RETINOPATI DIABETIKUM
Penyusun :
Sandi Kurniawan
030.13.174
Pembimbing :
dr. Hariindra P. S, Sp.M
Disusun oleh:
Sandi Kurniawan
030.13.174
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. N
No. RM : 01096726
Tanggal lahir : 30/11/1951
Usia : 66 tahun
Alamat : Jl. Cililitan Besar RT 04/04, Jakarta Timur
Agama : Islam
Suku : Betawi
Status : Menikah
Pekerjaan :-
2. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien di poli mata
RSUD Budhi Asih tanggal 12 Juli 2017 pada pukul 11.00 WIB.
a. Keluhan Utama
Pasien datang keluhan penglihatan mata kiri dan kanan buram
sejak 1 tahun yang lalu
b. Keluhan Tambahan
Pasien mengeluh kadang melihat bayangan pada kedua penglihatan
di kedua matanya.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang untuk pertama kali ke poli mata RSUD Budhi Asih
dengan keluhan penglihatan mata kanan dan kiri yang semakin
lama semakin buram. Pasien merasakan bahwa awalnya kedua
matanya baik baik saja tidak ada keluhan berarti namun 3 bulah
terakhir penglihatannya mulai terganggu sehingga pasien ingin
memeriksakan matanya. Pasien sebelumnya pernah memeriksakan
matanya ke Rumah Ssakit UKI tetapi tidak diberikan obat untuk
matanya hanya dikonsulkan ke dokter penyakit dalam untuk
mengobati penyakit Diabetes Melitusnya saja dan pasien belum
mendapatkan pengobatan untuk matanya. Pasien tidak pernah
menggunakan kacamata untuk membaca. Tidak terdapat riwayat
trauma pada kedua mata pasien.
g. Riwayat Pengobatan
Pasien tidak pernah menggunakan menggunakan obat untuk
mengobati matanya tetapi untuk penyakit Diabetes melitusnya
pasien mengkonsumsi obat secara rutin tetapi akhir-akhir ini jarang
mengkonsumsi obat sehingga gula darah sewaktu dari pasien
meningkat
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Keadaan Umum : Sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : Tidak diukur
Nadi : 92 x/menit
Suhu : afebris
Pernafasan : 22 x/menit
Limfadenopati preaurikular : (-)
b. Status Oftalmologi
OD OS
6/120 PH (-) Visus 6/60 PH (-)
Ortoforia Kedudukan Bola Mata Ortoforia
4. RESUME
Pasien datang keluhan penglihatan mata buram sejak 1 tahun yang lalu.
Pasien mengeluh kadang melihat bayangan pada kedua penglihatan di kedua
matanya. Pasien datang untuk pertama kali ke poli mata RSUD Budhi Asih
dengan keluhan penglihatan mata kanan dan kiri yang semakin lama semakin
buram. Pasien merasakan bahwa awalnya kedua matanya baik baik saja tidak ada
keluhan berarti namun akhir-akhir ini penglihatannya mulai terganggu sehingga
pasien ingin memeriksakan matanya. Pasien sebelumnya pernah memeriksakan
matanya ke Rumah Ssakit UKI tetapi tidak diberikan obat untuk matanya hanya
dikonsulkan ke dokter penyakit dalam untuk mengobati penyakit Diabetes
Melitusnya saja dan pasien belum mendapatkan pengobatan untuk matanya.
Pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dan status generalis dalam batas
normal. Status oftalmologi didapatkan. Pemeriksaan visus OD 6/120 PH (-) dan
OS 6/60 PH (-). Tidak terdapat hiperemis pada konjungtiva tarsalis superior dan
inferior. Pemeriksaan lensa ditemukan kekeruhan pada lensa mata kiri dan kanan
serta hasil shadow test positif pada kedua lensa. Pada pemeriksaan TIO OD
didapatkan 18,6 mmHg dan TIO OS 14,7 mmHg. Pada hasil pemeriksaan fundus
didapatkan gambaran cotton wool spot, hemorrhages, dot blot spot pada kedua
fundus mata
5. DIAGNOSIS KERJA
Retinopati diabetikum ODS
Katarak Senilis Imatur ODS
6. DIAGNOSIS BANDING
Retinopati hipertensi
Central Retina Artery Occlusion
Central Retina Vena Occlusion
7. PENATALAKSANAAN
Medika mentosa
Noncort 2 dd gtt I ODS
Retivit plus 1 dd tab I
Obat diabetes dilanjutkan
Obat hipertensi dilanjutkan
8. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad malam
Ad sanationam : Dubia ad malam
BAB II
ANALISIS KASUS
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Definisi7
4.3 Etiologi
Penyebab pasti retinopati diabetikum belum diketahui. Tetapi diyakini
bahwa lamanya terpapar pada hiperglikemia (kronis) menyebabkan perubahan
fisiologi dan biokimia yang akhirnya menyebabkan kerusakan endotel pembuluh
darah. Hal ini didukung oleh hasil pengamatan bahwa tidak terjadi retinopati pada
orang muda dengan diabetes tipe I paling sedikit 3-5 tahun setelah awitan
penyakit ini. Hasil serupa telah diperoleh pada diabetes tipe 2. Tetapi pada pasien
ini onset dan lama penyakit lebih sulit ditentukan secara cepat
4.4 Patofisiologi10,11
Pembuluh darah baru yang terbentuk hanya terdiri dari satu lapisan sel endotel
tanpa sel perisit dan membrane basalis sehingga bersifat sangat rapuh dan mudah
mengalami perdarahan.Pembuluh darah baru tersebut sangat berbahaya karena
bertumbuhnya secara abnormal keluar dari retina dan meluas sampai ke vitreus,
menyebabkan perdarahan disana dan dapat menimbulkan kebutaan. Perdarahan ke
dalam vitreus akan menghalangi transmisi cahaya ke dalam mata dan memberi
penampakan berupa bercak warna merah, abu-abu, atau hitam pada lapangan
penglihatan. Apabila perdarahan terus berulang, dapat terjadi jaringan fibrosis
atau sikatriks pada retina. Oleh karena retina hanya berupa lapisan tipis yang
terdiri dari beberapa lapisan sel saja, maka sikatriks dan jaringan fibrosis yang
terjadi dapat menarik retina sampai terlepas sehingga terjadi ablasio retina.
Soft exudate yang sering disebut cotton wool patches merupakan iskemia
retina. Pada pemeriksaan oftalmoskopi akan terlihat bercak berwarna
kuning bersifat difus dan berwarna putih. Biasanya terletak dibagian tepi
daerah nonirigasi dan dihubungkan dengan iskemia retina.
4.6 Klasifikasi14,15
Retinopati diabetikum dapat dibedakan menjadi:
Anamnesis
Pada screening awal untuk menentukan diagnosis retinopati diabetikum kita
bisa menanyakan mengenai keluhan utama dari pasien berupa penglihan yang
menurun. Pada tahap awal retinopati DM tidak didapatkan keluhan. Pada tahap
lanjut dari perjalanan penyakit ini, pasien dapat mengeluhkan penurunan
ketajaman penglihatan serta pandangan yang kabur. Lalu kita bisa tanyakan
mengenai berapa lama pasien mengidap penyakit DM karena itu faktor risiko
seseorang dapat terkena retinopati diabetikum atau riwayat penyakit keluarga.
Apabila seseorang sudah terdiagnosis DM apakah dia sudah memeriksakannya ke
dokter karena DM yang tidak terkontrol dapat menyebabkan retinopati
diabetikum.
