Anda di halaman 1dari 13

SURVEILANS GIZI

Perkembangan Surveilans Gizi di Indonesia

Kelompok 5:
1. Calistha Priskila Marpaung PO.62.31.3.18.250
2. Cristin Saragih PO.62.31.3.18.251
3. Noor Aqni Alfisah PO.62.31.3.18.270
4. Nidia Christine PO.62.31.3.17.416
5. Rachel Velena PO.62.31.3.18.274
6. Siskania Waty Siagian PO.62.31.3.18.276
7. Syifa Pravitasuri PO.62.31.3.18.277
PENGERTIAN SURVEILANS

Surveilans gizi adalah proses pengamatan masalah dan program


gizi secara terus menerus baik situasi normal maupun darurat,
meliputi : pengumpulan, pengolahan, analisis dan pengkajian
data secara sistematis serta penyebarluasan informasi untuk
pengambilan tindakan sebagai respon segera dan terencana.

2
SEJARAH PERKEMBANGAN

Surveilans Gizi pada awalnya dikembangkan untuk mampu memprediksi


situasi pangan dan gizi secara teratur dan terus-menerus sehingga setiap
perubahan situasi dapat dideteksi lebih awal (dini) untuk segera dilakukan
tindakan pencegahan. Sistem tersebut dikenal dengan Sistem Isyarat Tepat
Waktu untuk Intervensi atau dalam bahasa Inggris disebut Timely Warning
Information and Intervention System (TWIIS), yang kemudian lebih dikenal
dengan nama Sistem Isyarat Dini untuk Intervensi (SIDI).

3
Tahun 1976 FAO/UNICEF/WHO mempublikasikan tentang surveilans

Tahun 1979-1985 Indonesia mengembangkan Sistem Kewaspadaan


Pangan dan Gizi di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Lombok Tengah, Nusa
Tenggara Barat dan Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Pengembangan SKPG di Indonesia didasarkan pada keadaan gizi masyarakat


dan keamanan pangan nasional yang kurang menguntungkan sebelum
periode itu. Didorong oleh permasalahan yang dihadapi terutama masalah
rawan pangan di berbagai daerah

pengembangan SKPG pada saat itu diawali dengan mengembangkan


suatu system isyarat dini yang bertujuan untuk mencegah akibat
buruk dari kerawanan pangan sebagai akibat kemarau panjang
4
Prinsip-prinsip yang digunakan sebagai penuntun dalam
upaya pengembangan SKPG di Indonesia :
○ SKPG dikembangkan secara bertahap dengan
memperhatikan tujuan-tujuan SKPG yang hendak
dicapai
○ Pengembangan SKPG dipusatkan pada salah satu
masalah gizi yang penting dan menjadi prioritas
○ Pengembangan SKPG semaksimal mungkin
memanfaatkan apa yang sudah ada, baik data
maupun organisasi

5
Proses pengembangan SIDI di dua kabupaten berhasil
merumuskan SIDI dan metode pengembangan yang meliputi
4 kegiatan pokok, yaitu
 studi riwayat krisis pangan
 studi kalender pertanian
 analisis indikator dan perumusan system
Pengembangan SIDI masih banyak terkait dengan indikator
pertanian karena kehidupan masyarakat masih bergantung
pada sector pertanian.

6
Periode 1986-1990 SIDI dikembangkan di beberapa provinsi

Periode 1990-1997 SIDI berkembang lebih luas karena


masalah gizi dapat terjadi setiap saat

Sistem yang dikembangkan ini disebut Sistem Kewaspadaan Pangan


dan Gizi (SKPG)

kegiatannya meliputi: SIDI, Pemantauan Status Gizi, dan Jejaring


Informasi Pangan dan Gizi.

Periode 1990-an kegiatan SKPG sudah ada di seluruh


provinsi, tetapi pamornya memudar.

7
Tahun 1998 dilakukan upaya revitalisasi SKPG meliputi : (1) pemetaan
situasi pangan dan gizi tingkat kabupaten/kota, provinsi dan nasional, (2)
memperkirakan situasi pangan dan gizi di tingkat kecamatan, (3)
pemantauan status gizi kelompok rentan serta kegiatan Pemantauan
Status Gizi (PSG) dan Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG), dan (4) Surveilans
Gizi Buruk.

Tahun 2000-an Kementerian Kesehatan lebih memfokuskan


pada Surveilans Gizi yang pada saat itu lebih ditujukan untuk
penanganan masalah balita gizi buruk.

8
Surveilans gizi dilaksanakan terus menerus dan berkala maka potensi masalah
akan lebih cepat diketahui, dan upaya penanggulangan masalah gizi dapat
dilakukan lebih dini, sehingga dampak yang lebih buruk dapat dicegah.

Surveilans gizi sangat berguna untuk mendapatkan informasi keadaan gizi


masyarakat secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan, yang dapat
digunakan untuk menetapkan kebijakan gizi. Adanya surveilans gizi akan
dapat meningkatkan efektivitas kegiatan pembinaan gizi dan perbaikan
masalah gizi masyarakat yang tepat waktu, tepat sasaran, dan tepat jenis
tindakannya.

9
Masalah Gizi Saat Ini

Undernutrition

Malnutrition Double burden

Overnutrition

10
Terwujudnya ketahanan pangan dihasilkan oleh keterkaitan bebarapa aspek yaitu :
○ Aspek ketersediaan
○ Aspek distribusi
○ Aspek konsumsi
Pendekatan yang ditempuh dalam membangun ketiga aspek tersebut adalah
koordinasi pemberdayaan masyarakat secara partisipatif.

Ruang lingkup surveilans epidemiologi ada lima, yaitu:


○ Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular
○ Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
○ Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku
○ Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan
○ Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra
Surveilans gizi termasuk dalam ruang lingkup Surveilans Epidemiologi
Masalah Kesehatan.
11
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang
dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan Pasal 141

Peraturan menteri kesehatan republik indonesia


nomor 14 tahun 2019 tentang pelaksanaan
teknis surveilans gizi pada pasal 1 ayat 1

12
13

Anda mungkin juga menyukai