Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEGAWATDARURATAN

NEUROLOGIS PADA PEDIATRI

Disusun Oleh
RINA SETIANI

PUTRI A. AYU LESTARI

USULINA OKOSERAY

HANSEN GULTOM

SYEANE M. MANSAWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan dengan kegawatdaruratan neorologis pada pediatri.

Kami menyampaikan terimakasih kepada dosen kami Ibu JULIAWATI


S.Kep. Ns. M.Kep. An sebagai dosen pengasuh, terima kasih juga kepada
keluarga tercinta kami dan semua yang terlibat dalam penyusunan makalah
tersebut.

Kami menyadari sepenuh nya bahwa makalah tersebut masih banyak


kekurangan, oleh karena nya saran dan kritik yang sifat nya membangun sangat
kami harapkan.

Jayapura, 12 Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………… i

Daftar Isi…………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang…………………………………………….........1
2. Rumusan Masalah……………………………………………… 2
3. Tujuan…………………………………………………………. 3
4. Manfaat…………………………………………………………4

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi……………………………………………...................... 5
B. Etiologi………………………………………………………… 6
C. Patofisiologi…………………………………………………… 7
D. Manifestasi klinis……………………………………………… 7
E. Pemeriksaan Penunjang………………………………………. 10
F. Penatalaksaaan……………………………………………….. 11
G. Discharge Planning…………………………………………… 11
H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan………………………… 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………… 17
B. Saran…………………………………………………………. 17

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………. 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I.    LATAR BELAKANG

Penurunan kesadaran merupakan kegawatdarutan neurologi yang sering


ditemukan pada anak, mulai dari penurunan kesadaran ringan bahkan sampai tidak
sadar (koma) yang bisa terjadi di ruang gawat darutat ataun pun di ruang
perawatan. Terjadi nya penurunan kesadaran menunjukkan bahwa anak tersebut
mengalami gagguan pada fungsi sistem saraf pusat nya. Penurunan kesadaran
merupakan manifestasi klinis dari pemeriksaan fisik.

Angka mortalitas penurunan kesadaran pada bayi dan anak dengan etiologi
yang spesifik berkisar antara 3-84%. Pasien yang mengalami kejang atau gejala
delirium dan agitasi yang disebabkan oleh intoksikasi, kesadaran nya akan
cenderung pulih sepenuh nya, sedangkan pasien anak yang mengalami penurunan
kesadaran yang disebabkan infeksi atau trauma kepala yang cenderung mengalami
squele neurologi yang menetapbahkan akan sulit untuk bertahan hidup.

Lalu bagaimana dengan anak yang mengalami kejang demam. Demam


merupakan hal yang sering kita temui dalam sehari hari terutama pada anak anak
yang masih rentan akan penyakit. Demam di tandai ada nya peningkatan suhu
tubuh dari batas normal. Menurut Lusia, 2015 demam merupakan kasus tersering
yang menyebabkan orang tua membawa anak ke pelayanan kesehatan dan
terkadang membuat orang tua panik.

Ada hal hal yang harus mendapat perhatian khusus sehubungan dengan
demam pada anak. Anak yang kejang demam merupakan masalah penting yang
harus di ketahui untuk melakukan tindakan yang tepat jika terjadi, agar tidak
membawa dampak yang serius di kemudian hari, Lusia 2015.

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena ada nya
kenaikan suhu tubuh (>38 derajad celcius) akibat suatu proses ekstrakranium
tanpa ada nya infeksi intrakranial atau penyebab lain(UKK,

1
NeurologiIDAI,2006).Kejang demam juga dapat terjadi karena proses intrakranial
dan ekstrakranial(NANDA NIC NOC,2015 jilid2). Kejangdemambiasa nya di
alami oleh anak usia 6 bulan hingga 5 tahun. Bila anak sering kejang, utama nya
kurang dari 6 bulan, kemungkinan besar mengalami epilepsy ( Airlangga
University Press(UAP),2015).Insiden kejang demam 2,2-5% pada anak di bawah
usia 5 tahun.Dalam sebuah penelitian di sebutkan bahwa anak laki laki lebih
sering terjadi kejang dari pada perempuan dengan perbandingan1,2-1,6 : 1.

