Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PENGUKURAN GLUKOSA DALAM URIN

DISUSUN OLEH:

Abdul Aziz Rosyiansyah 2310913210020


Ahmad Shibawaihi 2310913210011
Assyifa Anisah Nahdah 2310913320001
Bellinda Natasya 2310913320014
Gabriella Septiara Yoselfi 2310913320029
Meldyalifa Silvani 2310913120002
Naila Shaupina 2310913120004
Najah 2310913320012
Olivia Dwi Pramudiuta 2310913220030
Siti Aisyah 2310913320024

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2023
KATA PENGANTAR

Dengan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Kami panjatkan puja dan puji syukur
atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah ilmu
biomedik dasar pengukuran glukosa dalam urine. Laporan praktikum ini telah kami
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan Laporan praktikum ini.
Oleh karena itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah case study ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Banjarmasin, …Oktober 2023


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengukuran glukosa dalam urine adalah prosedur penting dalam bidang
kedokteran dan ilmu kesehatan. Glukosa adalah gula sederhana yang berperan penting
dalam menyediakan energi bagi tubuh manusia. Peningkatan kadar glukosa dalam urine
dapat menjadi tanda adanya masalah kesehatan, terutama terkait dengan diabetes
mellitus.
Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai oleh gangguan metabolisme
glukosa, di mana tubuh tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin dengan
baik. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar glukosa dalam darah dan urine. Oleh
karena itu, pengukuran glukosa dalam urine adalah alat diagnostik yang penting untuk
mengidentifikasi dan memantau diabetes serta kondisi medis lainnya yang terkait
dengan gangguan metabolisme glukosa.
Salah satu metode yang digunakan untuk mengukur glukosa dalam urine adalah
uji Benedict. Uji Benedict adalah reaksi kimia yang memanfaatkan sifat reduksi glukosa.
Prinsip dasar uji ini adalah ketika glukosa hadir dalam urine, ia akan bereaksi dengan
larutan Benedict yang mengandung tembaga (II) sulfat, membentuk endapan tembaga (I)
oksida merah bata. Intensitas warna endapan ini berbanding lurus dengan konsentrasi
glukosa dalam urine.
Oleh karena itu, laporan praktikum ini bertujuan untuk mendemonstrasikan
penggunaan uji Benedict dalam mengukur kadar glukosa dalam urine, yang pada
gilirannya dapat membantu dalam diagnosis dan manajemen penyakit diabetes serta
pemantauan kondisi medis lain yang mempengaruhi metabolisme glukosa. Selain itu,
laporan ini akan membahas prinsip-prinsip dasar reaksi uji Benedict, metode
pengukuran, dan interpretasi hasilnya.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Tujuan utama praktikum ini adalah untuk mengukur kadar glukosa yang hadir
dalam sampel urine menggunakan metode uji Benedict. Hal ini akan membantu
dalam mengevaluasi tingkat glukosa dalam urine, yang bisa menjadi petunjuk
untuk kondisi medis seperti diabetes.
2. Praktikum ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam tentang
prinsip dasar reaksi kimia dalam uji Benedict. Ini melibatkan pemahaman
bagaimana glukosa bereaksi dengan larutan Benedict dan menghasilkan endapan
tembaga (I) oksida.
3. Tujuan lainnya adalah memberikan peserta pemahaman yang kuat tentang cara
menginterpretasi hasil uji Benedict. Dalam laporan, peserta diharapkan dapat
menjelaskan apa arti tingkat intensitas warna endapan tembaga (I) oksida dalam
konteks kadar glukosa dalam urine.

1.2 Manfaat Penulisan


Penulisan laporan praktikum mengenai pengukuran glukosa dalam urine
menggunakan uji Benedict memiliki beragam manfaat, baik bagi individu yang
melakukan praktikum maupun bagi komunitas ilmiah dan dunia kesehatan secara lebih
luas. Beberapa manfaat utama dari penulisan laporan tersebut antara lain:
1. Melalui praktikum ini, peserta dapat mengaplikasikan pengetahuan teoritis
tentang kimia dan ilmu kesehatan dalam sebuah pengaturan praktis. Ini
membantu memperkuat pemahaman mereka tentang prinsip-prinsip kimia dan
metode analisis.
2. Laporan praktikum ini membantu peserta untuk memahami hubungan antara
glukosa dalam urine dan diabetes. Ini dapat meningkatkan kesadaran mereka
tentang penyakit ini dan pentingnya pemantauan tingkat glukosa dalam urine
dalam pengelolaan diabetes.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
Alat:

