Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum Fisiologi Hewan

Praktikum 9
TES URINE (EKSKRESI)

Nama : Firyal Rifdah Rachman


NIM : 1202060029
Kelas : 5A Pendidikan Biologi
Judul Praktikum : Tes Urine (Ekskresi)
Tanggal Praktikum : 16 Desember 2022

KEGIATAN I : GLUKOSA DALAM URINE

a. Tujuan Praktikum
Memeriksa kandungan glukosa dalam urine

b. Alat dan Bahan


Tabel 1. Alat yang digunakan
No Alat Jumlah
1 Tabung reaksi 6 buah
2 Pipet 6 buah
3 Rak tabung reaksi 1 buah

Tabel 2. Bahan yang digunakan


No Bahan Jumlah
1 Larutan benedict Secukupnya
2 Urine 6 sampel

c. Cara Kerja

Dididihkan 5 ml larutan benedict dalam tabung reaksi

Ditambahkan 8 tetes urine kedalam larutan tadi dandipanaskan lagi selama 1-2 menit
Diamati perubahan warna (endapan) yang terjadi, bila :

- Hijau : kadar glukosa 1%


- Kuning : kadar glukosa 1,5%
- Oranye : kadar glukosa 2%
- Merah : kadar glukosa 5%

d. Hasil Pengamatan
Tabel 3. Hasil Uji Glukosa Dalam Urine
Kelompok Sampel Urine Jenis Kelamin Hasil Perubahan Keterangan
Mahasiswa Warna Akhir
1 Helfiyyan Perempuan Hijau Kadar glukosa 1%
2 Fakhri Laki-laki Kuning Kadar glukosa 1,5%
3 Intan Perempuan Hijau Kadar glukosa 1%
4 Fitri Perempuan Hijau Kadar glukosa 1%
5 Abdullah Laki-laki Hijau Kadar glukosa 1%
6 Bella Perempuan Hijau Kadar glukosa 1%

e. Pertanyaan
1. Buatlah siklus perubahan glukosa dalm tubuh dan jelaskan mengapa terjadi
perubahan demikian?
Jawaban :

Proses metabolisme glukosa dan berbagai karbohidrat lainnya dalam tubuh


terbilang cukup rumit. Awalnya, karbohidrat akan dipecah oleh enzim pencernaan
yang ada di mulut menjadi bentuk sederhana yang tidak lain yaitu glukosa. Setelah
itu, gula sederhana ini akan diserap oleh usus dan masuk kedalam darah. Ketika gula
alami dari makanan ini sudah berada dalam aliran darah, inilah yang dikenal dengan
sebutan gula darah. Selanjutnya, gula ini akan didistribusikan ke seluruh tubuh,
terutama otak, hati, otot, sel darah merah, ginjal, dan jaringan lemak. Banyaknya
jaringan tubuh yang memerlukan glukosa membuat karbohidrat menjadi gizi makro
(makronutrien), yaitu zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar. Pankreas lalu
melepaskan insulin untuk merespons gula darah yang naik. Hormon ini membantu
penyerapan gula darah pada sel sekaligus mengubah glukosa menjadi glikogen.
Glikogen sendiri adalah cadangan energi yang bisa digunakan ketika tidak ada asupan
makanan. Ketika kekurangan glukosa, tubuh akan mengubah glikogen kembali
menjadi gula sedeerhana sebagai sumber energi. Namun, jika glikogen habis, tubuh
harus mengubah senyawa lain menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis.
Glukoneogenesis adalah proses sintesis atau pembentukan molekul glukosa baru dari
sumber-sumber selain karbohidrat. Kebanyakan proses ini terjadi di dalam hati dan
sebagian kecil lainnya terjadi di koteks ginjal dan usus kecil. Glukoneogenesis adalah
lintasan metabolisme yang digunakan oleh tubuh, selain glikogenesis, untuk menjaga
keseimbangan kadar glukosa di dalam plasma darah untuk menghindari simtoma
hipoglisemia.

