Anda di halaman 1dari 25

Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologic (KOB) adalah

suatu analisa empiric yang mencoba mendekati secara global proses-proses


mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air. Angka BOD adalah jumlah
oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan)
hampir semua zat organis yang terlarut dan sebagian zat-zat organis yang
tersuspensi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban
pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri, dan untuk mendisain
sistem-sistem pengolahan biologic bagi air yang tercermar tersebut. Penguraian zat
organis adalah peristiwa alamiah; kalau sesuatu badan air dicemari oleh zat organis
, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut, dalam air selama, proses oksidasi
tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keadaan
menjadi anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk pads air tersebut.Jenis
bakteri yang mampu mengoksidasi zat organis "biasa," yang berasal dari sisa-sisa
tanaman dan air buangan penduduk, berada pads umumnya di setiap air alam.
Jumlah bakteri ini tidak banyak di air jernih dan di air buangan industri yang
mengandung zat organis. Pada kasus ini pasti perlu ditambahkan benih bakteri.
Untuk oksidasi/penguraian zat organis yang khas, terutama di beberapa jenis air
buangan industri yang mengandung misalnya fenol, detergen, minyak dan
sebagainya bakteri harus diberikan "waktu penyesuaian" (adaptasi) beberapa hari
melalui kontak dengan air buangan tersebut, sebelum dapat digunakan sebagai
benih pads analisa BOD air tersebut.
Sebaliknya beberapa zat organis maupun inorganic dapat bersifat racun terhadap
bakteri (misalnya sianida, tembaga, dan sebagainya) dan harus dikurangi sampai
batas yang diinginkan. Derajat keracunan ini juga dapat diperkirakan melalui
analisa BOD.
Prinsip AnalisaPemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis dengan
oksigen di dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri
aerobik. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan amoniak.
Reaksi oksidasi dapat dituliskan sebagai berikut :
Atas dasar reaksi tersebut, yang memerlukan kira-kira 2 hari di mana 50 % reaksi
telah tercapai, 5 hari supaya 75 % dan 20 hari supaya 100 % tercapai, maka
pemeriksaan BOD dapat dipergunakan untuk menaksir beban pencemaran zat
organis . Tentu saja, reaksi (1) juga berlangsung pada badan air sungai, air danau
maupun di instalasi pengolahan air buangan yang menerima air buangan yang
mengandung zat organis tersebut. Dengan kata lain, tes BOD berlaku sebagai
simulasi (berbuat seolah-olah terjadi) sesuatu proses biologis secara alamiah.
Reaksi biologis pada tes BOD dilakukan pada temperatur inkubasi 20 C dan
dilakukan selama 5 hari, hingga mempunyai istilah yang lengkap BOD (angka 20
berarti temperatur inkubasi dan angka 5 menunjukkan lama waktu inkubasi),
namun di beberapa literatur terdapat lama inkubasi 6 jam atau 2 hari atau 20 hari*.
Demikian, jumlah zat organis yang ada di dalam air diukur melalui jumlah oksigen
yang dibutuhkan bakteri untuk mengoksidasi zat organis tersebut. Karena reaksi
BOD dilakukan di dalam botol yang tertutup, maka jumlah oksigen yang telah
dipakai adalah perbedaan antara, kadar oksigen di dalam larutan pada saat t = 0

(biasanya barn ditambah oksigen dengan aerasi, hingga = 9 mg 02 /E, yaitu


konsentrasi kejenuhan) dan kadarnya pads t = 5 hari (konsentrasi sisa harus ->- 2
mg 02 j agar supaya hasil cukup teliti). Oleh karena itu, semua sampel yang
mengandung BOD > 6 mg 02 /f harus diencerkan supaya syarat tersebut terpenuhi.

GangguanAda 5 jenis gangguan yang umumnya terdapat pada analisa BOD aitu
nitrifikasi, zat beracun, kemasukan udara pada botolnya, kekurangan nutrient
(garam) dan kekurangan bakteri yang dibutuhkan proses tersebut. Gangguangangguan tersebut akan diuraikan di bawah ini :a.
Proses nitrifikasi dapat mulai
terjadi di dalam botol BOD setelah 2 sampai 10 hari : NH3 amoniak berubah
menjadi NO3- )nitrat) lewat NO2- (nitrit) olh jenis bakteri tertentu.b.
Zat beracun
dapat memperlambat pertumbuhan bakteri (yaitu memperlambat reaksi BOD)
bahkan membunuh organisme tersebut. Kalau zat tersebut memang sangat
beracun hingga bakteri-bakteri tidak bisa hidup same sekali atau sukar
berkembang, maka hanya sebagian jumlah bakteri akan aktip dalam oksidasi zat
organis tersebut, hingga BOD yang tercatat akan lebih rendah dari angka BOD
sesuatu sampel yang tidak mengandung zat beracun. Contoh zat beracun adalah Cr
(VI) (bukan Cr (III) Hg, Pb, CN-- (sianida), clan sebagainya, yang konsentrasinya
melampaui sesuatu kadar yang tertentu (biasanya sangat kecil). Gambar 10.2.
menunjukkan efek zat racun terhadap pertumbuhan bakteri. Kategori zat lain,
seperti misalnya fenol dan bermacam-macam senyawa organis asal minyak tanah,
tidak beracun sekali; namun akan memperlambat permulaan. proses BOD karena
hanya sebagian kecil dari jumlah benih bakteri mampu mengoksidasi zat organic
tersebut hingga perkembangan populasi jenis bakteri khusus yang diperlukan
(cocok) menjadi terhambat. Kadang-kadang zat organic tersebut memang dapat
beracun terhadap beberapa jenis bakteri saja. Pada kasus ini, sebelum tes BOD
harus diadakan mass penyesuaian jenis-jenis bakteri terhadap racun (adaptasi).c.
Kemasukan (atau keluarnya) oksigen dari botol selama waktu inkubasi harus
dicegah. Botolnya harus ditutup dengan hati-hati (di atas tutup botol bisa diberi air
(water seal); gelembung udara tidak boleh berada dalam botol; gelembung udara
dapat di keluarkan dengan mengetuk botol. Juga ganggang dan lumut dapat
menambah atau mengurangi kadar oksigen secara tak teratur. Oleh karena itu pads
waktu inkubasi botol BOD harus di simpan di tempat gelap.
d.
Nutrien merupakan salah satu syarat bagi kehidupan. bakteri-bakteri. Nutrien terbentuk dari bermacam-rAacam garam (Fe, K, Mg, dan sebagainya).
Biasanya sampel sendiri (air buangan penduduk, air sungai) mengandung cukup
nutrien, tetapi zat tersebut kadang-kadang kurang dalam air buangan industri
sebelum proses berlangsung. Karena kekurangan nutrien tersebut sukar diduga,
maka sebaiknya pads setiap botol BOD ditambah nutrien secukupnya sebelum mass
inkubasi, yaitu pads seat t = 0.

e.
Karena benih dari bermacam-macam bakteri dapat kurang jumlahnya atau
kurang cocok bagi jenis air buangan yang akan dianalisa, maka cara pembenihan
pads butir A2.2. selalu harus diikuti dengan baik, hingga menjamin jumlah populasi
bakteri yang diperlukan (cocok).Catatan :Kalau sampel BOD mengandung zat racun,
pertumbuhan bakteri terhalai (inhibisi) maka angka BOD rendah. Namun, hal ini
tidak mempengaruhi an lisa COD yang tidak tergantung dari pertumbuhan bakteri
(lihat jugs Bab 5 "COD"). Oleh karena itu perbandingan BOD5 /COD dapat
menunjukkan ad nya gangguan tersebut (analisa BOD dan COD saling
melengkapi).Cara lain untuk mendeteksi gangguan tersebut adalah pengenceran
car pel supaya dosis zat beracun dapat berada di bawah konsentrasi yang berb
hays; memang cara ini terbatas karena kadar oksigen terlarut dalam same terbatas,
hingga pengenceran maksimum yang diperbolehkan adalah kira-kira 10 kali.

