STROKE ISKEMIK
Disusun Oleh :
Jessica Pratiwi / 00000012203
Sheren / 00000012089
Pembimbing :
Dr. dr. Vivien Puspitasari, Sp.S
II. Anamnesis
Alloanamnesis dengan istri pasien pada tanggal 10 Februari 2019, pukul 13.35 WIB.
Keluhan Utama
Kelemahan anggota gerak kiri secara tiba-tiba sejak 1 jam SMRS
1
Riwayat Keluarga
Ibu pasien memiliki riwayat hipertensi dan stroke. Riwayat pemyakit jantung dan gula darah
disangkal.
Pemeriksaan General
Kepala : Normosefal.
Mata : Konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-, pupil isokor, bulat,
berukuran 3 mm. RCL +/+ RCTL+/+
THT : Sekret (-), penurunan pendengaran (-), deviasi septum (-), faring
hiperemis (-), T1/T1
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), deviasi trakea (-)
Thorax : Pergerakan simetris saat statis & dinamis, bekas luka (-), ictus cordis
tidak terlihat, vocal fremitus +/+
Paru : Auskultasi vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-
Jantung : Auskultasi S1/S2 regular, S3 gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Supel, permukaan datar, nyeri tekan (-), massa (-), bising usus (+)
Ekstremitas : Bentuk normal, edema (-), akral hangat dan CRT < 2 detik
2
Status Neurologis
GCS : E4M6V5 (15)
Tanda Rangsang Meningeal :
Kaku kuduk : (-), tidak ada tahanan pada leher
Tanda Kerniq : > 1350 / > 1350
Tanda Laseq : > 70º / > 70º
Brudzinski I : -/-
Brudzinski II : -/-
2
Gerakan rahang Normal Normal
Sensorik
Sensibilitas V1 Normal Normal
Sensibilitas V2 Normal Normal
Nervus VII
Motorik
Sikap mulut istirahat Plika nasolabiaris normal Plika nasolabiaris jatuh
Angkat alis, kerut dahi, Normal Normal
tutup mata dengan kuat
Kembung pipi Normal Lemah
Nervus VIII
Nervus koklearis
Suara gesekan jari Normal Normal
Rinne, Weber, Swabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nervus vestibularis
Nistagmus (-)
Berdiri dengan satu kaki Tidak dilakukan
Mata Tertutup
Mata Terbuka
Berdiri dengan dua kaki Tidak dilakukan
Mata Tertutup
Mata Terbuka
Berjalan Tandem Tidak dilakukan
Fukuda stepping test Tidak dilakukan
2
Nervus IX, X
Arkus Faring Simetris
Uvula Ditengah
Disfonia -
Disfagia -
Refleks Menelan +
Nervus XI
M. sternocleidomastoid Normal Normal
M. trapezius Normal Normal
Nervus XII
Sikap lidah dalam mulut
Deviasi Deviasi kanan
Atrofi -
Fasikulasi -
Tremor -
Motorik.
3
Kekuatan Motorik : 5555 4444
5555 3333
Refleks
Refleks Fisiologis
Kanan Kiri
Biceps +2 +2
Triceps +2 +2
KPR +2 +2
APR +2 +2
Refleks Patologis
Kanan Kiri
Babinski - +
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Hoffman Trommer - -
Schaffer - -
4
Sensorik
Kanan Kiri
Ekstremitas Atas
Raba + +
Nyeri + +
Suhu Tidak dilakukan dilakukan
Posisi sendi + +
Getar Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ekstremitas Bawah
Raba + +
Nyeri + +
Suhu Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Posisi sendi + +
Getar Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Koordinasi
Tes Tunjuk-Hidung : Tidak dilakukan
Tes Tumit-Lutut : Tidak dilakukan
Disdiadokokinesis : Tidak dilakukan
Otonom
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Sekresi keringat : Normal
Fungsi Luhur
MMSE : Tidak dilakukan
5
IV. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Darah Lengkap (10/2/19) LDL meningkat
6
EKG (10/2/19)
Impresi :
- Sinus Rhythm dengan Premature Ventricular Contraction
o Infark subakut pada korona radiata dan basal ganglia aspek posterior kiri
o Infark lama pada pons
V. Resume
Bpk. JS, laki-laki usia 61 tahun datang dengan keluhan hemiparesis sinistra disertai bicara
pelo sejak 1 jam SMRS. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan kolesterol dengan pengobatan.
