Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan dalam
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, bertujuan untuk
meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat, antara lain melalui
perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, peningkatan
akses dan mutu pelayanan gizi kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu
teknologi.
Untuk memperoleh informasi pencapaian kinerja pembinaan gizi
masyarakat secara tepat, akurat, teratur dan berkelanjutan, perlu dilaksanakan
kegiatan surveilans gizi di seluruh wilayah. Pelaksanaan surveilans gizi akan
memberikan indikasi perubahan pencapaian indikator kegiatan pembinaan gizi
masyarakat. Selain itu, pelaksanaan survelains gizi diperlukan untuk meperoleh
tambahan informasi lain yang belum tersedia dari laporan rutin, seperti konsumsi
garam beryodium, pendistribusian MP-ASI dan Pemberian Makanan Tambahan
(PMT), pemantauan status gizi anak dan ibu hamil risiko Kurang Energi Kronis
(KEK) atau studi yang berkaitan dengan masalah gizi mikro, dll. Surveilans gizi
merupakan kegiatan pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap
status gizi masyarakat sebagai dasar untuk embuat keputusan dalam upaya
peningkatan status gizi masyarakat.
Kegiatan surveilans gizi bermanfaat untuk memberikan informasi
pencapaian kinerja dalam rangka pengambilan tindakan segera, perencanaan
jangka pendek dan menegah serta perumusan kebijakan baik di puskesmas
maupun kabupaten. Selain itu kegiatan surveilans gizi juga bermanfaat untuk
mengevaluasi pencapaian kinerja pembinaan gizi masyarakat.
Ada beberapa keuntungan jika melakukan surveilans gizi sentinel,
yaitu :
a. Berguna bagi wilayah atau masyarakat yang memiliki kerawanan
kronis dan membutuhkan monitoring yang lebih intensif
b. Dapat memberikan pemahaman lebih baik pada kondisi geografis
yang berbeda
c. Dapat memberikan gambaran kecenderungan masalah gizi setiap
waktu
d. Dengan daerah sentinel, informasi yang dikumpulkan dapat lebih
lengkap dan lebih detail mencakup beberapa indikator terkait
masalah gizi seperti perkembangan harga pasar dan kejadian
penyakit.
e. Dengan data yang tersedia setempat menyingkat waktu respon
terhadap informasi yang dihasilkan.
f. Tidak memerlukan biaya mahal karena hanya memonitor beberapa
lokasi
g. Dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat dengan
menggunakan teknik surveilans berbasis masyarakat
h. Berguna untuk men-trigger survei khusus bila diperlukan segera.
i. Dapat diterapkan dengan kapasitas yang relatif terbatas
j. Dapat diintegrasikan dengan sistem surveilans jangka panjang.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terselenggaranya kegiatan surveilans gizi untuk memberikan gambaran
perubahan pencapaian kinerja pembinaan gizi masyarakat dan indikator
khusus lain yang diperlukan secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan
dalam rangka pengambilan tindakan segera, perencanaan jangka pendek
dan menengah serta perumusan kebijakan.
2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya informasi secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan
mengenai perubahan pencapaian kinerja pembinaan gizi :
1) Persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan;
2) Persentase balita yang ditimbang berat badannya;
3) Persentase bayi usi 0 – 6 bulan mendapat ASI Eksklusif;
4) Persentase rumah tangga mengonsumsi garam beryodium;
5) Persentase balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A;
6) Persentase ibu hamil mendapat 90 tablet Fe;
7) Persentase Kabupaten/Kota melaksanakan surveilans gizi;
8) Persentase penyediaan bufferstock MP-ASI untuk daerah bencana.
b. Tersedianya informasi indikator gizi lainnya secara berkala jika
diperlukan, seperti :
1) Prevalensi balita gizi kurang berdasarkan antropometri;
2) Prevalensi status gizi anak usia sekolah, remaja dan dewasa;
3) Prevalensi risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia
Subur (WUS) dan ibu hamil;
4) Prevalensi anemia gizi besi dan Gangguan Akibat Kurang Iodium
(GAKI), Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah gizi mikro lainnya;
5) Tingkat konsumsi zat gizi makro (energi dan protein) dan mikro
(defisiensi zat besi, defisiensi iodium);
6) Data pendistribusian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT);
7) Data terkait lainnya yang diperlukan.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi kegiatan pengumpulan data dari
laporan rutin atau survei khusus, pengolahan dan diseminasi hasilnya yang
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan atau tindakan cepat,
perumusan kebijakan, perencanaan kegiatan dan evaluasi hasil kegiatan.
Dalam petunjuk pelaksanaan ini ruang lingkup kegiatan surveilans gizi
mencakup pencapaian indikator kinerja kegiatan pembinaan gizi masyarakat.