Pemeriksaan oftalmologi
Hasil pemeriksaan visus maka pasien dengan retinopati diabetikum dapat terjadi
penurunan visus
NPDR PDR
Mikroaneurisma (+) Mikroaneurisma (+)
Perdarahan intraretina (+) Perdarahan intraretina (+)
Hard eksudat (+) Hard eksudat (+)
Oedem retina(+) Oedem retina (+)
Cotton Wool Spots (+) Cotton Wool Spots (+)
IRMA (+) IRMA(+)
Neovaskularisasi (-) Neovaskularisasi (+)
Perdarahan Vitreous (-) Perdarahan Vitreous (+)
Pelepasan retina secara traksi (-) Pelepasan retina secara traksi (+)
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Glukosa puasa dan Hemoglobin A1c (HbA1c) merupakan tes laboratorium
yang sangat penting yang dilakukan untuk membantu mendiagnosis diabetes.
Kadar HbA1c juga penting pada monitor jangka panjang perawatan pasien dengan
diabetes dan retinopati diabetik. Mengontrol diabetes dan mempertahankan level
HbA1c pada kisaran 6-7% merupakan sasaran pada manajemen optimal diabetes
dan retinopati diabetik. Jika kadar normal dipertahankan, maka progresi dari
retinopati diabetik bisa berkurang secara signifikan.
Pencitraan
Angiografi fluoresensi fundus (Fundus Fluorescein Angiography (FFA)
merupakan pemeriksaan tambahan yang dalam diagnosis dan manajemen
retinopati DM :
Mikroaneurisma akan tampak sebagai hiperfluoresensi pinpoint yang tidak
membesar tetapi agak memudar pada fase akhir tes.
Perdarahan berupa noda dan titik bisa dibedakan dari mikroaneurisma
karena mereka tampak hipofluoresen.
Area yang tidak mendapat perfusi tampak sebagai daerah gelap homogen
yang dikelilingi pembuluh darah yang mengalami oklusi.
IRMA (Intra Retinal Microvascular Abnormality) tampak sebagai
pembuluh darah yang tidak bocor, biasanya ditemukan pada batas luar
retina yang tidak mendapat perfusiArea yang tidak mendapat perfusi
tampak sebagai daerah gelap homogen yang dikelilingi pembuluh darah
yang mengalami oklusi.
4.8 Diagnosis banding15
Branch Retinal Vein Occlusion
Central Retinal Vein Occlusion
Macular drussen: Bilateral, titik kekuningan focal yang dapat di salah artikan
sebagai hard exudate. Namun pada kelainan ini, titik-titik tersebut tidak
membentuk sebagai rosette.
Hypertensive retinopathy: terdapat tanda khas yang berupa oedema retinal
bilateral, terdapat eksudat keras dan flame shapped haemorrages dan dapat
bersamaan dengan adanya background diabetic retinopathy. Namun hard
exudates membentuk macular star dan tidak membentuk cincin.
Retinal artery macroaneurysm: terdapat oedem retina, hard exudates, dan
haemorrhages, namun biasanya unilateral dan perubahan lebih terlokalisir.
4.9 Tatalaksana11,16
Prinsip utama penatalaksanaan dari retinopati diabetik adalah pencegahan.
Hal ini dapat dicapai dengan memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi
perkembangan retinopati diabetik nonproliferatif menjadi proliferatif.
4. Vitrektomi
Vitrektomi dini perlu dilakukan pada pasien yang mengalami kekeruhan
(opacity) vitreus dan yang mengalami neovaskularisasi aktif. Vitrektomi dapat
juga membantu bagi pasien dengan neovaskularisasi yang ekstensif atau yang
mengalami proliferasi fibrovaskuler. Selain itu, vitrektomi juga diindikasikan bagi
pasien yang mengalami ablasio retina, perdarahan vitreus setelah fotokoagulasi,
RDP berat, dan perdarahan vitreus yang tidak mengalami perbaikan.1,2,8
Gambar 22 : Vitrektomi
4.10 Komplikasi
2. Glaukoma neovaskular
Pembuluh darah baru yang tidak mempunyai struktur yang kuat dan mudah
rapuh sehingga mudah mengakibatkan perdarahan.
DAFTAR PUSTAKA