Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum Nama/Nim : Gilang Kusuma Putra/J3L218190

Kimia Lingkungan Kelas/Kel : B2/A


Hari/Tanggal : Kamis/ 16 April 2020
PJP : Armi wulanawati, M.Si.
Asisten : Felah Nur Asih, S.Si.

EKSTRAKSI DAN ANALISIS FENOL DALAM SAMPEL TANAH DARI


BAWAH POHON, BENGKEL, INDUSTRI, PEMBAKARAN SAMPAH, DAN
PINGGIR JALAN MENGGUNAKAN METODE STANDAR ADISI DENGAN
SPEKTROFOTOMETER

Prinsip Percobaan
Pesatnya perkembangan teknologi selalu dihadapkan dengan masalah
pencemaran lingkungan, hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya jumlah limbah
yang dihasilkan. Bentuk dan sifat dari limbah itu sendiri juga semakin meningkat
sesuai dengan jenis limbah yang dihasilkan dari proses industri atau bahkan bahan-
bahan lainnya yang dapat menjadi pencemar untuk tanah. Limbah yang dihasilkan
mempunyai potensi yang dapat membahayakan masyarakat dan linkungan seperti
limbah yang mengandung fenol. Fenol merupakan senyawa organik yang bersifat
toksik, senyawa ini merupakan polutan yang bersifat persisten. Fenol sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan, oleh karena itu pembuangan
limbah kelingkungan sangat berbahaya (Prayitno dan Sopiah 2016). Kadar fenol
dalam tanah perlu diketahui secara pasti, agar tidak membahayakan beberapa
makhluk hidup. Penetapan kadar fenol dalam tanah dilakukan dengan dua tahapan,
yaitu ekstraksi dari sampel tanah dan analisis kuantitatif dengan spektrofotometer
UV-Vis.
Ekstraksi didasarkan pada prinsip like dissolves like yaitu senyawa polar akan
mudah larut dalam pelarut polar, dan senyawa non polar akan larut pada senyawa non
polar (Hermansyah 2015). Penetapan kadar fenol dilakukan dengan reagen Folin
Ciocalteu. Prinsip dari metode tersebut yaitu terbentuknya senyawa kompleks
berwarna biru yang dapat diukur pada panjang gelombang 765 nm. Pereaksi ini
mengoksidasi fenolat (garam alkali) atau gugus fenolik-hidroksi mereduksi asam
heteropoli (fosfomolibdat-fosfotungstat) yang terdapat dalam pereaksi Folin
Ciocalteau menjadi suatu kompleks molibdenum-tungsten (Alfian dan Susanti 2012).
Senyawa kompleks yang terbentuk tersebut dapat diukur serapannya dengan alat
spektrofotometer yang didasarkan pada hukum Lambert-Beer, yaitu seberkas sinar
dilewatkan suatu larutan pada panjang gelombang tertentu, sehingga sinar tersebut
sebagian ada yang diteruskan dan sebagian lainnya diserap oleh larutan (Wirano dan
Syamsudin 2013).

Prosedur
Estraksi fenol dilakukan dengan cara tanah ditimbang sebanyak 1 gram dan
dimasukkan ke dalam botol gelas tertutup. Pelarut etanol:air (60:40 5v/v) dimasukkan
ke dalam botol yang sudah berisi tanah. Campuran kemudian diekstraksi dengan cara
dikocok selama 30 menit. Campuran yang telah diektraksi disaring dan diekstraksi
kembali dengan pelarut yang sama. Filtrat hasil penyaringan dikumpulkan di dalam
satu erlenmeyer.
Analisis fenol dilakukan dengan cara ekstrak dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berisi 2 ml etanol 96%. Campuran tersebut ditambahkan akuades
sebanyak 5 mL dan reagen Folin-Ciocalteu (50% v/v) sebanyak 0,5 mL, kemudian
didiamkan selama 5 menit. Campuran yang sudah dididamkan ditambahkan dengan 1
mL larutan natrium karbonat (5%b/v) dan dihomogenkan, kemudian di vorteks dan
diinkubasi pada suhu ruang selama 1 jam dalam kondisi tanpa cahaya. Kandungan
fenol diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 725 nm,
Standar dibuat dari asam galat dengan konsentrasi 0, 10, 20, 30, 40, 50, 60, dan 70
ppm. Larutan standar dibuat dan diperlakukan sama seperti sampel. Standar yang
sudah dibuat diukur serapannya dengan spektrofotometer.

Hasil dan Pembahasan


Fenol dikenal sebagai senyawa organik aromatik dengan gugus fungsinya
yaitu hidroksi (OH). Perbedaan alkohol dan fenol yaitu gugus OH pada senyawa
alkohol terikat pada atom karbon tetrahedral, sedangkan pada fenol gugus OH terikat
pada karbon cincin aromatik, dengan struktur fenol sebagai berikut:

Gambar 1 Struktur umum fenol (Fauziah 2016)

Fenol memiliki sifat toksik bagi makhluk hidup. Sesuai dengan struktur, fenol dapat
membentuk suatu anion fenoksida dengan melepasakan ion H dari gugus OH- ketika
bereaksi dengan logam hidrida maupun suatu basa. Fenol lebih bersifat asam (asam
karbolat) dibanding dengan alkohol karena anion fenoksida distabilkan oleh adanya
resonansi pada inti benzene sehingga berpengaruh pada nilai pKa yang lebih besar
dari alkohol. Fenol memiliki sifat beracun (toksik) pada jaringan hewan dan berbau
sangat menyengat. Fenol juga sulit didegradasi oleh organisme pengurai
(decomposer) sehingga dapat masuk dengan mudah ke dalam tubuh manusia melalui
pencernaan dan pernapasan (Koirewoa dan Raunsay 2016).
Ekstraksi merupakan pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut.Tujuan ekstraksi bahan alam yaitu untuk menarik komponen
kimia yang terdapat dalam suatu bahan alam yang didasarkan pada prinsip
perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut dimulai dari lapisan antar muka
kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Proses ekstraksi yang terjadi, pelarut
akan berdisfusi kedalam sel dan selanjutnya zat aktif akan larut ke dalam pelarut,
sehingga akan dicapai kesetimbangan anatar solut dan solven. Keuntungan metode
ekstraksi yaitu dapat diaplikasikan dalam sampel dengan jumlah sedikit, prosesnya
mudah, dan alat yang digunakan sederhana. Pelarut yang digunkan dalam proses
ekstrak adalah pelarut optimal yang dapat mencari senyawa aktif atau berkhasiat,
sehingga senyawa tersebut dapat terpisah dari bahan atau kandungan lainnya. Pelarut
yang dipilih adalah pelarut yang biasa melarutkan hampir semua metabolit sekunder
yang terkandung. Pelarut yang sering digunakan untuk mengekstraksi senyawa
fenolik anatara lain metanol, etanol, aseton, dan etil asetat. Perbedaan kepolaran
pelarut sangat mempengaruhi kemampuan pelarut untuk menarik suatu zat aktif.
Beberapa jenis senyawa aktif yang ada di dalam simplisia yaitu alkaloid, flavonoid,
dan minyak atsiri (Wijayanti 2016).
Proses ekstraksi dipengaruhi oleh lama ekstraksi, suhu dan jenis pelarut yang
digunakan. Semakin lama waktu yang digunakan dan semakin tinggi suhu maka
semakin sempurna proses ekstraksi, semakin dekat tingkat kepolaran pelarut dengan
komponen yang diekstrak, semakin sempurna proses ekstraksi. Metode ekstraksi
dapat dibedakan menjadi perkolasi, infundasi, ekstraksi berkesinambungan dan
maserasi. Maserasi adalah proses ekstraksi dengan cara merendam serbuk simplisia
dalam cairan penyari sehingga cairan penyari menembus dinding sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif kemudian zat aktif tersebut akan
terlarut, adanya perbedaan konsentrasi di dalam dan luar sel akan mengakibatkan
terjadinya pendesakan larutan pekat ke luar sel. Maserasi termasuk ekstraksi dengan
prinsip pencapaian kesetimbangan konsentrasi. Metode maserasi dapat dimodifikasi
menjadi metode remaserasi, yaitu cairan penyari dibagi menjadi dua kemudian
seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari pertama, lalu serbuk
diperas dan penyari pertama disimpan selanjutnya dilakukan maserasi kembali
dengan cairan penyari yang kedua, atau merupakan pengulangan penambahan pelarut
setelah dilakukan penyaring maserat pertama dan sterusnya (Wijayanti 2016).
Sampling tanah dilakukan pada beberapa tempat yang berbeda yaitu tanah
yang berada dibawah pohon, tempat pembakaran sampah, tempat industri, di
sekitaran bengkel, dan di pinggir jalan yang banyak dilalui kendaraan. Tempat
tersebut di jadikan sebagai tempat sampling tanah karena dimungkinkan tanah
tersebut mengandung senyawa fenol. Tanah yang disampling harus dalam keadaan
kering, jika tanah masih lembab atau basah tanah harus dikeringkan sampai benar-
benar kering, sebab tanah yang belum kering atau lembab akan mengandung banyak
air, sehingga air tersebut dapat mempengaruhi hasil ektraksi tersebut, selain air
terdapat juga unsur hara dalam tanah yang masih basih atau lembab, unsur hara
tersebut dapat ikut teranalisis jika kondisi tanahnya masih basah, sehingga dapat
mengganggu hasil ekstraksinya. Sampling tanah dilakukan pada masing-masing
tempat yang telah ditentukan, kemudian tanah digali dengan kedalaman sekitar 10-15
cm agar tidak terlalu banyak bahan-bahan pengganggu dalam tanah seperti batu,
kerikil taupun sampah.Tanah yang sudah disampling kemudain dikeringkan dan
disaring. Penyaringan tersebut berfungsi untuk memperoleh ukuran partikel yang
seragam dan homogen, agar tanah lebih mudah diekstraksi.
Percobaan ekstraksi fenol dilakukan dengan cara tanah yang sudah disaring
dimasukkan ke dalam botol gelas dan ditambahkan dengan campuran pelarut
etanol:air (60:40%v/v). Campuran pelarut etanol:air (60:40%v/v) digunakan karena
senyawa fenol dapat larut dalam pelarut etanol namun sedikit larut dalam air, tetapi
bila kedua pearut tersebut digabungkan dapat meningkatkan kepolaran dari campuran
pelarut tersebut, hal ini dapat mempengaruhi porolehan hasil dari ekstraksi tersebut,
jika suatu pelarut semakin polar maka senyawa fenol atau fenolik dapat terekstrak
lebih banyak. Campuran tersebut diekstraksi selama 30 menit dengan pengadukan
atau pengocokan yang konstan. Pengangdukan atau pengocokan tersebut bertujuan
mempercepat dan memperluas interaksi antara pelarut dengan senyawa yang akan
diekstrak. Campuran tersebut disaring dan diambil filtratnya, kemudian diekstraksi
ulang menggunakan pelarut yang sama. Pengulangan tersebut bertujuan mengekstraks
kembali senyawa fenol yang belum terekstrak sempurna oleh pelarut pada ulangan
yang pertama, sehingga senyawa fenol dapat terekstrak lebih banyak.
Kandungan fenolik total dalam suatu sampel dapat diukur secara kolorimetri
dengan metode Folin-Cioacalteu dan dinyatakan dengan massa ekivalen asam galat.
Pereaksi Folin-Ciocalteu merupakan suatu larutan kompleks yang terbentuk dari asam
fosfomolibdat dan asam heteropoli fosfotungstat. Pereaksi ini terbuat dari air, natrium
tungstat, natrium molibdat, asam fosfat, asam klorida, litium, sulfat, dan bromin.
Metode folin-Ciocalteu merupakan metode yang sederhana, sensitif dan teliti. Metode
ini terjadi dalam suasana basa sehingga dalam penentuan kadar fenolik dengan
pereaksi Folin-Ciocalteu digunakan natrium karbonat yang bertujuan untuk
membentuk suasana basa. Prinsip dasar untuk metode ini adalah oksidasi gugus
fenolik-hidroksil. Pereaksi Folin-Ciocalteu mengoksidasi fenolat serta mereduksi
asam heteropoli menjadi suatu kompleks molybdeum-tungsten (Mo-W). Selama
reaksi berlangsung, gugus fenolik-hidroksil akan bereaksi dengan pereaksi Folin-
Ciocalteu membentuk kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat berwarna biru.Warna
biru yang dihasilkan dari reaksi ini akan semakin pekat setara dengan konsentrasi
senyawa fenolik yang terdapat pada larutan uji dan memiliki serapan kuat pada
panjang gelombang 725 nm (Kate 2014).
Percobaan penentuan fenol dilakukan dengan cara hasil ekstrak ditambahkan
dengan etanol 96%, penambahan tersebut berujuan melarutkan senyawa fenol.
Akuades ditambahkan ke dalam larutan tersebut dan juga ditambahkan dengan
pereaksi Folin Ciocalteu (5%v/v) serta ditambahkan juga natrium karbonat.
Penambahan tersebut akan menyebabkan reaksi oksidasi dan reduksi dalam suasana
basa yaitu senyawa fenolik akan mengalami oksidasi membentuk ion fenolat,
sedangkan pereaksi Folin Ciocalteu akan tereduksi membentuk kompleks
fosfotungstat-fosfomolibdat dan pada akhirnya akan membentuk kompleks
molybdenum-tungsten yang berwarna biru, semakin pekat warna biru yang terbentuk,
maka semakin banyak kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat yang tereduksi.
Senyawa fenolik bereaksi dengan reagen Folin-Ciocalteu hanya dalam suasana basa
agar terjadi disosiasi proton pada senyawa fenolik menjadi ion fenolat, sehingga
ditambahkan larutan Na2CO3 (Ahmad et al. 2015). Campuran tersebut setelah
ditambahkan pereaksi kemudian divorteks, hal tersebut bertujuan menghomogenkan
campuran tersebut dan didiamkan beberapa menit agar pereaksi Folin-Ciocalteu
menjadi stabil dan tidak berubah bentuk atau struktur. Campuran tersebut kemudian
diinkubasi selama 1 jam ditempat gelap dan setiap wadah campuran tersebut ditutup
dengan alumunium foil. Penutupan dengan alumunium foil tersebut berfungsi untuk
menjaga senyawa fenol dari cahaya matahari agar tidak teroksidasi, sedangkan
inkubasi ditempat gelap bertujuan menyempurnakan reaksi yang terjadi dan
menghindari paparan cahaya matahari agar tidak menggangu reaksi yang terjadi.
Warna biru yang terbentuk tersebut dapat diukur absorbansinya dengan
spektofotometer pada panjang gelombang 725 nm, dengan reaksi yang berlangsung
sebagai berikut:

Gambar 2 Reaksi senyawa fenol dengan reagen Follin-Ciocalteu (Kate 2014)

Asam galat sering digunakan dalam banyak penelitian terkait penetapan


kandungan fenolik total sebagai ekivalen terhadap kandungan fenolik total bahan
tumbuhan yang diuji. Alasan penggunaan asam galat sebagai standar dalam
penetapan kandungan fenolik total yaitu karena asam galat terbentuk dari 3-
dehydroshikimic acid pada jalur sikimat yang melalui seragkaian tahapan reaksi
kimia hingga diperoleh asam amino aromatik yaitu L-phenylalanine, L-tyrosine yang
merupakan bentuk dari struktur dasar yang ditemukan pada cinamic acid coumarins,
lignans dan flavonoids. Asam galat banyak digunakan sebagai standar karena stabil
dan dapat diperoleh dalam bentuk yang murni, serta harganya relativ murah
dibandingkan dengan jenis senyawa standar yang lain. Kurva baku sebagai standar
untuk menentukan Total Phenolic Content (TPC) ekstrak dinyatakan dalam ekuivalen
asam galat (GAE) (Bakri 2015). Struktur asam galat sebagai berikut:

Gambar 3 Struktur asam galat (Junaidi dan Anwar 2018)

Larutan standar dibuat terlebih dahulu dengan mengencerkan larutan asam


galat 100 ppm ke beberapa konsentrasi untuk dijadikan sebagai kurva kalibrasi yaitu
0, 10, 20, 30, 40, 50, 60, dan 70 ppm. Pembuatan larutan standar tersebut bertujuan
menentukan regresi linear dan persamaan garis untuk dapat menghitung kadar
senyawa fenol dalam tanah. Pembuatan larutan standar dilakukan sama dengan
sampel seperti dalam penambahan pereaksi atau reagennya lalu diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 725 nm berdasarkan
warna yang terbentuk, reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Gambar 4 Reaksi asam galat dengan Follin-Ciocalteu (Wijayanti 2016)

Larutan standar yang telah diukur serapannya dengan spektrofotometer dapat


dibuat kurva kalibrasinya. Kurva tersebut dibuat dari beberapa konsentrasi standar
asam galat dan serapannya, sehingga dapat dibuat grafik antara absorbansi dengan
konsentrasi larutan. Hasil yang diperoleh dari pengukuran standar tersebut harus
menunjukkan grafik yang linier, agar penentuan kadar fenol dalam tanah
mendapatkan hasil yang lebih akurat. Grafik tersebut menunjukkan bahwa kenaikkan
konsentrasi berbanding lurus dengan absorbansinya, sehingga diperoleh nilai r
sebesar 0,9939. Nilai r yang mendekati sati menunjukkan kurva yang dibuat semakin
baik, sehingga persamaan garis yang dihasilkan dapat dihunakan untuk perhitungan
konsentrasi sampel. Persamaan garis yang diperoleh dari hasil pengukuran yaitu y
¿−0,0177+(8,34 x 10−3) x , dengan kurva kalibrasi sebagai berikut:

