Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

METABOLISME ZAT GIZI MAKRO

ANALISA GULA PEREDUKSI DENGAN UJI BENEDICT


PADA URIN

Dosen Pengampu

dr. Adhiningsih Yulianti, M.Gizi

Disusun Oleh

Nama : Defi Rahmasari

NIM : G42192052

Golongan :C

PROGRAM STUDI GIZI KLINIK

JURUSAN KESEHATAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Urin merupakan cairan yang diekskresikan oleh ginjal, cairan tersebut yaitu sisa hasil
metabolisme yang dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses yang dinamakan urinasi.
Ekskresi urin dibutuhkan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring
oleh ginjal dan untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, (Notoadmodjo, 2010).
Urin berfungsi untuk membuang zat-zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam
tubuh. Metode yang dipakai untuk memperoleh hasil pemeriksaan glukosa urin dengan uji
benedict (Mayangsari, C. 2008). Glukosa urin adalah suatu keadaan adanya glukosa dalam
urin yang disebabkan oleh kadar glukosa dalam darah yang tinggi sehingga keluar bersama
urin dan dipengaruhi oleh fungsi ginjal kurang baik. Pemeriksaan glukosa urin bertujuan
untuk melihat kadar glukosa pada urin sehingga dapat mengetahui berat atau ringannya
suatu penyakit diabetes melitus (Aziz, 2016). Uji benedict adalah metode yang dilakukan
untuk mengetahui kandungan gula pereduksi. Semua jenis monosakarida dan beberapa
disakarida seperti laktosa dan maltosa termasuk gula pereduksi. Uji benedict terjadi dalam
keadaan basa karena gula akan mereduksi dalam suasana basa. Pemeriksaan glukosa urin
dengan uji benedict memanfaatkan sifat glukosa sebagai pereduksi. Kelebihan metode
menggunakan uji benedict yaitu biayanya murah dan membutuhkan urin yang lebih sedikit
(Gandasoebrata, 2007). Pada uji benedict apabila hasilnya positif maka ditunjukan dengan
adanya perubahan warna dari biru menjadi hijau, jingga kemerahan dan merah bata. Kondisi
adanya glukosa yang ditemukan dalam urin dinamakan glukosuria. Pada penderita diabetes
miletus mengalami gangguan transport glukosa di ginjal, urin mengandung glukosa dengan
konsentrasi tinggi (Koolman dan Rohm, 2001).

1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses uji benedict pada sampel urin dan glukosa
2. Dapat menginterprestasikan hasil pemeriksaan
BAB II

METODOLOGI

1.1. Alat Bahan

1. Tabung reaksi 1. Urin


2. Beaker glass 2. Reagen Benedict
3. Gelas ukur
4. Pipet tetes
5. Penjepit tabung
6. Pembakar spirtus
7. Rak tabung reaksi

1.2 Prosedur Kerja

1. Siapkan alat yang diperlukan antara lain tabung reaksi, gelas beaker, pipet tetes,
penjepit tabung, rak tabung, dan pembakar spirtus.
2. Masukkan sampel urin kedalam gelas beaker
3. Masukkan reagen benedict menggunakan pipet tetes sebanyak 5 ml ke dalam tabung
reaksi bertuliskan sampel urin
4. Masukkan urin sebanyak 5 ml kedalam tabung reaksi yang sebelumnya sudah diteteskan
reagen benedict
5. Kemudian jepit tabung reaksi dan lakukan pemanasan diatas pembakar spirtus, amati
perubahan warna yang terjadi
6. Berikutnya pada tabung reaksi kedua, masukkan reagen benedict menggunakan pipet
tetes sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi bertuliskan sampel glukosa
7. Kemudian masukkan urin sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi
8. Kemudian jepit tabung reaksi dan lakukan pemanasan diatas pembakar spirtus, amati
perubahannya
9. Baca hasil pemeriksaan
(-) Tidak ada perubahan warna (Biru) : Kadar glukosa kurang dari 0,5%
(+1) Warna hijau kekuningan : Kadar glukosa 0,5-1%
(+2) Warna kuning : Kadar glukosa 1%-1,5%
(+3) Warna jingga : Kadar glukosa 2%-3,5%
(+4) Warna merah bata : Kadar glukosa >3,5%
BAB III