Dari pemeriksaan fisik status generalis tidak ditemukan kelainan yang berarti selain hipertensi.
Dari pemeriksaan status neurologis ditemukan adanya paresis N.VII central dan N.XII ke arah
sinistra dan hemiparesis sinistra. Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan kesan LDL
tinggi. Hasil EKG menunjukkan sinus rhythm dengan kontraksi ventrikel premature.
7
Berdasarkan hasil CT scan non contrast, terlihat lesi infark subakut pada korona radiata dan
basal ganglia aspek posterior kiri dan infark lama pada pons.
VII. Terapi
a) Tata laksana di IGD
Inj. Citicholin 500 mg
Aspilet 1x80 mg po
Atorvastatin 40 mg po
IVFD NS 500 ml/8 jam
b) Tata laksana lanjutan
Observasi di stroke corner
Aspilet 1x80 mg tab
Atorvastatin 1x40 mg tab
Inj. Citicolin 500 mg
VIII. Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Bonam
8
IX. Follow Up
Tanggal S O A P
+2 +2
+2 +2
Refleks patologis
Babinski (- / +)
Motorik
5 3
5 3
Sensorik
+ +
+ +
Otonom :
BAK (+)
BAB (-)
N.kranialis:
Paresis N.VII sentral
sinistra
Paresis N.XII sinistra
GDS : 112
9
12/02/2019 Lemah TD 129/91 mmHg Stroke Aspilet 1x80 mg
anggota N 110 x/menit ischemic tab
gerak kiri, hari ke 3 Atorvastatin 1x40
cenderung GCS E4M6V5 mg tab
mengantuk Pupil bulat isokor
Citicolin 1 gr IV
dan tertidur. 3mm/3mm
IVFD RL 20 tpm
RCL +/+
Rencana pindah
RCTL +/+
ruangan biasa
Refleks fisiologis
+2 +2
+2 +2
Refleks patologis
(- / +)
Motorik
5 2
5 2
Sensorik
+ +
+ +
Otonom :
BAK (+)
BAB (-)
N.kranialis:
Lesi N.VII sentral
sinistra
Paresis N.XII sinistra
10
13/02/2019 Lemah TD 140/90 mmHg Stroke Aspilet 1x80 mg
anggota N 76 x/menit ischemic tab
gerak kiri, hari ke 4 Atorvastatin 1x40
cenderung GCS E4M6V5 mg tab
mengantuk Pupil bulat isokor
Citicolin 1 gr IV
dan tertidur. 3mm/3mm
IVFD RL 20 tpm
RCL +/+
Rencana
RCTL +/+
Fisioterapi
Kaku kuduk (-)
Meningeal (-)
Refleks fisiologis
+2 +2
+2 +2
Refleks patologis
(- / -)
Motorik
5 1
5 1
Sensorik
+ +
+ +
11
TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi Stroke Iskemik
Stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal
(atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau kebih dan
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke
iskemik adalah episode disfungsi neurologi yang disebabkan oleh kematian sel otak,
medulla spinalis atau retina yang disebabkan oleh gangguan iskemik berdasarkan:
1. Bukti obyejtif patologis dan pencitraan adanya lesi iskemik serebral, medulla spinalis,
atau retina sesuai distribusi vaskular.
2. Bukti klinis adanya lesi iskemik fokal di serebral, medulla spinalis atau retina dengan
gejala yang berlangsung >24 jam atau terjadi kemarian dan penyebab lainnya sudah
disingkirkan.1
Faktor risiko dari stroke iskemik dibagi menjadi 2, yaitu yang dapat diubah dan yang tidak
dapat diubah.
3. Ras
1. Hipertensi
2. Atrial fibrilasi
3. Hiperkolestrolemia
4. Diabetes mellitus
12
5. Merokok
6. Minum alcohol
Perempuan memiliki risiko stroke yang lebih kecil dibanding pria karena adanya hormone
17β-estradiol yang bersifat neuroprotektif dari cedera iskemia/reperfusi. Akibatnya wanita
yang belum menopause memiliki risiko stroke yang lebih kecil dibanding wanita yang telah
menopause dan pria.
Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa penanganan cepat dan pemberian double
anti-platelet pada TIA dapat menurunkan kemungkinan kejadian stroke.
Stroke iskemik dapat terjadi akibat proses aterosklerosis (terbentuknya ateroma) dan
arteriolosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi
klinik dengan cara:
13
Embolus akan menyumbat aliran darah dan terjadilah anoksia jaringan otak di bagian
distal sumbatan. Di samping itu, embolus juga bertindak sebagai iritan yang
menyebabkan terjadinya vasospasme lokal di segmen di mana embolus berada. Gejala
kliniknya bergantung pada pembuluh darah yang tersumbat.
Ketika arteri tersumbat secara akut oleh trombus atau embolus, maka area sistem saraf
pusat (SSP) yang diperdarahi akan mengalami infark jika tidak ada perdarahan kolateral
yang adekuat. Di sekitar zona nekrotik sentral, terdapat ‘penumbra iskemik’ yang tetap
viabel 14 untuk suatu waktu, artinya fungsinya dapat pulih jika aliran darah baik
kembali. Iskemia SSP dapat disertai oleh pembengkakan karena dua alasan: Edema
sitotoksik yaitu akumulasi air pada sel-sel glia dan neuron yang rusak; Edema vasogenik
yaitu akumulasi cairan ektraselular akibat perombakan sawar darah-otak.
Edema otak dapat menyebabkan perburukan klinis yang berat beberapa hari setelah
stroke mayor, akibat peningkatan tekanan intrakranial dan kompresi struktur-struktur di
sekitarnya.
Klasifikasi Oxford Community Stroke Project (OCSP) juga dikenal sebagai Bamford,
membagi stroke berdasarkan gejala awal dan episode stroke yaitu total anterior
circulation infarct (TACI), partial anterior circulation infarct (PACI), lacunar
circulation infarct (LACI), dan posterior circulation infarct (POCI).
i. TACI :
ii. LACI
1. Tidak ada gangguan fungsi luhur, defisit visual, maupun gangguan fungsi
batang otak.
2. Sindrom lakunar: pure motor, pure sensory, sensorimotor, ataxic-
hemiparesis.
14
iii. PACI
1. Hemiparesis Alternans
2. Gangguan Motorik/sensorik bilateral
3. Gangguan gaze (horizontal / vertikal)
4. Disfungsi serebelar tanpa gangguan longtract ipsilateral
5. Isolated hemianopsia / cortical blindness
e. Diagnosis
Untuk mendapatkan diagnosis dan penentuan jenis patologi stroke, segera ditegakkan
dengan:
kesadaran
+ + + Perdarahan
+ - - Perdarahan
- + - Perdarahan
- - + Iskemik
- - - Iskemik
Tabel 1. Algoritma Stroke Gajah Mada (Lamsudin, 1996)
15
2) Skor Stroke: Skor Siriraj
3) Pemeriksaan Penunjang
Untuk membedakan jenis stroke iskemik dengan stroke perdarahan
dilakukan pemeriksaan radiologi CT-Scan kepala. Pada stroke hemoragik
akan terlihat adanya gambaran hiperdens, sedangkan pada stroke iskemik
akan terlihat adanya gambaran hipodens.