2. Bagaimana jumlah glukosa darah setelah beberapa saat kita makan? dan
bagaimana hubungan darah dengan kadar glukosa optimum darah?
Jawaban :
Dalam darah terdapat konsentrasi glukosa yang disebut glukosa darah, batas normal
konsentrasi seseorang yang tidak makan dalam 3 atau 4 jam yang lalu sekitar 90
mg/dl. Mengonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat sekalipun,
konsentrasi ini jarang meningkat diatas 140 mg/ dl kecuali orang tersebut menderita
Diabetes Mellitus (Suprapti, 2008). World Health Organization (WHO), menyatakan
prevalensi glukosa darah sewaktu (GDS), Gula darah sewaktu merupakan hasil
pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir
(Widijanti, 2006) yaitu Glukosa darah sewaktu (GDS) yang normal 2 jam setelah
makan berkisar antara 80-180 mg/dl. Kondisi ideal yaitu 80-144 mg/dl. Glukosa darah
sewaktu (GDS) pada kondisi cukup 145-179 mg/dl. Glukosa darah sewaktu (GDS)
pada kondisi buruk angka 180 mg/dl (masih dalam kategori aman).
Kadar glukosa darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan
dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari
setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dl. Kadar gula darah biasanya
kurang dari 120-140 mg/dl pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang
mengandung gula maupun karbohidrat lainnya (Price, 2005). Kadar gula darah yang
normal cenderung meningkat secara ringan tetapi bertahap setelah usia 50 tahun,
terutama pada orang-orang yang tidak aktif bergerak. Peningkatan kadar gula darah
setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin
sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan
kadar gula darah menurun secara perlahan (ADA, 2011).
Ada beberapa hal yang nenyebabkan gula darah tinggi, yaitu kurang berolahraga,
bertambahnya jumlah makanan yang dionsumsi, meningkatnya stess dan faktor
emosi, pertambahan berat badan dan usia, serta dampak perawatan dari obat, misalnya
steroid (Fox dan Kilvert, 2010).

f. Pembahasan
Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal (Evelyn,
2006). Glukosa urine adalah gugus gula sederhana yang masih ada di urine setelah
melewati berbagai proses di ginjal. Kalau ada glukosa di urine, berbahaya berarti ada
yang tidak beres waktu proses urinisasi. Disebabkan karena hormon insulin, yaitu hormon
yang mengubah glukosa menjadi glikogen (kalau kurang berarti gula di darah tinggi).
Kalau gula darah tinggi, otomastis gula di darah juga tinggi. Pemeriksaan glukosa urine
merupakan pengukuran kadar glukosa dalam urine. Pemeriksaan ini sebenarnya tidak
dapat digunakan untuk menggambarkan kadar glukosa dalam darah. Namun pada kasus
tertentu, pemeriksaan ini diperlukan untuk pemantauan (Gandasoebrata, 1998).
Adanya glukosa dalam urine dapat dinyatakan berdasarkan sifat glukosa yang dapat
mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan alkalis, misalnya Cu, Bi, Hg, dan Fe. Tes
ini tidak spesifik terhadap glukosa, gula-gula lain berdaya reduksi maupun zat-zat lain
yang bukan gula dapat juga memperhatikan hasil positif. Cara yang berdasarkan reduksi
ion kupri antara lain ialah tes Fehling dan Benedict. Dari kedua cara ini, tes Benedict
lebih baik untuk pemeriksaan urine, karena tidak banyak zat yang mengganggu.
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan kadar glukosa dalam urine dengan uji
Benedict. Uji Bebedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat)
pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida
seperti laktosa dan maltose (Elfira, 2014). Larutan Bebedict yang mengandung tembaga
alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehida dengan membentuk
kuprooksida yang berwarna hijau, kuning, atau merah. Uji Benedict lebih peka karena
Benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan
berbagai kadar glukosa memberikan warna yang berlainan (Poedjiadi, 2012).
Prinsip uji Bebedict adalah glukosa yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas
yang dapat mereduksi ion kupri dalam suasana alkalis membentuk kuprooksida yang
tidak larut dan berwarna merah bata. Banyaknya endapan merah bata sebanding dengan
jumlah glukosa yang terdapat didalam urine. Seperti dalam tabel diatas yang menjelaskan
bahwa warna yang diciptakan dari uji Bebedict menggambarkan kadar glukosa yang
terdapat dalam urine. Berdasarkan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui adanya
glukosa dalam urine, didapatkan hasil yaitu dari enam sampel urin, lima sampel urin
(Helfiyyan, Intan, Fitri, Abdullah, dan Bella) mengandung kadar glukosa 1% dibuktikan
ketika dilakukan uji Benedict terjadi perubahan warna menjadi hijau dan satu sampel urin
(Fakhri) mengandung kadar glukosa sebanyak 1,5% dibuktikan dengan perubahan warna
menjadi kuning setelah dilakukan uji Benedict.

