.5-4.0 10 % w/v
Sumber HOPE hal. 186

7. Magnesium stearat
Sinonim Magnesium octadeconazoate, octadeconoic acid
Struktur
Senyawa

Pemerian Serbuk halus putih muda, diendapkan atau digiling, bau


sama asam stearate, rasa yang khas, bedak ini
berminyak saat disentuh dan mudah menempel di kulit
Kelarutan Praktis tidak larut etanol, etanol (95%), eter dan air
sedikit dalam benzena hangat dan etanol hangat (95%)
Rumus molekul (CH3(CH2)16 COO) 2Mg
Fungsi/Khasiat Adsorben, anticaking agent, emulsion stabilyzer, glidan,
suspending agent, tablet disintegrant, themal stabilizer,
viscosity-increasing agent
Massa molar 591,24
Massa jenis Bulk : 0,159 g/cm3
inkompabilitas Asam kuat, alkali dan garam logam
Titik nyala 250°C
Rentang titik leleh 117-150°C
Sumber HOPE hal. 404
VII. PERHITUNGAN BAHAN
Kadar Domperidone Maleate = 12,73 mg Bobot Tablet =
100 mg
Tablet yang dibuat = 100 Tablet
Total Bobot Tablet = 100 mg x 100 tablet = 10000 mg
1) Domperidon Maleat =12,5 mg x 100 tablet
=1250 mg
2) Laktosa Monohidrat = 62,38 mg x 100 + (20% x 6238)
= 7485,6 mg
3) Avicel PH-102 =14 mg x 100 tablet
=1400 mg + (20% x1400)
= 1680 mg
4) Colloidal silicon dioxide = 0,29 mg x 100 tablet
= 29 mg + (20% x 29)
= 34,8 mg
5) Polysorbate 20 = 0,96 mg x 100 tablet
= 96 mg + (20% x 96)
= 115,2 mg
6) Pregelatinized starch = 6,88 mg x 100 tablet
= 688 mg + (20% x 688)= 825,6 mg
7) Magnesium Stearat = 2,95 mg x 100 tablet
= 295 mg + (20% x 295)= 354 mg
V. DATA HASIL PENGAMATAN

No Jenis Parameter Fase Fase Campur Syarat Keterangan


Evaluasi Dalam Luar an
1. Sifat alir Waktu (s) 48 s 2s 14 g/53 s ≤100g/10s dianggap baik Sifat alir kurang
baik
2. Sudut Diam r (cm), t r = 4,3 r= r=3 25- 30 sangat mudah Mengalir
(cm) t = 3,3 1,3 t=3 mengalir
t= 30- 40 mudah mengalir
0,3 40- 45 mengalir > 45
kurang mengalir
3. Kompresibilit %K W0 = W0 = W0 = %K: Fase dalam
as 14,08 0,8 14,98 5 – 10 % = aliran sangat memiliki sifat alir
W1 = W1 = W1 = baik yang buruk
14,05 0,77 14,24 11 – 20 % = aliran cukup Fase dalam
baik memiliki sifat alir
21 - 25 % = aliran cukup yang buruk
>26 % = aliran buruk Campuran
memiliki sifat alir
yang sangat baik
4. Kompaktibilit %T V0 = V0 = V0 = 42 %T < 20 atau V < 20 ml Fase dalam
as 37 39 V500 = 27 granul memiliki aliran memiliki sifat alir
V500 = V500 yang baik yang buruk
25 = 24 Fase luar memiliki
sifat alir yang
buruk
Campuran
memiliki sifat alir
yang buruk
5. Tapping Log - - - Perbandingan fase luar Fase dalam (baik)
kinetic (V0/Vn) dan dalam Fase luar (baik)
Campuran (baik)
6. Kadar air %Kadar air W1 = 14,994 1%-5% Baik
W2 = 14, 60
7. Susut %Susut W1 = 14,994 2 %– 4% Baik
Pengeringan Pengeringan W2 = 14, 60