Penggolongan kejang demam menurut kriteria Nationall


CollaborativePerinatal Project di bagi menjadi dua yaitu kejang demam
sederhana dan kejang kompleks. Kejang demam sederhana adalah kejang demam
yang lama nya kurang dari 15 menit, umum dan tidak berulang pada satu episode
demam. Sedangkan kejang demam kompleks adalah kejang demam yang lebih
lama dari 15 menit baik bersifat fokal atau multiple.

Insiden kejang di beberapa negara sangat berbeda beda. World Health


Organitation (WHO) memperkirakan terdapat lebih dari 21,65 juta penderita
kejang demam dan lebih dari 216 ribu di antara nya meninggal. Insiden terjadi nya
kejang demam di perkirakan mencapai 4-5 % dari jumlah penduduk di Amerika
Serikat, Amerika Selatan dan Eropa Barat. Namun di Asia angka kejadian kejang
demam lebih tinggi, d Jepang di laporkan antara 6-9%, India 5-10% dan di Guam
terdapat 14% (Hernal 2010). Selain itu Kwait dari 400 anak yang berusia 1 bulan-
13 tahun dengan riwayat kejang, yang mengalami kejang demam sekitar 77%
(WHO 2013). Di Indonesia (Wibisono, 2015) melaporkan angka kejadian kejang
demam sebanyak 3-4% dari anak usia 6 bulan – 5 tahun pada tahun 2012-2013.

Kejang demam juga merupakan masalah umum yang biasa nya


menyebabkan kecemasan dan ketakutan orang tua. Anak yang mengalami kejang
demam dapat meningkatkan resiko kerusakan pada otak,mempunyai riwayat
keluarga dengan kejang demam, hinggaketerlambatan perkembangan. Orang tua
sebaik nya harus mengetahui informasi tentang penanganan yang di berikan pada
anak yang mengalami kejang demam, sebab apabila orang tua memiliki sikap

2
yang minim dan tidak segera membawa anak mereka ke pelayanan kesehatan,
maka bukan tidak mungkin anak tersebut akan mengalami dampak yang salah satu
nya adalah kerusakan otak dan kematian.

Penurunan kesadaran yang disebabkan oleh kejang demam membutuhkan


penanganan yang cepat karena dapat mengancam jiwa terutama pada anak.
Tatalaksana awal yang cepat, tepat dan adekuat sangat diperlukan karena dapat
menentukan prognosis pada anak tersebut.Prognosis pada pasien anak dengan
penurunan kesadaran akan membaik jika dilakukan pengenalan awal yang cepat
dari tanda dan gejala klinis nya, tatalaksana awal yang tepat, stabilisasi dari
airway, breathing dan sirkulation, identifikasi dan tata laksana dari penyebab yang
mendasari penurunan kesadaran.

Karena itulah kelompok membahasa kasus Kegawatdaruratan


NeuologisPada Pediatrik.

2. RUMUSAN MASALAH

a. Apa definisi dari kejang demam ?


b. Apa penyebab dari kejang demam ?
c. Apa manifestasi klinis dari kejang demam ?
d. Bagaimana patofisiologi kejang demam ?
e. Apa komplikasi dari kejang demam ?
f. Apa pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan ?
g. Bagaimana kah penatalaksanaan pada penderita kejang demam ?
h. Bagaimana kah asuhan keperawatan yang di lakukan pada pasien
kejang demam ?