f. Penatalaksanaan
Tatalaksana stroke iskemik akut:
1. Umum
a. Pemantauan status neurologis dan tanda-tanda vital
b. Elevasi kepala 30o
c. Stabilisasi pasien dengan tindakan ABC (Airway, Breathing, Circulation)
d. Jaga tekanan darah pada 140-180/80-105 mmhg untuk menghindari edema
serebri atau hipotensi.
e. Pemberian cairan isotonik seperti nacl 0.9% untuk menjaga euvolemia
f. Koreksi gula darah, koreksi elektrolit dan asam basa
g. Jika dibutuhkan, pasang NGT bagi pasien dengan penurunan kesadaran dan
gangguan menelan.
h. Pengendalian kejang apabila terdapat kejang.
16
2. Khusus
a. Thrombolisis pada kasus stroke iskemik akut dengan onset kurang dari 4.5 jam
menggunakan rtPA dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi
b. Pencegahan sekunder dengan pemberian anti platelet atau anti koagulan sesuai
indikasi.
c. Penatalaksanaan faktor risiko
d. Indikasi bedah apabila dibutuhkan.
17
PEMBAHASAN KASUS
Berdasarkan data-data yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan pasien menderita stroke non hemoragik/iskemik.
A. ANAMNESIS
Dari anamnesis data yang menunjang adalah adanya kelemahan anggota gerak
sebelah kiri yang terjadi tiba-tiba saat pasien sedang tidak beraktivitas.
Dari anamnesis juga ditemukan faktor resiko stroke seperti usia, kolesterol,
hipertensi dan merokok, serta riwayat stroke pada keluarga.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik yang menunjang ke arah diagnosis kerja adalah bukti
hipertensi pada pemeriksaan tanda vital, kekuatan motorik yang menurun, paresis
nervus kranialis VII sentral sinistra dan N.XII sinistra. Hipertensi adalah salah satu
faktor risiko pencetus stroke baik iskemik maupun hemoragik. Paresis nervus kranialis
dan penurunan kekuatan motorik menunjukkan letak lesi.
Diagnosis juga dapat ditegakkan dengan sistem skoring, yang didapat dari hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik :
Gadjah Mada skor
Penurunan kesadaran (-) + sakit kepala (-) + refleks babinski (+) stroke
iskemik
Siriraj skor
Skor Pasien :
(2,5x0) + (2x0) + (2x0) +
(0,1x100) – (3x1) – 12 = -3
infark cerebri
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan CT scan dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding stroke
hemoragik. Dari pemeriksaan penunjang CT-scan menjadikan diagnosa stroke iskemik
menjadi lebih tegak dengan tidak ditemukannya lesi hiperdens yang menunjukkan
18
perdarahan pada otak. CT scan dilakukan terlalu dini, yaitu 2 jam setelah onset, sehingga
lesi belum dapat terlihat. Yang terlihat pada hasil CT scan adalah lesi hipodens pada
korona radiata dan basal ganglia aspek posterior kiri, namun seharusnya jika CT scan
dilakukan saat lesi sudah muncul, lesi akan berada di hemisphere kanan.