Kurva kalibrasi
0.6
0.5 f(x) = 0.01 x − 0.02
R² = 0.99
Absorbansi (A)

0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Konsentras Asam galat (ppm)

Gambar 5 Kurva kalibrasi


Kurva kalibrasi tersebut menunjukkan hasil yang sesuai dengan hukum Labert
Beer, bahwa nilai absorbansi yang didapatkan berbanding lurus dengan konsentrasi
larutan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbansi meliputi jenis pelarut,
pH larutan, suhu, konsentrasi larutan yang tinggi, dan adanya zat pengganggu.
Pengaruh-pengaruh tersebut harus diketahui, kondisi analisis harus dipilih sedemikian
rupa hingga absorbansinya tidak dipengaruhi sedikitpun. Kebersihan juga akan
mempengaruhi absorbansi termasuk bekas jari, pada dinding kuvet harus dibersihkan
dengan tissue dan hanya memegang bagian buram dan diatas kuvet sebelum kuvet
dimasukkan pada alata spektrofotometer UV-VIS untuk pengukuran absorbansi dari
suatu larutan. Selain itu, pemilihan pelarut dalam proses pengenceran dalalm
persiapan sampel juga harus diperhatikan pada metode spektrofotometer UV-VIS
(Charliana 2016). Hasil penentuan kadar fenol dalam bebagai sampel tanah sebagai
berikut:

Tabel 1 Penentuan kadar fenol


Sampel Fenol (mg/g)
Bawah pohon -0,0357
Pinggir jalan -0,0580
Industri -0,0275
Bengkel -0,0291
Tempat sampah -0,0261

Berdasarkan percobaan diperoleh hasil seperti Tabel 1, bahwa setiap sampel


tanah memiliki kandungan fenol yang berbeda-beda. Hasil fenol yang minus
dimungkinkan karena didalam sampel tanah tersebut tidak mengandung fenol,
sehingga kadar yang diperoleh minus. Kadar yang diperoleh tersebut juga tidak dapat
dijadikan acuan karena dalam percobaan tidak dilakukan optimasi suhu inkubasi dan
panjang gelombang, serta metode ini harus divalidasi terlebih dahulu agar lebih
akurat. Penentuan kadar fenol dilakukan dengan metode standar adisi, hal ini
dikarenakan senyawa fenol yang terkandung dalam tanah memiliki konsentrasi yang
rendah dan untuk meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh galat matriks.
Keberadaan fenol pada manusia dan lingkungan sangat berbahaya. Melalui berbagai
aktivitas manusia, fenol dapat terakumulasi dalam tubuh, sehingga dapat mengganggu
tubuh. Efek toksik fenol ialah menyerang otak, paru-paru, ginjal, liver, pankreas dan
limpa. Senyawa ini dapat dikatakan aman bagi lingkungan jika konsentrasinya
berkisar antara 0,5-1 mg/L sesuai dengan KEP No. 51/MENLH/10/1995 (Fauziah
2016).

Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kadar fenol dalam sampel tanah di
bawah pohon, pinggir jalan, industri, bengkel, dan tempat sampah berturut-turut
sebesar -0,0357, -0,0580, -0,0275, -0,0291, dan -0,0261 (mg/g).