3. TUJUAN

a. Mengetahui definisi dari kejang demam


b. Mengetahui penyebab kejang demam
c. Mengetahui manifestasi klinis dari kejang demam
d. Mengetahui patofisiologi kejang demam

3
e. Mengetahui komplikasi dari kejang demam
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari kejang demam
g. Mengetahui penatalaksanaan dari kejang demam
h. Mengetahui asuhan keperawatan bagi penderita kejang demam

4. MANFAAT

Sebagai mahasiswa kita mampu memberikan asuhan keperawatan yang


komprehensif bagi penderita kejang demam dan diharapkan mampu memberikan
health education kepada orang tua bagaimana penanganan pertama pagi penderita
kejang demam ?

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Kejang adalah suatu kejadian paroksismal yang disebabkan oleh muatan


hipersinkron abnormal dari suatu kumpulan neuron SSP.Kejang demam (kejang
tonik - klonik demam) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu mencapai >38°C). Kejang demam dapat terjadi karena proses
intrakraniam maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2 - 4% populasi
anak berumur 6 bulan s/d 5 tahun, paling sering pada anak usia 17 sampai 23
bulan.(NANDA NIC NOC Edisi revisi jilid 2, hal 163)

Klasifikasi internasional terhadap kejang : (smeltzer, Suzanna 2002) :


1. Kejang parsial (kejang yang dimuali setempat)
 Kejang parsial sederhana (gejala - gejala dasar umumnya tanpa
gangguan kesadaran)
 kejang parsial kompleks (dengan gejala Kompleks, umumnya
dengan gangguan kesadaran)
 kejang parsial sekunder menyeluruh.
2. Kejang umum / generalisata (simetrik bilateral, tanpa awitan local).
 Kejang tonik-klonik
 Absence
 Kejang mioklonik (epilepsy bilateral yang luas)
 Kejang atonik
 Kejang klonik
 Kejang tonik.

Kejang demam di klafisikasi kasihkan menjadi dua yaitu


1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
 Kejang berlangsung singkat

5
 Pada umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu <10 menit.
 Tidak terulang dalam waktu 24 jam.
2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
 Kejang berlangsung lama lebih dari 15 menit.
 Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial.
 Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam.

Kejang demam menurut proses terjadinya :


1. Intrakranial :
 Trauma (pendarahan) : pendarahan subarachnoid, subdural atau
ventrikuler)
 Infeksi : bakteri, virus, parasit misalnya meningitis.
 Kongenital : disgenesis, kelainan serebri.

2. Estrakranial :
 Gangguan metabolik : hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesia,
gangguan elektrolit (Na dan K) misalnya pada pasien dengan
riwayat diare sebelumnya.
 Toksik : intoksikasi, anestesi local sindroma putus obat.
 Kongenital : gangguan metabolisme asam basa atau
ketergantungan dan keurangan piridoksin.

B. ETIOLOGI

Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari suatu
populasi neuron yang sangat mudah terpicu sehingga mengganggu fungsi normal
otak dan juga dapat terjadi karena keseimbangan asam basa atau elektrolit yang
terganggu. Kejang itu sendiri dapat juga menjadi manifestasi dari suatu penyakit
mendasar yang membahayakan. (Silvia A. Price)

6
Kejang demam disebabkan oleh hipertermia yang muncul secara cepat
yang berkaitan dengan Infeksi virus atau bakteri. umumnya berlangsung singkat
dan mungkin terdapat predisposisi familial. dan beberapa kejadian kejang dapat
berlanjut melewati masa anak-anak dan mungkin dapat mengalami kejang non
demam pada kehidupan selanjutnya.

Beberapa faktor resiko berulangnya kejang yaitu :


 Riwayat kejang dalam keluarga
 Usia kurang dari 18 bulan
 Tingginya suhu badan sebelum kejang demam, makin tinggi suhu
sebelum kejang demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam
akan berulang.
 Lamanya demam sebelum kejang semakin pendek jarak antara
mulainya demam dengan kejang, maka semakin besar risiko kejang
demam berulang

C. PATOFISIOLOGI
Pada demam, kenaikan suhu 1 derajad celcius akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan O2 meningkat 20%. Pada
seorang anak berumur 3 tahun yang sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh
tubuh dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan
sushu tubuh dapat mengubah keseimbangan membran sel neuron dan dalam
waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik,
dengan bantuan neurotransmiter, perubahan yang terjadi secara tiba2 ini dapat
menimbulkan kejang. (Ngatiyah, 2005).

