Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan
produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan Gizi. Gizi merupakan faktor
penting karena secara langsung berpengaruh terhadapa kualitas sumber daya manusia (SDM). Oleh karena
itu perlu pelayanan gizi yang berkualitas pada individu dan masyarakat. Pelayanan Gizi merupakan salah
satu sub sistem dalam pelayanan paripurna, yang berfokus kepada keamanan pasien. Dengan demikian
pelayanan gizi wajib mengacu kepada standar yang berlaku.
Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini , selain masih menghadapi
masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang harus kita tangani dengan
serius. Dalam rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014, perbaikkan status gizi
masyarakat merupakkan salah satu prioritas dengan menurunkan balita gizi kurang ( underweight) menjadi
15 % dan prevalensi balita pendek (stunting) menjadi 32 % pada tahun 2014.Berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, 2010, 2013, menunjukan fakta yang memprihatinkan dimana
underweight meninngkat dari 18,4 % menjadi 19,6 %, Stunting juga meningkat dari 36,8 % menjadi 37,2
%, sementara wasting ( kurus ) menurun dari 13,6 % menjadi 12,1 %.Riskesdas 2010 dan 2013
menunjukkan bahwa kelahiran dengan Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR ) < 2500 gram menurun dari
11,1% menjadi 10,2 %. Stunting terjadi
Berdasarkan Global Nutrision Report (GNR) tahun 2014, Indonesia termasuk ke dalam 17 Negara
diantara 117 Negara yang mempunyai 3 masalah gizi pada balita yaitu Stunting, Wasting, Overwaight,
disamping itu Indonesia termasuk juga didalam 47 negara dari 122 negara yang mempunyai masalah
Anemia pada wanita Usia subur.
Pelayanan gizi dipuskesmas terdiri dari pelayanan gizi di dalam gedung dan diluar gedung.
Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat berupa pelayanan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Kegiatan di dalam gedung juga meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang
akan di lakukan diluar gedung. Sedangkan Pelayanan di luar gedung umumnya pelayanan Gizi pada
kelompok dan masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi
dipuskesmas, diperlukan pelayanan yang bermutu sehingga dapat menghasilkan status gizi yang optimal
dan mempercepat proses penyembuhan pasien Pelayanan gizi yang bermutu dapat diwujudkan apabila
tersedia acuan untuk melaksanakan pelayanan Gizi yang bermutu sesuai dengan pilar dalam Pedoman Gizi
Seimbang.
Buku pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas merupakan panduan untuk melaksanakan kebijakan
pelayanan Gizi di Puskesmas dan jaringannya sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan Gizi di
Puskesmas dalam upaya menurunkan Angka Malnutrisi wilayah Kerja Kabupaten Tojo Una Una.

1
B. Tujuan
1. Umum
Tersedianya pedoman internal dalam melaksanakan pelayanan gizi di puskesmas dan jejaringnya.
2. Khusus
a. Tersedianya pedoman tentang jenis pelayanan gizi, peran dan fungsi ketenagaan sarana dan
prasarana di puskesmas dan jejaringannya.
b. Tersedianya pedoman untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu di puskesmas dan
jejaringannya.
c. Tersedianya pedoman bagi tenaga gizi puskesmas untuk bekerja secara profesional memberikan
pelayanan gizi yang bermutu pada pasien di Puskesmas dan jejaringannya
d. Tersedianya pedoman monitoring dan evaluasi pelayanan gizi dipuskesmas dan jejaringannya.

C. Sasaran
Sasaran buku pedoman pelayanan Gizi ini adalah :
1. Tenaga Gizi Puskesmas
2. Tenaga kesehatan lainnya di Puskesmas dan jejaringnya.
3. Pengelola Program kesehatan dan Lintas sektor terkait
4. Pengambil Kebijakan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Tojo Una Una

D. Ruang Lingkup
1. Kebijakan pelayanan Gizi di Puskesmas
2. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung
3. Pelayanan Gizi di Luar Gedung
4. pencatatan dan Pelaporan
5. Monitoring dan Evaluasi

E. Batasan Operasional
1. Pemberian Tablet tmbah Darah ( TTD ) adalah suatu kegiatan pemberian tablet tambah darah pada
ibu hamil sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan, Ibu Nifas dan wanita usia subur.
2. Penimbangan Berat Badan Balita adalah Suatu kegiatan pengukuran antropometri untuk mengetahui
berat badan anak balita.
3. Pengukuran tinggi badan adalah suatu kegiatan untuk mengetahui tinggi badan/panjang badan
seseorang dengan menggunakan alat ukur panjang badan/tinggi badan.
4. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) adalah suatu kegiatan untuk mengetahui lingkar lengan
atas seseorang dengan menggunakan alat ukur pita LILA
5. Penilaian Status Gizi Balita adalah suatu kegiatan untuk mengetahui status gizi balita 0-59 bulan
yang ditentukan dengan metode pengukuran antropometri berdasarkan Indeks Berat badan Menurut
umur (BB/U),Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB).
6. Penyuluhan Gizi Masyarakat adalah suatu kegiatan untuk menyampaikan informasi tentang Gizi
pada masyarakat Umum baik di Puskesmas, Posyandu maupun tempat umum lainnya.

2
7. Prosedur Pelayanan Gizi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memberikan pelayanan gizi
bagi pasien rawat jalan.
8. Pengelolaan PMT Pemulihan adalah suatu kegiatan untuk mengelolah PMT pemulihan bagi balita
gizi buruk
9. Pemberian Kapsul Vitamin A adalah suatu kegiatan distribusi dan pemberian Kapsul Vitamin A
warna biru (100.000 IU) untuk Bayi usia 6-11 bulan dan kapsul Vitamin A warnah merah (200.000
IU) untuk balita usia 1-5 tahun yang dilakukan secara rutin pada bulan Februari dan Agustus.
10.Pelacakan balita Gizi Buruk adalah suatu kegiatan untuk mengetahui kasus balita Gizi Buruk yang
baru ditemukan berdasarkan informasi yang diterima baik dari tenaga kesehatan, kader maupun
masyarakat.
11.Pemantauan Garam beryodium adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara berkala terhadap garam
yodium yang beredar.yang dikonsumsi oleh masyarakat dengan menggunakan metode sampling.
12.Penatalaksanaan Diet Bumil KEK adalah suatu kegiatan untuk mengatur diet pada ibu Hamil yang
mengalami Kurang Energi Kronik.
13.Penatalaksanaan Balita Gizi Kurang adalah suatu kegiatan untuk mengatur penatalaksanaan diet bagi
Balita Gizi Kurang.
14.Penatalaksanaan diet Balita Gizi Buruk adalah suatu kegiatan untuk mengatur penatalaksanaan diet
bagi Balita Gizi Buruk.
15.Penyimpanan dan Distribusi barang Gizi Adalah suatu kegiatan Administrasi yang dilakukan secara
rutin untuk mencatat arus barang gizi yang masuk dan keluar sehingga diketahui posisi terakhir.
16.Penilaian program gizi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara rutin setiap bulan untuk
mengetahui dan menganalisa hasil cakupan program gizi masyarakat berdasarkan data yang
diperoleh sehingga dapat digunakan untuk sistem kewaspadaan pangan dan Gizi.
17.Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir untuk identifikasi kebutuhan gizi dan
penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
18.MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi diberikan kepada Bayi/balita usia
6 sampai 24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI.
19.ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan
tanpa diberikan makanan dan minuman lain kecuali obat.
20.BGM ( Bawah Garis Merah)adalah balita yang berat badannya berada pada bawah garis merah atau
di bawah garis merah pada KMS ( Kartu Menuju Sehat).
21.Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilaksanakan
oleh tenaga gizi Puskesmas untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku
pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehinnga pasien dapat memutuskan apa yang
akan dilakukannya.
22.Pencatatan dan pelaporan petugas Gizi adalah suatu kegiatan administrasi yang dilakukan secara
rutin setiap bulan untuk mengetahui dan menganalisa status gizi masyarakat sehingga dapat
digunakan untuk sistem kewaspadaan pangan dan gizi .

3
F. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3637);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 8737);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5542);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 184, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5570);
6. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 193);
7. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Tentang garakan Nasional Percepatan Perbaikan
Gizi.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
Perseorangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 122);
9. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan RI No.894/Menkes/SKB/VIII/2001 dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara No. 35 Tahun 2001 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Nutrisionis dan Angka Kreditnya.
10.Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/Kemenkes/SK/VII/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang kesehatan di Kabupaten/Kota.
11.Peraturan Menteri kesehatan RI No.75 tahun 2013 tentang Angka kecukupan Gizi yang Dianjurkan
Bagi Bangsa Indonesia.
12.Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 26 Tahun 2013 tentang Praktik Tenaga Gizi
13.Sebagai dasar Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Gizi di Puskesmas Surat Keputusan Kepala
Puskesmas Ampana Barat Nomor tentang Penetapan penanggung jawab Program UKM

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 81/MENKES/SK/2004
tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota
serta Rumah Sakit, maka sesuai standar minimal ketenagaan Puskesmas pelayanan kesehatan
program gizi dilakukan oleh fungsional tenaga gizi ahli maupun tenaga gizi terampil yang
mempunyai SIB / Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Kerja Nutrisionist (SIKN) masih
berlaku.
Kompetensi / pelatihan :
1. Pelatihan konseling menyusui yang diselenggarakkan oleh Program Gizi Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Tengah dengan jumlah 40 Jam .
2. Pelatihan Tumbuh Kembang balita yang diselenggarakan oleh Program Gizi Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Tengah dengan jumlah 40 Jam.
Nutrisionis bertanggung jawab dalam membuat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program
gizi berkolaburasi dengan tenaga medis dan tenaga kesehatan lain dan bertanggung jawab dalam
pencatatan dan pelaporan pelayanan gizi di puskesmas.
Tabel 1.1 KUALIFIKASI SDM UNIT GIZI
JABATA TUGAS KUAL
N IFIKA
SI
Petugas 1. Menyusun rencana kegiatan peningkatan Gizi Masyarakat D-III
Gizi berdasarkan data program. Gizi/S
2. Melaksanakan kegiatan peningkatan Gizi Masyarakat meliputi KM
pembinaan posyandu, PSG, Pemantauan pola Konsumsi, Ilmu
Pemantauan Garam Yodium, ASI Eksklusif, Pemberian Kapsul Gizi
Vitamin A, Pemberian Tablet Fe, Penyuluhan Gizi dan koordinasi
lintas program terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan
perundangan – undangan yang berlaku.
3. Mengevaluasi hasil kegiatan Peningkatan Gizi Masyarakat secara
keseluruhan
4. Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya sebagai
bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada atasan.