D. Batasan Operasional
Surveilans gizi adalah kegiatan pengamatan yang teratur dan terus-menerus
terhadap masalah gizi masyarakat dan faktor-faktor yang terkait melalui kegiatan
pengumpulan data/informasi, pengolahan dan analisis data, dan diseminasi
informasi yang dihasilkan. Informasi yang dihasilkan merupakan masukan bagi
pengambil keputusan untuk perumusan kebijakan pembangunan kesehatan
masyarakat, perencanaan program perbaikan gizi masyarakat, penentuan
tindakan penanggulangan, serta evaluasi terhadap pengelolaan program gizi.

Survei gizi adalah suatu kegiatan pengumpulan data/informasi gizi dan faktor-
faktor yang terkait pada waktu-waktu tertentu. Surveilans gizi memerlukan
dilakukannya survei gizi pada waktu-waktu tertentu.
Assesmen (Penilaian) Gizi adalah suatu kegiatan pengkajian/analisis informasi
gizi yang tersedia untuk memberikan penilaian atau gambaran awal tentang
keadaan gizi masyarakat di suatu wilayah. Kegiatan surveilans gizi bukan hanya
mengumpulkan data dan informasi tetapi juga melakukan kajian/analisis data,
oleh karena itu kegiatan asesmen gizi dapat merupakan bagian dari surveilans
gizi.

Evaluasi gizi adalah suatu proses penilaian terhadap keberhasilan kegiatan


upaya perbaikan gizi masyarakat, yang didasarkan pada kriteria yang jelas,
termasuk efektifitas dan efisiensinya. Salah satu tujuan surveilans gizi adalah
menyediakan informasi untu evaluasi pengelolaan program perbaikan gizi
masyarakat. Oleh karena itu kegiatan evaluasi gizi dapat merupakan bagian dari
kegiatan surveilans gizi.

Monitoring (Pemantauan) Gizi adalah suatu kegiatan pemantauan status gizi


yang dilakukan secara terus-menerus secara berkala, tentang status gizi
masyarakat. Informasi yang dihasilkan bersifat lebih spesifik, misalnya
pemantauan status gizi, pemantauan konsumsi makanan, atau pemantauan
pertumbuhan. Oleh karena itu kegiatan monitoring gizi merupakan bagian dari
kegiatan surveilans gizi.

Surveilans sentinel gizi adalah suatu kegiatan surveilans gizi yang dilakukan di
daerah-daerah tertentu yang memiliki kerawanan kronis, misalnya sering dilanda
kekeringan panjang atau adanya instabilitas tingkat pemenuhan kebutuhan
hidup masyarakat. Dibandingkan dengan surveilans gizi yang luas, surveilans
sentinel tidak memerlukan biaya besar karena pemantauan lebih kecil dan
indikator yang diamati lebih spesifik.

E. Landasan Hukum
- Undang-Undang Dasar 1945
- Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak
- Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
- Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
- Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
- Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu
Ibu Eksklusif
- Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Per/VII/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
- Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 913/MNEKES/SK/VII/2002 tentang
Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia
- Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang
Pemberian Air Susu Ibu secara Eksklusif pada Bayi di Inonesia
- Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi Selatan Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Semua karyawan puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan
surveilans gizi mulai dari Kepala Puskesmas, Kasubag Tata Usaha,
Penanggungjawab UKM Esensial dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat,
Penanggungjawab UKM Pengembangan, Penanggungjawab UKP, kefarmasian
dan Laboratorium serta Penanggungjawab Jaringan Pelayanan Puskesmas dan
Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Penanggungjawab UKM Gizi dan
Penanggungjawab UKP Gizi di puskesmas merupakan koordinator dalam
penyelenggaraan Survelans Gizi di Puskesmas Sukamaju.
Dalam kegiatan Surveilans Gizi perlu melibatkan sektor terkait yaitu :
Camat, PKK, penanggungjawab KB, agama, pendidikan, Kepala Desa, Kader
posyandu serta sektor terkait lainnya.

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan dikoordinir oleh Penanggungjawab UKM
Gizi dan Penanggungjawab UKP Gizi di Puskesmas sesuai dengan kesepakatan

C. Jadwal Kegiatan
Jadwal pelaksanaan kegiatan Surveilans Gizi disusun bersama dalam
pertemuan lokakarya mini di puskesmas setiap bulan.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Koordinasi pelaksanaan kegiatansurveilans Gizi dilakukan oleh
Penanggungjawab UKM Gizi dan Penanggungjawab UKP Gizi di puskesmas.

Denah Ruangan

B. Standar Fasilitas
1. Buku KIA
2. Buku Acuan Asuhan Persalinan Aman
3. Buku Standar Pelayanan Kebidanan
4. Buku ANC Standar
5. Bidan Kit
6. Alkes penunjang lainnya
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Peramalan
Implementasi dari hasil surveilans gizi diawali dengan sebuah proses yang
dinamakan peramalan. Selanjutnya dilakukan pemantauan, dan analisis
situasi. Peramalan dan pemantauan situasi ini disebut sebagai sistem
infoemasi dini (SID). Program pangan dan gizi yang ditetapkan kemudian
dilaksanakan sekaligus kewaspadaan (pemantauan) untuk tindakan segera
dan pencegahan memburuknya situasi.
Secara garis besar, terdapat 3 komponen penting dam siklus peramalan yang
berkesinambungan, yaitu pemantauan, analisis, dan rekomendasi atau
tindakan. Beberapa contoh penjelasan tentang ketiga komponen tersebut
adalah :
1. Kegiatan SID berupa pemantauan atas situasi di suatu wilayah atau
kelompok masyarakat dengan mengggunakan indikator pertanian.
Kegiatan yang dilakukan adalah pemantauan luas tanam, luas panen,
luas kerusakan lahan pertanian, atau perubahan jumlah produksi
pangan, apakah terjadi adanya eskalasi perubahan yang berpotensi
menimbulkan kerawanan pangan atau tidak. Rekomendasi dari
kegiatan pemantauan indikator pertanian ini adalah untuk melakukan
pencegahan apabila terjadi kondisi yang berpotensi menimbulkan
masalah.
2. Kegiatan pemantauan pertumbuhan anak balita yang berbasis data
hasil penimbangan bulanan (data SKDN; S = seluruh balita yang
terdaftar, K = balita yang memiliki Kartu Menuju Sehat, D = balita yang
ditimbang, N = balita yang naik timbangannya), dengan melakukan
konfirmasi. Idealnya seluruh balita yang terdaftar memiliki KMS, setiap
bulan seluruhnya ditimbang, dan berat badannya naik.
Rekomendasinya adalah informasi untuk pencegahan dan
penanggulangan, jika kondisi ideal tidak tercapai, atau ambang batas
yang disepakati tidak tercapai. Jika didapatkan balita dengan berat
badan di bawah garis merah pada KMS (BGM), perlu dilakukan
konfirmasi oleh petugas puskesmas, dengan menggunakan indeks
berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Hal ini untuk menentukan
apakah kasus tersebut termasuk kategori gizi buruk yang perlu dirawat
atau tidak.
3. Pemantauan indikator sosial ekonomi didasarkan kepada laporan
regular instansi terkait, dengan melakukan konfirmasi. Indikator yang
dapat dikumpulkan antara lain adalah perubahan tingkat daya beli
masyarakat, khususnya untuk bahan pangan. Rekomendasinya
adalah informasi dan langkah-langkah alternatif untuk
penanggulangan.
4. Pemantauan indikator lokal seperti kasus gizi buruk pada balita dan
kelaparan dengan melakukan konfirmasi.untuk indikator kemiskinan,
kegiatan yang dilakukan adalah pemantauan konsumsi makanan
rumah tangga, apakah terjadi penurunan tingkat asupan gizi atau
perubahan pola makan masyarakat setempat. Frekuensi makan juga
dapat dijadikan sebagai indikator pemantauan sebagai indikator lokal.
Rekomendasinya adalah informasi untuk penanggulangan.
B. Analisis Situasi
1. Diagram Analisis
Analisis situasi pangan dan gizi serta faktor-faktor penyebabnya,
merupakan salah satu komponen penting dala implementasi hasil
surveilans gizi di suatu wilayah. Hasil analisis digunakan sebagai bahan
rekomendasi untuk kebijakan dan perencanaan serta evaluasi program
pangan dan gizi. Hasil analisis situasi bisa berupa peta masalah, grafik,
atau tabel angka.
Pada akhir tahun berjalan, dilakukan kembali analisis situsi pangan dan
gizi serta faktor-faktor penyebabnya dengan menggunakan data yang
tersedia selama kurun waktu tahun berjalan tersebut. Hasil analisis
dijadikan bahan rekomendasi untuk penyesuaian kebijakan dan
perencanaan ulang program gizi di puskemas maupun kabupaten.
Demikian seterusnya, proses ini berulang-ulang merupakan siklus yang
berkesinambungan dan seakan-akan tanpa batas.
2. Penyajian hasil analisis
Sesuai dengan tujuan survelains gizi, maka analisis data harus dapat
menyediakan informasi tentang :
a. Besaran masalah saat ini, baik yang terkait dengan pengelolaan
program gizi (indikator input dan proses)
b. Besaran masalah yang terkait dengan indikator output dari
pengelolaan program gizi
c. Besaran masalah yang terkait dengan outcome (indikator status gizi)
d. Kecenderungan (“trend”) dari indikator-indikator tersebut pada poin 1
–3
e. Analisis hubungan berbagai situasi
f. Analisis situasi masalah gizi untuk memahami karakteristik
permasalahannya dan faktor-faktor atau penyebab yang terkait.
Hasil-hasil analisis tersebut harus disajikan dalam bentuk : laporan atau
publikasi rutin, peta besaran masalah, grafik yang menggambarkan
kecenderungan (trend) dari indikator-indikator yang dipantau secara rutin
dan teratur.
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan surveilans gizi


