Anda di halaman 1dari 7

2

KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan
pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa
disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih
baik lagi
2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu profesi yang memegang peran penting dalam menjaga mutu
pelayanan kesehatan adalah keperawatan. Pelayanan keperawatan merupakan
gabungan dari ilmu kesehatan dan seni merawat, suatu gabungan komalistik
dari ilmu pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiatan klinik, kominukasi dan
ilmu sosial.
Pelayan keperawatan dirumah sakit merupakan suatu faktor penentu bagi
mutu pelayanan dan citra rumah sakit di mata masyarakat. Kinerja seseorang
perawat dapat dilihat dari mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien. Pada dasarnya yang dijadikan acuan dalam menilai kualitas pelayanan
keperawatan adalah dengan menggunakan standar praktik keperawatan.
Standar praktik ini menjadi pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan tenaga perawat merupakan tenaga yang paling banyak dan paling
lama kontak dengan pasien, maka kinerja perawat harus selalu ditingkatkan
dalam pemberian asuhan keperawatan (Badi’ah et al.,2009).
Adanya beberapa faktor yang dapat menyebabkan kurangnya kinerja
perawat salah satunya yaitu perilaku perawat terhadap pasien. Perilaku
merupakan perbuatan, sifat, perkataan atau tindakan yang dapat diamati atau
digambarkan oleh orang lain maupun orang yang melakukannya. Prilaku dapat
dibagi menjadi dua yaitu perilaku baik dan perilaku buruk.
Perawat sebagai pemberi pelayanan dirumah sakit tentunya memiliki
kualitas kepribadian berbeda-beda yang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik
internal maupun eksternal. Perbedaan ini akan mempengaruhi cara perawat
berinteraksi dalam memberikan pelayanan, yang akan berdampak pada tingkat
kepuasaan pasien. Dalam penelitiaan Badi’ah (2009) diketahui dari jawaban
kuesioner kepuasaan pasien berkurang setiap tahunnya akibat perilaku perawat
yang kurang baik dalam menangani pasien. Oleh karena itu penting sekali
dikembangkan berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan diberbagai aspek, salah satunya adalah konsep perilaku.
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah menjelaskan devinisi atau
pengertian dari perilaku. Menjelaskan perilaku perawat terhadap pasien agar
pasien mendapatkan pelayan yang bagus dan baik.
1.3. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah memahami devinisi atau
pengertian dari perilaku. Memahami perilaku perawat yang baik terhadap
pasien.
2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PERILAKU
Perilakumanusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia
dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, dan kekuasaan.
Mengutip pendapat Krech dan Crutchfield (1954) yang mengatakan: As
we have already indicated, attitudes lie behind many of the significant and
dramatic instances of man behavior. It is for reason that many psychologists
regard the study of attitudes as the central problems of social psychology.
Bimo Walgito (2003) berpendapat bahwa sikap yang ada pada seseorang akan
memberikan warna atau corak pada perilaku atau perbuatan orang yang
bersangkutan. Sementara sikap pada umumnya mengandung tiga komponen
yang membentuk struktur sikap, yaitu: komponen kognitif, komponen afektif,
dan komponen konatif.
Selanjutnya menurut Myers (1983), perilaku adalah sikap yang
diekspresikan (expressed attitudes). Perilaku dengan sikap saling berinteraksi,
saling mempengaruhi satu dengan yang lain.
Sementara Kurt Lewin (1951, dalam Brigham, 1991) merumuskan satu
model hubungan perilaku yang mengatakan bahwa perilaku (B) adalah fungsi
karakteristik individu (P) dan lingkungan (E), dengan rumus: B = f(P,E).
Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat
kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian
berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku.
Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku,
bahkan kadang-kadang kekuatannya lebih besar daripada karakteristik
individu.
Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan
kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan tindakan sosial manusia yang
sangat mendasar. karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus
ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur
relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial.
Perilaku manusia dipelajari dalam ilmu psikologi, sosiologi, ekonomi,
antropologi dan kedokteran. perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam
perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku
menyimpang.

Pengertian perilaku menurut para ahli


a. Soekidjo notoatmodjo, 1987 : segala perbuatan atau tindakan yang
dilakukan oleh makhluk hidup.
2

b. Robert Y. Kwick , 1972 : tindakan atau perbuatansuatu organisme


yang dapat diamati dan bahkan dipelajari
c. Ensiklopedi amerika : suatu aksi dan reaksi organisme terhadap
lingkungannya,hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada
sesuatu yang deiperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut
rangsangan,dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan
menghasilkan perilaku tertentu pula.
d. Skinner : respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar. Perilaku dibedakan menjadi dua:
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap
yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat
diamati secara jelas oleh orang lain.
Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau
praktek,yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.2 KONSEP PERILAKU

