DISUSUN OLEH:
Dengan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Kami panjatkan puja dan puji syukur
atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah ilmu
biomedik dasar pengukuran glukosa dalam urine. Laporan praktikum ini telah kami
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan Laporan praktikum ini.
Oleh karena itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah case study ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
1. Tabung Reaksi
2. Penjepit Tabung
3. Korek
4. Lampu Spiritus
5. Pipet
6. Gelas Ukur
Bahan:
1. Urin
2. Reagen Benedict
3. Urin pembanding
2.2 Cara Kerja
1. Mengambil tabung reaksi dan mengisi 2-3 ml reagen Benedict
3.2 Pembahasan
Pada praktikum dilakukan pemeriksaan kadar glikosa dalam urin dengan uji
benedict. Uji benedict adalah salah satu uji kimia yang digunakan untuk mengetahui
adanya kandungan gula atau karbohidrat pereduksi. Jenis gula yang termasuk pereduksi
meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa jenis disakarida, termasuk salah
satunya seperti laktosa dan maltosa. Larutan benedict mengandung ion-ion tembaga (II)
yang kompleks di dalam sebuah larutan basa.
Pengukuran glukosa di dalam urin didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi.
Glukosa sebagai aldehida mempunyai sifat sebagai reduktor, maka bila ada
senyawa/reagen yang bersifat mudah menerima electron seperti Cu2+ (dari CuSO4)
akan terjadi reaksi oksidasi reduksi. Cu2+ direduksi menjadi Cu+ (dalam bentuk
endapan Cu2O yang berwarna merah bata), sedangkan glukosanya dioksidasi menjadi
asam glukonat. Sebagai indikator dalam reaksi ini bila reaksinya positif adalah
terbentuknya endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Warna yang terjadi tergantung
dari banyaknya endapan Cu2O yang berbaur warna dengan warna CuSO4 yang
warnanya biru. Bila endapan Cu2Onya sedikit warna yang timbul merupakan campuran
sedikit warna merah bata dan biru hijau, dikatakan positif 1 (+). Makin banyak warna
merah batanya warna campuran kuning, dikatakan positif 2 (++) dan bila glukosanya
banyak, endapan merah batanya making banyak sedangkan CuSO4 hampir habis
(karena telah berubah menjadi Cu2O) sehingga yang terlihat adalah endapan merah bata
dan dikatakan positif 3 (+++). Dalam percobaan kali ini yang digunakan adalah metode
Benedict.
Dari praktikum diketahui adanya reaksi yang berbeda terhadap ke-3 sample
tersebut. Pada sampel A setelah dilakukan langkah-langkah cara kerja tidak ada indikasi
adanya perubahan warna sehingga dapat kita simpulkan bahwa sampel A memiliki
penilian ( - ) neutral yang memiliki kadar gula 0 % atau negative diabetes. Pada sample
S dilakukan cara kerja yang sama menghasilkan warna biru kehijuan yang
mengindikasikan bahwa sample S memiliki penilian ( + ) postif 1 yang memiliki kadar
gula sebanyak 0,6 - 1 % atau berpotensi diabetes. Terakhir sampel P menggunakan
proses percobaan yang sama hasil yang dihasilkan adalah ( + + ) postif 2 yang memiliki
kadar gula 2,6 - 3,5 % atau diabetes.
Uji benedict dilakukan pada urin untuk menjadi adanya glukosa dalam urine.
Glukosa yang ada di dalam urin dapat menjadi salah satu indikasi adanya penyakit
diabetes. Setelah urine diketahui mengandung gula pereduksi, msks test lebih lanjut
diperlukan untuk memastikan jenis gula pereduksi yang terdapat dalam urine.