1. Tabung Reaksi

2. Penjepit Tabung

3. Korek
4. Lampu Spiritus

5. Pipet

6. Gelas Ukur
Bahan:

1. Urin

2. Reagen Benedict

3. Urin pembanding
2.2 Cara Kerja
1. Mengambil tabung reaksi dan mengisi 2-3 ml reagen Benedict

2. Menambahkan 1 ml urine (20 tetes)

3. Dipanaskan diatas api sampai mendidih (maksimum 1 menit)


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Dari praktikum uji glukosa didapatkan hasil:

Nama Warna Penilaian Kadar


Urin A Hijau - 0%
Urin S Biru Jernih + 0,6 - 1 %
Urin P Endapan Jingga ++ 2,6 - 3,5 %

3.2 Pembahasan

Pada praktikum dilakukan pemeriksaan kadar glikosa dalam urin dengan uji
benedict. Uji benedict adalah salah satu uji kimia yang digunakan untuk mengetahui
adanya kandungan gula atau karbohidrat pereduksi. Jenis gula yang termasuk pereduksi
meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa jenis disakarida, termasuk salah
satunya seperti laktosa dan maltosa. Larutan benedict mengandung ion-ion tembaga (II)
yang kompleks di dalam sebuah larutan basa.
Pengukuran glukosa di dalam urin didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi.
Glukosa sebagai aldehida mempunyai sifat sebagai reduktor, maka bila ada
senyawa/reagen yang bersifat mudah menerima electron seperti Cu2+ (dari CuSO4)
akan terjadi reaksi oksidasi reduksi. Cu2+ direduksi menjadi Cu+ (dalam bentuk
endapan Cu2O yang berwarna merah bata), sedangkan glukosanya dioksidasi menjadi
asam glukonat. Sebagai indikator dalam reaksi ini bila reaksinya positif adalah
terbentuknya endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Warna yang terjadi tergantung
dari banyaknya endapan Cu2O yang berbaur warna dengan warna CuSO4 yang
warnanya biru. Bila endapan Cu2Onya sedikit warna yang timbul merupakan campuran
sedikit warna merah bata dan biru hijau, dikatakan positif 1 (+). Makin banyak warna
merah batanya warna campuran kuning, dikatakan positif 2 (++) dan bila glukosanya
banyak, endapan merah batanya making banyak sedangkan CuSO4 hampir habis
(karena telah berubah menjadi Cu2O) sehingga yang terlihat adalah endapan merah bata
dan dikatakan positif 3 (+++). Dalam percobaan kali ini yang digunakan adalah metode
Benedict.

Nama Penilian Kadar Keterangan


Sampel A - 0% Negative Diabetes
Sampel S + 0,6 - 1 % Berpotensi Diabetes
Sampel P ++ 2,6 - 3,5 % Diabetes
BAB IV
KESIMPULAN

Dari praktikum diketahui adanya reaksi yang berbeda terhadap ke-3 sample
tersebut. Pada sampel A setelah dilakukan langkah-langkah cara kerja tidak ada indikasi
adanya perubahan warna sehingga dapat kita simpulkan bahwa sampel A memiliki
penilian ( - ) neutral yang memiliki kadar gula 0 % atau negative diabetes. Pada sample
S dilakukan cara kerja yang sama menghasilkan warna biru kehijuan yang
mengindikasikan bahwa sample S memiliki penilian ( + ) postif 1 yang memiliki kadar
gula sebanyak 0,6 - 1 % atau berpotensi diabetes. Terakhir sampel P menggunakan
proses percobaan yang sama hasil yang dihasilkan adalah ( + + ) postif 2 yang memiliki
kadar gula 2,6 - 3,5 % atau diabetes.
Uji benedict dilakukan pada urin untuk menjadi adanya glukosa dalam urine.
Glukosa yang ada di dalam urin dapat menjadi salah satu indikasi adanya penyakit
diabetes. Setelah urine diketahui mengandung gula pereduksi, msks test lebih lanjut
diperlukan untuk memastikan jenis gula pereduksi yang terdapat dalam urine.

Anda mungkin juga menyukai