Tabel 10.1 menunjukkan nilai perbandingan angka BOD5 dengan COD untuk
beberapa jenis air dan air buangan
Batas deteksi, ketelitian.

Hasil BOD5 diperbolehkan menyimpang dari harga yang sebenarnya sebes plus
atau min 5 %, untuk seseorang yang telah berpengalaman. Hasil antara dua
laboratorium atau lebih, dapat berbeda 10 %. Analisa BOD selalu akan, kurang
tepat, namun demikian analisa ini sangat penting karena mencerminkan proses
alam yang hampir sama dengan kenyataan. Penyimpangan disebabkan oleh adanya
proses-proses mikrobiologis yang kurang dapat diatur oleh manusia, serta kesulitan
pads analisa zat oksigen yang terlarut dalam sampel. Apabila sampel diencerkan
maka ketelitian analisa zat oksigen terlarut semakin buruk.
Pengambilan dan pengawetan sampel.
Sampel BOD harus dilakukan/dimulai paling lama 2 jam setelah pengambilan
sampelnya (karena proses biologis terns berlangsung dalam botol sampel sehingga
BOD akan turun secara otomatis). Kalau hal ini tidak mungkin, sampel harus
disimpan pads 4~C (kulkas atau tabung isotermik/terisolasi yang pakai es biasa
atau es CO2 kering) selama paling lama 24 jam. Sampel bisa disimpan lebih lama
sebagai es di dalam freezer, tetapi ketelitian analisa semakin buruk, hingga tidak
merupakan anjuran.
http://driverhutapadang.blogspot.co.id/2013/02/percobaan-biologycal-oxygendemand-bod.html

Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) adalah
suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses
mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air. Angka BOD adalah jumlah

oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan)


hampir semua zat organis yang terlarut dan sebagian zat-zat organis yang
tersuspensi dalam air.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air
buangan penduduk atau industri, dan untuk mendisain sistem-sisitem pengolahan
biologis bagi air yang tercermar tersebut. Penguraian zat organis adalah peristiwa
alamiah; kalau sesuatu badan air dicemari oleh zat organik, bakteri dapat
menghabiskan oksigen terlarut, dalam air selama proses oksidasi tersebut yang
bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keadaan menjadi anaerobik
dan dapat menimbulkan bau busuk pada air.
Pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen di
dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerob. Sebagai
hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan Reaksi oksidasi dapat
dituliskan sebagai berikut:
CnHaObNc + ( n + a/4 b/2 3c/4 ) O2 nCO2 + ( a/2 3c/2 ) + H2O +
cNH3
Atas dasar reaksi tersebut, yang memerlukan kira-kira 2 hari dimana 50% reaksi
telah tercapai, 5 hari supaya 75 % dan 20 hari supaya 100% t9ercapai maka
pemeriksaan BOD dapat dipergunakan untuk menaksir beban pencemaran zat
organis.
Bayangkan sebuah daun yang jatuh ke sungai. Daun, yang terdiri dari bahan
organik, siap terdegradasi oleh berbagai mikroorganisme penghuni sungai.
Mikroorganisme Aerobik (memerlukan oksigen) bakteri dan jamur menggunakan
oksigen saat mereka memecah komponen-komponen daun menjadi lebih
sederhana. Seperti oksigen dikonsumsi oleh organisme, tingkat oksigen terlarut
dalam aliran mulai menurun. Air hanya dapat memegang pasokan terbatas oksigen
terlarut dan hanya datang dari dua sumber, yaitu : difusi dari atmosfer pada
antarmuka udara / air, dan sebagai produk sampingan dari fotosintesis.

Organisme fotosintetik, seperti tanaman dan ganggang, memproduksi oksigen


ketika ada cukup sumber cahaya. Organisme ini bertanggung jawab untuk siklus
(setiap hari) kadar oksigen terlarut dalam danau dan sungai.

Jika peningkatan kadar BOD menurunkan konsentrasi oksigen terlarut dalam badan
air, ada potensi efek mendalam pada badan air itu sendiri, dan kehidupan akuatik
penduduk. Ketika konsentrasi oksigen terlarut turun di bawah 5 miligram per liter
(mg / l), spesies toleran rendah, kadar oksigen menjadi stres. Semakin rendah
konsentrasi oksigen, semakin besar stres. Akhirnya, spesies sensitif terhadap
rendahnya kadar oksigen terlarut digantikan oleh spesies yang lebih toleran
terhadap kondisi yang merugikan, yang secara signifikan mengurangi keragaman
kehidupan air.

Jika kadar oksigen terlarut jatuh di bawah 2 mg / l untuk lebih dari bahkan beberapa
jam, ikan dalam badan air dapat terbunuh. Sedangkan pada tingkat di bawah 1 mg /
l, bakteri anaerob (yang hidup di habitat tanpa oksigen) menggantikan bakteri
aerobik. Bakteri anaerob memecah bahan organik, sehingga hidrogen sulfida yang
berbau diproduksi.
http://lovegreenzone.blogspot.co.id/2011/10/all-about-bod-cod-dan-do.html
BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam
kondisi aerobik (Umaly dan Cuvin, 1988; Metcalf & Eddy, 1991). Ditegaskan lagi
oleh Boyd (1990), bahwa bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD adalah
bahan organik yang siap terdekomposisi (readily decomposable organic matter).
Mays (1996) mengartikan BOD sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang
digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon
terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai. Dari pengertian-pengertian ini
dapat dikatakan bahwa walaupun nilai BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi
untuk mudahnya dapat juga diartikan sebagai gambaran jumlah bahan organik
mudah urai (biodegradable organics) yang ada di perairan.

Selain waktu analisis yang lama, kelemahan dari penentuan BOD lainnya adalah
(Metcalf & Eddy, 1991): diperlukannya benih bakteri (seed) yang teraklimatisasi dan
aktif dalam konsentrasi yang tinggi; diperlukan perlakuan pendahuluan tertentu bila
perairan diindikasi mengandung bahan toksik; dan efek atau pengaruh dari
organisme nitrifikasi (nitrifying organism) harus dikurangi. Meskipun ada
kelemahan-kelemahan tersebut, BOD tetap digunakan sampai sekarang. Hal ini
menurut Metcalf & Eddy (1991) karena beberapa alasan, terutama dalam
hubungannya dengan pengolahan air limbah, yaitu

(1) BOD penting untuk mengetahui perkiraan jumlah oksigen yang akan diperlukan
untuk menstabilkan bahan organik yang ada secara biologi;

(2) untuk mengetahui ukuran fasilitas unit pengolahan limbah;

(3) untuk mengukur efisiensi suatu proses perlakuan dalam pengolahan limbah; dan

(4) untuk mengetahui kesesuaiannya dengan batasan yang diperbolehkan bagi


pembuangan air limbah.