direncanakan dalam .pertemuan lokakarya mini bulanan di puskesmas sesuai
dengan tahapan kegiatan surveilans gizi yang akan dilaksanakan.
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan surveilans gizi


perlu diperhatikan keselamatan pasien dengan melakukan identifikasi risiko
terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.
Upaya pencegahan risiko terhadap pasien harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan
yang akan dilaksanakan.
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan surveilans perlu


diperhatikan keselamatan kerja petugas puskesmas dan lintas sector terkait dengan
melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada
saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko harus dilakukan untuk tiap-tiap
kegiatan yang akan dilaksanakan.
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan surveilans gizi dimonitor dan dievaluasi dengan


menggunakan indikator sebagai berikut :

A. Indikator Input
a. Adanya tenaga manajemen data gizi yang meliputi pengumpulan data dari
laporan rutin atau survei khusus, pengolah dan analisis data serta penyaji
informasi
b. Tersedianya instrumen pengumpulan dan pengolahan data
c. Tersedianya sarana dam prasarana pengolahan data
d. Tersedianya biaya operasional surveilans gizi
B. Indikator Proses
a. Adanya proses pengumpulan data
b. Adanya proses editing dan pengolahan data
c. Adanya proses pembuatan laporan dan umpan balik hasil surveilans gizi
d. Adanya proses sosialisasi atau advokasi hasil surveilans gizi
C. Indikator Output
a. Tersedianya informasi gizi buruk yang mendapat perawatan
b. Tersedianya informasi balita yang ditimbang berat badannya (D/S)
c. Tersedianya informasi bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif
d. Tersedianya informasi rumah tangga yang mengonsumsi garam beryodium
e. Tersedianya informasi balita 6-59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A
f. Tersedianya informasi ibu hamil mendapat 90 tablet Fe
BAB IX

PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas puskesmas dalam


pelaksanaan survelans gizi dengan tetap memperhatikan prinsip proses
pembelajaran dan manfaat. Keberhasilan kegiatan surveilans gizi tergantung
pada komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan
kemandirian masyarakat dan peran serta aktif masyarakat dalam bidang
kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai