Anda di halaman 1dari 5

GIZI KESMAS

Surveilance Gizi
Pengertian

1. Menurut WHO, pengertian survailans gizi,  merupakan kegiatan  pengamatan


keadaan gizi, dalam rangka untuk membuat keputusan yang berdampak pada
perbaikan gizi penduduk dengan menyediakan informasi yang terus menerus
tentang keadaan gizi penduduk, berdasarkan pengumpulan data langsung sesuai
sumber yang ada, termasuk data hasil survei dan data yang sudah ada.

2. Menurut Depkes RI (2006), surveilans gizi merupakan pengamatan yang


dilakukan terhadap anak balita dalam rangka mencegah terjadinya kasus gizi
buruk. Hasil surveilans dan pengumpulan serta analisis data pada surveilans
kesehatan masyarakat, digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik
tentang status kesehatan populasi guna merencanakan, menerapkan,
mendeskripsikan, dan mengevaluasi program kesehatan masyarakat untuk
mengendalikan dan mencegah kejadian yang merugikan kesehatan (Timmreck,
2005).

Surveilans gizi adalah proses pengamatan masalah dan program gizi secara terus


menerus baik situasi normal maupun darurat, meliputi : pengumpulan, pengolahan,
analisis dan pengkajian data secara sistematis serta penyebarluasan informasi untuk
pengambilan tindakan sebagai respon segera dan terencana.

Tujuan Surveilans Gizi

1. Menggambarkan status gizi penduduk, dengan referensi khusus bagi mereka yang
menghadapi risiko
2. Menganalisis faktor-faktor penyebab yang terkait dengan gizi buruk
3. Mempromosikan keputusan oleh pemerintah, baik mengenai perkembangan
normal dan keadaan darurat
4. Memprediksi kemungkinan masalah gizi sehingga dapat membantu dalam
perumusan kebijakan
5. Memantau dan mengevaluasi program gizi.

Perkembangan Sejarah Surveilans Gizi Di Indonesia

Surveilans Gizi pada awalnya dikembangkan untuk mampu memprediksi situasi pangan
dan gizi secara teratur dan terus-menerus sehingga setiap perubahan situasi dapat
dideteksi
lebih awal (dini) untuk segera dilakukan tindakan pencegahan. Sistem tersebut dikenal
dengan Sistem Isyarat Tepat Waktu untuk Intervensi atau dalam bahasa Inggris disebut
Timely Warning Information and Intervention System (TWIIS), yang kemudian lebih
dikenal
dengan nama Sistem Isyarat Dini untuk Intervensi (SIDI).

Perkembangan Sejarah Surveilans Gizi Di Indonesia terjadi sebagai berikut.


1. Sejarah surveilans dimulai pada periode 1986-1990 yang disebut dengan istilah
Sistem
Informasi Dini (SIDI), sebagai suatu respons dini munculnya masalah gizi. Semula SIDI
dikembangkan di beberapa provinsi, dan pada periode 1990-1997 berkembang
mencakup aspek yang lebih luas, dengan pertimbangan bahwa masalah gizi dapat
terjadi setiap saat tidak hanya diakibatkan oleh kegagalan produksi pertanian. Sistem
yang dikembangkan ini disebut Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) yang
kegiatannya meliputi: SIDI, Pemantauan Status Gizi, dan Jejaring Informasi Pangan dan
Gizi.
2. Tahun 1990-an kegiatan SKPG sudah ada di seluruh provinsi, tetapi pamornya
memudar. Akhirnya, pada saat Indonesia mengalami krisis multidimensi pada tahun
1998 dilakukan upaya revitalisasi sehingga SKPG meliputi: (1) pemetaan situasi pangan
dan gizi tingkat kabupaten/kota, provinsi dan nasional, (2) memperkirakan situasi
pangan dan gizi di tingkat kecamatan, (3) pemantauan status gizi kelompok rentan
serta kegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG),
dan (4) Surveilans Gizi Buruk.

