DOSEN PEMBIMBING :
KELAS : 1 C
KELOMPOK 3 DAN 4 :
NI LUH IKA AYU LESTARI (P07134019148) IDA AYU KRISNA DWIPAYANTI (P07134019145)
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Yosefa Sastriani
P07134019111
B. Tujuan :
Untuk mengetahui kemampuan bahan kimia desinfektan atau antiseptic dibandingkan
dengan fenol dalam membunuh bakteri.
C. Dasar Teori :
Koefisien Fenol adalah bilangan pecahan yang menunjukkan perbandingan kekuatan
daya bunuh dari desinfektan dibaningkan dengan kekuatan daya bunuh dari fenol sebagai
pembanding dalam kondisi yang sama, yaitu jenis bakteri yang sama dan dan waktu kontak
yang sama (Collier, 1998).
Tujuan menghitung koefisien fenol adalah menentukan daya hambat suatu sediaan
yang berpotensi sebagai antiseptik atau desinfektan, dengan membandingkannya terhadap
standar fenol (koefisien fenol). Uji koefisien fenol merupakan uji yang digunakan untuk
membandingkan aktifitas antimicrobial suatu senyawa kimia dibandingkan dengan fenol
pada kondisi yang standar. Sejumlah pengenceran seri dari bahan kimia yang akan di uji
dilakukan dengan pembanding fenol murni yang dilakukan pada tabung reaksi steril (Rahayu,
2010).
Senyawa golongan fenol dan fenol terhalogenasi yang telah banyak dipakai antara
lain fenol (asam karbolik), kresol, para kloro kresol dan para kloro xylenol. Golongan ini
berdaya aksi dengan cara denaturasi dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum
digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1-5%. Aplikasi proses desinfeksi dilakukan
untuk virus, spora tetapi tidak baik digunakan untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram
positif dan ragi. Umum digunakan sebagai dalam proses desinfeksi di bak mandi, permukaan
dan lantai, serta dinding atau peralatan yang terbuat dari papan/kayu.Adapun keunggulan
golongan fenol adalah sifatnya yang stabil, persisten, dan ramah terhadap beberapa jenis
material, sedangkan kerugiannya antara lain susah terbiodegradasi, bersifat racun, dan
korosif (Pankey, 2014).
Untuk menentukan kualitas desinfektan yaitu dengan menentukan daya bunuh
desinfektan terhadap kuman adalah dengan menggunakan metode koefisien fenol. Fenol
adalah jenis desinfektan yang paling kuno dan karena kekuatannya telah diketahui maka
kualitas desinfektan selalu dibandingkan dengan fenol. Fenol dengan kadar 0,2 persen
bersifat bakteriostatik yakni menahan pertumbuhan bakteri, sedangkan fenol 1% bersifat
mematikan bakteri atau bakterisid. Koefisien fenol adalah bilangan pecahan yang
menunjukkan perbandingan kekuatan daya bunuh dari desinfektan dibaningkan dengan
kekuatan daya bunuh dari fenol sebagai pembanding dalam kondisi yang sama, yaitu jenis
bakteri yang sama dan dan waktu kontak yang sama. Waktu untuk menguji antibiotika adalah
18-24 jam, sedangkan untuk mata tidak mungkin selama itu. Oleh karena itu, digunakan
waktu tertentu dengan metode kontak secara konvensional, waktu yang paling cepat adalah
2,5 menit, paling lama 15 menit. Kekuatan fenol untuk menguji desinfektan adalah tidak
lebih besar dari 5% (Collier, 1998).
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki
sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya.
Pengeluaran ion tersebut menjadikan anionfenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam
air. Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini
dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+.
Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan
ini diakibatkan pelengkapan orbital, antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem
aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan
anionnya (Collier, 1998).
Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister
saat mempraktikkan pembedahan antiseptik.Fenol merupakan komponen utama pada
anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga
merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik
(Collier, 1998).
Fenol adalah zat pembaku daya antiseptik obat lain sehingga daya antiseptik
dinyatakan dalam koefesien fenol. Mekanisme kerja fenol sebagai desinfektan berada dalam
kadar 0,01% - 1% di mana fenol bersifat bakteriostatik. Larutan fenol dengan kadar1,6%
bersifat bakterisid yang dapat mengadakan koagulasi protein. Ikatan protein dengan fenol
mudah lepas sehingga fenol dapat berpenetrasi ke dalam kulit utuh. Larutan fenol dengan
kadar 1,3% bersifat fungisid yang berguna untuk sterilisasi ekskreta dan alat kedokteran.
Mekanisme kerja dari fenol adalah interaksi antara senyawa fenol dengan sel bakteri melalui
proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah, fenol akan terbentuk
kompleks protein fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami peruraian, diikuti
penetrasi fenol ke dalam sel bakteri dan menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein.
Pada kadar tinggi, fenol akan menyebabkan koagula siprotein sel bakteri dan membran
sitoplasma mengalami lisis (Ganiswarna, 1995).
Angka yang digunakan dalam koefisien menggambarkan kemampuan bahan kimia
desinfektan atau antiseptic dibandingkan dengan fenol. Bila nilai koefisien fenol lebih besar
dari pada satu (1) menandakan bahwa bahan kimia yang dipergunakan lebih efektif dari pada
fenol. Untuk menentukan nilai koefisien fenol dilakukan sebagai berikut: dibuat beberapa
pengenceran fenol kemudian dicampur dengan bakteri-bakteri Staphylococcus aureus dan
Salmonella typhi, kemudian dilihat pada pengenceran mana fenol tersebut dapat membunuh
bakteri-bakteri tersebut dalam waktu 10 menit, tapi tidak terbunuh dalam waktu 5 menit.
Makin besar koefisien fenol suatu desinfektan berarti makin manjurlah desinfektan
tersebut. Desinfektan yang dijual di toko-toko itu lebih ditentukan konsentrasinya, sehingga
pemakai tidak perlu rebut-ribut mengujinya lagi.
E. Cara kerja :
a. Buat pengenceran fenol : 1:70 ; 1:80 ; 1:90 ; 1:100 (dalam tabung reaksi: 1ml fenol, 69ml
aquadest steril=1:70 dan seterusnya)
b. Buat pengenceran desinfektan/bahan kimia 1:300 ; 1:400 ; 1:500 ; 1:600 (dalam tabung
reaksi: 1ml desinfektan/bahan kimia, 299ml aquadest steril=1:300 dan seterusnya)
c. Buat formulasi bakteri : koloni bakteri + aquadest steril secukupnya (sesuai kebutuhan)
d. Langkah kerja :
1. Masukkan formulasi bakteri kedalam tabung reaksi yang berisi pengenceran fenol dan
pengenceran desinfektan/bahan kimia (dengan perhitungan waktu agar tidak lebih
dari 5 menit) dengan volume 0,5 ml
2. Cawan petri yang berisi nutrient agar diberi kode pengenceran untuk fenol dan
desinfektan/bahan kimia
3. Setelah 5 menit setiap pengenceran ditanam, pada nutrient agar padat dengan ose
(digoreskan)
4. Setelah 10 menit lakukan langkah nomor 3
5. Setelah semua ditanam kemudian diinkubasi pada incubator selama 48 jam dengan
suhu 37oC
6. Lihat masing-masing waktu dan pengenceran tentang pertumbuhan bakterinya
7. Hitung nilai koefisien fenolnya dengan rumus:
Mati terakhir waktu 10 menit desinfektan
Mati terakhir waktu 10 menit fenol
F. Hasil Pengamatan
Data 2 :
Pengenceran
Phenol
1:70 1:80 1:90 1:100
5 menit + + + +
10 menit - - - -
Desinfektan :
1:300 1.400 1:500 1:600
WIPOL
5 menit + + + +
10 menit - - - -
= 1 : 600
1 : 100
= 0,16
Maka, nilai koefisien fenol dari data diatas adalah (1:600) : (1:100) = 0,16.
G. Pembahasan
Praktikum kali ini berjudul ‘Koefisien Fenol’ yang bertujuan untuk menentukan daya
hambat suatu sediaan yang berpotensi sebagai antiseptik atau desinfektan, dengan
membandingkannya terhadap standar fenol atau disebut juga koefisien fenol. Uji koefisien
fenol merupakan uji yang digunakan untuk membandingkan aktifitas antimicrobial suatu
senyawa kimia dibandingkan dengan fenol pada kondisi yang standar. Sejumlah pengenceran
seri dari bahan kimia yang akan di uji dilakukan dengan pembanding fenol murni yang
dilakukan pada tabung reaksi steril (Rahayu, 2010).
Fenol adalah zat pembaku daya antiseptik obat lain sehingga daya antiseptik
dinyatakan dalam koefesien fenol. Mekanisme kerja fenol sebagai desinfektan berada dalam
kadar 0,01% - 1% di mana fenol bersifat bakteriostatik. Larutan fenol dengan kadar1,6%
bersifat bakterisid yang dapat mengadakan koagulasi protein. Ikatan protein dengan fenol
mudah lepas sehingga fenol dapat berpenetrasi ke dalam kulit utuh. Larutan fenol dengan
kadar 1,3% bersifat fungisid yang berguna untuk sterilisasi ekskreta dan alat kedokteran.
Mekanisme kerja dari fenol adalah interaksi antara senyawa fenol dengan sel bakteri melalui
proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah, fenol akan terbentuk
kompleks protein fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami peruraian, diikuti
penetrasi fenol ke dalam sel bakteri dan menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein.
Pada kadar tinggi, fenol akan menyebabkan koagula siprotein sel bakteri dan membran
sitoplasma mengalami lisis (Ganiswarna, 1995).
Dalam praktikum ini didapat hasil angka koefisien fenol adalah 0,16 yang diperoleh
dari hasil perhitungan pengenceran tertinggi larutan bahan uji yang mematikan dalam waktu
10 menit, tetapi tidak mematikan dalam 5 menit dibagi dengan pengenceran tertinggi larutan
bahan uji yang mematikan dalam waktu 10 menit, tetapi tidak mematikan dalam 5 menit. Hal
ini menandakan bahwa desinfektan pada data ini kurang atau belum efektif dibandingkan
fenol dan tidak ampuh membunuh bakteri.
Persyaratan koefesien fenol adalah jika didapat nilai koefesien fenol antara 0,05
sampai 1, maka zat kimia uji adalah antiseptik atau desinfektan yang kurang efektif,
sedangkan jika nilai yang diperoleh lebih besar dari 1, maka zat kimia uji adalah antiseptik
atau desinfektan yang efektif (Setiawan, 2013)
H. Kesimpulan
Fenol merupakan zat pembaku daya antiseptik obat lain sehingga daya antiseptik
dinyatakan dengan koefisien fenol.
Koefisien fenol ini digunakan untuk menguji desinfektan, koefisien fenol ini juga
digunakan untuk menguji efisiensi kemampuan desinfektan tersebut membunuh jamur, untuk
menentukan nilai germisidal atau kemampuannya untuk membunuh jamur pada suatu
senyawa murni, serta untuk menghitung nilai antiseptik.
Dari nilai koefisien yang diperoleh (0,16 < 1), dapat disimpulkan bahwa desinfektan
pada data ini kurang atau belum efektif dibandingkan fenol dan tidak ampuh membunuh
bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Gutama, Pria; Amelia Suci P; Nur Alfi K.D, dkk. 2015. PENENTUAN DAYA HAMBAT DARI
SUATU SEDIAAN YANG SEBAGAI ANTISEPTIK ATAU DESINFEKTAN TERHADAP
BAKTERI UJI. [online]. Tersedia: https://www.academia.edu/12294629/Koefisien_Fenol
Heriani, Nia; Wahyuni Udin; Cindy Radikasari. 2016. UJI KOEFISIEN FENOL. [online].
Tersedia: https://www.academia.edu/31916960/Uji_koefisien_fenol
Ramli, Nurmiati. 2012. Uji MIC dan Koefisien Fenol. [online]. Tersedia:
https://www.academia.edu/9272432/uji_koefisien_fenol