KEGIATAN II : ALBUMIN DALAM URINE

a. Tujuan Praktikum
Memeriksa kandungan albumin dalam urine

b. Alat dan Bahan


Tabel 1. Alat yang digunakan
No Alat Jumlah
1 Tabung reaksi 6 buah
2 Pipet 6 buah
3 Rak tabung 1 buah

Tabel 2. Bahan yang digunakan


No Bahan Jumlah
1 Urine 6 sampel
2 Asam nitrit pekat Secukupnya
c. Cara Kerja

Dimasukkan 5 ml asam nitrit pekat kedalam tabung reaksi

Dimiringkan tabung reaksi tersebut kemudian tetesi dengan mempergunakan pipet dengan
memepergunakan pipet secar perlahan sehingga rine turun melalui sepanjang tabung

Bila urine mengandung albuin akan terlihat adanya cincin berwarna putih yang terdapat
pada daerah kotak urine dan asam nitrit

d. Hasil Pengamatan
Tabel 3. Hasil Uji Albumin Dalam Urine
Kelompok Sampel Urine Jenis Kelamin Ada/ Tidak Cincin Keterangan
Mahasiswa
1 Helfiyyan Perempuan Tidak Urine tidak mengandung
albumin
2 Fakhri Laki-laki Tidak Urine tidak mengandung
albumin
3 Intan Perempuan Tidak Urine tidak mengandung
albumin
4 Fitri Perempuan Tidak Urine tidak mengandung
albumin
5 Abdullah Laki-laki Tidak Urine tidak mengandung
albumin
6 Bella Perempuan Tidak Urine tidak mengandung
albumin
e. Pertanyaan
1. Apakah hubungannya antara kadar albumin yang tinggi dalam urine dengan
kesehatan yang bersangkutan
Jawaban :
Peningkatan protein (albumin) yang terjadi secara terus-menerus dalam urine
menandakan bahwa terdapat kerusakan pada ginjal. Albuminuria atau proteinuria
merupakan kondisi atau air kencing mengandung jumlah albumin yang tidak normal.
Kondisi ini disebut juga dengan ginjal bocor.

f. Pembahasan
Albumin merupakan salah satu protein utama dalam plasma manusia dan menyusun
sekitar 60% dari total protein plasma. Kadar albumin normal dalam urine berkisar 0-0,04
g/L/hari. Keberadaan albumin dalam air dengan jumlah yang melebihi batas normal,
dapat mengindikasikan terjadinya gangguan dengan proses metabolisme tubuh (Ikatan
Apoteker Indonesia, 2010).
Dalam pengujian ini yaitu untuk mengetahui adanya albumin dalam urine digunakan
reaksi antara urine dan asam nitrit pekat yang memberikan reaksi hasil positif jika adanya
cincin berwarna putih yang menandakan adanya albumin dalam urine. Dari hasil
pengujian diketahui bahwa pada keenam sempel urin tidak terlihat adanya cincin
berwarna putih, hal ini menandakan bahwa urine tersebut normal. Pada urine normal tidak
memiliki endapan berwarna putih karena urine tersebut berasal dari ginjal yang normal
yang tidak memiliki kelainan.
Ketika pada pengujian ini urine didapatkan hasil yaitu terdapat cincin berwarna putih,
itu menandakan bahwa urinenya mengandung kadar albumin yang berlebih/tinggi
(albuminuria) dan menandakan bahwa orang tersebut memiliki penyakit gagal ginjal dan
urine yang mengandung albumin menandakan bahwa filtrasi yang dilakukan oleh ginjal
tidak sempurna. Sehingga hasil ekskresinya yaitu urine mengandung protein darah yaitu
albumin.
Albuminuria adalah simtoma terdapatnya sejumlah konsentrasi albumin di dalam
urine. Albumin yang mencapai ginjal melalui pembuluh darah pada umumnya akan
mengalami filtrasi pada glomerulus dan diserap kembali oleh tubula proksimal menuju
sirkulasi darah, Laju albumin yang terlepas dari penyerapan proksimal ke dalam urine,
yang melebihi 150 miligram/24 jam telah dianggap secara medis sebagai patologis.
Albuminuria adalah ditemukannya albumin pada urine. Adanya albumin pada urine
merupakan indikasi adanya kerusakan pada membran kapsul endotelium atau karena
iritasi sel-sel ginjal akibat masuknya substansi racun, eter, atau logam berat.

KEGIATAN III : AMONIA DALAM URINE

a. Tujuan Praktikum
Mengenal bau ammonia dari hasil penguraian urea dalam urine

b. Alat dan Bahan


Tabel 1. Alat yang digunakan
No Alat Jumlah
1 Tabung reaksi 6 buah
2 Pipet 6 buah
3 Penjepit tabung 1 buah
4 Lampu spiritus 1 buah

Tabel 2. Bahan yang digunakan


No Bahan Jumlah
1 Urine 6 sampel

c. Cara Kerja

Dimasukkan 1 ml urine kedalam tabung reaksi

Dipanaskan dengan lampu spiritus

Dicium bagaimana baunya


d. Hasil Pengamatan
Kelompok Sampel Urine Mahasiswa Jenis Kelamin Bau pesing/ Keterangan
tidak
1 Helfiyyan Perempuan Bau pesing Normal
2 Fakhri Laki-laki Bau pesing Normal
3 Intan Perempuan Bau pesing Normal
4 Fitri Perempuan Bau pesing Normal
5 Abdullah Laki-laki Bau pesing Normal
6 Bella Perempuan Bau pesing Normal

e. Pertanyaan
1. Berasal dari apa ammonia dalam urine?
Jawaban:
Ammonia dalam urine berasal dari deaminasi asam-asam amino, terutama deaminasi
glutamin menjadi asam glutamat oleh enzim glutaminase.