Karena nampaknya BOD akan tetap digunakan sampai beberapa waktu mendatang,
maka penting untuk mengetahui sebanyak mungkin mengenai cara 10
penentuannya berikut segala keterbatasan atau kelemahannya.

Sedangkan COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang
diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air
(Boyd, 1990). Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia
dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas
dengan katalisator perak sulfat (Boyd, 1990; Metcalf & Eddy, 1991), sehingga
segala macam bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan
sulit urai, akan teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD dan BOD
memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada di
perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak bias lebih besar
dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada.

Metode pengukuran BOD dan COD

Prinsip pengukuran BOD pada dasarnya cukup sederhana, yaitu mengukur


kandungan oksigen terlarut awal (DOi) dari sampel segera setelah pengambilan
contoh, kemudian mengukur kandungan oksigen terlarut pada sampel yang telah
diinkubasi selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap (20oC) yang sering
disebut dengan DO5. Selisih DOi dan DO5 (DOi DO5) merupakan nilai BOD yang
dinyatakan dalam miligram oksigen per liter (mg/L). Pengukuran oksigen dapat
dilakukan secara analitik dengan cara titrasi (metode Winkler, iodometri) atau
dengan menggunakan alat yang disebut DO meter yang dilengkapi dengan probe
khusus. Jadi pada prinsipnya dalam kondisi gelap, agar tidak terjadi proses
fotosintesis yang menghasilkan oksigen, dan dalam suhu yang tetap
selamalimahari, diharapkan hanya terjadi proses dekomposisi oleh mikroorganime,
sehingga yang terjadi hanyalah penggunaan oksigen, dan oksigen tersisa ditera
sebagai DO5. Yang penting diperhatikan dalam hal ini adalah mengupayakan agar
masih ada oksigen tersisa pada pengamatan hari kelima sehingga DO5 tidak nol.
Bila DO5 nol maka nilai BOD tidak dapat ditentukan.

Pada prakteknya, pengukuran BOD memerlukan kecermatan tertentu mengingat


kondisi sampel atau perairan yang sangat bervariasi, sehingga kemungkinan
diperlukan penetralan pH, pengenceran, aerasi, atau penambahan populasi bakteri.
Pengenceran dan/atau aerasi diperlukan agar masih cukup tersisa oksigen pada hari
kelima. Secara rinci metode pengukuran BOD diuraikan dalam APHA (1989), Umaly
dan Cuvin, 1988; Metcalf & Eddy, 1991) atau referensi mengenai analisis air
lainnya.

Karena melibatkan mikroorganisme (bakteri) sebagai pengurai bahan organik, maka


analisis BOD memang cukup memerlukan waktu. Oksidasi biokimia adalah proses
yang lambat. Dalam waktu 20 hari, oksidasi bahan organik karbon mencapai 95
99 %, dan dalam waktu 5 hari sekitar 60 70 % bahan organik telah terdekomposisi
(Metcalf & Eddy, 1991).Limahari inkubasi adalah kesepakatan umum dalam
penentuan BOD. Bisa saja BOD ditentukan dengan menggunakan waktu inkubasi
yang berbeda, asalkan dengan menyebut- 4kanlama waktu tersebut dalam nilai
yang dilaporkan (misal BOD7, BOD10) agar tidak salah dalam interpretasi atau
memperbandingkan. Temperatur 20 oC dalam inkubasi juga merupakan temperatur
standard. Temperatur 20 oC adalah nilai rata-rata temperatur sungai beraliran
lambat di daerah beriklim sedang (Metcalf & Eddy, 1991) dimana teori BOD ini
berasal. Untuk daerah tropik sepertiIndonesia, bisa jadi temperatur inkubasi ini
tidaklah tepat. Temperatur perairan tropik umumnya berkisar antara 25 30 oC,
dengan temperatur inkubasi yang relatif lebih rendah bisa jadi aktivitas bakteri
pengurai juga lebih rendah dan tidak optimal sebagaimana yang diharapkan. Ini
adalah salah satu kelemahan lain BOD selain waktu penentuan yang lama tersebut.

Metode pengukuran COD sedikit lebih kompleks, karena menggunakan peralatan


khusus reflux, penggunaan asam pekat, pemanasan, dan titrasi (APHA, 1989, Umaly
dan Cuvin, 1988). Peralatan reflux (Gambar 1) diperlukan untuk menghindari
berkurangnya air sampel karena pemanasan. Pada prinsipnya pengukuran COD
adalah penambahan sejumlah tertentu kalium bikromat (K2Cr2O7) sebagai
oksidator pada sampel (dengan volume diketahui) yang telah ditambahkan asam
pekat dan katalis perak sulfat, kemudian dipanaskan selama beberapa waktu.
Selanjutnya, kelebihan kalium bikromat ditera dengan cara titrasi. Dengan demikian
kalium bikromat yang terpakai untuk oksidasi bahan organik dalam sampel dapat
dihitung dan nilai COD dapat ditentukan. Kelemahannya, senyawa kompleks
anorganik yang ada di perairan yang dapat teroksidasi juga ikut dalam reaksi (De
Santo, 1978), sehingga dalam kasus-kasus tertentu nilai COD mungkin sedikit over
estimate untuk gambaran kandungan bahan organik. Bilamana nilai BOD baru
dapat diketahui setelah waktu inkubasilimahari, maka nilai COD dapat segera
diketahui setelah satu atau dua jam. Walau- pun jumlah total bahan organik dapat
diketahui melalui COD dengan waktu penentuan yang lebih cepat, nilai BOD masih
tetap diperlukan. Dengan mengetahui nilai BOD, akan diketahui proporsi jumlah
bahan organik yang mudah urai (biodegradable), dan ini akan memberikan
gambaran jumlah oksigen yang akan terpakai untuk dekomposisi di perairan dalam
sepekan (limahari) mendatang. Lalu dengan memperbandingkan nilai BOD terhadap
COD juga akan diketahui seberapa besar jumlah bahan-bahan organik yang lebih
persisten yang ada di perairan
http://pustakapanganku.blogspot.co.id/2011/08/biochemical-oxygen-demand-boddan.html

Definisi BOD dan COD


BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam
kondisi aerobik (Umaly dan Cuvin, 1988; Metcalf & Eddy, 1991). Ditegaskan lagi
oleh Boyd (1990), bahwa bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD adalah
bahan organik yang siap terdekomposisi (readily decomposable organic matter).
Mays (1996) mengartikan BOD sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang
digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon
terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai. Dari pengertianpengertian ini
dapat dikatakan bahwa walaupun nilai BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi
untuk mudahnya dapat juga diartikan sebagai gambaran jumlah bahan organik
mudah urai (biodegradable organics) yang ada di perairan.
COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk
mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air (Boyd, 1990). Hal ini
karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan
oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator
perak sulfat (Boyd, 1990; Metcalf & Eddy, 1991), sehingga segala macam bahan
organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai, akan
teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD dan BOD memberikan
gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada di perairan. Bisa saja
nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Jadi COD
menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada.
Oksigen demand adalah jumlah oksigen yang dipakai untuk bereaksi dengan
oksigen atau biodegradable material, dissolved atau suspended dalam sample.
Jumlah ini ditunjukkan dalam milligram oksigen per sample. Ketika agent yang
dipakai untuk bereaksi dengan oksigen adalah populasoo bakteri, oksigen yang
dipakai disebut BOD. Ketika oksidasi yang dipakai dengan reagen kimia seperti
potassium dikromat, maka oksigen yang dipakai disebut COD.
Selain itu, yang mempengaruhi oksidasi material dalam sample air, termasuk
pemanasan sample dalam furnace menggunakan oksigen, disebut TOD, atau yang
menghasilkan karbondioksida dan pengukurannya dalam Total Carbondioksida
Demand (TCO2D)
Faktor yang mempengaruhi hasil BOD adalah :
Bibit biological yang dipakai
pH jika tidak dekat dengan aslinya (netral)
Temperatur jika selain 20 0C (68 0F) seperti yang ditunjukkan gambar 7.8.10
Keracunan sampel
Waktu inkubasi

Cara Pengukuran BOD dan COD


BOD (Biochemical Oxygen Demand) atau KOB (kebutuhan oksigen biokimiawi)
adalah suatu pernyataan untuk menyatakan jumlah oksigen yang diperlukan untuk
degradasi biologis dari senyawa organik dalam suatu sampel. Pengukuran BOD
dengan sendirinya digunakan sebagai dasar untuk mendeteksi kemampuan
senyawa organik dapat didegradasi (diurai) secara biologis dalam air. Perbedaan
antara BOD dan COD (Chemical Oxygen Demand) adalah bahwa COD menunjukkan
senyawa organik yang tidak dapat didegradasi secara biologis.
Secara analitis BOD (biochemical oxygen demand) adalah jumlah mg oksigen yang
dibutuhkan untuk menguraikan zat organik secara biokimiawi dalam 1 liter air
selama pengeraman 5 x 24 jam pada suhu 20o oC. Sedangkan COD (chemical
oxygen demand) atau KOK (kebutuhan oksigen kimiawi) adalah jumlah (mg) oksigen
yang dibutuhkan untuk mengoksidasikan zat organik dalam 1 liter air dengan
menggunakan oksidator kalium dikromat selama 2 jam pada suhu 150 oC.
Prinsip pengukuran BOD pada dasarnya cukup sederhana, yaitu mengukur
kandungan oksigen terlarut awal (DOi) dari sampel segera setelah pengambilan
contoh, kemudian mengukur kandungan oksigen terlarut pada sampel yang telah
diinkubasi selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap (20oC) yang sering
disebut dengan DO5. Selisih DOi dan DO5 (DOi - DO5) merupakan nilai BOD yang
dinyatakan dalam miligram oksigen per liter (mg/L).
Pengukuran oksigen dapat dilakukan secara analitik dengan cara titrasi (metode
Winkler, iodometri) atau dengan menggunakan alat yang disebut DO meter yang
dilengkapi dengan probe khusus. Jadi pada prinsipnya dalam kondisi gelap, agar
tidak terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen, dan dalam suhu yang
tetap selama lima hari, diharapkan hanya terjadi proses dekomposisi oleh
mikroorganime, sehingga yang terjadi hanyalah penggunaan oksigen, dan oksigen
tersisa ditera sebagai DO5. Yang penting diperhatikan dalam hal ini adalah
mengupayakan agar masih ada oksigen tersisa pada pengamatan hari kelima
sehingga DO5 tidak nol. Bila DO5 nol maka nilai BOD tidak dapat ditentukan.
Pada prakteknya, pengukuran BOD memerlukan kecermatan tertentu mengingat
kondisi sampel atau perairan yang sangat bervariasi, sehingga kemungkinan
diperlukan penetralan pH, pengenceran, aerasi, atau penambahan populasi bakteri.
Pengenceran dan/atau aerasi diperlukan agar masih cukup tersisa oksigen pada hari
kelima.
Secara rinci metode pengukuran BOD diuraikan dalam APHA (1989), Umaly dan
Cuvin, 1988; Metcalf & Eddy, 1991) atau referensi mengenai analisis air lainnya.
Karena melibatkan mikroorganisme (bakteri) sebagai pengurai bahan organik, maka
analisis BOD memang cukup memerlukan waktu. Oksidasi biokimia adalah proses
yang lambat. Dalam waktu 20 hari, oksidasi bahan organik karbon mencapai 95
99 %, dan dalam waktu 5 hari sekitar 60 70 % bahan organik telah terdekomposisi
(Metcalf & Eddy, 1991). Lima hari inkubasi adalah kesepakatan umum dalam

penentuan BOD. Bisa saja BOD ditentukan dengan menggunakan waktu inkubasi
yang berbeda, asalkan dengan menyebutkan lama waktu tersebut dalam nilai yang
dilaporkan (misal BOD7, BOD10) agar tidak salah dalam interpretasi atau
memperbandingkan. Temperatur 20oC dalam inkubasi juga merupakan temperatur
standard. Temperatur 20oC adalah nilai rata-rata temperatur sungai beraliran
lambat di daerah beriklim sedang (Metcalf & Eddy, 1991) dimana teori BOD ini
berasal.
Untuk daerah tropik seperti Indonesia, bisa jadi temperatur inkubasi ini tidaklah
tepat. Temperatur perairan tropik umumnya berkisar antara 25 30oC, dengan
temperatur inkubasi yang relatif lebih rendah bisa jadi aktivitas bakteri pengurai
juga lebih rendah dan tidak optimal sebagaimana yang diharapkan. Ini adalah salah
satu kelemahan lain BOD selain waktu penentuan yang lama tersebut. Metode
pengukuran COD sedikit lebih kompleks, karena menggunakan peralatan khusus
reflux, penggunaan asam pekat, pemanasan, dan titrasi (APHA, 1989, Umaly dan
Cuvin, 1988). Peralatan reflux diperlukan untuk menghindari berkurangnya air
sampel karena pemanasan.
Pada prinsipnya pengukuran COD adalah penambahan sejumlah tertentu kalium
bikromat (K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel (dengan volume diketahui)
yang telah ditambahkan asam pekat dan katalis perak sulfat, kemudian dipanaskan
selama beberapa waktu. Selanjutnya, kelebihan kalium bikromat ditera dengan cara
titrasi. Dengan demikian kalium bikromat yang terpakai untuk oksidasi bahan
organik dalam sampel dapat dihitung dan nilai COD dapat ditentukan.
Kelemahannya, senyawa kompleks anorganik yang ada di perairan yang dapat
teroksidasi juga ikut dalam reaksi (De Santo, 1978), sehingga dalam kasus-kasus
tertentu nilai COD mungkin sedikit over estimate untuk gambaran kandungan
bahan organik. Bilamana nilai BOD baru dapat diketahui setelah waktu inkubasi lima
hari, maka nilai COD dapat segera diketahui setelah satu atau dua jam. Walaupun
jumlah total bahan organik dapat diketahui melalui COD dengan waktu penentuan
yang lebih cepat, nilai BOD masih tetap diperlukan. Dengan mengetahui nilai BOD,
akan diketahui proporsi jumlah bahan organik yang mudah urai (biodegradable),
dan ini akan memberikan gambaran jumlah oksigen yang akan terpakai untuk
dekomposisi di perairan dalam sepekan (5 hari) mendatang. Lalu dengan
memperbandingkan nilai BOD terhadap COD juga akan diketahui seberapa besar
jumlah bahan-bahan organik yang lebih persisten yang ada di perairan.

PROSEDUR 5-HARI BOD


Jika sampel air BOD pada 20 0C diukur berdasarkan fungsi waktu, maka akan
diperoleh kurva seperti gambar 7.8.10.untuk 10 sd 15 hari, kurva mendekati
eksponensial, tapi sekitar 15 hari, kurva meningkat tajam yang menurunkankan
kestabilan laju BOD. Karena panjangnya waktu dan kurvanya tidak datar, maka para
engineer lingkungan mengambil secara universal untuk test standar pada 5 hari
untuk prosedur BOD.

TEST BOD MANOMETRIK


Dalam standar metode dilusi, semua oksigen yang dipakai dalam botol BOD ditutup
rapat pada awal-awal inkubasi, tidak boleh udara masuk kedalam sample. Pada
manometrik, bibit sample dibatasi dalam system tertutup dan termasuk sejumlah
udara. Oksigen dalam air dikosongkan, kemudian diisi dengan fase gas. Oksigen
hilang dari fase udara karena didorong tekanan manometer. Dorongan ini terhubung
ke sample BOD.
Metoda manometrik, tekananya bisa dikontrol secra kontinyu.

TAKSIRAN BOD DALAM SEMENIT


Bioreactor dimasukkan dengan beberapa cincin plastic, pompa sirkulasi
mendistribusikan secara cepat limbah kedalam bioreactor dan menjaga gerakan
cincin plastic kontinyu. Konsentrasi limbah dalam reactor constant low value,
menghasilkan oksigen demand (OD) sekitar 3 mg/l

COD
Sample dipanaskan sampai titik didihnya dengan sejumlah asam sulfur dan
potassium dikromat. Gunakan kondensor refluks untuk meminimasi kehilangan air.
Setelah 2 hari, larutan didinginkan dan hitung jumlah dikromat yang bereaksi
dengan oksigen dalam air dengan cara titrasi kelebihan potassium dikromat dengan
ferrous sulfat (ferrous 1,10-phenanthralin (ferroin) sebagai indicator).
Factor yang menghalangi tes COD :
1.
Banyak material organic dioksidasi oleh dikromat tapi tidak secara biokimia
oksidasi .
2.
Sejumlah substan anorganik seperti sulfide, sulfite, thio sulfat, nitrit, ferrous
iron dioksidasi dikromat menghasilkan COD anorganik yang menyesatkan ketika
kandungan organic limbah cair diukur.
3.
Clorida dengan analisa COD dan efeknya harus diminimasi untuk hasil yang
konsisten.

DETECTOR COD
Digunakan dalam prosedur dikromat untuk operasi manual dan operasi otomatis
online. Keuntungannya, bisa mengurangi analisa waktu dari hari (5-hari BOD) dan
berjam-jam (dikromat dan respirometer) menjadi beberapa menit.

DESAIN OTOMATIS ONLINE


Gambar 7.8.13 menunjukkan penganalisa online dengan range COD dari 0 100
ppm sampai dengan 0 5000 ppm, selama 10 menit sampai 5 jam. Aliran sample
dengan laju 0,25 gpm (1,0 lpm) dan mengandung partikel solid 100.

sampel diinjeksi 5-cc ke reflux chamber, setelah dicampur dengan air tambahan
(jika ada) dan 2 reagent : larutan dikromat dan asam sulfur. Kemudian dipanaskan
302 0F (1500C) dan air pendingin dalam refluks condenser mengembunkan uap. Ion
crom memberikan warna hijau larutan. Konsentrasi COD diukur dari jumlah dikromat
yang berubah menjadi ion crom dengan mengukur intensitas warna hijau melalui
detector fiber-optik.
TOD
Metoda TOD berdasarkan pengukuran kuantitatif oksigen yang seharusnya
membakar pengotor dalam sample liquid.
Penganalisa TOD mengubah komponen oksidasi dalam sample liquid dalam tube
pembakaran menjadi oksida stabil dengan menggunakan sebuah reaksi yang
mengganggu kesetimbangan oksigen dalam aliran gas.
Hubungan antara BOD, COD dan TOD
Hubungan statistic antara limbah cair BOD dan COD, TOC atau TOD bisa dicapai,
ketika kekuatan organic tinggi dan perbedaan konstituen dissolved oksigen (DO)
rendah.
Hubungan yang paling baik digambarkan oleh kuadrat regresi dengan derajat
koefisien korelsi.
Hubungan COD-TOD lebih baik dibandingkan COD-BOD untuk limbah cair
Perbandingan BOD-COD atau BOD-TOC yang tidak disukai adalah indikasi
pengolahan limbah cair secara biologi. Jika perbandingan meningkat, maka
kandungan organic akan hilang lebih cepat dengan metoda biological.
http://kerobeary.blogspot.co.id/2012/04/bod-dan-cod.html

Kebutuhan oksigen Biologi ( BOD ) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang


diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik. Pada kondisi
aerobic, pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan
oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses
oksidasi ( PESCOD, 1973 ). Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk
menentukan tingkat pencemaran air buangan. Sehingga makin banyak bahan
organik dalam air, makin besar BOD nya sedangkan DO akan makin rendah. Air
yang bersih adalah yang BOD nya kurang dari 1 mg/l atau 1 ppm, jika BOD nya di
atas 4 ppm, air dikatakan tercemar. Penentuan BOD sangat penting untuk

menelusuri aliran pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Sesungguhnya


penentuan BOD merupakan suatu prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran
banyaknya oksigen yang digunakan oleh organisme yang digunakan oleh organisme
selama organisme tersebut menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu
perairan, pada kondisi yang hampir sama dengan kondisi yang ada di alam. Selama
pemeriksaan BOD, controh yang diperiksa harus bebas dari udara luar untuk
mencegah kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi air
buangan / sampel tersebut juga harus berada pada suatu tingkat pencemaran
tertentu. Hal ini untuk menjaga supaya oksigen terlarut selalu ada selama
pemeriksaan. Hal ini penting diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air
terbatas hanya berkisar 9 ppm pada suhu 20C. Penguraian bahan organik secara
biologis di alam, melibatkan bermacam macam organisme dan menyangkut reaksi
oksidasi dengan hasil karbon dioksida ( CO2 ) dan air ( H2O ).
Pemeriksaan BOD tersebut dianggap sebagai sebagai suatu prosedur oksidasi
dimana organisme hidup bertindak sebagai nedium untuk menguraikan bahan
organik menjadi CO2 dan H2O. Reaksi oksidasi selama pemeriksaan BOD
merupakan hasilk dari aktifitas biologis dengan kecepatan reaksi yang berlangsung
sangat dipengaruhi oleh jumlah populasi dan suhu. Karenanya selama pemeriksaan
BOD, suhu harus diusahakan konstan pada 20C yang merupakan suhu optimum di
alam. Secara teoritis, waktu yang diperlukan untuk proses oksidasi yang sempurna
sehingga bahan organik terurai menjadi CO2 dan H2O adalah tidak terbatas.
Dalam prakteknya di laboratorium, biasanya berlangsung selama 5 hari dengan
anggapan bahwa selama waktu itu presentasi reaksi cukup besar dari total BOD.
Nilai BOD 5 hari merupakan bagian dari total BOD dan nilai BOD 5 hari merupakan
70 80% dari nilai BOD total ( SAWYER & MC CARTY, 1978 ). Penentuan waktu
inkubasi adalah 5 hari, dapat mengurangi kemungkinan hasil oksidasi ammonia
( NH3 ) yang cukup tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa, ammonia sebagai hasil
sampingan ini dapat dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat, sehingga dapat
mempengaruhi hasil penentuan BOD. Reaksi kimia yang dapat terjadi adalah :
2NH3 + 3O2 2NO2 + 2H+ + 2HO
2NO2 + O2 2 NO3
Oksidasi nitrogen anorganik ini memerlukan oksigen terlarut, sehingga perlu
diperhitungkan.
Dalam praktek untuk penentuan BOD yang berdasarkan pada pemeriksaan oksigen
terlarut (DO), biasanya dilakukan secara langsung atau dengan cara pengenceran.
Prosedur secara umum adalah menyesuaikan sampel pada suhu 20C dan
mengalirkan oksigen atau udara ke dalam air untuk memperbesar kadar oksigen
terlarut dan mengurangi gas yang terlarut, sehingga sampel mendekati kejenuhan
oksigen terlarut. Dengan cara pengenceran pengukuran BOD didasarkan atas
kecepatan degradasi biokimia bahan organik yang berbanding langsung dengan
banyaknya zat yang tidak teroksidasi pada saat tertentu. Kecepatan dimana
oksigen yang digunakan dalam pengenceran sampel berbanding lurus dengan
persentase sampel yang ada dalam pengenceran dengan anggapan faktor lainnya
adalah konstan. Sebagai contoh adalah 10% pengenceran akan menggunakan

sepersepuluh dari kecepatan penggunaan sampel 100% (SAWYER & MC CARTY,


1978). Dalam hal dilakukan pengenceran, kualitas airnya perlu diperhatikan dan
secara umum yang dipakai aquades yang telah mengalami demineralisasi. Untuk
analisis air laut, pengencer yang digunakan adalah standard sea water (SSW).
Derajat keasaman (pH) air pengencer biasanya berkisar antara 6,5 8,5 dan untuk
menjaga agar Ph-nya konstan bisa digunakan larutan penyangga (buffer) fosfat.
Untuk menentukan BOD, terlebih dahulu diukur DO nya (DO 0 hari), sementara
sampel yang lainnya diinkubasi selama 5 hari pada suhu 20C, selanjutnya setelah
5 hari diukur DO nya (DO 5 hari).
http://agungafath.blogspot.co.id/2012/12/laporan-praktikum-analisis-kualitasair_4.html

2.2 Kelimpahan

Tinggi rendahnya pencemaran pada suatu perairan sangat mempengaruhi kadar


oksigen pada saat pemecahan bahan organik. Jika DO diatas 5ppm dan BOD antara
0-10 maka tingkat pencemarannya rendah. Jika DO antara 0-5ppm dan BOD antara
10-20 maka tingkat pencemarannya sedang. Dan jika DO 0ppm dan BOD 25 maka
tingkat pencemarannya tinggi. Kelimpahan di suatu perairan bergantung pada
pencemaran yang terjadi oleh zat organik, selama proses oksidasi bakteri
menghabiskan oksigen terlarut dan mengakibatkan ikan mati (Wirosarjono, 1974)

2.3 Peranan

BOD dan COD mempunyai peranan penting dalam perairan, yaitu sebagai
parameter penentuan kualitas suatu perairan, apakah perairan tersebut tercemar
atau tidak. Selain itu, kandungan BOD dan COD dalam air dapat membantu
mikroorganisme dalam mengurai bahan-bahan organik di perairan. Selain itu,
Oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan
anorganik (Salmin, 2005).

2.4 Manfaat

Oksigen terlarut dalam perairan bermanfaat untuk pernapasan organism dalam


perairan dan proses metabolism atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan
energy untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan. oksigen di manfaatkan oleh
ikan guna untuk pembakaran untuk menhasilkan aktivitas,pertumbuhan ,
reproduksi dll.

2.5 Bahayanya

Semakin banyak bahan organic dalam air, maka semakin besar BODnya sedangkan
DO akan semakin rendah. Air yang bersih adalah jika tingkat DOnya tinggi,
sedangkan BOD dan zat padat terlarutnya rendah. Apabila kadar oksigen terlarut
berkurang mengakibatkan hewan-hewan yang menempati perairan tersebut akan
mati. Dan jika kadar BOD dan COD meningkat menyebabkan perairan menjadi
tercemar (Hilda Zulkifli, 2009).

2.6 Standart Baku Mutu

Standart Baku Mutu adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan
pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap
makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya. Untuk mencegah terjadinya
pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas
manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan
menetapkan baku mutu lingkungan.Standart baku mutu berfungsi untuk
mengatakan atau menilai bahwa lingkungan telah rusak atau tercemar (SK
Gubernur Jatim, 2002).

2.7 Alat Ukur

Alat Ukur adalat perangkat untuk menentukan nilai atau besaran dari suatu
kuantitas atau variabel fisis. Pada umumnya alat ukur dasar terbagi menjadi dua,

yaitu alat ukur analog dan digital. Ada dua sistem pengukuran yaitu sistem analog
dan sistem digital. Alat ukur analog memberikan hasil ukuran yang bernilai
kontinyu, misalnya penunjukkan temperatur yang ditunjukkan oleh skala, petunjuk
jarum pada skala meter, atau penunjukan skala elektronik. Alat ukur digital
memberikan hasil pengukuran yang bernilai diskrit. Hasil pengukuran tegangan
atau arus dari meter digital merupakan sebuah nilai dengan jumlah digit terterntu
yang ditunjukkan pada panel display-nya (Purwanti, 2009).
Anita, Agnes. 2005. Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS, dan MPN Coliform Pada Air
Limbah, Sebelum dan Sesudah Pengolahan Di Rsud Nganjuk. Jurnal Kesehatan
Lingkungan. 2(1): 97-110.

Purwanti. 2009. Alat dan Bahan Kimia dalam Laboratorium IPA. Yogyakarta: SMPN 3
Gamping

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi

(BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana.
30(3): 21-26.

Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 45. 2002. Baku Mutu Limbah Cair Bagi
industri atau kegiatan usaha Lainnya di Jawa Timur. Jawa Timur.

Sutimin. 2006. Model Matematika Konsentrasi Oksigen Terlarut Pada Ekosistem


Perairan Danau. Jurnal Lingkungan . 1(1):1-5.

Welasih, Tjatoer. 2008. Penurunan Bod Dan Cod Limbah Industri Kertas Dengan Air
Laut Sebagai Koagulan. Jurnal Rekayasa Perencanaan. 4(2): 1-13.
WIROSARJONO, S. 1974. Masalah-masalah yang dihadapi dalam penyusunan kriteria
kualitas air guna berbagai peruntukan. PPMKL-DKI Jaya, Seminar Pengelolaan
Sumber Daya Air. , eds. Lembaga Ekologi UNPAD. Bandung, 27 29 Maret 1974, hal
9 15
Zulkifli, Hilda. 2009. Status Kualitas Sungai Musi Bagian Hilir Ditinjau Dari Komunitas
Fitoplankton. Berkala Penelitian Hayati. 15(1): 5-9.
https://avengedsevendfive.wordpress.com/2013/05/13/analisa-do-dan-bod/

Biochemical Oxygen Demand (BOD)


Biologycal Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme selama penghancuran bahan organik dalam waktu tertentu pada
suhu 20 oC. Oksidasi biokimiawi ini merupakan proses yang lambat dan secara
teoritis memerlukan reaksi sempurna. Dalam waktu 20 hari, oksidasi mencapai 9599 % sempurna dan dalam waktu 5 hari seperti yang umum digunakan untuk
mengukur BOD yang kesempurnaan oksidasinya mencapai 60 70 %. Suhu 20 oC
yang digunakan merupakan nilai rata-rata untuk daerah perairan arus lambat di
daerah iklim sedang dan mudah ditiru dalam inkubator. Hasil yang berbeda akan
diperoleh pada suhu yang berbeda karena kecepatan reaksi biokimia tergantung
dari suhu.
BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses
mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air. BOD merupakan parameter yang
umum dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran bahan organik pada air
limbah. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat
air buangan dan untuk mendesain sistem pengolahan secara biologis (G. Alerts dan
SS Santika, 1987). Adanya bahan organik yang cukup tinggi (ditunjukkan dengan
nilai BOD dan COD) menyebabkan mikroba menjadi aktif dan menguraikan bahan
organik tersebut secara biologis menjadi senyawa asam-asam organik.
Peruraian ini terjadi disepanjang saluran secara aerob dan anaerob. Timbul gas CH4,
NH3 dan H2S yang berbau busuk (Djarwanti dkk, 2000). Uji BOD ini tidak dapat
digunakan untuk mengukur jumlah bahan-bahan organik yang sebenarnya terdapat
di dalam air, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah konsumsi oksigen yang
digunakan untuk mengoksidasi bahan organik tersebut. Semakin banyak oksigen

yang dikonsumsi, maka semakin banyak pula kandungan bahan-bahan organik di


dalamnya.
Salah satu variabel penentu yang menentukan kualitas air sehingga kita dapat
menggolongkannya ke dalam empat golongan di atas adalah berdasarkan
kandungan bahan organiknya yang dapat dinyatakan sebagai nilai BOD dan COD.
Untuk golongan A, nilai ambang BOD adalah 20 dan COD adalah 40. Untuk
golongan B, nilai ambang BOD adalah 50 dan COD adalah 100. Untuk golongan C,
nilai ambang BOD adalah 150 dan COD adalah 300. Sedangkan untuk golongan D,
nilai ambang BOD adalah 300 dan COD adalah 600 (Perdana, 1992).
Semua makhluk hidup membutuhkan oksigen tidak terkecuali organisme yang
hidup dalam air. Kehidupan akuatik seperti ikan mendapatkan oksigennya dalam
bentuk oksigen terlarut yang sebagian besar berasal dari atmosfer. Tanpa adanya
oksigen terlarut pada tingkat konsentrasi tertentu banyak jenis organisme akuatik
tidak akan ada dalam air. Banyak ikan akan mati dalam perairan tercemar bukan
diakibatkan oleh toksitasi zat pencemar langsung, tetapi karena kekurangan
oksigen sebagai akibat dari digunakannya gas tersebut pada proses
penguraian/penghancuran zat pencemar (Achmad, 2004). Di dalam lingkungan
bahan organik banyak terdapat dalam bentuk karbohidrat, protein, dan lemak yang
membentuk organisme hidup dan senyawa-senyawa lainnya yang merupakan
sumber daya alam yang sangat penting dan dibutuhkan oleh manusia. Secara
normal, bahan organik tersusun oleh unsur-unsur C, H, O, dan dalam beberapa hal
mengandung N, S, P, dan Fe (Achmad, 2004).
Senyawa-senyawa organik pada umumnya tidak stabil dan mudah dioksidasi secara
biologis atau kimia menjadi senyawa stabil, antara lain menjadi CO2 dan H2O.
Proses inilah yang menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan
menurun dan hal ini menyebabkan permasalahan bagi kehidupan akuatik.

Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) adalah
suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses
mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air. Angka BOD adalah jumlah
oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan)
hampir semua zat organis yang terlarut dan sebagian zat-zat organis yang
tersuspensi dalam air.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air
buangan penduduk atau industri, dan untuk mendisain sistem-sisitem pengolahan
biologis bagi air yang tercermar tersebut. Penguraian zat organis adalah peristiwa
alamiah; kalau sesuatu badan air dicemari oleh zat organik, bakteri dapat
menghabiskan oksigen terlarut, dalam air selama proses oksidasi tersebut yang
bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keadaan menjadi anaerobik
dan dapat menimbulkan bau busuk pada air. Pemeriksaan BOD didasarkan atas
reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen di dalam air, dan proses tersebut
berlangsung karena adanya bakteri aerob. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk
karbon dioksida, air dan Reaksi oksidasi dapat dituliskan sebagai berikut:

CnHaObNc + ( n + a/4 b/2 3c/4 ) O2 nCO2 + ( a/2


3c/2 ) + H2O + cNH3
Atas dasar reaksi tersebut, yang memerlukan kira-kira 2 hari dimana 50% reaksi
telah tercapai, 5 hari supaya 75 % dan 20 hari supaya 100% tercapai maka
pemeriksaan BOD dapat dipergunakan untuk menaksir beban pencemaran zat
organis. Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK)
adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat zat
organis yang ada dalam 1 L sampel air. Angka COD merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh zat zat organis yang secara alamiah dapat dioksidasikan
melalui proses mokrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di
dalam air.
Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung didalam air dan diukur
dalam satuan ppm. Oksigen yang terlarut ini dipergunakan sebagai tanda derajat
pengotor air baku. Semakin besar oksigen yang terlarut, maka menunjukkan derajat
pengotoran yang relatif kecil. Rendahnya nilai oksigen terlarut berarti beban
pencemaran meningkat sehingga koagulan yang bekerja untuk mengendapkan
koloida harus bereaksi dahulu dengan polutan polutan dalam air menyebabkan
konsusmsi bertambah.
Metode Analisa BOD
Metode Pemeriksaan BOD adalah dengan metode Winkler (titrasi di laboratorium).
Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis
terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 den NaOH-KI, sehingga akan terjadi
endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi
akan larut kembali dan juga akanmembebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen
dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnyadititrasi dengan
larutan standar natrium tiosulfat (Na2S2O3) dan menggunakan indikator larutan
amilum (kanji).
Prinsip pemeriksaan parameter BOD didasarkan pada reaksi oksidasi zat organik
dengan oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung karena adanya
bakteri aerobik. Untuk menguraikan zat organik memerlukan waktu 2 hari untuk
50% reaksi, 5 hari untuk 75% reaksi tercapai dan 20 hari untuk 100% reaksi
tercapai. Dengan kata lain tes BOD berlaku sebagai simulasi proses biologi secara
alamiah, mula-mula diukur DO nol dan setelah mengalami inkubasi selama 5 hari
pada suhu 20C atau 3 hari pada suhu 25C27C diukur lagi DO air tersebut.
Perbedaan DO air tersebut yang dianggap sebagai konsumsi oksigen untuk proses
biokimia akan selesai dalam waktu 5 hari dipergunakan dengan anggapan segala
proses biokimia akan selesai dalam waktu 5 hari, walau sesungguhnya belum
selesai.
Pengujian BOD menggunakan metode Winkler-Alkali iodida azida, adalah penetapan
BOD yang dilakukan dengan cara mengukur berkurangnya kadar oksigen terlarut
dalam sampel yang disimpan dalam botol tertutup rapat, diinkubasi selama 5 hari
pada temperatur kamar, dalam metode Winkler digunakan larutan pengencer

MgSO4, FeCl3, CaCl2 dan buffer fosfat. Kemudian dilanjutkan dengan metode Alkali
iodida azida yaitu dengan cara titrasi, dalam penetapan kadar oksigen terlarut
digunakan pereaksi MnSO4, H2SO4, dan alkali iodida azida. Sampel dititrasi dengan
natrium thiosulfat memakai indikator amilum (Alaerts dan Santika, 1984).
Waktu yang dibutuhkan untuk mengoksdasi bahanbahan organik pada suhu 200C
adalah seperti di dalam tabel berikut ini.

Tabel 10. Pengaruh waktu terhadap persentase bahan organik

Metode Analisa BOD


a.

Metoda titrasi dengan cara Winkler

Prinsip analisa BOD sama dengan penganalisaan Oksigen Terlarut salah satunya
adalah metode winkler. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel
yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 dan NaOH-KI,
sehingga akan terjadi endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 atau HCl
maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga akan membebaskan
molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan
ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S203) dan
menggunakan indikator larutan amilum (kanji). Reaksi kimia yang terjadi dapat
dirumuskan :
MnCI2 + NaOH Mn(OH)2 + 2 NaCI
2 Mn(OH)2 + O2 2 MnO2 + 2 H2O
MnO2 + 2 KI + 2 H2O

Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH

I2 + 2 Na2S2O3 Na2S4O6 + 2 NaI

1.

Metoda Elektrokimia

Metode Elektrokimia adalah menggunakan peralatan DO Meter. Untuk menganalisa


kadar BOD dengan alat ini adalah dengan menganalisa kadar DO hari 0 dan
selanjutnya menganalisa kadar DO hari ke 5. Selanjtnya kadar BOD dapat dianalisa
dengan mengurangkan selisih keduanya. Cara penentuan oksigen terlarut dengan
metoda elektrokimia adalah cara langsung untuk menentukan oksigen terlarut
dengan alat DO meter.
Prinsip kerjanya adalah menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan
anoda yang direndam dalam larutan elektrolit. Pada alat DO meter, probe ini
biasanya menggunakan katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara

keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi
permeable terhadap oksigen. Reaksi kimia yang akan terjadi adalah
Katoda : O2 + 2 H2O + 4e 4 HOAnoda : Pb + 2 HO- PbO + H2O + 2e

Kelebihan dan Kelemahan Metode Analisis BOD


a.

Kelebihan dan Kelemahan Metode Winkler

Kelebihan Metode Winkler dalam menganalisa BOD melalui penganalisaan oksigen


terlarut (DO) terlebih dahulu adalah metoda Winkler lebih analitis, teliti dan akurat
apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan dala
titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan tio dan
penambahan indikator amilumnya. Dengan mengikuti prosedur yang tepat dan
standarisasi tio secara analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut
yang lebih akurat. Sedangkan cara DO meter, harus diperhatikan suhu dan salinitas
sampel yang akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital terhadap
akurasi penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter. Disamping itu,
sebagaimana lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan
akurasinya hasil penentuan. Berdasarkan pengalaman di lapangan, penentuan
oksigen terlarut dengan cara titrasi lebih dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang
lebih akurat.
Alat DO meter masih dianjurkan jika sifat penentuannya hanya bersifat kisaran.
Kelemahan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah
dimana dengan cara Winkler penambahan indikator amylum harus dilakukan pada
saat mendekati titik akhir titrasi agar amilum tidak membungkus iod karena akan
menyebabkan amilum sukar bereaksi untuk kembali ke senyawa semula. Proses
titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan karena I2 mudah
menguap. Dan ada yang harus diperhatikan dari titrasi iodometri yang biasa dapat
menjadi kesalahan pada titrasi iodometri yaitu penguapan I2, oksidasi udara dan
adsorpsi I2 oleh endapan.
1.

Metoda Elektrokimia

Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia tidak lebih akurat
dibandingkan metode winkler disebabkan alat ini tidak dapat mendeteksi
keseluruhan nilai oksigen terlarut dengan baik. Namun kelebihan metode ini adalah
alat ini mudah digunakan dan hasil yang diperoleh relatif cepat.

Penanggulangan Kelebihan Kadar BOD


Penanggulangan kelebihan kadar BOD adalah dengan cara sistem lumpur aktif yang
efisien dapat menghilangkan padatan tersuspensi dan BOD sampai 90%. Ada pula
cara yang lain yaitu dengan Sistem Constructed Wetland merupakan salah satu cara
untuk pengolahan lindi yang memanfaatkan simbiosis mikroorganisme dalam tanah

dan akar tanaman. Sistem ini juga merupakan sistem pengolahan limbah yang
ekonomis. Penelitian ini bertujuan menganalisis kemampuan sistem sub-surface
constructed wetland untuk menurunkan kandungan COD, BOD dan N total.
Apabila kandungan zat-zat organik dalam limbah tinggi, maka semakin banyak
oksigen yang dibutuhkan untuk mendegradasi zat-zat organik tersebut, sehingga
nilai BOD dan COD limbah akan tinggi pula. Oleh karena itu untuk menurunkan nilai
BOD dan COD limbah, perlu dilakukan pengurangan zat-zat organik yang
terkandung di dalam limbah sebelum dibuang ke perairan. Pengurangan kadar zatzat organik yang ada pada limbah cair sebelum dibuang ke perairan, dapat
dilakukan dengan mengadsorpsi zat-zat tersebut menggunakan adsorben. Salah
satu adsorben yang memiliki kemampuan adsorpsi yang besar adalah zeolit alam.
Kemampuan adsorpsi zeolit alam akan meningkat apabila zeolit terlebih dahulu
diaktifkan
http://goelanzsaw.blogspot.co.id/2013/02/analisa-bod-dalamair.html

Hubungan DO dengan Zat Organik


16
14
125.3
10
8
7.37
6
4
2
0

7.07
3.67
9.38
7.14

3.5

0.41
8.01

7.95

1.13
8.44

3.1
2.53

DO

Column1

Hubungan DO dengan COD


160
140
120
100
80
60
40
34.88
20
7.37
0

138.52

124.58
87.2
52.32
7.14

2.53

DO

34.88
9.38

Column1

34.88
7.95

8.01

8.44

Hubungan DO dengan BOD


18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

DO

Column1

Hubungan BOD dengan COD


16
14
12
10
8
6
4
2
0

BOD

Column1

Hubungan pH dengan DO
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

pH

Column1

Anda mungkin juga menyukai