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MANUSIA


Perilaku atau aktivitas pada individu atau organisme tidak timbul dengan
sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme
yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus internal. Perilaku
individu yang dapat mempengaruhi individu itu sendiri, di samping itu perilaku
juga berpengaruh pada lingkungan. Demikian pula lingkungan dapat
mempengaruhi individu, demikian sebaliknya. Oleh sebab itu, dalam perspektif
psikologi, perilaku manusia (human behavior) dipandang sebagai reaksi yang
dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks (Bandura, 1977; Azwar,
2003).
Lebih lanjut, Icek Ajzen dan Martin Fishbein (1980, dalam Brehm and
Kassin, 1990) mengemukakan teori tindakan beralasan (theory of reasoned
action). Dengan mencoba melihat anteseden penyebab perilaku volisional
(perilaku yang dilakukan atas kemauan sendiri), teori tindakan beralasan ini
didasarkan pada asumsi-asumsi: (a) bahwa manusia pada umumnya melakukan
sesuatu dengan cara-cara yang masuk akal; (b) bahwa manusia
2

mempertimbangkan semua informasi yang ada; dan (c) bahwa secara eksplisit
maupun implisit manusia memperhitungkan implikasi tindakan mereka.
Teori tadi kemudian diperluas dan dimodifikasi oleh Ajzen (1988)
dengan teori perilaku terencana (theory of planned behavior), di mana
determinan intensi tidak hanya dua (sikap terhadap perilaku yang bersangkutan
dan norma-norma subjektif) melainkan tiga dengan diikutsertakannya aspek
kontrol perilaku yang dihayati (perceived behavioral control). Keyakinan-
keyakinan berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu, pada norma-
norma subjektif, dan pada kontrol perilaku yang dihayati. Keyakinan mengenai
perilaku apa yang bersifat normatif dan motivasi untuk bertindak sesuai dengan
harapan normatif tersebut membentuk norma subjektif dalam diri individu.
Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu
mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang
bersangkutan.

PERILAKU PERAWAT TERHADAP PASIEN


Perilaku manusia sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Perilaku itu
sendiri adalah suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan
lingkungannya. Ditilik dari sifatnya, perbedaan perilaku manusia itu
disebabkan karena kemampuan, kebutuhan, cara berpikir untuk menentukan
pilihan perilaku, pengalaman, dan reaksi affektifnya berbeda satu sama lain.
Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku manusia
adalah; pendekatan kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis. Berikut
penjelasan ketiga pendekatan tersebut dilihat dari; penekanannya, penyebab
timbulnya perilaku, prosesnya, kepentingan masa lalu di dalam menentukan
perilaku, tingkat kesadaran, dan data yang dipergunakan.
1.Penekanan
Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan
menimbang. Penafsiran individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih
penting dari lingkungan itu sendiri.
Pendekatan penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan
lingkungan dalam perilaku manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu
sumber stimuli yang dapat menghasilkan dan memperkuat respon perilaku.
Pendekatan psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas di
dalam menentukan sesuatu perilaku. Lingkungan dipertimbangkan sepanjang
hanya sebagai ego yang berinteraksi dengannya untuk memuaskan keinginan.
2.Penyebab Timbulnya Perilaku
Pendekatan kognitif, perilaku dikatakan timbul dari ketidakseimbangan
atau ketidaksesuaian pada struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi
tentang lingkungan.
2

Pendekatan reinforcement menyatakan bahwa perilaku itu ditentukan


oleh stimuli lingkungan baik sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil
dari perilaku.
Menurut pendekatan psikoanalitis, perilaku itu ditimbulkan oleh
tegangan (tensions) yang dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan.
3.Proses
Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan
pengalaman) adalah proses mental, yang saling menyempurnakan dengan
struktur kognisi yang ada. Dan akibat ketidak sesuaian (inconsistency) dalam
struktur menghasilkan perilaku yang dapat mengurangi ketidak sesuaian
tersebut.
Pendekatan reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam diri individu
mengundang respon yang ditentukan oleh sejarah. Sifat dari reaksi lingkungan
pada respon tersebut menentukan kecenderungan perilaku masa mendatang.
4.Kepentingan Masa lalu dalam menentukan Perilaku.
Pendekatan kognitif tidak memperhitungkan masa lalu (ahistoric).
Pengalaman masa lalu hanya menentukan pada struktur kognitif, dan perilaku
adalah suatu fungsi dari pernyataan masa sekarang dari sistem kognitif
seseorang, tanpa memperhatikan proses masuknya dalam sistem.
Teori reinforcement bersifat historic. Suatu respon seseorang pada suatu
stimulus tertentu adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah lingkungan.
5.Tingkat dari Kesadaran
Dalam pendekatan kognitif memang ada aneka ragam tingkatan
kesadaran, tetapi dalam kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui,
berpikir dan memahami, dipertimbangkan sangat penting.
Dalam teori reinforcement, tidak ada perbedaan antara sadar dan tidak.
Biasanya aktifitas mental dipertimbangkan menjadi bentuk lain dari perilaku
dan tidak dihubungkan dengan kasus kekuasaan apapun. Aktifitas mental
seperti berpikir dan berperasaan dapat saja diikuti dengan perilaku yang
terbuka, tetapi bukan berarti bahwa berpikir dan berperasaan dapat
menyebabkan terjadinya perilaku terbuka.
Pendekatan psikoanalitis hampir sebagian besar aktifitas mental adalah
tidak sadar. Aktifitas tidak sadar dari Id dan Superego secara luas menentukan
perilaku.
6.Data
Dalam pendekatan kognitif, data atas sikap, nilai, pengertian dan
pengharapan pada dasarnya dikumpulkan lewat survey dan kuestioner.
Pendekatan reinforcement mengukur stimuli lingkungan dan respon
materi atau fisik yang dapat diamati, lewat observasi langsung atau dengan
pertolongan sarana teknologi.
2

Pendekatan psikoanalitis menggunakan data ekspresi dari keinginan,


harapan, dan bukti penekanan dan bloking dari keinginan tersebut lewat analisa
mimpi, asosiasi bebas, teknik proyektif, dan hipnotis.

Anda mungkin juga menyukai