Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FARMAKOLOGI

“ANTISEPTIK DAN DESINFEKTAN”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6

Reyhan Sandyza Prima: 180101048

Yulia Fariza: 180101042

Widya Ayu Pratiwi: 180101039

Siti Sarah: 180101036

Nurul Fitri: 180101045

Edwar Sefentri: 180101046

DOSEN PEMBIMBING

Linda Elfia,S.ST.M.si

STIKES PIALA SAKTI PARIAMAN

PROGRAM S1 KEPERAWATAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan Taufik, Hidayah dan InayahNya kepada kita,
sehingga kita masih dapat menghirup nafas kaislaman sampai sekarang ini. Shalawat dan salam
semoga tercurah pada junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW yang telah berjuang dengan
semangatnya yang begitu mulia yang telah membawa kita dari jaman Jahilliyah kepada jaman
Islamiyah.

Dengan mengucap Alhamdulillah saya dapat menyusun makalah “Farmakologi Antiseptic dan
Desinfektan”.saya ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pembimbing dan tidak lupa teman-
teman yang senantiasa kami banggakan yang semoga kita selalu dalam lindungan Allah serta dapat
berjuang dijalan Allah SWT.

Saya menyadari tentunya makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu saya mohon saran dan kritik
yang sifatnya membangun tentunya. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih dan mohon maaf
apabila dalam penulisan masih terdapat kalimat-kalimat yang kurang dapat dipahami agar menjadi
maklum.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pariaman, Desember 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan
desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan
dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh
atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah
satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak
semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.

Bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat
menentukan efektivitas dan fungsi serta target mikroorganime yang akan dimatikan.
Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik (pemanasan) dan cara kimia
(penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara kimia, khususnya jenis-
jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya.

Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya
dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia
yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung
gugus -OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia
golongan halogen atau yang mengandung gugus -X; golongan fenol dan fenol
terhalogenasi, golongan garam ammonium kuarterner, golongan pengoksidasi, dan golongan
biguanida.

Telah dilakukan perbandingan koefisien fenol turunan aldehid (formalin dan


glutaraldehid) dan halogen (iodium dan hipoklorit) terhadap mikroorganisme Staphylococcus aureus
dan Salmonella typhi yang resisten terhadap ampisilin dengan tujuan untuk mengetahui
keefektifan dari disinfektan turunan aldehid dan halogen yang dibandingkan dengan fenol dengan
metode uji koefisien fenol

B.RUMUSAN MASALAH

1Pengertian Desinfektan?

2.Pengertian Antiseptik?

3.Macam-macam antiseptic dan desinfektan

C TUJUAN

Dalam makalah ini bertujuan agar lebih mengetahui pengertian dari desinfektan dan antiseptic, dan
mengetahui macam-macam dari desinfektan dan antiseptic.
A. Desinfektan

1. Pengertian Desinfektan

Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau
pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah
mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan digunakan untuk membunuh
mikroorganisme pada benda mati. Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara
fisik (pemanasan) dan cara kimia (penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan
kepada cara kimia, khususnya jenis-jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya.

Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya
dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia yang
mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung gugus -OH;
golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen atau yang
mengandung gugus -X; golongan fenol dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium
kuarterner, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida.

2. Golongan-Golongan Desinfektan

1) Golongan “aldehid”

Bahan kimia golongan aldehid yang umum digunakan antara lain formaldehid,
glutaraldehid danglioksal. Golongan aldehid ini bekerja dengan cara denaturasi dan umum
digunakan dalam campuran air dengan konsentrasi 0,5% . Daya aksi berada dalam kisaran jam,
tetapi untuk kasus formaldehid daya aksi akan semakin jelas dan kuat bila pelarut air diganti dengan
alkohol.Formaldehid pada konsentrasi di bawah 1,5% tidak dapat membunuh ragi dan jamur, dan
memiliki ambang batas konsentrasi kerja pada 0,5 mL/m3 atau 0,5 mg/L serta bersifat karsinogenik
(dapat menyebabkan kanker). Larutan formaldehid dengan konsentrasi 37% umum disebut formalin
dan biasa digunakan utuk pengawetan mayat.

Glutaraldehid memiliki daya aksi yang lebih efektif dibanding formaldehid, sehingga lebih
banyak dipilih dalam bidang virologi dan tidak berpotensi karsinogenik. Ambang batas konsentrasi
kerjaglutaraldehid adalah 0,1 mL/m3 atau 0,1 mg/L.

Pada prinsipnya golongan aldehid ini dapat digunakan dengan spektrum aplikasi yang luas,
misalkan formaldehid untuk membunuh mikroorganisme dalam ruangan, peralatan dan lantai,
sedangkan glutaraldehid untuk membunuh virus. Keunggulan golongan aldehid adalah sifatnya yang
stabil, persisten, dapat dibiodegradasi, dan cocok dengan beberapa material peralatan. Sedangkan
beberapa kerugiannya antara lain dapat mengakibatkan resistensi dari mikroorganisme,
untuk formaldehid diduga berpotensi bersifat karsinogen, berbahaya bagi kesehatan, mengakibatkan
iritasi pada sistem mukosa, aktivitas menurun dengan adanya protein serta berisiko menimbulkan
api dan ledaka

2) Golongan alcohol

Golongan alkohol merupakan bahan yang banyak digunakan selain golongan aldehid.
Beberapa bahan di antaranya adalah etanol, propanol dan isopropanol. Golongan alkohol bekerja
dengan mekanisme denaturasi serta berdaya aksi dalam rentang detik hingga menit dan untuk virus
diperlukan waktu di atas 30 menit. Umum dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70-90 %.

Golongan alkohol ini tidak efektif untuk bakteri berspora serta kurang efektif bagi virus non-
lipoid. Penggunaan pada proses desinfeksi adalah untuk permukaan yang kecil, tangan dan kulit.
Adapun keunggulan golongan alkohol ini adalah sifatnya yangn stabil, tidak merusak material, dapat
dibiodegradasi, kadang cocok untuk kulit dan hanya sedikit menurun aktivasinya bila berinteraksi
dengan protein . Sedangkan beberapa kerugiannya adalah berisiko tinggi terhadap api/ledakan dan
sangat cepat menguap.

3) Golongan pengoksidasi

Bahan kimia yang termasuk golongan pengoksidasi kuat dibagi ke dalam dua golongan
yakniperoksida dan peroksigen di antaranya adalah hidrogen peroksida, asam perasetik, kalium
peroksomono sulfat, natrium perborat, benzoil peroksida, kalium permanganat. Golongan ini
membunuh mikroorganisme dengan cara mengoksidasi dan umum dibuat dalam larutan air
berkonsentrasi 0,02 %. Daya aksi berada dalam rentang detik hingga menit, tetapi perlu 0,5 – 2 jam
untuk membunuh virus.

Pada prinsipnya golongan pengoksidasi dapat digunakan pada spektrum yang luas, misalkan
untuk proses desinfeksi permukaan dan sebagai sediaan cair. Kekurangan golongan ini terutama
oleh sifatnya yang tidak stabil, korosif, berisiko tinggi menimbulkan ledakan pada konsentrasi di atas
15 %, serta perlu penanganan khusus dalam hal pengemasan dan sistem distribusi/transpor.

4) Golongan “halogen”

Golongan halogen yang umum digunakan adalah berbasis iodium seperti larutan iodium,
iodofor, povidon iodium, sedangkan senyawa terhalogenasi adalah senyawa anorganik dan organik
yang mengandung gugus halogen terutama gugus klor, misalnya natrium hipoklorit, klor dioksida,
natrium klorit dan kloramin. Golongan ini berdaya aksi dengan cara oksidasi dalam rentang waktu
sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 1-5%. Aplikasi proses
desinfeksi dilakukan untuk mereduksi virus, tetapi tidak efektif untuk membunuh beberapa jenis
bakteri gram positif dan ragi.

Umum digunakan sebagai desinfektan pada pakaian, kolam renang, lumpur air selokan.
Adapun kekurangan dari golongan halogen dan senyawa terhalogenasi adalah sifatnya yang tidak
stabil, sulit terbiodegradasi, dan mengiritasi mukosa.

5) Golongan “fenol”

Senyawa golongan fenol dan fenol terhalogenasi yang telah banyak dipakai antara
lain fenol(asam karbolik), kresol, para kloro kresol dan para kloro xylenol. Golongan ini berdaya aksi
dengan cara denaturasi dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam
larutan air dengan konsentrasi 0,1-5%. Aplikasi proses desinfeksi dilakukan untuk virus, spora tetapi
tidak baik digunakan untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi. Umum
digunakan sebagai dalam proses desinfeksi di bak mandi, permukaan dan lantai, serta dinding atau
peralatan yang terbuat dari papan/kayu.
Adapun keunggulang dari golongan golongan fenol dan fenol terhalogenasi adalah sifatnya
yang stabil, persisten, dan ramah terhadap beberapa jenis material, sedangkan kerugiannya antara
lain susah terbiodegradasi, bersifat racun, dan korosif.

6) Golongan garam / amonium kuarterner

Beberapa bahan kimia yang terkenal dari golongan ini antara lain benzalkonium klorida,
bensatonium klorida, dan setilpiridinium klorida. Golongan ini berdaya aksi dengan cara aktif-
permukaan dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan
konsentrasi 0,1%-5%. Aplikasi untuk proses desinfeksi hanya untuk bakteri vegetatif, danlipovirus.
terutama untuk desinfeksi peralatannya.

Keunggulan dari golongan garam amonium kuarterner adalah ramah terhadap material,
tidak merusak kulit, tidak beracun, tidak berbau dan bersifat sebagai pengemulsi, tetapi ada
kekurangannya yakni hanya dapat terbiodegradasi sebagian. Kekurangan yang lain yang menonjol
adalah menjadi kurang efektif bila digunakan pada pakaian, spon, dan kain pel karena akan
terabsorpsi bahan tersebut serta menjadi tidak aktif bila bercampur dengan sabun, protein, asam
lemak dan senyawa fosfat.

Salah satu produk yang sudah dipasarkan dari golongan ini diklaim efektif untuk
membunuhparvovirus, di mana virus ini merupakan jenis virus hidrofilik yang sangat susah untuk
dimatikan dibandingkan virus lipofilik.

7) Golongan “biguanida”

Bahan kimia yang sudah digunakan dari golongan ini antara lain klorheksidin.
Klorheksidin terkenal karena sangat ampuh untuk antimikroba terutama jenis bakteri gram positif
dan beberapa jenis bakteri gram negatif. Klorheksidin sangat efektif dalam proses
desinfeksi Staphylococcus aureaus, Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa, tetapi kurang baik
untuk membunuh beberapa organisme gram negatif, spora, jamur terlebih virus serta sama sekali
tidak bisa membunuh Mycoplasma pulmonis.

3. sepuluh kriteria suatu desinfektan dikatakan ideal, yaitu :

1.Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar

2.Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan

Kelembaban

3.Tidak toksik pada hewan dan manusia

4.Tidak bersifat korosif

5.Tidak berwarna dan meninggalkan noda

6.Tidak berbau/ baunya disenangi


7.Bersifat biodegradable/ mudah diurai

8.Larutan stabil

9. Mudah digunakan dan ekonomis

10.Aktivitas berspektrum luas

4. Variabel dalam desinfektan

1. Konsentrasi (Kadar)

Konsentrasi yang digunakan akan be rgantung kepada bahan yang akan


didesinfeksi dan pada organisme yang akan dihancurkan.

2.Waktu
Waktu yang diperlukan mungkin dipengaruhi oleh banyak variable.
3.Suhu
Peningkatan suhu mempercepat laju reaksi kimia.
4.Keadaan Medium Sekeliling
pH medium dan adanya benda asing mungkin sangat
m e m p e n g a r u h i proses disinfeksi
5.Cara kerja desinfektansia berdasarkan proses-prosesnya adalah sebagai berikut:
denaturasi protein mikroorganisme, yakni perubahan strukturnya hingga sifat-sifat khasnya
hilang.pengendapan protein dalam protoplasma (zat-zat halogen, fenol, alkohol, dan garam
logam).oksidasi protein (oksidansia)mengganggu sistem dan proses enzim (zat-zat halogen,
alkohol, dan garam-garam logam).

2. Definisi Antiseptik

Antiseptik berasal dari bahasa Yunani yang berarti melawan. antiseptik adalah zat kimia yang
mencegah,memperlambat atau menghentikan pertumbuhan mikroorganisme kuman pada
permukaan jaringan hidup dan membran mukosa sekaligus membantu mencegah infeksi. beberapa
antiseptik bersifat bakterisida yaitu mampu membunuh kuman dan bakteriostatik yaitu mencegah
dan menghambat pertumbuhan kuman.

beberapa karakteristik antiseptik yang ideal adalah membunuh mikroorganisme dalam


rentang yang luas, tetap efektif terhadap berbagai macam pengeceran, non toksik terhadap jaringan
tubuh manusia, tidak mudah menimbulkan reaksi sensitivitas baik lokal maupun sistemik ,reaksi
secara cepat ,bekerja secara efisien meski terhadap bahan-bahan organik (misalnya pus darah atau
sabun)tidak mahal dan awet.

pada dasarnya antiseptik dengan desinfektan memiliki persamaan jenis bahan kimia yang
digunakan tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena terdapat batasan
dalam penggunaan antiseptik. antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh
atau tidak bersifat keras.
B.MEKANISME KERJA ANTISEPTIK

Antiseptik merupakan bahan kimia yang menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad
renik seperti bakteri dan jamur. Proses tersebut adalah:

 Penginaktifan enzim tertentu


 Denaturasi protein mikroorganisme yaitu perubahan struktur mikroorganisme sehingga
sifat-sifat khasnya hilang. Dalam perubahan struktur di selaput sitoplasma menyebabkan
terjadinya kerusakan selaput sitoplasma sehingga membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme.
 Pengendapan protein dalam protoplasma,seperti zat-zat halogen, fenol, alkohol, dan garam
logam.
 Oksidasi protein (oksidansia) yaitu pembakaran protoplasma mikroorganisme seperti
halogen
 Mengganggu sistem dan proses enzim seperti zat-zat halogen alkohol dan garam-garam
Logam serta mempengaruhi enzim atau koenzim mikroba sehingga mengganggu
metabolisme nya
 Modifikasi dinding sel dan membrane sitoplasma (desinfektan dengan aktivitas permukaan).

C.PENGGOLONGAN ANTISEPTIK

Antiseptik digolongkan menjadi beberapa kelompok yaitu:

1. Senyawa halogen
Beberapa zat yang termasuk senyawa halogen adalah iodine,kalsium hipoklorit,
natrium hipoklorit,tosilkloramida, chlorhexidine,kliokinol,triklokarbon,kloramin,klorksilenol
dan triklosan.
Kalsium hipoklorit atau kaporit, natrium hipoklorit merupakan pemutih yang
digunakan sebagai desinfektan dan penghilang noda.
Beberapa zat di atas yang banyak digunakan sebagai antiseptik adalah iodine
(povidon iodine) clorheksidin, hexachlorophene dan kliokinol.
a) Iodine
Iodin merupakan antiseptik yang bekerja sangat cepat dan dapat membunuh
bakteri, virus, serta spora. Fungsi utama dari iodine sebagai desinfeksi kulit. Iodine Juga
dapat digunakan untuk terapi luka dan abrasi.iodophor merupakan suatu elemen iodine
yang berikatan kompleks dengan bahan organik sehingga kelarutannya semakin besar dan
dapat mengalami Proses pelepasan zat secara bertahap.iodophor yang paling sering
digunakan adalah povidon- iodine.povidone-iodine (betadin) adalah molekul
polyvinylvyrrolidone yang tidak merangsang dan larut dalam air serta berwarna coklat gelap.
Larutan povidone-iodine mempunyai PH antara 1,5 dan 6,5. Povidone- iodine juga sebagai
agen antimikroba yang efektif dalam desinfeksi dan pembersihan kulit baik maupun pasca
operasi,dalam penatalaksanaan luka traumatic yang kotor pada pasien rawat jalan dan untuk
mengurangi sepsis luka pada luka bakar. Senyawa kompleks dari ion dengan
polivinilpirolidon bersifat tidak merangsang dan larut dalam air.
Povidone iodine bersifat bakteriostatik dengan kadar 640 rg/ml dan bersifat
bakterisid pada kadar 960 rg/ml . Mycobacteria tuberkulosa bersifat resisten terhadap
bahan ini. dalam 10% povidone iodine mengandung 1% iodium yang mampu membunuh
bakteri dalam 1 menit dan membunuh spora dalam waktu 15 menit. Providon Iodin tidak
boleh digunakan pada pasien hipertiroidisme dan pasien yang hipersensitif terhadap
povidone iodine.
b) Chlorhexidine
clorheksidin glukonat merupakan larutan chlorophenol biguanide dan antiseptik
kimia yang tidak berwarna, dan dapat merusak membran sel bakteri sehingga efektif dalam
mengatasi bakteri gram positif dan negatif, bakteri ragi ,jamur, protozoa, Alga serta virus.
clorheksidin bersifat bakteriostatik dan bakterisidal. clorheksidin dapat bertahan pada kulit
sehingga dapat memberikan perlindungan antibakteri yang berkelanjutan. sebagai suatu
antiseptik, clorheksidin bekerja dengan cepat, berikatan kuat dengan kulit, memiliki potensi
dalam menimbulkan sensitifitas kontak dan fotosensitivitas, serta lebih sukar diserap oleh
kulit tubuh .larutan chorhexidine yang menggunakan bahan dasar alkohol tidak boleh
dimasukkan pada mata (menyebabkan kebutaan) ataupun telinga tengah (ketulian).
c) Hexacholorophene
Hexacholorophene merupakan merupakan suatu bisphenol yang terpolikrorinasi, yang
menunjukkan aktivitas bakteri statistik terhadap bakteri gram positif namun tidak terhadap
bakteri gram negatif. Bersifat bakteriostatik, digunakan sebagai antiseptik dalam bentuk
minyak krim salep sabun cair dan sampo.
d) Kliokinol

Kliokinol memiliki kegunaan sebagai bakterisid, Fungi dan amubisid. Banyak


digunakan sebagai antiseptik kulit dan salep karena tidak merangsang dan jarang
menimbulkan reaksi alergi kontak. Sekarang kliokinol sudah tidak dianjurkan lagi karena
pada tahun 1972 menimbulkan gejala kelainan saraf mata yang mengakibatkan buta SMON.

2. Senyawa amonium kuartener


Senyawa amonium kuartener merupakan suatu bakterisidal terhadap berbagai jenis
bakteri gram positif dan negatif, jamur serta virus. Amonium kuartener dapat digunakan
untuk mematikan bakteri gram positif, namun kurang efektif terhadap bakteri gram negatif.
Amonium kuarterner mudah berpenetrasi, sehingga cocok pada permukaan berpori ,sifatnya
stabil ,tidak korosif, memiliki umur simpan panjang, mudah terdispersi ,dan menghilangkan
bau tidak sedap.
Contoh senyawa amonium kuartener adalah etakridinlaktat yang sering dikenal
dengan revanol. Rivanol adalah zat kimia yang mempunyai sifat bakteriostatik (menghambat
pertumbuhan kuman). Biasanya lebih efektif pada kuman gram positif daripada gram
negatif. Sifatnya tidak terlalu menimbulkan iritasi dibandingkan dengan povidon iodium
(yodium). Antiseptik tersebut sering digunakan untuk membersihkan luka lebih bagus untuk
mengompres luka atau mengompres bisul, sedangkan povidone-iodine lebih bagus untuk
mencegah infeksi. kegunaan antiseptik ini untuk membersihkan luka borok dan bernanah.
penggunaan rivanol pada luka yang tidak terlalu kotor dengan menggunakan kasa dan tutup
luka tersebut. Apabila luka sangat kotor, sebaiknya bersihkan dulu dengan air mengalir, dan
menggunakan antiseptik seperti povidone-iodine
3. Senyawa alcohol
Alkohol merupakan jenis antiseptik yang cukup paten.Bekerja dengan cara
mengumpulkan protein, struktur penting sel yang ada pada kuman sehingga kuman mati.
alkohol dapat membunuh bakteri gram positif dan gram negatif, termasuk patogen yang
multi drugresistant mycobacterium tuberculosis, virus dan jamur. Alkohol memiliki
kemampuan dalam mematikan kuman dengan cara meracuni bukan melarutkan sehingga
aman untuk kulit. Turunan alkohol yang sering digunakan sebagai antiseptik adalah etil
alkohol dan isopropil alkohol.
Etil alkohol merupakan suatu jenis antiseptik potensi rendah namun dengan khasiat
moderat ,serta bersifat bakterisida terhadap banyak bakteri pada kulit, etil alkohol 70%
dapat membunuh sekitar 90% bakteri hutan hanya dalam jangka waktu 2 menit, dan area
tempat aplikasi dapat tetap lembab. Isopropil alkohol mempunyai aktivitas bakterisid lebih
besar dibanding etil alkohol, karena lebih efektif dalam menurut kan tegangan permukaan
sel bakteri dan denaturasi protein. Profil alkohol bersifat lebih irit aktif dibandingkan etanol
dan menyebabkan luka bakar pada Neonatus.
4. Senyawa logam
Beberapa zat yang termasuk senyawa logam adalah merkurikrom (obat merah) ,
perak nitrat, silver sulfadiazine dan seng sulfat.
Mercury Chrome dapat berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan
jamur,selain itu juga berguna untuk mencuci luka. senyawa ini merangsang kulit dan sering
menimbulkan alergi dikarenakan mengandung merkuri, sebaiknya menghindari penggunaan
obat tersebut. Merkuri diyakini dapat mengakibatkan berbagai jenis efek samping yang
serius. Merkurikrom (Obat merah) dahulu sering digunakan, karena dapat mempercepat
keringnya luka. Di luar negeri obat merah sudah dilarang karena mengandung merkuri dan
berbahaya untuk tubuh titik Hal tersebut yang harus diperhatikan. Jika masih ada yang
menggunakan obat itu sebaiknya segera dihentikan. Selain itu manfaatnya dalam
menghambat perkembangan bakteri juga lemah.
Perak nitrat dapat digunakan sebagai zat kaustik, antiseptik, dan adstringens.
Larutan perak nitrat merupakan bakterisidal yang sangat kuat terutama untuk
gonococci.Silversulfadiazine atau nitrat biasanya dingunakan sebagai terapi luka bakar.
Sengsulfat memiliki kemampuan bakteriostatis lemah dan adstringens serta bersifat emetis
(menyebabkan muntah) pada dosis tinggi.
5. Oksidansia
Beberapa zat yang termasuk oksidansia adalah hidrogen peroksida, sengperoksida,
Na-perborat , kalium permanganat. hidrogen peroksida dan kalium permanganat merupakan
zat yang paling banyak dimanfaatkan sebagai antiseptik.
Hidrogen peroksida digunakan dalam kadar 6% untuk membersihkan luka. Dalam
kadar 1-2% biasanya digunakan untuk keperluan membersihkan luka yang sering terjadi di
rumah seperti terkena pisau dan luka yang lainnya. Efek samping Penggunaan hidrogen
peroksida dapat menimbulkan jaringan parut setelah luka sembuh. Selain itu dapat
memperpanjang masa penyembuhan. Biasanya digunakan untuk mengatasi jenis kuman
anerob atau yang tidak membutuhkan oksigen. Hidrogen peroksida sebaiknya digunakan
dengan air mengalir dan sabun untuk menghindari paparan berlebihan pada jaringan
manusia atau jaringan kulit.
Kalium permanganate termasuk golongan peroksida dan yang dapat melepaskan
oksigen (proses oksidasi) sehingga dapat membunuh kuman (bakterisid). Kalium
permanganat berupa kristal Ungu mudah larut dalam air dan dalam larutan encer
merupakan peroksidan. Pelepasan oksigen terjadi bila zat ini bersentuhan dengan zat
organik. Inaktivasi menyebabkan perubahan warna dari Ungu menjadi biru titik zat ini
bekerja sebagai iritan, deodoran dan astringen.

D. Contoh penggunaan antiseptik.

Beberapa contoh penggunaan antiseptik adalah:

1. Antiseptik digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi pada luka, antara lain luka
memar, luka iris, luka lecet dan luka bakar ringan. contoh obatnya adalah pividon iodin
10%. Beberapa nama dagang tersebut adalah betadine, dermisan dan biosepton.
2. Antiseptik digunakan untuk membasuh dan membersihkan tangan dari kuman atau
mikroorganisme. biasanya digunakan oleh tenaga medis dan paramedis sebelum dan
sesudah melakukan tindakan medis. Beberapa contoh obat yang dapat digunakan
sebagai berikut:
a).Chlorhexidine, yang dapat digunakan untuk pra dan pasca operasi. Beberapa nama
dagang dr chlorhexidine adalah mediscrub, minoscrub, dan minosil hand rub.
b).Etil alkohol dapat digunakan sebagai antiseptik tangan. nama dagang dari etil alkohol
adalah handy clean.
c). Povidone iodine 7,5% digunakan sebagai sabun cair antiseptik untuk mandi, gatal-
gatal di kulit, membersihkan kulit dan tangan sebelum melakukan operasi,
membersihkan kulit yang akan dioperasi. Beberapa nama dagang dari povidon-iod 7,
5% adalah Betadine sabun cair antiseptik sabun Dettol dan corsasep.
3. Antiseptik dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi mulut dan
tenggorokan. Beberapa contoh obat atau antiseptik tersebut sebagai berikut:
a). Povidone iodine 1% mempunyai indikasi untuk peradangan dan infeksi
mulut,tenggorokan, gigi, gusi, lidah sariawan, pencegahan infeksi pada pembedahan
luka dan pencabutan gigi. nama dagang dari obat tersebut adalah forinfec gargle
daan scansepta.
b).Chlorhexidine mampu menghambat pertumbuhan plak dan gingivitis dengan cara
berkumur-kumur. Nama generik dari larutan chlorhexidine 0,2% adalah minosep
gargle dan listerine.
4. Antiseptik digunakan untuk membersihkan bagian kewanitaan.beberapa contoh obatnya
sebagai berikut:
a).Chlorhexidine dapat digunakan sebagai antiseptik khusus bagian kewanitaan nama
dagang dari chlorhexidine adalah minova feminine hygiene.
b).Povidone iodine 10% dengan nama dagang Betadine solution hygiene.
5. Antiseptik yang diterapkan pada lokasi tindakan untuk mengurangi flora kulit. obat untuk
antiseptik tersebut adalah etakridin laktat 0,1% dengan nama dagang rivanol .

E. Efek obat antiseptik.


a. Povidon-iod
Efek utama dari povidone iodine adalah mengobati macam-macam luka seperti
lecet, bekas operasi, khitanan, tergores, hayatan, luka bakar dan pioderma. Beberapa efek
utama povidone iodine yang lain adalah desinfektan kulit sebelum operasi atau
pembedahan, mencegah infeksi pada luka, antiseptik bagian kewanitaan (mencegah bau dan
gatal-gatal akibat kuman), mengurangi gatal-gatal pada kulit.
Efek samping Penggunaan povidone iod adalah menyebabkan iritasi, hipotiroidisme
menimbulkan Perubahan warna pada kulit bila digunakan pada permukaan kulit yang rusak.
Povidone iodine memiliki antimikroba kuat, namun bahan ini juga memiliki efek
toksik terhadap sel-sel tubuh dan dapat menyebabkan dermatitis kontak. Povidon iodin
bersifat toksik terhadap fibroblas dan leukosit, menghambat migrasi netrofil dan
menurunkan umur sel monosit.
b). Chlorhexidine
Efek utama chlorhexidine adalah antiseptik dan disinfeksi pra dan pasca operasi,
mengurangi gatal-gatal, memberikan kesegaran mulut dan nafas serta membersihkan mulut
dari organisme penyebab kelainan atau penyakit di dalam mulut.
Chlorhexidine ini memiliki efek samping berupa rasa yang tidak enak, mengganggu
sensasi rasa, menghasilkan warna coklat pada gigi yang susah dihilangkan, reaksi iritasi atau
alergi dan dermatitis. Chlorhexidine sedikit diserap oleh gastrointestinal sehingga memiliki
toksisitas yang rendah.
c).Hexachloropene
Efek utama dari penggunaan hexachloropene adalah menurunkan penyebaran
infeksi dan membersihkan kulit pasien yang akan menjalani operas.Efek samping dari
hexachloropene adalah reaksi iritasi dan alergi.
d).Etakridinelaktat
Efek utama penggunaan etakridinelaktat atau rivanol adalah membersihkan luka,
mengkompres luka dan mengkompres bisul.
Efek samping dari penggunaan etakridinelaktat adalah warnanya yang sangat pekat
sehingga sulit dihilangkan Terlebih jika terkena kain atau baju.
e).Alkohol/ etil alkohol.
Efek utama dari penggunaan etil alkohol adalah antiseptik pada tangan.
f).Senyawa logam (merkurikrom)
Efek utama penggunaan senyawa logam terutama merkurikrom adalah
mempercepat proses mengeringnya luka. efek samping dari merkurikrom adalah dapat
menimbulkan alergi. senyawa logam dapat menimbulkan efek toksik yang sangat berbahaya
yaitu keracunan.
g).Oksidansia (hydrogen peroksida).
Efek utama pada penggunaan senyawa oksidasia terutama hidrogen peroksida
adalah membersihkan luka.
Efek samping dari hidrogen peroksida adalah menimbulkan luka parut setelah luka
sembuh, memperpanjang waktu atau masa penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan Agnesa. 2009. Desinfektan. Purwokerto.

British Standards Institute. 1986. BS ISO 5197: Specification. Aromatic Disinfectant Fluid. London:
British Standards Institute.

Maris, P. 1995. Modes of Action of Disinfectant. Rev. sci. tech. Off. Int. Epiz, 14 (1). p. 47-55

McDonnell, G., Russell, A.D. 1999. Antiseptics and Disinfectants: Activity, Action and Resistance. Clin.
Microbiol. Rev., 12 (1). p. 147-79.

Muhammad Fathin Nahar, Wahyu Prayogi. 2011. Mengenal Desinfektan dan Antiseptik.
http://environment.uii.ac.id/index2.php?option=com_content&do_ pdf=1&id=273., 9 Januari
2012.

Rasmika Dewi Dap, Susi Iravati, Sarto. 2008. Efektivitas Beberapa Desinfektan Terhadap Isolat
Bakteri Lantai Ruang Bedah Instalasi Bedah Sentral (IBS) Rumah Sakit Sanglah Denpasar.
Medicina, 39 (2). p. 132-7.

Sulistiyaningsih. 2010. Uji Kepekaan Beberapa Sediaan Antiseptik Terhadap Bakteri Pseudomonas
aeruginosa dan Pseudomonas aeruginosa Multi Resisten (PAMR).
http://repository.unpad.ac.id/bitstream/handle/123456789/663/uji_
kepekaan_beberapa_kesediaan_antiseptik_terhadap_bakteri_multi_resisten.pdf?sequence=1.,
30 November 2012.

Anda mungkin juga menyukai