Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN DASAR (NYERI)

NAMA : UBAIDILAH

NIM : 2019720162

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH JAKARTA

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP KEBUTUHAN

1. Definisi

Nyeri adalah suatu sensori yang tidak menyenangkan dari suatu emosional
disertai kerusakan secara aktual maupun potenial atau kerusakan jaringan secara
menyeluruh (Ignativicius (1991) dalam Lukman & Ningsih, 2013). Nyeri adalah suatu
mekanisme protektif bagi tubuh, nyeri timbul bilamana jaringan rusak dan
menyebabkan individu tersebut bereaksi untung menghilangkan rasa nyeri tersebut.
(Lukman & Ningsih, 2013). The International Association for the Study of Pain
(IASP) mendefinisikan nyeri sebagai berikut nyeri merupakan pengalaman sensorik
dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan atau ancaman
kerusakan jaringan. Berdasarkan definisi tersebut nyeri merupakan suatu gabungan
dari komponen objektif (aspek fisiologi sensorik nyeri) dan komponen subjektif
(aspek emosional dan psikologis). Sedangkan nyeri akut disebabkan oleh stimulasi
noxious akibat trauma, proses suatu penyakit atau akibat fungsi otot atau viseral yang
terganggu. Nyeri tipe ini berkaitan dengan stress neuroendokrin yang sebanding
dengan intensitasnya. Nyeri akut akan disertai hiperaktifitas saraf otonom dan
umumnya mereda dan hilang sesuai dengan laju proses penyembuhan (Ni Putu
Wardani, 2014).

2. Fisiologi

Secara fisik, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis,
kimiawi, maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah.

3. Faktor - faktor yang Mempengaruhi

Menurut Prasetyo (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan reaksi


terhadap nyeri meliputi :

a. Usia

Usia merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi nyeri pada


individu. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan dalam memahami nyeri dan
prosedur pengobatan yang dapat menyebabkan nyeri. Karena anak kecil yang belum
dapat mengungkapkan kata-kata juga mengalami kesulitan dalam mengungkapkan
secara verbal dan mengekpresikan nyeri kepada kedua orangtua ataupun pada
perawat. Terkadang anak-anak enggan menungkapkan keberadaan nyeri yang mereka
alami dikarenakan mereka takut akan tindakan keperawatan yang harus mereka terima
nantinya. Sedangkan pada pasien lansia perawat harus melakukan penkajian lebih
rinci ketika lansia melaporkan adanya nyeri. Seringkali lansia memiliki sumber nyeri
lebih dari satu. Terkadang penyakit yang berbeda-beda yang diderita lansia
menimbulkan gejala yang sama, sebagai contoh nyeri dada tidak selalu
mengindikasikan serangan jantung, nyeri dada dapat timbul karena gejala arthritis
pada spinal dan gejala gangguan abdomen. Sebagai lansia terkadang pasrah terhadap
apa yang mereka rasakan, mereka menganggap bahwa hal tersebut merupakan
konsekuensi penuaan yang tidak bisa dihindari.

b. Jenis Kelamin

Secara umum wanita dan pria tidak berbeda secara signifikan dalam berespon
terhadap nyeri. Hanya berbeda budaya yang menganggap bahwa seorang anak laki-
laki harus lebih berani dan tidak boleh menangis dibandingkan anak perempuan
dalam situasi sama ketika merasakan nyeri. Namun berdasar penelitian terahir dalam
memperhatikan hoemon seks pada mamalia berpengaruh terhadap tingkat toleransi
terhadap nyeri. Hormon seks testosteron menaikan ambang nyeri pada percobaan
binatang sedangkan estrogen meningkatkan pengenalan sensitivitasan terhadap nyeri.
Bagaimanapun manusia itu lebih kompleks dan dipengaruhi oleh personal, sosial,
budaya dan lain-lain.

c. Kebudayaan

Seringkali perawat berasumsi bahwa respon pada setiap klien dalam maslah
nyeri adalah sama, sehingga mereka mencoba mengira bagaimana klien berespon
terhadap nyeri. Sebagai contoh, apabila seorang perawat yakin bahwa menangis dan
merintih mengidentifikasikan suatu ketidakmampuan dalam mengontrol nyeri,
akibtanya pemberian terapi bisa jadi tidak cocok klien berkebangsaan Maroko-
Amerika, karena mereka tidak selalu mempersiapkan pengalaman nyeri sebagai suatu
yang berat atau mengharapkan perawat melakukan intervensi.

d. Makna Nyeri

Nyeri pada seseorang mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seorang


beradaptasi terhadap nyeri. Seorang wanita yang merasakan nyeri saat bersalin akan
mempersepsikan nyeri secara berbeda dengan lainnya yang nyeri karena dipukul
suaminya.

e. Lokasi dan Tingkat Keparahan Nyeri

Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat keparahan pada
masing-masing individu. Nyeri sering dirasakan mungkin terasa ringan, sedang atau
bisa jadi merupakan nyeri yang berat. Dalam kaitannya dengan kualitas nyeri,
masing- masing individu juga bervariasi, ada yang melaporkan nyeri seperti tertusuk,
nyeri tumpul, berdenyut dan lain-lain. Misalnya individu yang tertusuk jarum akan
melaporkan nyeri yang berbeda dengan individu yang tersiram air panas.
f. Perhatian

Tingkat nyeri pada seseorang terhadap nyeri akan mempengarui persepsi


nyeri. Perhatian yang meningkat terhadap nyeri akan meningkatkan respon nyeri
sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan penurunan respon nyeri.
Konsep inilah yang mendasari berbagai terapi untuk menghilangkan nyeri seperti
relaksasi, teknik imajinasi terbimbing (guided imagery) dan masase.

g. Ansietas (kecemasan)

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang dirasakan
seseorang seringkali meningkatkan persepsi nyeri, akan tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan perasaan cemas. Sebagai contoh seorang yang menderita kanker kronis
dan merasa takut akan kondisi penyakitnya akan meningkatkan persepsi nyerinya.

h. Keletihan (kelelahan)

Keletihan / kelelahan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan sensasi


nyeri dan menurunkan kemampuan koping individu.

i. Pengalaman

Sebelumnya Indi vidu bealajar dari penagalaman nyeri sebelumnya, akan


tetapi pengalaman yang dirasakan individu tersebut tidak berarti bahwa individu
tersebut akan mudah dalam menghadapi nyeri pada masa mendatang. Seseorang yang
terbiasa merasakan nyeri akan lebih mudah mengantisipasi nyeri daripada individu
yang mempunyai pengalaman sedikit akan nyeri.

j. Dukungan Keluarga dan Sosial

Seseorang yang mengalami nyeri seringkali membutuhkan dukungan, bantuan,


perlindungan dari anggota keluarga lain atau teman dekat. Meskipun nyeri masih
dirasakan oleh klien, kehadiran orang dicintai akan meminimalkan kesepian dan
ketakutan sehingga klien tidak berfokus pada nyeri yang dirasakan.

4. Macam-macam Gangguan yang Mungkin Terjadi

Menurut Wahyudi & Wahid, (2016) menjelaskan efek nyeri adalah sebagai berikut ini
:

a. Tanda dan gejala fisik

Tanda fisiologis dapat menunjukan nyeri pada klien yang berupaya untuk tidak
mengeluh atau mengakui ketidaknyamanan. Sangat penting untuk engkaji tanda-tanda
vital dan pemeriksaan fisik termasuk mengobservasi keterlibatan saraf otonom. Saat
awitan nyeri akut, denyut jantung, tekanan darah dan frekuensi pernapasan
meningkat.
b. Efek perilaku

Pasien seringkali saat mengalami nyeri pasien sering meringis, mengerutkan dahi,
menggigit bibir, gelisah, imobilisasi, mengalami ketegangan otot, menghindari kontak
sosial dan hanya fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri.

c. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari

Klien yang mengalami nyeri setiap hari kurang mampu berpartisipasi dalam aktivitas
rutin, seperti mengalami kesulitan dalam tindakan higine normal dan dapat
mengganggu aktivitas sosial dan berhubungan seksual. 

B. RENCANA ASUHAN KLIEN

1. Pengkajian

a. Riwayat Keperawatan

Pasien mengatakan sudah sering dirawaat di rumah sakit, terakhir kali


pasien dirawat satu bulan yang lalu di RS Wongsonegoro ruang Nakula 2
karena penyakit demam dan lambung. Sebelumnya jika nyeri terjadi pasien me
ngobati dengan obat kontrol dari dokter. Pasien mengatakan jika sakit dirinya
akan langsung diperiksakan ke dokter, pasien memiliki riwayat Hipertensi.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit DM maupun jantung, pasien hanya
sering sakit lambung karena pola makan tidak teratur.

b. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : pasien tampak lemas, pucat.

2. Kesadaran : Composmentis GCS : 15 E

3. Vital sign TD = 150/94 mmHg  RR = 21x/menit

N =91x/menit S = 36,50c

SpO2 = 90 %

4. Pemeriksaan Antropometri TB = 148 cm BB = 37 kg IMT = 16.9


*(status gizi kurang)

5. Lingkar lengan atas : ±15 cm

6. Kepala : mesochepal, rambut beruban, tidak ada luka di kepala,


tidak ada benjolan, rambut lurus, kusut, tidak ada ketombe.

7. Mata : Tidak ada gangguan pada penglihatan, konjungtiva tidak


anemis,sklera tidak ikterik, tidak menggunakan alat bantu lihat
(kacamata), ada sekret pada kedua mata
8. Hidung : tidak ada cairan ingus, tidak ada pembesaran polip, tidak
terpasangalat bantu pernafasan.

9. Telinga : Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada gangguan pada
pendengaran, tidak menggunakan alat bantu dengar, bersih, tidak ada
penumpukan serumen

10. Mulut dan gigi : bibir tidak sianosis, bibir kering, tidak ada
perdarahan padagusi, ada lubang gigi, tidak memakai gigi palsu. Tidak
ada gangguan dalam berbicara, ada caries gigi, kebersihan gigi tidak
terjaga, tidak ada kesulitanmengunyah/ menelan, tidak ada pembesaran
tonsil.

11. Leher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tekananvena jugularis tidak meningkat.

12. Dada

Paru – paru : simetris antara paru kanan dan kiri, paru – paru
tampak mengembang, tidakada lesi pada lapang paru

P : tidak ada nyeri tekan pada lapang paru, getaran paru kanan
dan kiri sama

P : sonor di seluruh lapang paru

A : vesikulerJantung

I : ictus cordis tampak

P : ictus cordis teraba pada intercosta IV-V midclavicula

P : pekak

A : bunyi jantung I & II reguler, tidak ada bunyi tambahan

13. Abdomen

I : perut tampak datar, tidak ada acites

A : terdengar bising usus 18x/menit

P : ada nyeri tekan pada perut

P : pekak

14. Genetalia : Tidak terpasang kateter

15. Ekstremitas : Terpasang infus di tangan kanan, ekstremitas pasien


terasa hangat, tidak adaedema.
16. Kulit : Turgor kulit tidak elastic

c. Pemeriksaan Penunjang

1). Pemeriksaan USG Abdomen, 16 Desember 2020

Kesan : Simple cyst lobus kanan hepar (diameter 1,41 cm)

Lesi hiperekoik dengan acoustic shadow pada lobus kanan hepar


(ukuransekitar 1,75 cm) hepatolitiasis

Massa hipoekoik lobulated batas tegas tepi regular pada regio


hipokondriaka – lumbalis kiri (ukuran sekitar 7,43 cm x 6,48 cm)
DD= massa intraluminer,massa intra/retroperitoneal.

2). Pemeriksaan laboratorium

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen cidera biologis

Definisi

Batasan Karakteristik

Faktor yang Berhubungan

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d


nyeri abdomen

Definisi

Batasan Karakteristik

Faktor yang Berhubungan


3. Perencanaan

Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen cidera biologis

Tujuan dan Kriteria Hasil :


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri kronis
pasien berkurang dengan kriteria hasil:
 Tidak ada gangguan tidur
 Tidak ada gangguan konsentrasi
 Tidak ada gangguan hubungan interpersonal
 Tidak ada ekspresi menahan nyeri dan ungkapan secara verbal
 Tidak ada tegangan otot

Intervensi Keperawatan :

 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

 Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,


pencahayaan dan kebisingan

 Kurangi faktor presipitasi nyeri

 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

 Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi,


kompres hangat/ dingin

 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

 Tingkatkan istirahat

 Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur

 Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d nyeri


abdomen
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nutrisi kurang
teratasi

Intervensi Keperawatan :

Kaji adanya alergi makanan


 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutris
yang dibutuhkan pasien
 Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
 Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
 Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
 Monitor lingkungan selama makan
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht
 Monitor mual dan muntah
 Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
 Monitor intake nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan

C. DAFTAR PUSTAKA

Ackley, B. J., Ladwig,G.B., & Makic, M. B. F.(2017). Nursing Diagnosis Handbook, An


Evidence-Based Guide to Planning Care.11 Ed. St, Louise:Elsevier.

https://www.slideshare.net/MeidaElliaPuspita/laporan-pendahuluan-nyeri
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Identitas Klien

Nama  : Ny. P

Umur : 74 Tahun

No. Medical Record :

Tanggal Masuk RS : 14 Desember 2020

Tanggal Pengkajian : 15 Desember 2020

Sumber Informasi :

Diagnosa Medis  : Cholic Abdomen

B. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU

Pasien mengatakan sudah sering dirawaat di rumah sakit, terakhir kali pasien dirawat
satu bulan yang lalu di RS Wongsonegoro ruang Nakula 2
karena penyakit demam dan lambung. Sebelumnya jika nyeri terjadi pasien mengobati
dengan obat kontrol dari dokter. Pasien mengatakan jika sakit dirinya akan langsung
diperiksakan ke dokter, pasien memiliki riwayat Hipertensi. Pasien tidak memiliki riwayat
penyakit DM maupun jantung, pasien hanya sering sakit lambung karena pola makan tidak
teratur.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : pasien tampak lemas, pucat.

2. Kesadaran : Composmentis GCS : 15 E

3. Vital sign TD = 150/94 mmHg  RR = 21x/menit

N =91x/menit S = 36,50c

SpO2 = 90 %

4. Pemeriksaan Antropometri TB = 148 cm BB = 37 kg IMT = 16.9 *(status gizi kurang)

5. Lingkar lengan atas : ±15 cm


6. Kepala : mesochepal, rambut beruban, tidak ada luka di kepala, tidak ada benjolan, rambut
lurus, kusut, tidak ada ketombe.

7. Mata : Tidak ada gangguan pada penglihatan, konjungtiva tidak anemis,sklera tidak ikterik,
tidak menggunakan alat bantu lihat (kacamata), ada sekret pada kedua mata

8. Hidung : tidak ada cairan ingus, tidak ada pembesaran polip, tidak terpasangalat bantu
pernafasan.

9. Telinga : Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada gangguan pada pendengaran, tidak
menggunakan alat bantu dengar, bersih, tidak ada penumpukan serumen

10. Mulut dan gigi : bibir tidak sianosis, bibir kering, tidak ada perdarahan padagusi, ada
lubang gigi, tidak memakai gigi palsu. Tidak ada gangguan dalam berbicara, ada caries gigi,
kebersihan gigi tidak terjaga, tidak ada kesulitanmengunyah/ menelan, tidak ada pembesaran
tonsil.

11. Leher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tekananvena jugularis
tidak meningkat.

12. Dada

Paru – paru : simetris antara paru kanan dan kiri,

paru – paru tampak mengembang, tidakada lesi pada lapang paru

P : tidak ada nyeri tekan pada lapang paru, getaran paru kanan dan kiri sama

P : sonor di seluruh lapang paru

A : vesikulerJantung

I : ictus cordis tampak

P : ictus cordis teraba pada intercosta IV-V midclavicula

P : pekak

A : bunyi jantung I & II reguler, tidak ada bunyi tambahan

13. Abdomen

I : perut tampak datar, tidak ada acites

A : terdengar bising usus 18x/menit

P : ada nyeri tekan pada perut

P : pekak

14. Genetalia
Tidak terpasang kateter

15. Ekstremitas

Terpasang infus di tangan kanan, ekstremitas pasien terasa hangat, tidak adaedema.

16. Kulit : Turgor kulit tidak elastic

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan USG Abdomen, 16 Desember 2020

Kesan : Simple cyst lobus kanan hepar (diameter 1,41 cm)

Lesi hiperekoik dengan acoustic shadow pada lobus kanan hepar (ukuransekitar 1,75 cm)
hepatolitiasis

Massa hipoekoik lobulated batas tegas tepi regular pada regio hipokondriaka – lumbalis kiri
(ukuran sekitar 7,43 cm x 6,48 cm) DD= massa intraluminer,massa intra/retroperitoneal.

b. Pemeriksaan laboratorium

E. PENATALAKSANAAN FARMAKOTERAPI

1. Terapi obat

Amplodipin 1 x 10 mg

PCT 3 x 1

Ulsafat 3 x 1

2. Terapi injeksi

Ranitidin 2 x 1 amp

Ketorolac 1 amp

Mecobalamin 1 x 500Mg

Cefotaxim 3 x 1 gr

3. Terapi infuse

RL 20 tpm

Aminofluid 1x 500Ml
F. ANALISA DATA

No Analisa data Masalah Etiologi


1 DS : Pasien mengatakan nyeri perut Nyeri akut Agen cidera
P = Pasien mengatakan nyeri biologis
semakin terasa ketika duduk atau
berjalan
Q = Ditusuk-Tusuk
R = Seluruh Area Perut
S =6
T = Nyeri terasa setiap saat,
hanya saja skala nyeri berubah ubah

DO : Pasien tampak menringis


kesakitan, pasien tampak pucat
TD = 150/94 mmHg RR= 21 x/menit
N =91 x/menit S = 36,50c
2 DS : Pasien mengatakan nafsu Ketidak Nyeri abdomen
makan menurun seimbangan
DO : Pasien hanya menghabiskan ¼ nutrisi kurang
porsi makanan yang diberikan dari dari kebutuhan
rumah sakit tubuh
Antropometri:
BB = 37 kg
TB = 148 cm
IMT= 16.9 (status gizi kurang)
Biokimia :
Creatinin= L 0.4
Leukosit = H 11.1 Tombosit = H409
Natrium = L 133.0 Kalsium = H1.16
Clinical sign :
Kulit = kering, turgor kulit kurang.
Mata = konjugtiva tidak anemis,
sclera tidak ikterik.
Rambut = kusam, terdapat uban.
Diit : Bubur sumsum, kebutuhan
gizi 1300kalori

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis


2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d nyeri abdomen

H. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa
Tujuan dan KH Intervensi
Keperawatan
Nyeri akut b.d NOC: NIC:
agen cidera Setelah dilakukan tindakan  Lakukan pengkajian nyeri
biologis keperawatan selama 3x24 jam secara komprehensif termasuk
nyeri kronis pasien berkurang lokasi, karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan faktor
 Tidak ada gangguan tidur presipitasi
 Tidak ada gangguan konsentrasi  Observasi reaksi nonverbal
 Tidak ada gangguan hubungan dari
interpersonal ketidaknyamanan
 Tidak ada ekspresi menahan  Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri dan ungkapan secara verbal mempengaruhi nyeri seperti suhu
 Tidak ada tegangan otot ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi
nyeri
 Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi: napas dalam,
relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan berkurang
dan antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur
 Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Ketidak NOC: NIC:
seimbangan Setelah dilakukan tindakan Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang keperawatan selama 3x24 jam  Kolaborasi dengan ahli gizi
dari kebutuhan nutrisi kurang teratasi untuk menentukan jumlah kalori
tubuh b.d nyeri dan nutrisi yang dibutuhkan
abdomen pasien
 Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan harian.
 Monitor adanya penurunan BB
dan gula darah
 Monitor lingkungan selama
makan
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut
kusam, total protein, Hb dan
kadar Ht
 Monitor mual dan muntah
 Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor intake nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
 Kelola pemberan anti emetik:
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema,
hiperemik hipertonik papila lidah
dan cavitas oval

I. IMPLEMENTASI

Hari/Tgl, Dx Implementasi Respon Paraf


Jam
Selasa,15 1 Melakukan pengkajian DS : Pasien mengatakan nyeri
Desember nyeri secara perut
2020 komprehensif termasuk P= Pasien mengatakan nyeri semakin
09.10 lokasi, karakteristik, terasa ketika duduk atau berjalan

durasi, frekuensi, Q= Ditusuk-Tusuk


kualitas dan faktor R= Seluruh Area Perut
presipitasi S= 6
T= Nyeri terasa setiap saat, hanya
saja skala nyeri berubah ubah

DO : Pasien tampak menringis


kesakitan, pasien tampak pucat
TD = 150/94 mmHg
RR = 21x/menit
N = 91 x/menit
S = 36,50c
09.20 1 Memonitor vital sign DS : -
sebelum dan sesudah DO : TD = 150/94 mmHg
pemberian analgesik RR= 21x/menit
pertama kali N = 91 x/menit
S = 36,50c

09.40 1 Memberikan analgetik DS : Pasien bersedia untuk diberi


untuk mengurangi nyeri obat melalui IV
Ketorolac 1 amp
Cefotaxim 3 x 1 DO : Obat tampak masuk melalui
IV

10.00 2 Monitor adanya DS : Pasien mengatakan bersedia


penurunan BB dan gula dicek gula darahnya
darah
DO : BB= 37 kg, GDS=94

10.10 2 Menganjurkan banyak DS : Pasien mengatakan bersedia


minum minum lebih banyak

DO : Pasien tampak minum air


putih

10.30 2 Memonitor intake DS : Pasien mengatakan tidak


nutrisi nafsu makan

DO : Makan habis 4 sendok

Rabu, 16 1 Memberikan analgetik DS : Pasien bersedia untuk diberi


Desember untuk mengurangi nyeri obat melalui IV
2020 Ketorolac 1 amp
08.00 Cefotaxim 3 x 1 DO : Obat tampak masuk melalui
IV

08.10 1 Melakukan pengkajian DS : Pasien mengatakan nyeri


nyeri secara perut
komprehensif termasuk P= Pasien mengatakan nyeri semakin
terasa ketika duduk atau berjalan
lokasi, karakteristik, Q= Ditusuk-Tusuk
durasi, frekuensi, R= Seluruh Area Perut
kualitas dan faktor S= 5
presipitasi T= Nyeri terasa setiap saat, hanya
saja skala nyeri berubah ubah

DO : Pasien tampak menringis


kesakitan, pasien tampak pucat
TD = 160/100 mmHg
RR = 20x/menit
N = 97 x/menit
S = 36,50c

09.00 1 Mengajarkan tentang DS : Pasien mengatakan nyeri


teknik non farmakologi: berkurang saat diberi kompres
napas dalam, kompres hangat
hangat
DO : Pasien tampak rileks

10.00 2 Memonitor intake DS : Pasien mengatakan tidak


nutrisi nafsu makan karena nyeri perut,
namun saat nyeri berkurang pasien
bisa menghabiskan setengah porsi
makan yg diberikan rs

DO : Pasien tampak lemas, pucat

11.15 2 Memonitor turgor kulit DS : -

DO : Turgor kulit kering, tidak


elastic, tampak pucat

11.30 2 mempertahankan terapi DS : Pasien bersedia untuk diberi


IV obat melalui IV
Ranitidin 2 x 1 amp
Ketorolac 1 amp DO : Obat tampak masuk melalui
Mecobalamin 1 x 100 IV
Cefotaxim 3x1
Kamis, 17 1 Melakukan pengkajian DS : Pasien mengatakan nyeri
Desember nyeri secara perut
2020 komprehensif termasuk P= Pasien mengatakan nyeri semakin
08.00 lokasi, karakteristik, terasa ketika duduk atau berjalan

durasi, frekuensi, Q= Ditusuk-Tusuk


kualitas dan faktor R= Seluruh Area Perut
presipitasi S= 4
T= Nyeri terasa setiap saat, hanya
saja skala nyeri berubah ubah

DO : Pasien tampak menringis


kesakitan, pasien tampak pucat
TD = 140/94 mmHg
RR = 20x/menit
N = 87 x/menit
S = 36,50c

08.15 1 Memberikan analgetik DS : Pasien bersedia untuk diberi


untuk mengurangi nyeri obat melalui IV
Ketorolac 1 amp
Cefotaxim 3 x 1 DO : Obat tampak masuk melalui
IV

09.00 1 Memonitor vital sign DS : -


DO : TD = 150/94 mmHg
RR = 21x/menit
N = 91 x/menit
S = 36,50c

10.00 2 Memonitor intake DS : Pasien mengatakan hanya


nutrisi minum susu karena BAB hitam,

DO : Pasien tampak lemas, pucat


10.40 2 Memonitor pucat, DS : -
kemerahan, dan
jaringan konjungtiva DO : konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik

11.00 2 mempertahankan terapi DS : Pasien bersedia untuk diberi


IV obat melalui IV
Ranitidin 2 x 1 amp
Mecobalamin 1 x 100 DO : Obat tampak masuk melalui
Cefotaxim 3x1 IV

J. EVALUASI

No
Tanggal/Jam Evaluasi TTD
Dx
Selasa, 15 1 S : Pasien mengatakan nyeri perut
Desember P = Pasien mengatakan nyeri semakin terasa ketika duduk
2020 atau berjalan

14.00 Q = Ditusuk-Tusuk
R = Seluruh Area Perut
S=5
T = Nyeri terasa setiap saat, hanya saja skala nyeri
berubah ubah
O : Pasien tampak menringis kesakitan, pasien tampak pucat
TD = 140/94 mmHg
RR = 20x/menit
N = 87 x/menit
S = 36,50c
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
2. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
3. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam,
kompres hangat
S = Pasien mengatakan tidak nafsu makan
O = Pasien hanya menghabiskan 4 sendok makan porsi yang
diberikan
A = Masalah belum teratasi
2
P = Lanjutkan Intervensi
1. Monitor Intake Nutrisi
2. Monitor Turgor Kulit
3. Pertahankan Terapi Iv
Rabu, 16 S : Pasien mengatakan nyeri perut berkurang
Desember P = Pasien mengatakan nyeri semakin terasa ketika duduk
2020 atau berjalan
14.00 Q = Ditusuk-Tusuk
R = Seluruh Area Perut
S=4
T = Nyeri terasa setiap saat, hanya saja skala nyeri
berubah ubah
O : Pasien tampak menringis kesakitan, pasien tampak pucat
TD = 160/100 mmHg
1
RR = 20x/menit
N = 87 x/menit
S = 36,50c
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
2. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
3. Monitor vital sign
2 S : Pasien mengatakan tidak nafsu makan
O : Pasien tampak lemas, pucat, pasien hanya menghabiskan
4 sendok makan dari porsi yang diberikan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
2. Menganjurkan banyak minum
3. Memonitor intake nutrisi

Kamis, 17 S : Pasien mengatakan nyeri perut berkurang


Desember P = Pasien mengatakan nyeri hanya terasa ketika berjalan
2020 atau beraktifitas
14.00 Q = Ditusuk-Tusuk
R = Seluruh Area Perut
S=3
T = hanya saat beraktivitas
O : Pasien sudah tidak tampak meringis kesakitan, pasien
tampak rileks
TD = 140/94 mmHg
1
RR = 20x/menit
N = 87 x/menit
S = 36,50c
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
2. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
3. Monitor vital sign
S : Pasien mengatakan tidak nafsu makan
O: Pasien tampak rileks, makan habis setengah porsi yang
disediakan
A: Masalah belum teratasi
2 P : Lanjutkan intervensi
1. Memonitor intake nutrisi
2. Memonitor turgor
3. kulit
4. mempertahankan terapi IV
https://www.academia.edu/39912183/Laporan_Kasus_ASuhan_KEPerawatan_NYERI

Anda mungkin juga menyukai