Penatalaksaan pada pasien dengan stroke iskemik yang seharusnya dilakukan
pertama kali pada pasien ini adalah trombolisis karena pasien datang pada onset 1 jam
dan tidak memiliki kontraindikasi apapun terhadap tindakan trombolisis. Pemberian
Aspilet dengan tujuan mengencerkan darah yang dapat melisis tromus atau emboli yang
menyumbat pembuluh darah. Citicholin bersifat neuroprotektif dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya kerusakan sel saraf yang lebih luas, dan mengembalikan fungsi sel
saraf yang mengalami iskemik dengan cara:
1. Menjaga kadar cardiolipin dan sphingomyelin
2. Mengembalikan kadar phosphatidylcholine
3. Menstimulasi sintesis glutathione aktivitas glutathione reductase
4. Memperlambat peroksidasi lipid
5. Mengembalikan aktivitas Na(+)/K(+)-ATPase
Dari hasil follow up didapatkan perbaikan bicara pasien sampai pasien tidak pelo
lagi. Terjadi penurunan kekuatan motorik yang dapat disebabkan karena pasien selalu
dalam keadaan mengantuk dan tertidur dan kurang latihan bergerak. Tekanan darah
yang masih tinggi perlu diperhatikan dan dikontrol untuk mencegah terjadinya stroke
berulang, perlu diberikan obat anti hipertensif dan perlu diberikan edukasi untuk
mengkonsumsi obat darah tinggi secara rutin atau menaikkan dosis obat karena obat
yang rutin diminum tidak mampu mengontrol tekanan darah pasien. Fisioterapi perlu
dilakukan pada pasien agar fungsi motorik yang terganggu dapat dikembalikan
mendekati normal sehingga pasien dapat kembali menjalani aktivitas sehari-harinya.
Prognosis ad vitam pada kasus ini adalah dubia ad bonam, hal ini dipengaruhi
dengan oleh keadaan pasien pada saat datang masih dalam keadaan compos mentis dan
walaupun pasien selalu mengantuk, namun pasien masih dapat dibangunkan dengan
mudah. Untuk ad fungsionam, adalah dubia ad bonam karena terdapat penurunan
motorik namun ada juga perbaikan pelo. Pasien dapat latihan dan rajin kontrol untuk
perbaikan kekuatan motorik. Prognosis sanationam adalah bonam, karena pasien dapat
pulih semaksimal mungkin bergantung pada usaha pasien dalam menjalani fisioterapi,
kemauan untuk merubah pola hidup, dan kedisiplinan mengkonsumsi obat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Sacco RL, Kasner SE, Broderick JP, Caplan LR, Connors JJ (Buddy), Culebras A, et al. An
Updated Definition of Stroke for the 21st Century. Stroke [Internet]. 2013 Jul [cited
2019 Feb 18];44(7):2064–89. Available from:
https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/STR.0b013e318296aeca
Powers WJ, Rabinstein AA, Ackerson T, Adeoye OM, Bambakidis NC, Becker K, et al. 2018
Guidelines for the Early Management of Patients With Acute Ischemic Stroke: A
Guideline for Healthcare Professionals From the American Heart
Association/American Stroke Association. Stroke [Internet]. 2018 Mar [cited 2019 Feb
19];49(3). Available from:
https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/STR.0000000000000158
Hatcher JF, Dempsey RJ. Citicoline: neuroprotective mechanisms in cerebral ischemia. J
Neurochem [Internet]. 2002 Jan [cited 2019 Feb 19];80(1):12–23. Available from:
http://doi.wiley.com/10.1046/j.0022-3042.2001.00697.x
Yang Y, Wang A, Zhao X, Wang C, Liu L, Zheng H, et al. The Oxfordshire Community Stroke
Project classification system predicts clinical outcomes following intravenous
thrombolysis: a prospective cohort study. Ther Clin Risk Manag [Internet]. 2016 [cited
2019 Feb 18];12:1049–56. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27418829
Poungvarin N, Viriyavejakul A, Komontri C. Siriraj stroke score and validation study to
distinguish supratentorial intracerebral haemorrhage from infarction. BMJ [Internet].
1991 Jun 29 [cited 2019 Feb 20];302(6792):1565–7. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1855041
Universitas Gadjah Mada. Fakultas Kedokteran RLR. Journal of the medical sciences.
[Internet]. Vol. 28, Journal of the Medical Sciences (Berkala ilmu Kedokteran). 2015
[cited 2019 Feb 20]. Available from: https://jurnal.ugm.ac.id/bik/article/view/4328
20