1) Sifat alir
14g/53s
(Tidak memenuhi)  sifat alirnya kurang baik

Syarat:
Kurang dari sama dengan 100g/10s

2) Sudut diam
Tanα = 1
α = 45 (Mengalir)

Syarat:
25- 30 sangat mudah mengalir
30- 40 mudah mengalir
40- 45 mengalir
> 45 kurang mengalir

3) Kompresibilitas
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎 − 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡
%𝐾 = × 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡
Fase dalam
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎 − 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡
%𝐾 = × 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡
14,08 𝑔 − 14,05 𝑔
%𝐾 = × 100%
14,05 𝑔
%𝐾 = 0,21%
Fase luar
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎 − 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡
%𝐾 = × 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡
0,8 𝑔 − 0,77 𝑔
%𝐾 = × 100%
0,77 𝑔
%𝐾 = 3,8%
Campuran
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎 − 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡
%𝐾 = × 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡
14,98 𝑔 − 14,24 𝑔
%𝐾 = × 100%
14,24 𝑔
%𝐾 = 5,1% (Aliran sangat baik)

Syarat: Jika
% K : 5 – 10 % -------- aliran sangat baik
11 – 20 % -------- aliran cukup baik
21 - 25 % -------- aliran cukup
>26 % ------- aliran buruk

4) Kompaktibilitas
𝑉𝑜 − 𝑉500
%𝑇 = × 100%
𝑉𝑜
Fase dalam
𝑉𝑜 − 𝑉500
%𝑇 = × 100%
𝑉𝑜
37 − 25
%𝑇 = × 100%
37
%𝑇 = 32,43%
Fase luar
𝑉𝑜 − 𝑉500
%𝑇 = × 100%
𝑉𝑜
39 − 24
%𝑇 = × 100%
39
%𝑇 = 38,46%
Campuran
𝑉𝑜 − 𝑉500
%𝑇 = × 100%
𝑉𝑜
42 − 27
%𝑇 = × 100%
42
%𝑇 = 35,7% (Sifat alir buruk)

Syarat:
%T < 20 atau V < 20 ml granul memiliki aliran yang baik

5) Tapping kinetic
Fase dalam
38
V5 = log( ) = 0,148 Fase dalam
27
38
V10 = log( 26) = 0,165 0,17
V 38
= log( ) = 0,165 0,16
15 26
V = 38 0,15
20 log( 38) = 0,165 0,14
V25 = log( 26) = 0,165 0,13
26
5 10 15 20 25 30
V30 = log( 38) = 0,165
26
Fase luar
V5
2
= log( ) = 0 Fase Luar
2
2
V10 = log( ) = 0,23 0,3
1,2
2 0,2
V15 = log( ) = 0,23
1,2 0,1
2
V20 = log( ) = 0,23
1,2 0
2
V25 = log( ) = 0,23 5 10 15 20 25 30
1,2
2
V30 = log( ) = 0,23
1,2
Campuran Fase Campuran
43
V5 = log( ) = 0,14 0,2
29
V10 = log( 43) = 0,186
28 0,1
V15 = log( 43) = 0,186
28
2 ) = 0,186 0
V20 = log(
28 5 10 15 20 25 30
V25 = log( 2 ) = 0,186
28
V30 = log( 2 ) = 0,186
28

6) Kadar air (%)


𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟i𝑛𝑔𝑎𝑛 − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟i𝑛𝑔𝑎𝑛
%= × 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟i𝑛𝑔𝑎𝑛
14,994 𝑔 − 14,60 𝑔
%= × 100%
14,60 𝑔
% = 2,69% (Baik)

Syarat = 2 – 4%

7) Susut pengeringan (%)


𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟i𝑛𝑔𝑎𝑛 − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟i𝑛𝑔𝑎𝑛
%= × 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟i𝑛𝑔𝑎𝑛
14,994 − 14,60
%= × 100%
14,994
% = 2,62% (Baik)
IV. PEMBAHASAN
Praktikum Teknologi Farmasi Padat kali ini membahas tentang
pengujian IPC (In Process Control ) pada granul. Pengujian ini dilakukan
terhadap produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Pengawasan yang
tejadi selama proses produksi pengujian IPC (in process control) ini sangat
perlu dilakukan untuk menjaga stabilitas dan kualitas dari sediaan tablet
yang dibuat. Adapun tujuan pengujian IPC pada granul yakni untuk
menjamin suatu kualitas dari granul, mencegah terjadinya kesalahan dalam
proses produksi obat dan untuk menghindari kegagalan produk tablet yang
dihasilkan.
Pengujian terhadap granul menjadi parameter dalam pembuatan tablet
yang baik dan agar dapat mengetahui dan mengidentifikasi sifat fisik granul
yang akan dikempa, sifat-sifat fisik yang berkaitan dengan penabletan
antara lain ukuran partikel granul, kerapatan bulk granul, kerapuhan,
kompresibilitas, distribusi ukuran granul, dan bentuk partikel granul. Granul
yang mempunyai sifat fisik baik yaitu yang mudah mengalir dengan baik
dan mudah dikempa.
Semakin bagus granul yang dihasilkan kemungkinan tablet yang
dihasilkan akan lebih baik juga. Berdasarkan hal tersebut, analisis atau
pengujian terhadap granul ini penting dilakukan agar mendapatkan hasil
akhir sesuai dengan yang diharapkan. Terbentuknya granul dengan
karaketeristik yang bagus dan memenuhi syarat akan berdampak baik
terhadap sediaan tablet yang akan dihasilkan serta efek obat yang dihasilkan
dapat lebih optimal.
Pembuatan bentuk menjadi granulasi agar menghasilkan bentuk
struktural yang diperlukan, meningkatkan stabilitas, meningkatkan
tampilan, mengurangi terjadinya caking, dan agar campuran tablet yang
tidak memisah. Selain itu, untuk mempersiapkan kuantitas tertentu dari
bahan untuk diolah dengan peningkatan sifat aliran untuk penakaran dan
pengempaan menjadi tablet. Pada praktikum kali ini dilakukan beberapa uji
evaluasi pada granul diantaranya uji kadar air dan susut pengeringan, uji
sifat alir, uji sudut diam, uji keseragaman ukuran partikel, uji
kompressibilitas, uji kompaktibilitas, uji tapping density pada sediaan.
Adapun pengujian yang dilakukan pada granul yakni pada saat
sebelum ditambah fase luar dan setelah dicampur dengan fase luar yang
dikenal dengan fase campuran. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan yang dihasilkan antara sebelum dan sesudah ditambah fase luar.
Fase dalam pada formulasi yang digunakan antara lain Domperidon Maleat,
Pregelatinized starch, Polisorbat 20, laktosa monohidrat. Sedangkan fase
luar pada formulasi berupa Colloidal silicon dioxide, Avicel PH-101 dan
magnesium stearat yang berfungsi sebagai glidan dan lubrikan yang
ditambahkan pada akhir pencampuran sebelum dilakukan pengempaan
tablet.
Evaluasi pada granul yang dilakukan dalam praktikum kali yakni uji
sifat alir. Pada uji ini, granul akan dimasukkan ke dalam corong uji waktu
alir. Penutup corong dibuka sehingga granul keluar dan ditampung pada
bidang datar. Waktu alir granul yang dihasilkan dicatat dan sudut diamnya
dihitung dengan cara mengukur jari-jari dan tinggi tumpukan granul yang
keluar dari mulut corong. Parameter yang diamati yaitu waktu yang
dinyatakan dalam sekon (s)/detik.
Pengujian sifat alir granul memiliki syarat jika dapat mengalir dengan
kecepatan 100 g/10 detik dinyatakan sifat alirnya baik. Pada praktikum ini
granul yang diamati sebanyak 14 g granul, yang memiliki kecepatan
mengalir yang kurang baik yakni 14 g/ 53 s m detik. Berdasarkan hasil
analisis, didapatkan hasil fase dalam memiliki sifat alir granul yang buruk
karena mengalir dalam waktu yang lama sebesar 48s. Fase luar
menghasilkan granul dengan sifat alir yang baik sebesar 2 s dan tidak
melebihi syarat yang ditentukan serta campuran dari fase dalam dan luar
memiliki sifat alir granul yang buruk juga dengan kecepatan 14 g/ 53 s.
Disimpulkan bahwa granul yang dihasilkan memiliki sifat alir yang buruk.
Gaya kohesi antar partikel akan meningkat jika semakin kecil ukuran
partikel dari granul, sehingga akan cenderung tarik – menarik dan
menyebabkan granul susah untuk mengalir, sehingga aliran granul
terhambat dikarenakan granul membentuk gumpalan. Granul yang sifat
alirnya baik, maka pada saat pengisian ruang pencetakan akan merata antara
campuran fines dengan granul, sehingga bobot sediaan akan seragam
dan kompak. Lama atau tidaknya aliran dari suatu granul dipengaruhi oleh
ukuran granul, bentuk granul, dan kelembaban granul, dan gaya kohesi dan
adhesi dari granul.
Evaluasi uji sudut diam juga dilakukan pada pengujian ini. Ketetapan
sudut diam dapa dibedakan berdasarkan rentang derajat sudut yang
dihasilkan. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sudut diam
suatu granul yakni bentuk ukuran serta kelembaban granul. Sudut diam atau
sudut istirahat terbentuk antara lereng suatu timbunan serbuk dengan bidang
horizontal. Sudut diam dipengaruhi fraksi antar partikel – partikel. Makin
kasar dan tidak beraturan permukaan partikel, semakin besar sudut
istirahatnya. Serbuk yang lebih mudah mengalir mempunyai sudut diam
yang kecil.
Parameter yang diamati dalam evaluasi ini yaitu jari – jari dan tinggi.
Syarat – syarat sudut diam terdiri jika tan α = 25-30 (sangat mudah
mengalir), 30-40 (mudah mengalir), 40-45 (mengalir), >45 (kurang
mengalir). Sudut diam disebut juga sudut istirahat yang terbentuk antara
lereng suatu timbunan serbuk dengan bidang horizontal. Serbuk yang akan
lebih mudah mengalir jika mempunyai sudut diam yang kecil. Pada
praktikum ini sudut diamnya secara keseluruhan sudut diamnya baik karena
dapat megalir dan sudutnya tidak lebih dari 45o.
Uji kompresibilitas yang akan dilakukan menggunakan alat tap
volumeter. Ketentuan syarat pada uji kompresseibilitas yaknu jika %K = 5-
10% (aliran sangat baik), 11-20% (aliran cukup baik), 21-25% (aliran
cukup), >25% (aliran buruk). Pada praktikum kali ini hasil uji
kompressibilitasnya tidak memenuhi persyaratan yang baik pada fase dalam
dan luarnya. Akan tetapi, campuran granul mrmiliki hasil yang bail yakni
5,1%. Hasil Besar kecilnya persen kompresibilitas dipengaruhi oleh ukuran
granul dan bentuk granul. Semakin kecil kerapatan bulk yang diperoleh
maka akan semakin baik sifat alirnya. untuk menentukan apakah sifat bahan
dapat membentuk massa yang stabil dan kompak apabila diberikan tekanan.
Evaluasi yang dilakukan selanjutnya yakni uji kompaktibilitas. Uji
kompaktibilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan suatu granul untuk
memadat menjadi massa yang kompak. Hasil dari uji kompaktibilitas pada
praktikum ini didapatkan hasil yang tidak memenuhi syarat karena %T lebih
dari 20% yang berarti aliran yang dihasilkan buruk. Dimana pada fase
dalamnya menghasilan 32% dan pada fase luarnya menghasilkan 38,46%.
Pengujian kompaktibilitas ini juga diuji pada campuran granul dari fase
dalam dan luarnya yang mana menghasilkan 35,7% yang menandakan sifat
alinya juga buruk.