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini membahas mengenai uji benedict pada urin. Pada video
pembelajaran praktikum menampilkan beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan
uji benedict. Alat nya meliputi tabung reaksi, gelas beaker, pipet tetes, penjepit tabung, rak
tabung, dan pembakar spirtus serta bahan yang digunakan antara lain urin, larutan glukosa, dan
reagen benedict. Urin dan glukosa dimasukan kedalam gelas beaker dan diambil masing-masing
5 ml menggunakan pipet tetes kedalam tabung reaksi yang telah disediakan. Dalam mengambil
sampel menggunakan pipet tetes bertujuan agar jumlah volume yang diambil lebih akurat dan
sesuai dengan kebutuhan. Uji reagen benedict bertujuan untuk mendeteksi keberadaan gula
dalam urin. Reagen benedict adalah campuran tembaga, natrium sitrat dan natrium karbonat,
tembaga (II) sulfat pentahidrat. Pada video, saat setelah sampel telah diteteskan oleh reagen
benedict lalu dilakukannya pemanasan diatas pembakar spirtus, tujuan pemanasan yaitu untuk
mempercepat reaksi perubahan warna. Hasil negatif apabila tidak ada perubahan warna (biru)
dan positif apabila terjadi perubahan setelah pemanasan diatas pembakar spirtus. Pada video uji
benedict menggunakan 2 sampel yaitu urin dan glukosa. Pemeriksaan kadar glukosa pada 2
sampel ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil antara urin dan glukosa. Hasilnya
pada sampel urin setelah perlakuan berwarna hijau dan sampel glukosa perubahan warnanya saat
dipanaskan diatas pembakar spirtus bertahap, yang pertama warna hijau lalu berubah menjadi
jingga kemerahan lalu berubah menjadi merah bata. Dilihat dari hasil tersebut, bahwa pada
sampel glukosa ditemukan kadar gula yang tinggi.

Dilihat dari video, bahwa perubahan warna menunjukkan kadar glukosa yang berbeda-
beda. Pada sampel urin setelah dipanaskan akan tetap berwarna biru menandakan bahwa didalam
urin tersebut tidak mengandung glukosa (negatif) karena tidak terjadi perubahan warna. Pada
sampel urin setelah dipanaskan berubah warna menjadi hijau menandakan bahwa di dalam urin
terdapat kadar glukosa sebesar 0,5-1% dan menunjukkan adanya jejak gula pereduksi. Pada
sampel urin setelah dipanaskan berubah warna menjadi jingga kemerahan menunjukkan bahwa
terdapat gula pereduksi dalam jumlah yang sedang. Pada sampel setelah dipanaskan berubah
warna menjadi merah bata menunjukkan bahwa terdapat gula pereduksi dalam jumlah yang
besar.

Untuk uji benedict, urin yang akan dites tidak perlu dilakukan puasa. Pada urin yang
mengandung glukosa dinamakan dengan glukosuria. Pemeriksaan kadar glukosa pada urin
bertujuan untuk melihat kadar glukosa didalam urin agar dapat mengetahui adanya berat atau
ringan nya penyakit diabetes miletus. Kadar glukosa pada urin yang paling banyak akan
menunjukkan warna merah bata. Pada keadaan normal, urin tidak mengandung gula dan tidak
terasa manis, namun pada diabetes, urin akan mengandung gula dan manis. Kandungan urin
normal amtara lain meliputi air, urea, asam urat, ammonia, kreatinin, asam fosfat, asam laktat,
asam sulfat, klorida, dan garam. Pada saat praktikum juga di singgung mengenai warna urin,
pada urin yang berwarna keruh yang berarti mengalami kekurangan cairan (dehidrasi) dan pada
urin yang berwarna jernih yang diartikan cukup cairan.
BAB IV

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa uji reagen benedict bertujuan untuk mendeteksi keberadaan
gula dalam urin. Hasil negatif apabila tidak ada perubahan warna (biru) dan positif apabila
terjadi perubahan setelah pemanasan diatas pembakar spirtus. Pada video uji benedict
menggunakan 2 sampel yaitu urin dan glukosa. pada sampel urin setelah perlakuan berwarna
hijau dan sampel glukosa perubahan warnanya saat dipanaskan diatas pembakar spirtus bertahap,
yang pertama warna hijau lalu berubah menjadi jingga kemerahan lalu berubah menjadi merah
bata. Sampel urin setelah dipanaskan akan tetap berwarna biru menandakan bahwa didalam urin
tersebut tidak mengandung glukosa (negatif) karena tidak terjadi perubahan warna. Sampel yang
berubah warna menjadi hijau menandakan adanya jejak gula pereduksi, berubah warna menjadi
jingga kemerahan menunjukkan bahwa terdapat gula pereduksi dalam jumlah sedang, berubah
warna menjadi merah bata menunjukkan bahwa terdapat gula pereduksi dalam jumlah yang
besar. Untuk uji benedict, urin yang akan dites tidak perlu dilakukan puasa. Pada urin yang
mengandung glukosa dinamakan dengan glukosuria.
DAFTAR PUSTAKA

1. Welliangan, M., Wowor, M., Mongan, A.2019. Gambaran Kadar Glukosa Urin Pada
Primigravida dengan Orang Tua Penyandang Diabetes Melitus di Kota Manado. Jurnal e-
Biomedik (eBm). 7(1), hal 19-20.
Diakses pada tanggal 8 November 2020 pukul 10.59 WIB
2. Sufia, F., Fikri, Z., Iswari. 2018. Pengaruh Kadar Glukosa Urine Metode Benedict,
Fehling Dan Steak Setelah Ditambahkan Vitamin C Dosis Tinggi/1000 mg. Jurnal Analis
Medika Bio Sains. 5(2), hal 1-2.
Diakses pada tanggal 8 November 2020 pukul 15.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai