Anda di halaman 1dari 3

WAJIB SKRINING TES HIV PRA-NIKAH

SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN HIV DALAM KELUARGA

Fahrurrajib¹
Mahasiswa Prodi Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Kesehatan
Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Corresponding author email: fahrurrajib2010@gmail.com

Diseluruh dunia pada tahun 2013 HIV, justru yang terjadi sebaliknya kasus ini
terdapat 35 juta orang hidup dengan HIV semakin meningkat. Peningkatan kasus ini
yang meliputi 16 juta perempuan dan 3.2 juta menunjukan bahwa salah satu program
anak yang berusia <15 tahun. Jumlah infeksi pemerintah untuk mencegah terjadinya
baru HIV pada tahun 2013 sebesar 2.1 juta penularan HIV masih belum efektif, namun
yang terdiri 1.9 juta dewasa dan 240.000 anak disisi lain peningkatan kasus ini juga
berusia <15 tahun. Jumlah kematian AIDS menunjukan keberhasilan dari program
sebanyak 1.5 juta yang terdiri dari 1.3 juta pemerintah dalam menemukan insiden HIV
dewasa dan 190.000 anak berusia <15 tahun di masyarakat.
[4]. Berdasarkan laporan Kemenkes di tahun
Di Indonesia jumlah kasus HIV di tahun 2016 bahwa kejadian HIV tertinggi
2016 sebanyak 41.250 kasus, meningkat berdasarkan pekerjaan masih ditempati oleh
dibanding tahun 2015 sebanyak 30.935 kasus ibu rumah tangga [7]. Peningkatan kasus HIV
[7]. Pada beberapa tahun terakhir telah pada ibu rumah tangga dari tahun ke tahun
tercatat kemajuan dari pelaksanaan terus meningkat dan salah satu faktor
program pengendalian HIV di Indonesia. penyebab utamanya yaitu penularan dari suami
Namun demikian kemajuan yang terjadi, yang terinfeksi HIV. Sekilas tentang kisah
tetap masih belum bisa menurunkan kasus nyata ibu rumah tangga di Papua Barat yang
terinfeksi HIV dari suaminya. Stigma menjadi penghambat upaya
“Dulu saya bercita-cita menjadi seorang pencegahan HIV di Indonesia.
polisi wanita karena saya melihat mereka Stigma memposisikan penderita HIV sebagai
membantu dan melindungi orang namun kutukan kematian sebelum kematian.
impian saya sirna. Pada Juni 2002, suami Penderita HIV dikucilkan secara sosial
saya meninggal dan enam bulan kemudian sehingga membuat mereka terisolasi dalam
bayi perempuan saya pun juga meninggal. kehidupan sosial. Ketakutan menjadikan
Baru pada bulan Oktober saya tahu ketidakmampuan dan ketidakmauan
penyebabnya dan kesedihanpun belum juga masyarakat untuk mengetahui secara ilmiah
hilang ketika saya diberitahu oleh dokter dan rasional sebuah penyakitnya. Ketakutan
bahwa bahwa saya terinfeksi HIV dari suami karena adanya stigma inilah yang menjadi
saya”. penyebab masyarakat menolak untuk
Ibu tersebut hanya salah satu korban yang melakukan tes HIV. Akibatnya upaya
polos dan tidak tahu menahu tentang HIV. Ia pencegahan HIV di Indonesia mengalami
hanya orang biasa yang bahkan tidak pernah hambatan.
melakukan tindakan beresiko, namun tertular Stigma menjadi hambatan dalam upaya
oleh suaminya yang terinfeksi HIV [9]. pencegahan HIV dan sekaligus penyebab
Kisah diatas menunjukan seorang ibu ketidakmauan masyarakat untuk melakukan
yang menjadi korban akibat dari tes HIV. Mengurangi stigma dan sikap
ketidaktahuan bahwa suaminya sudah diskriminasi terkait HIV (SDAs) sangat
terinfeksi HIV sebelumnya. Inilah yang penting untuk pencegahan dan pengobatan
menjadi masalah utama kenapa sampai saat ini HIV yang efektif. Stigma dan diskriminasi
kasus HIV pada ibu rumah tangga semakin memiliki dampak negatif terhadap akses
meningkat tiap tahun. Strategi pemerintah orang yang hidup dengan HIV/AIDS
terkait dengan program pengendalian HIV (ODHA) ke sumber pelayanan dan
melalui peningkatan penemuan kasus HIV menghambat upaya promosi kesehatan [2].
secara dini meliputi: Oleh karena itu perlu dilakukan upaya khusus
a. Penawaran tes HIV rutin yang dilakukan untuk meluruskan stigma yang tidak benar
pada ibu hamil. tentang HIV di masyarakat. Beberapa
b. Memperluas akses layanan KTHIV penelitian membuktikan bahwa strategi
dengan cara menjadikan tes HIV sebagai penting dalam menanggapi epidemi HIV
standar pelayanan di seluruh fasilitas adalah dengan meningkatkan pengetahuan
kesehatan (FASKES) pemerintah sesuai
dan mempromosikan perilaku sehat dan
status epidemi dari tiap Kabupaten/Kota
mengurangi stigma sosial [8].
c. Memperluas dan melakukan layanan
KTHIV sampai ketingkat puskemas.
Mengingat banyaknya kasus HIV yang
d. Bekerja sama dengan populasi kunci, terjadi pada ibu rumah tangga, maka
komunitas dan masyarakat umum untuk pemerintah perlu merubah arah kebijakan
meningkatkan kegiatan penjangkauan untuk mencegah penularan HIV dalam
dan memberikan edukasi tentang lingkup keluarga dengan mewajibkan tes
manfaat tes HIV dan terapi ARV. HIV pra-nikah. Mewajibkan test HIV pra-
Namun yang menjadi masalah utama adalah nikah adalah salah satu upaya yang paling
kebanyakan masyarakat menolak untuk efektif untuk mencegah terjadi penularan
melakukan tes tersebut karena dilatarbelakangi HIV dalam lingkup keluarga karena dengan
oleh stigma yang buruk tentang HIV. mengetahui status HIV lebih awal maka
Walaupun pendekatan ilmiah dilakukan, banyak upaya yang dilakukan untuk
tidak mudah melepaskan stigma yang ada. menghindari penularan HIV dalam keluarga,
seperti resiko penularan kepada pasangan
melalui hubungan seksual dapat dicegah Caesarea (SC) dan menghindari pemberian
dengan penggunaan kondom dan pasangan ASI [1,5,6]. Calon orang tua dapat menekan
yang telah terinfeksi HIV bahkan tetap dapat risiko penularan pada anak dengan
memiliki keturunan dengan aman melalui mengetahui status HIV sejak dini. Diagnosis
program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu dini dari yang tidak terdiagnosis HIV pada
ke Anak (PPIA/PMTCT), penularan HIV dari populasi kunci yang mengunjungi perawatan
ibu ke anak saat kehamilan, melahirkan dan dalam menggunakan program pengobatan,
menyusui. Transmisi ibu-ke-bayi (MTCT) memiliki potensi untuk mengurangi
tetap merupakan rute infeksi HIV yang paling morbiditas dan mortalitas serta tingkat
signifikan di kalangan anak-anak di negara penularan HIV [3]. Oleh karena itu
berkembang [8]. Tanpa adanya intervensi, mewajibkan test HIV pra-nikah adalah salah
rentang tingkat transmisi bisa mencapai 15 satu upaya yang efektif dan sangat
hingga 45% [9]. tetapi bisa dikurangi hingga bermanfaat untuk melindungi keluarga dari
di bawah 5% dengan intervensi yang efektif infeksi HIV.
seperti pemberian ARV, cara Sectio

DAFTAR PUSTAKA
[1] A. Dorenbaum et al., “Two-dose intrapartum/newborn nevirapine and standard
antiretroviral therapy to reduce perinatal HIV transmission: a randomized trial.,” JAMA,
vol. 288, no. 2, pp. 189–98, 2002.
[2] A. E. R. Bos, H. P. Schaalma, and J. B. Pryor, “Reducing AIDS-related stigma in developing
countries: The importance of theory- and evidence-based interventions,” Psychol. Heal.
Med., vol. 13, no. 4, pp. 450–460, 2008.
[3] C. A. Simeone, S. M. Seal, and C. Savage, “Implementing HIV Testing in Substance Use
Treatment Programs: A Systematic Review,” J. Assoc. Nurses AIDS Care, vol. 28, no. 2,
pp. 199–215, 2017.
[4] Ditjen PP & PL Kemenkes RI and Kementrian Kesehatan RI, “Data Statistik HIV di
Indonesia 2014,” Kemenkes RI, no. September. pp. 1–3, 2014.
[5] European Collaborative Study, “Mother-to-child transmission of HIV infection in the era of
highly active antiretroviral therapy.,” Clin. Infect. Dis., vol. 40, no. 3, pp. 458–65, 2005.
[6] E. R. Cooper et al., “Combination Antiretroviral Strategies for the Treatment of Pregnant
HIV-1 – Infected Women and Prevention of Perinatal HIV-1 Transmission,” no. February
1994, pp. 484–494, 2002.
[7] K. K. RI, “Final Laporan HIV AIDS TW 1 2016 (1).pdf.” p. 20, 2016.
[8] S. Joshi et al., “Cost-effectiveness of a repeat HIV test in pregnancy in India,” BMJ Open,
vol. 5, no. 6, pp. 1–8, 2015.
[9] UNICEF. HIV/AIDS: Perjuangan Menghadapi Bom Waktu.
https://www.unicef.org/indonesia/id/reallives_3186.html. 27 Maret 2018
[10] World Health Organization. (2014). Elimination of mother-to-child transmission (EMTCT)
of HIV and syphilis Global guidance on criteria and processes for validation. Retrieved from:
http://www.who.int/hiv/pub/emtct-validation-guidance/en/.

Anda mungkin juga menyukai