Uji kerapuhan granul menggunakan alat yang sama dengan alat uji
kerapuhan tablet berupa friability tester. Tujuan uji kerapuhan pada granul
untuk mengukur ketahanan permukaan granul terhadap gesekan atau getaran
yang terjadi pada granul. Uji keseragaman ukuran partikel menggunakan
alat Sieve Shaker. Ayakan diurutkan dari mesh terkecil ke terbesar dari atas
ke bawah. Selain itu, juga terdapat uji ukuran partikel pada evaluasi granul
yang dilakukan menggunakan jangka sorong.
Evaluasi berikutnya yang dilakukan yakni uji tapping kinetic. Pada uji
ini dibuat grafik antara log Vo/Vt (sumbu y) versus waktu (t), yang mana
akan dibandingkan antara grafik sebelum ditambah dan setelah ditambahkan
fase luar. Alat yang digunakan pada uji ini dikenal dengan tapped density
tester. Namun, uji ini juga dapat dilakukan dengan memasukkan granul ke
dalam gelas ukur lalu dientapkan secara konsisten dengan alas kain/ serbet.
Diamati volume yang terbentuk setelah dientap setiap 5 menit sekali.
Evaluasi granul yang terakhir yakni uji kadar air dan susut
pengeringan, dimana syarat dari uji ini sebesar 2-4%. Pengujian ini
bertujuan untuk mengetahui perubahan kandungan air dalam granul akibat
proses pemanasan pada granul yang terjadi pada saat proses pengeringan.
Perhitungan kadar air pada percobaan ini memenuhi persyaratan dengan uji
kadar air sebesar 2,69% dan persen susun pengeringannya 2,62% yang
atinya granul memiliki kelembaban yang baik.
Alat yang digunakan pada uji kadar air ini yakni moisture analyzer
atau oven. Pada praktikum ini, sampai bobot konstan (105˚C) selama 2
jam. Waktu pengeringan berhubungan erat dengan kadar air yang
terkandung dalam granul. Jika granul yang dihasilkan terlalu basah dapat
menyebabkan lengketnya granul pada proses pencetakan dan jika terlalu
kering dapat menyebabkan capping (pemisahan) pada proses pencetakan.
V. KESIMPULAN
1. Pengujian granul yang dapat dilakukan antara lain uji sifat alir, uji sudut
diam, uji kompresibilitas, uji kompaktibilitas, tapping kinetic, uji kadar
air, keseragaman ukuran partikel dan uji kerapuhan granul.
2. Persyaratan granul yang baik dapat dilihat dari bentuk dan warna
sedapat mungkin teratur, menunjukkan kekompakan mekanis yang
memuaskan, kecepatan alir granul tidak lebih dari 100 g/10 detik, tidak
terlampau kering (kadar air 2-4%), distribusi ukuran partikel yang rapat.
3. Sifat alir dipengaruhi oleh bentuk partikel, ukuran partikel dan
kohesivitas antarpartikel.
4. Pengujian (in process control) granul perlu dilakukan untuk menjamin
kualitas dari granul itu sendiri dan menghindari kegagalan produk tablet
yang dihasilkan agar mendapatkan hasil akhir sesuai yang diharapkan
5. Hasil pengujian granul dengan uji kadar air sebesar 2,69% dan uji susut
pengeringan 6,62% memenuhi persyaratan.
DAFTAR PUSTAKA