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala umum :
 Kejang umum biasanya diawali kejang tonik kemudian klonik
berlangsung 10 s/d 15 menit, bisa juga lebih.
 Takikardia : pada bayi frekuensi sering di atas 100-200 per menit.

7
 Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi
sebagai akibat menurunnya curah jantung.
Gejala bendungan siystem vena :
 Hepatomegali
 Peningkatan tekanan Vena jugularis.

Gejala sesuai klasifikasinya


Kejang Karakteristik
Parsial Kesadaran utuh walaupun mungkin
berubah, fokus di satu bagian tetapi
dapat menyebar ke bagian lain.
1. Parsial sederhana - Dapat bersifat motorik (gerakan
abnormal unilateral), sensorik
(merasakan, membaui, mendengar
sesuatuyang abnormal),
automik(takikardia, bardikardia,
takipneu, kemerahan, rasa tidak
enak diepigastrium), psikik
(disfagia, gangguan daya ingat)
- Biasanya berlangsung kurang dari
1 menit.
2. Parsial kompleks Dimulai sebagai kejang parsial
sederhana, berkembang menjadi
perubahan kesadaran yang disertai
oleh :
- Gejala motorik, gejala sensorik,
otomatisme (mengecapecapkan
bibir, mengunyah, menarik baju)
- Beberapa kejang parsial kompleks
mungkin berkembang menjadi
kejang generalisata.
- Biasanya berlangsung selama 1-3

8
menit.

Generalisata Hilangnya kesadaran, tidak ada


awitan fokal, bilateral dan simetrik
tidak ada aura
1. Tonik - klonik Spasme tonik – klonik otot,
inkontinensia urin dan alvi,
menggigit lidah, fase pascaiktus.
2. Absence Sering salah didiagnosis sebagai
melamun
- Menatap kosong, ekpala sedikit
lunglai, kelopak mata bergetar,
atau berkedip secara cepat, tonus
postural tidak hilang.
- Berlangsung beberapa detik
3. Mioklonik Kontraksi mirip – syok mendadak
yang terbatas di beberapa otot atau
tungkai, cenderung singkat.
4. Atonik Hilangnya secara mendadak tonus
otot disertai lenyapnya postur tubuh
(drop attacks)
5. Klonik Gerakan menyentah, repetitif, tajam,
lambat, dan tunggal atau multiple
dilegan, tungkai atau torso
6. Tonik Peningkatan mendadak tonus otot
(menjadi kaku, kontraksi) wajah dan
tubuh bagian atas, refleksi lengan
dan ekstensi tungkai
- Mata kepala mungkin berputar ke
satu sisi
- Dapat menyebabkan henti nafas.

9
Efek fisiologi kejang

Awal (kurang dari 15 Lanjut (15-30menit) Berkepanjangan (lebih


menit) dari 1 jam)
- Meningkatkan - Menurunkan - Hipotensi disertai
kecepatan denyut tekanan darah berkurangnya aliran
jantung - Menurunkan gula darah serebrum
- Meningkatkan tekanan darah sehingga terjadi
darah - Disritmia hipotensi serebrum
- Meningkatkan kadar - Edemaparu non - Gangguan sawar
glukosa jantung darah otak yang
- Meningkatkan suhu menyebabkan edema
pusat tubuh serebrum
- Meningkatkan sel
darah putih

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap,
elektrolit dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak
menunjukkan kelainan yang berarti.
 Indikasi lumbal pungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan
atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Indikasi lumbal pungsi
pada pasien dengan kejang demam meliputi :
 Bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala
meningitis sering tidak jelas.
 Bayi antara 12 bulan - 1 tahun dianjurkan untuk melakukan lumbal
pungsi kecuali pasti bukan meningitis.
 Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas.
 Pemeriksaan foto kepala, CT Scan dan / MRI tidak dianjurkan pada anak
tanpa kelainan neurologist karena hampir semuanya menunjukkan
gambaran normal. CT scan atau MRI direkomendasikan untuk kasus
kejang fokal untuk mencari reaksi organik di otak.