B. Distribusi Ketenagaan di Puskesmas


Dalam pelaksanaan program gizi dilaksanakan secara integritas yang melibatkan program-program
terkait yaitu :
1. Dokter
5
Berperan sebagai penanggung jawab pelayanan kesehatan pasien sekaligus sebagai
koordinator Tim Asuhan Gizi Puskesmas.
2. Perawat/Bidan
Perawat/Bidan berperan sebagai penanggung jawab asuhan keperawatan kebidanan dan
sekaligus sebagai pelaksana asuhan keperawatan.
3. Tenaga Gizi Puskesmas.
Tenaga Gizi Puskesmas diharapakan telah mengikuti pelatihan terkait seperti, Pelatihan
Konselor ASI, Pelatihan , Pemantauan Pertembuhan dll.sebagai penanggung jawab asuhan
gizi sekaligus sebagai pelaksana asuhan Gizi mempunyai tugas Pokok dan fungsi sebagai
berikut:
a. Mengkaji status gizi pasien/klien berdasarkan data rujukan.
b. Melakukan anamnese riwayat diet pasien/klien
c. Menerjemahkan rencana diet ke dalam bentuk makanan yang disesuaikan dengan
kebiasaan makan serta keperluan terapi.
d. Memberikan penyuluhan, motivasi dan konseling gizi pada pasien/klien dan keluarga.
e. Melakukan kunjungan keliling baik sendiri maupuan bersama dengan tim asuhan gizi
kepada klien.
f. Memantau masalah yang berkaitan dengan asuhan gizi pada pasien /klien bersama dengan
perawat.
g. Mengevaluasi status gizi pasien/Klien secara berkala, asupan makanan, dan bila perlu
melakukan perubahan diet pasien berdasarkan hasil diskusi dengan tim asuhan gizi.

C. Jadwal Kegiatan
Jadwal Kegiatan pelayanan gizi disepakati dan disusun bersama dengan sektor terkait dalam
pertemuan lokakarya mini lintas sektor tiap tiga bulan sekali, sedangkan upaya kesehatan
perorangan disusun bersam dalam Plan Of Action (POA) tahunan yang disusun pada saat
pertemuan lokakarya mini tiap bulan

6
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

DAPUR GUDANG

MEJA
RUANG IMUNISASI
VAKSIN

MEJA
RUANG
PROMKES MEJA
TEPUS
KESLING

MEJA PTM
MEJA
LANSIA

Meja gizi MEJA


dan uks ODGJ

WC

RUANG RUANG RUANG RUANG


KIA GIGI LAB KAPUS

WC

RUANG
TEPUS
WC APOTEK
POLI RUANG
UMUM TINDAKAN

LOKET

POSYANDU

Untuk pelayanan Konseling gizi dalam gedung, ruang pelayanan konseling gizi bergabung dalam ruang
UKM, ruangan Konseling gizi harus bersih, ventilasi ruangan baik, tidak lembab, tidak terkena sinar matahari
langsung. Untuk tempat Konseling gizi. Untuk ruang konseling gizi
1. Jarak minimal petugas dan pasien 1 meter
2. Ruangan mempunyai sirkulasi udara yang cukup
B. Standar Fasilitas
1. Ruang Konseling gizi
a. Letak

7
Letak ruang Konseling gizi berada pada ruang UKM
b. Persyaratan ruangan
 Persyaratan komponen bangunan adalah sebagai berikut :
- Atap
Atap harus kuat terhadap kemungkinan bencana, tidak bocor dan tidak menjadi tempat
perindukan vector
- Langit-langit
Langit – langit harus kuat, berwarna terang, mudah dibersihkan dan ketinggian dari lantai minimal
2,5m
- Dinding
Material dinding harus keras, rata, mudah dibersihkan
- Lantai
Lantai harus kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang, mudah dibersihkan
- Pintu dan Jendela
Lebar bukaan pintu minimal 90 cm, jendela ditutup gorden untuk mencegah matahari tidak
langsung masuk ke ruang vaksin

2. Ruang Konseling gizi difasilitas Kesehatan


Ruangan yang ditetapkan untuk pelayanan Konseling gizi harus :
a. Mudah dijangkau oleh sasaran
b. Tidak terkena sinar matahari langsung, hujan dan debu
c. Cukup luas, terang, cukup ventilasi dan tenang
d. Tempat menunggu haruslah bersih dan nyaman
e. Mengatur letak meja dan menyiapkan perlengkapan yang diperlukan
f. Segala sesuatu yang diperlukan berada dalam jangkauan atau dekat dengan meja pelayanan
Konseling gizi
g. Jumlah orang yang ada di tempat pelayanan Konseling gizi diatur sehingga tidak penuh sesak