Banker dan Anderson, 1986, Tablets in Lachman, L., Lieberman, H. A., Kanig, J.
L., Edisi V, The Theory and Practice of Industrial Pharmacy 3rd, Lea and
Febiger, Philadelphia, USA.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Fatmawaty, A., dkk. 2015, Teknologi Sediaan Farmasi Industri, Depublish,
Yogyakarta, Indonesia.
Jaya, H., dan Lifie, K. 2020, Teknologi dan Formulasi Sediaan Padat, Lakeisha,
Jawa Tengah, Indonesia.
Kemenkes RI. 2020, Farmakope Indonesia Edisi VI, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Kundu, S., dan Sahoo. 2008, Recent Trends in The Developments of Orally
Disintegrating Technology, Pharma Times, Vol. 40 No. 4, 180-185.
Lachman, L., dan Liberman, H. A. 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri
Edisi Kedua, UI Press, Jakarta, Indonesia.
Parrott, E.L. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, 3rd
Ed., Burgess Publishing Co., Minneapolis, USA, 73-84; 158-171.
Saifullah, T. 2007, Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet, Pustaka
Laboratorium Teknologi Farmasi UGM, Yogyakarta, Indonesia.
Sarwono, J. 2006, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 13, Andi Offset,
Yogyakarta, Indonesia.
Siregar, C. 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet : Dasar – Dasar Praktis,
EGC, Jakarta, Indonesia
Sulaiman, T. N. S. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Padat. Pustaka
Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta.
Suhery., dkk. 2016, Perbandingan Metode Granulasi Basah dan Kempa
Langsung Terhadap Sifat Fisik dan Waktu Hancur Orally Disintegrating
Tablets Piroksikam, Jurnal Sains Farmasi dan Klinis, Vol.2, No. 2, 138-144.
Voight, R. 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V, Universitas
Gadjah Mada Press, Yogyakarta, Indonesia.
PERTANYAAN PASCA PRAKTIKUM