10
F. PENATALAKSANAAN (Terlampir)

G. DISCHARGE PLANNING

Tujuan penanganan kejang adalah untuk menghentikan kejang sehingga


defek pernafasan dan hemodinamik dapat diminimalkan.
Pengobatan saat terjadi kejang :
 Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam
menghentikan kejang
Dosis pemberian :
- 5 mg untuk anak <3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak >3 tahun.
- atau 5 mg untuk BB<10Kg dan 10 mg untuk anak dengan BB>10kg.
- 0,5-0,7 mg / kgBB / kali.

 Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2-


0,5mg/BB. Pemberian secara perlahan-lahan dengan kecepatan 0,5-1 mg
per menit untuk menghindari depresi pernapasan, bila kejang berhenti
sebelum obat habis hentikan penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2 kali
dengan jarak 5 menit bila anak masih kejang, diazepam tidak dianjurkan
diberikan per IM karena tidak diabsorbsi dengan baik.
 Bila tetap masih kejang berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/kgBB
berlahan - lahan. Kejang yang berlanjut dapat diberikan pentobartital
50mg IM dan pasang ventilator bila perlu.

Setelah kejang berhenti


Bila kejang berhenti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan dengan
pengobatan intermitten yang diberikan pada anak demam untuk mencegah
terjadinya kejang demam. Obat yang diberikan berupa :
1. Antipiretik

11
 Paracetamol atau asetaminofen 10-15 mg/kgBB/ kali diberikan 4
kali atau setiap 6 jam. Berikan dosis rendah dan pertimbangkan
efek samping berupa hiperhidrosis.
 Ibuproven 10 mg/kgBB/ kali diberikan 3 kali.

2. Antikonvulsan
 Berikan diazepam oral dosis 0,3-0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada
saat demam menurunkan resiko berulangnya kejang atau
 Diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB/hari sebanyak 3 kali per hari.

Bila kejang berulang


Berikan pengobatan rumahan dengan fenobarbital atau asam valproat dengan
dosis asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis, sedangkan fenobarbital
3-5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis indikasi untuk diberikan pengobatan
rumatan adalah :
 Kejang lama >15 menit
 anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah
kejang misalnya hemiparese, cerebral palsy, hidrocefalus.
 Kejang lokal.
 bila ada keluarga sekandung yang mengalami epilepsi.

Disamping itu terapi rumatan dapat dipertimbangkan untuk :


 Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam.
 Kejang demam terjadi pada bayi <12 bulan.

H. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Anamnesis

12
Selain biodata ada beberapa hal yang perlu di kaji saat menangani pasien
kejang, di antaranya :
 Deskripsi kejang
 Durasi dan frekuensi kejang
 Kesadaran selama dan sesudah kejang/antara kejang
 Suhu saat kejang
 Awitan kejang sebelum demam
 Gejala penyerta : focus pada infeksi
 Gejala neurologis lainnya ( kelemahan ekstremitas, penurunan
kesadaran, perubahan perilaku )
 Riwayat kejang dalam keluarga
 Riwayat kejang sebelumnya dengan maupun tanpa demam
2. Pengkajian Fisik
 Pemeriksaan fisik umum
Tanda tanda vital, mencari sumber infeksi, tanda tanda dehidrasi
 Pemeriksaan Neurologis
Kesadaran, tanda rangsang meningeal, ubun ubun besar, nervous
kranialis,dan refleks patologis.

B. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


 Hipertermi berhubungan dengan penyakit
 Resiko ketidakefetifan perfusi jaringan otak b.d kejang, hypoksia

13
 Resiko aspirasi b.d penurunan tingkat kesadaran

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


keperawatan hasil
1. Hypertermi NOC : NIC :
Thermoregulasi  Monitor vital
Definisi: peningkatan Kriteria Hasil : sign, terutama
suhu tubuh  Suhu tubuh suhu/2 jam
Batasan karakteristik dalam rentang  Monitor intake
 Peningkatan normal dan output,
suhu tubuh di  Nadi dan IWL
atas normal respirasi dalam  Kompres
 Kejang batas normal menggunakan
 Takhikardi  Tidak ada air hangat
 Kulit terasa perubahan  Pakaikan
hangat warna kulit pakaian tipis
 Kulit dan menyerap
kemerahan keringat
 Respirasi  Edukasi tentang
meningkat bahaya panas
Faktor yang yang bisa
berhubungan : menyebabkan
 Penyakit kejang

 Peningkatan  Kolaborasi
laju tentang
metabolisme pemberian
cairan intravena
dan pemberian
antipieretik

14
2. Resiko NOC : NIC :
ketidakefetifan  Circulation  Monitor TIK
perfusi jaringan otak  Tissue  Monitor intake
prefusion dan out put
Definisi : Kriteria Hasil :  Pertahankan
Beresiko mengalami  Tidak ada suhu normal
penurunan sirkulasi tanda  Tingkatkan
jaringan otak yang peningkatan periode istirahat
dapat mengganggu intrakranial  Kolaborasi
kesehatan  Tingkat pemberian
kesadaran antikejang
Batasan karakteristik membaik
 Trauma kepala

Faktor yang
berhubungan dengan
 Kejang
 Hypoksia

3. Resiko aspirasi NOC : NIC :


 Respiratory  Monitor tingkat
Definisi : status kesadaran,
Resiko masuk nya  Aspiration refleks batuk
sekresi gastrointestinal, control dan
sekresi orofaring, kemampuan
kotoran atau debu atau Kriteria hasil : menelan
cairan kedalam saluran  Jalan nafas  Monitor status
trakeobronkhial paten paru, patenkan
 Mampu njalan nafas
Faktor resiko : menelan dan  Potong

15
 Penurunan mengunyah makanan kecil
tingkat tanpa terjadi kecil
kesadaran aspirasi  Lakukan
 Gangguan section bila
menelan perlu
 Posisi tegak 90
derajad
 Pasang Ngt/Ogt
bila perlu, cek
kepatenan nya
sebelum
memberikan
makanan

BAB III
PENUTUP

I. KESIMPULAN

16
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi padakenaikan
suhu tubuh lebih dari batas normal >38 derajad celcius. Kejang demam terjadi
pada 2-4% populasi anak umur 6 bulan—5 tahun, dan yang paling sering pada
usia 17-23 bulan.
Kejang demam merupakan penyakit kejang yang paling sering di jumpai
di bidang neurologi khusus nya anak. Kejang selalu merupakan peristiwa yang
menakutkan bagi orang tua. Penangan kejang demam harus dilakukan secara cepat
dan tepat untuk menghindari komplikasi yang terjadi yaitu penurunan kesadaran
yang akan mengakibatkan anak tersebut menjadi cacat atau bahkan kematian.
Penangan awal kejang tetap harus mengacu pada tindakan A, B, C dan
seterusnya. Ada berapa hal yang bisa kita lakukan dalam membantu mengingat
kejadian kejang, yaitu dengan cara mengkaji karakter kejang, kapan mulai nya
kejang, dimana kejang itu terjadi, dan berapa lama kejang itu berlangsung.

2.SARAN
Sebagai petugas kesehatan kita harus mampu menangani pasien dengan
kejang demam dengan tetap memperhatikan prinsip A,B,C, yang harus di lakukan
secepat dan setepat mungkin agar anak tersebut memiliki prognosis yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

17
18

Anda mungkin juga menyukai