Daftar Pustaka
Ahmad AR, Juwita, Ratulangi SAD, Malik A. 2015. Penetapan kadar fenolik dan
flavonoid total ekstrak metanol buah dan daun patikala (Etlingera elatior (Jack)
R.M.SM). Pharm Sci Res. 2(1): 1 – 10.
Alfian R, Susanti H. 2012. Metanol kelopak bunga rosella merah (hibiscus sabdariffa
linn) dengan variasi tempat tumbuh secara spektrofotometri. Jurnal Ilmiah
Kefarmasian. 2(1): 73 – 80.
Bakri R. 2015. Uji kadar total flavonoid, fenolik, dan karotenoid ekstrak larut heksan
dan tidak larut heksan jintan hitam (Nigella sativa L.) [Skripsi]. Makasar (ID):
UIN Alauddin Makasar.
Fauziah S. 2016. Kemampuan isolat bakteri c1f (Klebsiella sp.) dalam menurunkan
kadar fenol pada limbah laboratorium kimia uin alauddin makassar [Skripsi].
Makasar (ID): UIN Alauddin Makasar.
Hermansyah MM. 2015. Ekstraksi senyawa fenol dari batang dan daun mangga
menggunakan pelarut metanol dengan metode maserasi dan Microwave
Asissted Extraction (MAE) [Skripsi]. Semarang (ID): Universitas Negeri
Semarang.
Junaidi E, Anwar YAS. 2018. Aktivitas antibakteri dan antioksidan asam galat dari
kulit buah lokal yang diproduksi dengan tanase. ALCHEMY Jurnal Penelitian
Kimia. 14(1): 131 – 142.
Kate DI. 2014. Penetapan kandungan fenolik total dan uji aktivitas antioksidan
dengan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-pikrilhydrazil) ekstrak metanolik umbi
bidara upas (Merremia mammosa (Lour) hallier f.) [Skripsi]. Yogyakarta (ID):
Universitas Sanata Dharma.
Koirewoa DC, Raunsay EK. 2016. Status pencemaran senyawa fenol pada beberapa
sumber air di distrik Jayapura Selatan Kota Jayapura. Novae Guinae Jurnal
Biologi. 8(2): 91 – 98.
Prayitno J, Sopiah N. 2016. Degradasi senyawa fenol oleh bakteri yang diisolasi dari
area pertambangan minyak bumi. Jurnal Teknologi Lingkungan. 17(2): 126 –
131.
Wiarano D, Syamsudin. 2013. Unjuk kerja spektrofotomer untuk analisa zat aktif
ketoprofen. Konversi. 2(2):57 – 65.
Wijayanti MN. 2016. Uji aktivitas antioksidan dan penetapan kadar fenolik total
ekstrak etanol buah buni (Antidesma bunius (L) Spreng) dengan metode 2,2-
diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) dan metode Folin-Ciocalteu [Skripsi].
Yogyakarta (ID): Universitas Sanata Dharma.

Lampiran
Lampiran 1 Larutan standar asam galat
[Asam galat] (mg/L) Absorbansi (A)
0 0,000
10 0,087
20 0,114
30 0,215
40 0,294
50 0,420
60 0,502
70 0,562
R = 0,9939 a= (-0,0177) b= 8,34 x 10-3
Persamaan garis y=a+bx
−3
y=−0,0177+(8,34 x 10 ) x
Contoh Perhitungan pengenceran
Asam galat 100ppm ke 10 ppm
C 1 ×V 1 =C2 ×V 2
100 ppm ×V 1=10 ppm ×50 ml
¿ 5 mL

Lampiran 2 Penentuan kadar fenol dalam berbagai sampel tanah


Sampel Ulangan Absorban (A) Konsentrasi (mg/g)
Bawah pohon 1 0,211 -0,0349
2 0,197 -0,0368
3 0,207 -0,0354
Rerata 0,205 -0,0357
Pinggir jalan 1 0,122 -0,0762
2 0,159 -0,0461
3 0,147 -0,0516
Rerata 0,143 -0,0580
Industri 1 0,352 -0,0269
2 0,311 -0,0281
3 0,327 -0,0276
Rerata 0,330 -0,0275
Bengkel 1 0,292 -0,0289
2 0,301 -0,0285
3 0,272 -0,0299
Rerata 0,288 -0,0291
Tempat sampah 1 0,369 -0,0264
2 0,401 -0,0258
3 0,392 -0,0260
Rerata 0,387 -0,0261
Reaksi:
Contoh perhitungan: Tempat sampah Ulangan 2

CS = 2 ppm, Vs = 1 mL, Sspike = 0,090

Ssampel
CA ¿ ¿
0,401
CA ¿¿
0,401 0,090
=
0,2CA 0,2 CA +0,08 ppm
0,0802 CA +0,03208 ppm=0,018CA
0,03208 ppm=0,018 CA−0,0802 CA
0,03208 ppm=(−0,0622 ) CA
CA =(−0,5158) ppm
mg
(−0,5158 ) ×5 mL × 10−3 ×10
L
Kadar fenol=
1g
Kadar fenol=−0,0258 mg/g

Keterangan:
Ssampel : Absorbansi sampel
Sspike : Absorbansi sampel + standar
CA : Konsentrasi sampel
CS : Konsentrasi standar
Vo : Volume sampel
Vs : Volume standar
Vf : volume labu takar

Anda mungkin juga menyukai