1. Analisis hasil pengujian granul, apakah memenuhi persyaratan atau tidak?


Jawab :
• Sifat alir tidak memenuhi syarat (Sifat alirnya buruk) karena waktu yang
diperoleh melebihi syarat yang ditentukan (Syarat : Kecepatan 100 g/10 s)
• Sudut diam memenuhi syarat
• Kompresibilitas memenuhi syarat hanya untuk campuran
• Kompaktibilitas tidak memenuhi syarat Aliran yang dihasilkan buruk,
ditandai dengan nilai %T yang didapatkan melebihi syarat yang ditentukan
(Syarat : %T < 20 atau V< 20 ml)
• Tapping kinetic memenuhi syarat
• Kadar air dan susut pengeringan memenuhi syarat (Syarat : 2-4%)

2. Apa manfaat analisis granul dalam pembuatan tablet?


Jawab :
Pada proses pembuatan tablet analisis sangat diperlukan utuk mengetahui
apakah granul yang dibuat (baik sebelum dan sesudah ditambah fase luar)
memenuhi syarat kelayakan yang akan mempermudah proses pembuatan
tahap selanjutnya. Analisis granul dilakukan untuk menjaga dan menjamin
kualitas dari sediaan farmasi yang dibuat. Terbentuknya granula dengan
karaketeristik yang bagus dan memenuhi syarat akan berdampak baik terhadap
sediaan tablet yang akan dihasilkan dan agar mendapatkan hasil akhir sesuai
dengan yang diharapkan.

3. Bandingkan hasil karakteristik granul setelah proses granulasi basah dengan


hasil telah literatur. Apakah ada perbedaan signifikan? Jika ya jelaskan apa
yang mengakibatkan perbedaan tersebut.
Jawab :
a) Perbandingan dengan hasil telaah literatur :
- Waktu alir setelah pencampuran sebesar 14g/ 53 detik menunjukkan
granul memiliki sifat alir yang buruk dan tidak memenuhi syarat literatur,
dimana seharusnya sesuai syarat literatur sifat alir granul yang baik
sebesar 100 g/ 10 detik.
- Sudut diam granul yang dihasilkan pada fase campuran sebesar 45 0 yang
memenuhi persyaratan literatur bahwa sudut 450 menunjukkan sifat
mengalir.
- Kompressibilitas pada massa campuran didapat %K sebesar 5,1%
memenuhi persyaratan literature pada rentang 11-20% menunjukkan aliran
yang dihasilkan cukup baik.
- Kompaktibilitas pada fase campuran diperoleh nilai %T sebesar 35,7 %
yang tidak memenuhi persyaratan garul yang baik sesuai literatur %T <
20%.
- Hasil uji kadar alir sebesar 2,69% memenuhi syarat pada literatur 2-4%.