Masalah Gizi

1. Masalah gizi merupakan masalah kesehatan yang diderita oleh banyak Negara,
terutama Negara-Negara yang sedang berkembang. Masalah gizi di Indonesia
dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Pertama adalah Masalah yang telah dapat
dikendalikan, kedua adalah maslah gizi yang belum selesai dan yang ketiga adalah
maslah baru yang mengancam kesehatan masyarakat.

2. Masalah yang telah dapat dikendalikan adalah: 1) Kurang Vitamin A (KVA). 2)


Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI), dan Anemia Gizi Besi pada anak usia 2 – 5
tahun.
 Masalah KVA dengan indikator prevalensi Xerophtalmia pada balita,
menunjukkan penurunan yang signifikan. Dari empat kali survey terjadi
penurunan dari 1,3% (1978), 0,35% (1992), 0,13% (2007), dan 0% (2011),
dibandingkan dengan ambang batas sebagai masalah yaitu 0,5%.
 b. Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
Masalah GAKI menunjukkan adanya kecenderungan menurun dari 16.3% th
2002 menjadi 14,9% th 2013.
 c. Anemia Gizi Besi
Anemia Gizi Besi anak usia 2 – 5 tahun. Dalam kurun waktu tahun 2001 – 2011,
angka prevalensi adalah 58,0% (001), 40,2% (2004), 25,0% (2005) dan 17,6%
(2011). Ambang batas masalah adalah 20%.

3. Masalah yang belum selesai (un-finished agenda).


 Balita Pendek
Prevalesinya 18,8% (2007), 18,5% (2010) dan 18,0% (2013). Sedangkan kategori
Pendek dari 18,0 (2007) menjadi 17,1 (2010), dan 19,2% (2013).
 b. Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk
Hasil Riskesdas prevalensinya 13,0% (2007 dan 2010), menjadi 13,9% (2013). Gizi
Buruk 5,4% (2007) 4,9% (2010), tetapi pada 2013 meningkat menjadi 5,7%.

4. Masalah baru yang mengancam kesehatan masyarakat (emerging problem)


Kegemukan .
 Kegemukan Usia Balita.
Prevalensi balita gemuk hasil Riskesdas tahun 2001, 2010 dan 2013
menunjukkan angka 12,2%, 14,0% dan 11,9%.
 b. Kegemukan Usia sekolah (5 – 12 tahun)
Pada kelompok anak usia sekolah (5 – 12 tahun), prevalensi anak gemuk
kelompok perempuan tahun 2013 sebesar 10,7% dan prevalensi anak obesitas
sebesar 6,6%, sehingga total prevalensi anak usia sekolah kegemukan sebesar
17,3%. Pada kelompok laki-laki, angka ini lebih besar, yaitu 10,8% dan 9,7%,
sehingga prevalensi kegemukan anak laki-laki sebesar 20,5%.

5. Perkembangan Gizi lebih Gizi Kurang Dan Buruk


Berikut adalah Hasil PSG 2015, antara lain:
 Status Gizi Balita menurut Indeks Berat Badan per Usia (BB/U), didapatkan hasil:
79,7% gizi baik; 14,9% gizi kurang; 3,8% gizi buruk, dan 1,5% gizi lebih.
 Status Gizi Balita Menurut Indeks Tinggi Badan per Usia (TB/U), didapatkan
hasil:
71% normal dan 29,9% Balita pendek dan sangat pendek
 Status Gizi Balita Menurut Indext Berat Badan per Tinggi Badan (BB/TB),
didapatkan hasil,: 82,7% Normal, 8,2% kurus, 5,3% gemuk, dan 3,7% sangat kurus
d. Gizi Lebih.

Faktor-faktor Penyebab Masalah Gizi

1.
DAFTAR PUSTAKA

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/SURVAILANS-
GIZI-FINAL-SC.pdf

http://www.indonesian-publichealth.com/surveilans-gizi/

Anda mungkin juga menyukai