2. Enzim apa yang bekerja?


Jawaban:
Urase merupakan enzim yang spesifik mengkatalis reaksi hidrolisis urea yang
menghasilkan ammonia dan karbondioksisa

f. Pembahasan
Ammonia adalah senyawa nitrogen dan hidrogen yang memiliki aroma tajam dengan
bau yang khas. Sebuah molekul ammonia terbentuk dari ion nitrogen bermuatan negatif
dan tiga ion hidrogen bermuatan positif dan karena itu secara kimia direpresentasikan
sebagai NH3 (rumus kimia ammonia). Amonia dapat terjadi secara alami atau dapat
diproduksi. Amonia alami yang hadir dalam jumlah jejak di atmosfer berasal dari
dekomposisi bahan organik. Metode alami produksi ammonia melibatkan serangkaian
proses kimia yang menggabungkan bersama-sama ion nitrogen dan hidrogen (Alim,
2013).
Uji ammonia urine yaitu dengan cara urine dipanaskan dengan menggunakan spiritus
sampai mendidih, lalu dicium baunya. Jika saat sampel urine telah mendidih dan bau dari
sampel masih belum tajam, berarti urine dikatakan tidak normal. Bau urine akan menajam
seiring dengan lama waktu pemanasan (Nina, 2013).
Pada uji yang dilakukan yaitu pengujian ammonia dalam urine, didapatkan hasil yaitu
semua sampel urine menghasilkan bau pesing setelah dipanaskan. Dan bau pesing pada
urine tersebut menajam seiring dengan lama waktu pemanasan. Hal itu menandakan
bahwa semua sampel urine normal.

Kesimpulan
Berdasarkan pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada hasil reaksi positif adanya
glukosa dalam urine ditandai dengan adanya perubahan warna pada urine ketika dilakukan uji
benedict. Perubahan warna menjadi hijau menandakan bahwa kadar glukosa yang terkandung
dalam urine sebanyak 1%, warna kuning kadar glukosa 1,5%, warna oranye kadar glukosa
2%, dan warna merah kadar glukosa 5%. Pada uji albumin dalam urine, hasil reaksi positif
adanya albumin dalam urine ketika urine diuji dengan asam nitrit pekat membentuk cincin
berwarna putih, hal itu menandakan bahwa dalam urine mengandung kadar albumin yang
tinggi (albuminuria). Dan pada uji ammonia dalam urine, hasil positifnya diketahui ketika
urine dipanaskan maka akan tercium bau pesing, bau pesing pada urine tersebut menajam
seiring dengan lama waktu pemanasan.

Daftar Pustaka
Alim. 2013. Apa itu Ammonia.
American Diabetes Association (ADA). 2011. Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus.
Elfira, 2014. Panduan Praktikum Biokimia. Palembang: Refapress.
Evelyn, P. 2011. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Fox, C dan Kilvert, A. 2010. Bersahabat Dengan Diabetes Melitus Tipe 2. Jakarta: Penebar
Plus.
Gandasoebrata, R. 1998. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat Agung.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2010. Sistem Pencernaan Pada Manusia.
Nina. 2013. Praktikum Biologi Uji Urine.
Poedjiadi. 2012. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Price, S. A. dan Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6, Vol. 2, diterjemahkan oleh Pendit, B. U., Hartono, H., Wulansari, P., Mahanani,
D. A. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Suprapti, N. H. 2008. Kandungan Chromium pada Sedimen dan Kerang Darah (Anadara
granosa) di Wilayah Pantai Sekitar Muara Sungai Sayung, Desa Monosari Kabupaten
Demak Jawa Tengah. Bioma Journal, Vol. 10, No.2, pp. 53-56.
Widijanti, A. 2006. Pemeriksaan Laboratorium Penderita Diabetes Melitus. Jakarta: Grafiti
Medika Pers

Lampiran (Foto Dokumentasi)


Uji Glukosa Dalam Urine

Uji Albumin Dalam Urine

Uji Amonia Dalam Urine

Anda mungkin juga menyukai