b) Perbedaan yang signifikan


Perbedaan signifikan terletak pada uji sifat alir dan uji kompaktibilitas
dimana kedua uji tersebut tidak memenuhi syarat sesuai yang tertera pada
lieratur.
- Pada uji sifat alir didapatkan kecepatan alir yang lambat sebesar 14g/ 53
detik disebabkan ukuran partikel dari granul terlau kecil sehingga akan
meningkatkan gaya kohesi antar partikel dan partikel akan cenderung tarik
– menarik dan menyebabkan granul susah untuk mengalir, sehingga aliran
granul terhambat dikarenakan granul membentuk gumpalan. Akibatnya
waktu mengalir granul yang dihasilkan lebih lama.
- Pada uji kompaktibilitas diperoleh nilai %T sebesar 35,7% disebabkan
karena perbedaan zat aktif dan eksipien yang ditambahkan pada
pembuatan granul sehingga mempengaruhi karakteristik granul

4. Jelaskan alasan mengapa sifat granul menjadi lebih baik setelah di tambah
dengan eksipien dan digranulasi.
Jawab :
Penambahan eksipien membuat ikatan adhesi pada massa serbuk sehingga
ruang atau permukaan serbuk lebih rapat. Pengisi dapat memberi bentuk pada
partikel serbuk yang dapat memperbaiki sifat serbuk dan menambah massa
atau bobot tablet agar dapat dicetak/ dikempa. Granul lebih baik ketika
digranulasi karena adanya ikatan serbuk dengan perekat dan dilakukan proses
pengayakan sehingga granul lebih seragam dan interaksi antarpartikel lebih
kuat.

5. Jelaskan cara penanggulangan serbuk yang karakteristik/ sifatnya tidak


memenuhi persyaratan.
Jawab :
Serbuk yang tidak memenuhi syarat harus dilakukan beberapa prosedur
diantaranya pembuatan granulasi yang dilakukan pengayakan bertingkat,
penambahan eksipien yang sesuai, penetapan fase dalam dan luar yang sesuai,
proses pengeringan serbuk granul juga mempengaruhi baik atau tidaknya
granul. Jadi untuk serbuk yang sifatnya tidak memenuhi syarat harus dibuat
granulasi dengan penambahan eksipien yang sesuai.

6. Apakah terdapat perbedaan antara hasil analisis sebelum dan setelah


ditambahkan fase luar? Jelaskan alasannya.
Jawab :
Ya, terdapat perbedaan antara hasil analisis sebelum dan setelah ditambahkan
fase luar karena penambahan fase luar menggunakan alat twin shell (v) mixer,
yang membuat granul lebih tercampur dengan fase luar yang kurang merata
sehingga adanya penambahan sedikit bobot granul dengan perbedaan
peningkatan kedua campuran yang kurang dapat bercampur.

7. Mengapa uji statistika t-test penting untuk dilakukan untuk mengetahui


kualitas granul yang dihasilkan?
Jawab :
Uji statistika t-test merupakan uji untuk menentukan apakah terdapat hasil
yang signifikan dari hasil analisis granul dengan literatur, sehingga penting
dilakukan karena dengan adanya hasil t-test dapat diketahui apakah perbedaan
analisis dengan syarat granul yang baik terlalu berbeda signifikan atau tidak.
Jika hasilnya berbeda signifikan artinya granul yang dihasilkan kurang baik.
LAMPIRAN

 Acc DHP Sementara

 Acc Video
 Jurnal Formulasi

 Postest
 SS Literatur

Anda mungkin juga menyukai