3. Tempat pelayanan Konseling gizi dilapangan


a. Mudah dijangkau sasaran
b. Bila di Posyandu, melaksanakaan pelayanan dengan sistem 5 meja yaitu pelayanan terpadu yang
lengkap yang memberikan pelayanan 5 program (KIA,KB,Diare, imunisasi dan Gizi)
c. Jumlah orang yang ada ditempat pelayanan Konseling gizi diatur sehingga tidak penuh sesak
d. Usahakan setiap kali pelayanan di tempat yang sama

8
A. Alur Kegiatan Pelayanan Gizi

Gambar Alur Pelayanan Gizi Dalam Gedung

Pasien Datang sendiri atau rujukan dari Jaringan Puskesmas termasuk UKBM

Loket

Pemeriksaan Medis dan Skrining

Ditemukan Pasien bermasalah gizi dan


atau Kondisi Khusus

Rawat Rujuk Ke
Jalan Fasyankes
yang lebih
tinggi
Pengkajian Gizi

Rujukan
Diagnosis Gizi Balik

Intervensi Gizi ( Pasien Rawat Jalan )


Penyuluhan Gizi oleh Tenaga
Kesehatan

Monitoring Evaluasi

Tindak Lanjut

9
Alur Pelayanan Gizi Di Luar Gedung
Penanganan masalah gizi memerlukan pendekatan yang komprehensif ( promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative ). Pelaksanaan pelayanan gizi luar gedung bekerjasama dengan lintas program dan lintas
sektor terkait. Alur pelayanan gizi luar gedung disesuaikan dengan jenis kegiatan, sasaran dan keadaan
wilayah setempat.

Gambar Alur Pelayanan Gizi Di Luar Gedung

POSYANDU

POLINDES

PUSTU

PUSKESMAS RUMAH
POSBINDU
SAKIT

BIDAN DESA

A. Pelayanan Gizi di dalam Gedung


Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya promotif, preventif, dan kuratif.
Kegiatan pelayanan gizi didalam gedung terdiri dari 2 jenis yaitu pelayanan gizi rawat jalan dan
konseling gizi. Pelayanan gizi merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi : Pengkajian gizi ( Data
antropometri, data pemeriksaan Klinis/fisik, data riwayat gizi/food recall, data hasil pemeriksaan
laboraotium), Penentuan diagnosis gizi, intervensi gizi dan Monitoring serta evaluasi asuhan gizi.
I. Pengkajian Gizi
 Data Antropometri
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat digunakan dalam memberikan indikasi tentang
kondisi social-ekonomi penduduk. Penggunaan antropometri untuk Penilaian status gizi penduduk
harus mempertimbangkan tujuannya, apakah penilaian status gizi akan digunakan untuk intervensi
yang segera atau digunakan untuk perencanaan program jangka panjang. Pada umumnya, Indeks
antropometri yang digunakan jika untuk kepeluan intervensi segera, adalah BB/TB atau BB/U;
sedangkan untuk perencaan jangka panjang, adalah TB/U. Adapun metode dalam penerapan
antropometri adalah sebagai berikut:
1. Langkah-langkah :
a. Petugas Menyiapkan alat dan bahan :
- Papan Pengukur Panjang Badan atau Microtoise
- Timbangan dewasa atau Baby Scale
- Pita Pengukur Lila

10
b. Prosedur Penimbangan dengan baby scale
- Letakkan timbangan ditempat yang rata dan datar, pastikan angka pada jendela baca
menunjukkan angka nol.
- Letakkan balita diatas timbangan dalam keadaan telanjang
- Baca angka pada jendela baca, dan catat berat badan balita pada kartu status.
c. Prosedur Pengukuran PB / TB :
- Pengukuran PB
Pengukuran Panjang Badan digunakan untuk anak umur 2 tahun. Untuk anak dengan
umur ≤ 2 tahun, apabila diukur dengan panjang badan dilakukan koreksi dengan
menambahkan 0,7 cm.sebaiknya mengggunakan Papan pengukur panjang badan.
Adapun tata caranya antara lain :
1).Terlentangkan balita diatas papan pengukur dengan posisi kepala menempel pada
bagian papan yang datar dan tegak lurus ( papan tidak dapat bergerak ).
2).Pastikan bagian puncak kepala menempel pada bagian papan yang statis.
3).Posisikan bagian belakang kepala, punggung, pantat dan tumit menempel secara
tepat pada papan pengukur.
4).Geser bagian papa yang bergerak sampai seluruh bagian kedua telapak kaki
menempel pada bagian papan yang dapat digeser ( dengan cara menekan bagian
lutut dan mata kaki ).
5).Baca hasil pengukuran panjang badan anak dari arah kanan ke kiri pada jendela
pembaca.
- Pengukuran TB
Pengukuran Tinggi Badan digunakan Untuk anak dengan umur ≥ 2 tahun, apabila
diukur dengan tinggi badan dilakukan koreksi dengan mengurangi 0,7 cm. Sebaiknya
menggunakan microtoise. Adapun tata caranya :
1).Posisikan balita berdiri tegak lurus dibawah microtoise membelakangi dinding.
2).Posisikan kepala balita berada dibawah alat geser microtoise, pandangan lurus ke
depan.
3).Posisikan balita tegak bebas, bagian belakang kepala, tulang belikat, pantat dan
tumit menempel ke dinding.
4).Posisikan keduan lutut dan tumit rapat.
5).Tarik kepala microtoise sampai puncak kepala balita.
6).Baca angka pada jendela baca dan mata pembaca harus sejajar dengan garis merah.
7).Angka yang dibaca adalah yang berada pada garis merah dari angka kecil kearah
angka besar
8).Catat hasil pengukuran tinggi badan balita pada kartu status.
d. Prosedur Pengukuran LILA ( Lingkar Lengan Atas ) Untuk Ibu Hamil
Pilih Lokasi / lengan yang akan diukur, usahakan lengan (antara bahu dan siku )
berbentuk huruf “ L “ lalu ukur panjang keduanya kemudian tentukan titik tengahnya.
11
Setelah ditentukan titik tengah antara bahu dan siku lalu ukur melingkar.kemudian
pastikan angka yang tertera di jendela pita pengukur lila. Adapun standar LILA Ibu hamil
KEK ( kekurangan energy kronik ) adalah ≤ 23,5 cm.
e. Menentukan status gizi berdasarkan standar antropometri penilaian status gizi anak.
Kategori dan ambang batas status gizi anak adalah sebagai mana terdapat pada tabel
dibawah ini :

Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks.

Indeks Kategori Ambang batas


Status gizi ( ZScore )
Gizi Buruk -3 SD Sampai dengan <-2 SD
Berat badan Menurut BB/U Gizi Kurang -2 SD Sampai dengan 2 SD
Anak Umur 0-60 Bulan Gizi Baik >2 SD
Gizi Lebih <-3 SD
Sgt Pendek <-3 SD
Panjang badan Menurut PB/U Pendek -3 SD Sampai dengan <- 2 SD
Anak Umur 0-60 Bulan Normal >2 SD
Tinggi <-3 SD
Berat badan Menurut BB/PB Atau Sgt Kurus <-3 SD
Berat badan Menurut BB/TB Kurus -3 SD Sampai dengan <-2 SD
Anak Umur 0-60 Bulan Normal -2 SD Sampai dengan 2 SD
Gemuk >2 SD
Sgt Kurus <-3 SD
Indeks Massa tubuh menurut IMT/U Kurus -3 SD Sampai dengan <-2 SD
Anak Umur 0-60 Bulan Normal -2 SD Sampai dengan 2 SD
Gemuk >2 SD

Sgt Kurus <-3 SD


Indeks Massa tubuh menurut IMT/U Kurus -3 SD Sampai dengan <-2 SD
Anak Umur 5 – 18 Tahun Normal -2 SD Sampai dengan 2 SD
Gemuk >2 SD
Obesitas <-3 SD
 Data Pemeriksaan Fisik / Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berhubungan dengan
gangguan gizi. Pemeriksaan Fisik meliputi tanda-tanda klinis gizi kurang atau gizi lebih seperti
rambut, otot, kulit, baggy pants, penmpukkan lemak dibagian tubuh tertentu,dll.
 Data Riwayat Gizi / Food Recall
Ada dua macam cara pengkajian riwayat gizi pasien yaitu secara kualitatif dan kuantitatif :

12
(1).Pengkajian riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran kebiasaan
makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi konsumsi makanan.
(2).Pengkajian gizi secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat gizi
sehari, dengan cara recall 24 jam, yang dibantu dengan menggunakan food model.
 Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan biokimia darah
terkait gizi dalam rangka mendukung diagnosis penyakit serta menegakkan diagnosis gizi klien.
Data hasil pemeriksaan laboratorium ini dilakukan juga untuk menentukan intervensi gizi dan
mengevaluasi terapi gizi. Adapun Parameter Kimia darah :

No Parameter Nilai Rujukan


1 Gula Darah 2 Jam PP < 145 mg/dl
2 Gula Darah Puasa < 110 mg/dl
3 Asam Urat LK: 3,4 – 7,0 ; PR: 2,4 – 5,7 mg/dl
4 Kolestrol Total < 200 mg/dl
5 HDL 35 - 55 mg/dl
6 LDL < 130 mg/dl
7 Triglisserida 40 – 155 mg/dl
8 SGPT LK: 42 U/I ; PR: 32 U/I
9 SGOT LK: 37 U/I ; PR: 31 U/I
10 HB LK : 13 – 16 ; PR : 12 – 14 g/ dl

II. Penentuan Diagnosis Gizi


Diagnosis gizi memiliki tujuan untuk mengidentifikasi adanya masalah gizi, faktor penyebab, serta
tanda dan gejala yang ditimbulkan.
III. Pelaksanaan Intervensi Gizi
Suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan
atau aspek status kesehatan individu.
Intervensi gizi dalam rangka pelayanan gizi rawat jalan meliputi :
(a).Penentuan Jenis diet sesuai dengan kebutuhan gizi individual
Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit serta kemampuan pasien untuk menerima
makanan dengan memperhatikan pedoman gizi seimbang ( energy, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral, air dan serat ), faktor aktifitas, faktor stress, serta kebiasaan
makan/pola makan. Kebutuhan gizi pasien ditentukan berdasarkan status gizi, pemeriksaan
klinis, dan data laboratorium.
(b).Edukasi Gizi

13
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait perbaikan gizi dan kesehatan.
(c).Konseling Gizi
Konseling gizi terkait penyakit, konseling ASI, konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak
( PMBA ).Tujuan konseling adalah untuk mengubah perilaku dengan cara meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman mengenai masalah gizi yang dihadapi.
IV. Monitoring dan evaluasi asuhan gizi
Kegiatan Utama dari monitoring dan evaluasi asuhan gizi adalah memantau pemberian intervensi
gizi secara berkesinambungan untuk menilai kemajuan penyembuhan dan status gizi pasien. Hal-
hal yang dimonitoring dan evaluasi dalam asuhan gizi rawat jalan antara lain :
- Perkembangan data antropometri
- Perkembangan data hasil pemeriksan laboratorium terkait gizi
- Perubahan perilaku dan sikap
- Perubahan diet
Pemantauan tersebut mencakup antara lain respon pasien terhadap diet yang diberikan, bentuk
makanan, toleransi terhadap makanan yang diberikan, adanya mual, muntah, keadaan klinis,
defekasi, perubahan data laboratorim, dll. Tindak lanjut yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan
sesuai dengan hasil evaluasi asuhan gizi antara lain perubahan diet, yang dilakukan dengan
mengubah preskripsi diet sesuai perkembangan kondisi pasien.
Untuk pasien yang dirawat perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi Hospital Malnutrition
terutama pada pasien yang mempunyai masalah dalam asupan makanannya seperti adanya mual,
muntah, nafsu makan berkurang. Selain itu evaluasi status gizi dan asupan makan juga dilakukan
secara rutin. Pada pasien anak, pemantauan bera badan ( BB ) sebaiknya dilakukan setiap hari.
B. Pelayanan Gizi di luar Gedung
Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung ditekankan kearah promotif dan preventif serta sasaranya
adalah masyarakat di wilayah kerja puskesmas. Beberapa Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung
dalam rangka upaya perbaikan gizi yang dilaksanakan oleh Puskesmas antara lain :
1. Edukasi gizi / Pendidikan Gizi
 Tujuan edukasi gizi
Untuk mengubah pengetahuan, sikap, perilaku masyarakat yang mengacu pada Pedoman Gizi
Seimbang ( PGS ) dan sesuai dengan risiko/ masalah gizi.
 Sasaran
Kelompok dan masyarakat wilayah kerja Puskesmas
 Lokasi Edukasi
Posyandu, Posbindu, Kelas Ibu Hamil dan Upaya Kesehatan Kerja (UKK).
2. Konseling ASI Eksklusif
 Tujuan Konseling ASI Eksklusif
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga sehingga bayi baru lahir segera
diberikan inisiasi menyusui dini ( IMD ) dan meneruskan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6
bulan, Sejak usia 6 bulan di samping meneruskan ASI mulai diperkenalkan Makanan
14
Pendamping ASI ( MP-ASI ), Meneruskan ASI dan MP-ASI sesuai kelompok umur sampai
usia 24 bulan.
 Sasaran
Ibu hamil dan keluarga serta ibu yang mempunyai anak 0-24 bulan.
 Lokasi Konseling
Posyandu, Kelompok Pendukung ibu.
3. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
 Tujuan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
Untuk memantau status gizi balita menggunakan KMS atau Buku KIA
 Sasaran
Kader Posyandu
 Lokasi
Posyandu
4. Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A
 Tujuan
Untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan pemberian vitamin A melalui pembinaan mulai
dari perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan kekurangan
vitamin A dapat berjalan dengan baik.
 Sasaran
Bayi, Balita dan ibu nifas
 Lokasi
Posyandu
5. Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah ( TTD ) untuk Ibu Hamil dan Ibu Nifas
 Tujuan
Meningkatkan keberhasilan pemberian TTD untuk kelompok masyarakat yang rawan
menderita anemia gizi besi yaitu ibu hamil melalui pembinaan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan,dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan anemia gizi besi.
 Sasaran
Ibu hamil, ibu nifas
 Lokasi
Posyandu dan Praktek bidan
6. Edukasi dalam rangka Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri
 Tujuan
Meningkatkan keberhasilan program pencegahan anemia gizi besi pada kelompok sasaran.
 Sasaran
Remaja Putri
 Lokasi
UKS ( Usaha Kesehatan Sekolah )
7. Pengelolaan Pemberian MP-ASI dan PMT- Pemulihan
15
 MP-ASI Bufferstock
MP-ASI pabrikan yang disiapkan oleh Kementerian Kesehatan RI dalam rangka pencegahan
dan penanggulangan gizi terutama didaerah rawan gizi / keadaan darurat / bencana.
 Sasaran
Balita 6 -59 bulan yang terkena bencana
 MP-ASI Lokal
MP-ASI yang dibuat dari makanan local setempat dalam rangka untuk meningkatkan
pemahaman dan keterampilan tenaga kesehatan.
 Sasaran
Balita Gizi buruk 6-59 bulan.

 PMT Pemulihan
1. PMT Pemulihan untuk balita gizi buruk adalah makanan ringan padat gizi dengan
kandungan 350 – 400 kalori energy dan 10 -15 gram protein.
2. PMT Bumil KEK Bufferstock diberikan dalam bentuk makanan padat gizi dengan
kandungan 500 kalori energy dan 15 gram protein.
 Sasaran
Balita gizi kurang, balita pasca perawatan gizi buruk, ibu hamil KEK ( Kurang Enegri Kronik
).
 Lama Pemberian
PMT Pemulihan untuk balita dan ibu hamil KEK adalah 90 hari makan anak ( HMA ) dan 90
hari makan bumil ( HMB ).
8. Surveilens Gizi
 Tujuan
Tersediannya informasi berkala tentang besaran masalah gizi dan perkembangan,
Tersediannya informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui penyebab masalah gizi dan
faktor-faktor terkait, Tersedianya informasi kecenderungan masalah gizi di suatu daerah,
Dan Menyediakan informasi intervensi yang paling tepat untuk dilakukan ( bentuk, sasaran
dan tempat ).
 Lingkup data surveilens gizi
- Data status gizi
- Data konsumsi makanan
- Data cakupan program gizi
 Sasaran
Bayi, Balita, Anak usia sekolah, Remaja, Ibu hamil, Ibu Menyusui, serta lansia.
 Kegiatan dalam surveilens gizi antara lain :
1. Pemantauan Status Gizi ( PSG )Mengetahui status gizi masyarakat sebagai bahan
perencanaan

16
a. Sasaran : Bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu menyusui,
pekerja serta lansia.
2. Pemantauan Wilayah Setempat ( PWS )
a. Tersedianya informasi secara terus menerus, cepat, tepat dan akurat sebagai dasar
penentuan tindakan dalam upaya untuk pencegahan dan penanggulangan masalah
gizi.dan memantau situasi pangan dan gizi antar kelurahan dalam 1 kecamatan.
b. Sasaran : Lintas program dan lintas sektor di tingkat kecamatan di wilayah kerja
Puskesmas.
3. Sistem Kewaspadaan Dini – Kejadian Luar Biasa / SKD-KLB Gizi buruk
a. Mengantisipasi Kejadian luar biasa gizi buruk di suatu wilayah pada kurun waktu
tertentu.
b. Sasaran : Balita, Keluarganya, Posyandu
4. Pemantauan Konsumsi Garam Beryodium di rumah tangga
a. Memperoleh gambaran berkala tentang cakupan konsumsi garam beryodium yang
memenuhi syarat di masyarakat dan dilaksanakan setiap satu tahun sekali.
b. Sasaran : rumah tangga
9. Pembinaan Gizi Di Institusi
Pembinaan Gizi Di sekolah
 Tujuan
Memperbaiki status gizi anak sekolah
 Sasaran
Peserta didik PAUD, Taman Kanak-kanak, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA.
 Bentuk – bentuk kegiatan perbaikan gizi di sekolah :
- Edukasi gizi / Penyuluhan
- Penjaringan ststus gizi di sekolah
- Pemberdayaan peserta didik sebagai dokter kecil,/ kader kesehatan remaja ( KKR ).
- Pengawasan dan pembinaan pengelola kantin sehat.
10. Kerjasama Lintas sektor dan lintas program
 Tujuan
Meningkatkan Pencapaian indikator perbaikan gizi di tingkat puskesmas melalui kerjasama
lintas sektor dan lintas program.
 Sasaran
Seksi pemberdayaan masyarakat kantor camat, Penyuluh pertanian lapangan, juru
penerangan kecamatan, TP KK, Dinas Pendidikan, Kepala desa/ Kelurahan, Program KIA,
Bidan Koordinator, Tenaga sanitarian, Tenaga Promosi Kesehatan, Perawat, Sanitarian, juru
imunisasi.
C. Alur Pelayanan Gizi Di dalam Gedung
1. Pasien / Klien datang sendiri atau dirujuk dari structural Puskesmas (Pustu, Polindes,
Poskesling ) atau UKBM (Posyandu, Posbindu PTM, Poksila,dll ) atau sarana kesehatan lain.
17
2. Pasien / Klien mendaftar ke loket pendaftaran di puskesmas
3. Pasien / Klien mendapat pelayanan kesehatan sesuai dengan masalah kesehatannya di Poli
umum / Balai Pengobatan Puskesmas ( BP ) atau Poli KIA atau Poli gigi oleh petugas medis
atau paramedic.
4. Di Poli umum / Balai pengobatan Puskesmas atau Poli KIA pasien sekaligus mendapat Skrining
Gizi oleh tenaga kesehatan serta ditentukan apakah pasien perlu dirawat inap atau rawat jalan.
Pasien / klien akan dirujuk untuk mendapatkan pemeriksaan penunjang apabila diperlukan
seperti pemeriksaan laboratorium, radiologi dll sesuai kemampuan Puskesmas. Pasien / klien
mendapat obat sesuai masalah kesehatannya dari apotek atau bagian farmasi di puskesmas.
5. Pasien / klien rawat jalan yang beresiko atau tidak beresiko mengalami masalah gizi bisa
mendapatkan konseling gizi atau permintaan pasien.
6. Pasien / klien yang mendapat pelayanan gizi oleh Tim Asuhan Gizi Puskesmas. Jika diperlukan
akan dilakukan skrining gizi ulang oleh tenaga gizi.
7. Pasien rawat jalan maupun rawat inap yang beresiko atau tidak beresiko mengalami masalah
gizi mendapat pelayanan gizi yang sesuai Proses Asuhan Gizi terstandar ( PAGT ) mulai
pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi, monitoring dan evaluasi.
8. Hasil monitoring dan evaluasi ditindaklanjuti oleh Tim Asuhan Gizi Puskesmas. Tindak Lanjut
dapat berupa rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi apabila masalah gizi
dengan penyakit penyerta dan atau komplikasi yang dialami pasien / klien idak memungkinkan
ditangani Puskesmas atau dapat berupa pengkajian ulag baik masalah medis dan masalah
gizinya.

18
BAB IV
LOGISTIK

Keperluan logistik di unit gizi meliputi :


1. Obat Gizi, berupa: Kapsul Vitamin A 200.000 IU, Kapsul Vitamin A 100.000 IU, Tablet Fe,
Mineral Mix, Vitamin Truvit, Taburia, dipenuhi oleh instalasi farmasi
2. Makanan Tambahan berupa : Biskuit MP-ASI balita, Biskuit PMT ibu hamil
3. Alat Antropometri
A. Pengadaan Barang Logistik
Pengadaan alat dan bahan gizi harus sesuai dengan kebutuhan yang diperoleh berdasarkan Data
jumlah Sasaran Bayi, Sasaran Balita, Jumlah kasus gizi (Gizi buruk, Gizi Kurang dan bumil KEK).
Pengadaan PMT MP-ASI balita dan PMT Bumil langsung dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tojo Una
Una..
B. Permintaan Barang Logistik
Permintaan barang dilakukan sesuai kebutuhan ke bagian farmasi atau kebagian pengadaan baik di
Puskesmas maupun Dinas Kesehatan , seperti permintaan vitamin A, truvit, mineral mix, taburia, dan
alat antropometri.
C. Penyimpanan Barang Logistik
Alat dan Bahan Gizi yang sudah ada harus ditangani secara cermat dengan mempertimbangkan :
1. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :
a. Pertama masuk – petama keluar ( FIFO – first in – first out ), yaitu bahwa barang yang lebih
dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih dahulu.
b. Masa kadarluarsa pendek dipakai dahulu ( FEFO – first expired – first out )
Hal ini adalah untuk menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan yang terlalu lama.
2. Tempat penyimpanan
Tempat penyimpanan harus bersih, Higienis dan dilengkapi dengan lemari penyimpanan atau rak
penyimpanan yang layak untuk obat gizi dan makanan tambahan
3. Suhu / kelembaban
4. Sirkulasi udara
Ventilasi harus cukup agar sirkulasi udara dalam ruangan tetap terjaga
D. Penggunaan Barang Logistik
Penggunaan alat dan bahan yang ada di Upaya Gizi disesuaikan dengan kebutuhan setiap harinya.
PMT MP-ASI diberikan pada balita usia 6 sampai 24 bulan dari keluarga miskin, Biskuit Ibu hamil
diberikan kepada ibu hamil, diutamakn ibu hamil KEK dari keluaraga Miskin. Taburia diberikan
kepada Balita 6 sampai 24 bulan, diutamakan balita dengan gizi kurang dari keluarga miskin, vitamin
truvit diberikan pada balita yang datang ke Poli Gizi atau sarana kesehatan lainnya dengan status gizi
kurang, BGM, ataupun 2T (dua kali berturut-turut timbangan BB tidak naik) sebagai upaya
pencegahan awal yang dilakukan agar berat badan balita tidak semakin turun. Mineral Mix diberikan
pada balita Gizi Buruk atau balita diare untuk mencegah terjadinya kekurangan zat mineral dalam
19
tubuh. Vitamin A 100.000 IU diberikan pada bayi usia 6 – 11 bulan, vitamin A 200.000 IU diberikan
pada balita usia 12 – 59 bulan, Gizi Buruk dan ibu Nifas.

20
BAB V

PENUTUP

Penyusunan Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas telah dilakukan melalui serangkaian kegiatan
yang melibatkan lintas program . Pedoman ini akan menjadi pelengkap dari berbagai buku petunjuk teknis
sesuai dengan jenis pelayanan gizi yang diberikan. Oleh karena itu dalam penggunaan Pedoman ini
diharapkan disertai dengan pemanfaatan buku petunjuk teknis yang relevan.

Pedoman Pelayanan Gizi Puskesmas ini mempunyai peranan penting sebagai acuan dalam
melaksanakan kegiatan Pelayanan Gizi di puskesmas sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan baik
Pelayanan Gizi di Dalam maupun di Luar Gedung.

Pelayanan Gizi Puskesmas merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan lainnya yang
merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien.

Penyusunan Pedoman Pelayanan Gizi ini adalah langkah awal ke suatu proses yang panjang,
sehingga memerlukan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak dalam penerapannya untuk mencapat
tujuan. Pedoman ini bersifat dinamis, sehingga Puskesmas dapat melakukan pengembangan dan
penyesuaian berdasarkan kondisi dan kemampuan masing-masing Puskesmas. Kami menyadari bahwa
Pedoman Pelayanan ini masih jauh dari sempurna, karena itu kami menerima saran dan kritik guna
menyempurnakan pedoman ini.

Demikian pedoman ini dibuat semoga dapat menjadi acuan dalam memberikan pelayanan di
Puskesmas Ampana Barat.

21

Anda mungkin juga menyukai