NAMA : UBAIDILAH
NIM : 2019720162
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP KEBUTUHAN
1. Definisi
Nyeri adalah suatu sensori yang tidak menyenangkan dari suatu emosional
disertai kerusakan secara aktual maupun potenial atau kerusakan jaringan secara
menyeluruh (Ignativicius (1991) dalam Lukman & Ningsih, 2013). Nyeri adalah suatu
mekanisme protektif bagi tubuh, nyeri timbul bilamana jaringan rusak dan
menyebabkan individu tersebut bereaksi untung menghilangkan rasa nyeri tersebut.
(Lukman & Ningsih, 2013). The International Association for the Study of Pain
(IASP) mendefinisikan nyeri sebagai berikut nyeri merupakan pengalaman sensorik
dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan atau ancaman
kerusakan jaringan. Berdasarkan definisi tersebut nyeri merupakan suatu gabungan
dari komponen objektif (aspek fisiologi sensorik nyeri) dan komponen subjektif
(aspek emosional dan psikologis). Sedangkan nyeri akut disebabkan oleh stimulasi
noxious akibat trauma, proses suatu penyakit atau akibat fungsi otot atau viseral yang
terganggu. Nyeri tipe ini berkaitan dengan stress neuroendokrin yang sebanding
dengan intensitasnya. Nyeri akut akan disertai hiperaktifitas saraf otonom dan
umumnya mereda dan hilang sesuai dengan laju proses penyembuhan (Ni Putu
Wardani, 2014).
2. Fisiologi
Secara fisik, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis,
kimiawi, maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah.
a. Usia
b. Jenis Kelamin
Secara umum wanita dan pria tidak berbeda secara signifikan dalam berespon
terhadap nyeri. Hanya berbeda budaya yang menganggap bahwa seorang anak laki-
laki harus lebih berani dan tidak boleh menangis dibandingkan anak perempuan
dalam situasi sama ketika merasakan nyeri. Namun berdasar penelitian terahir dalam
memperhatikan hoemon seks pada mamalia berpengaruh terhadap tingkat toleransi
terhadap nyeri. Hormon seks testosteron menaikan ambang nyeri pada percobaan
binatang sedangkan estrogen meningkatkan pengenalan sensitivitasan terhadap nyeri.
Bagaimanapun manusia itu lebih kompleks dan dipengaruhi oleh personal, sosial,
budaya dan lain-lain.
c. Kebudayaan
Seringkali perawat berasumsi bahwa respon pada setiap klien dalam maslah
nyeri adalah sama, sehingga mereka mencoba mengira bagaimana klien berespon
terhadap nyeri. Sebagai contoh, apabila seorang perawat yakin bahwa menangis dan
merintih mengidentifikasikan suatu ketidakmampuan dalam mengontrol nyeri,
akibtanya pemberian terapi bisa jadi tidak cocok klien berkebangsaan Maroko-
Amerika, karena mereka tidak selalu mempersiapkan pengalaman nyeri sebagai suatu
yang berat atau mengharapkan perawat melakukan intervensi.
d. Makna Nyeri
Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat keparahan pada
masing-masing individu. Nyeri sering dirasakan mungkin terasa ringan, sedang atau
bisa jadi merupakan nyeri yang berat. Dalam kaitannya dengan kualitas nyeri,
masing- masing individu juga bervariasi, ada yang melaporkan nyeri seperti tertusuk,
nyeri tumpul, berdenyut dan lain-lain. Misalnya individu yang tertusuk jarum akan
melaporkan nyeri yang berbeda dengan individu yang tersiram air panas.
f. Perhatian
g. Ansietas (kecemasan)
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang dirasakan
seseorang seringkali meningkatkan persepsi nyeri, akan tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan perasaan cemas. Sebagai contoh seorang yang menderita kanker kronis
dan merasa takut akan kondisi penyakitnya akan meningkatkan persepsi nyerinya.
h. Keletihan (kelelahan)
i. Pengalaman
Menurut Wahyudi & Wahid, (2016) menjelaskan efek nyeri adalah sebagai berikut ini
:
Tanda fisiologis dapat menunjukan nyeri pada klien yang berupaya untuk tidak
mengeluh atau mengakui ketidaknyamanan. Sangat penting untuk engkaji tanda-tanda
vital dan pemeriksaan fisik termasuk mengobservasi keterlibatan saraf otonom. Saat
awitan nyeri akut, denyut jantung, tekanan darah dan frekuensi pernapasan
meningkat.
b. Efek perilaku
Pasien seringkali saat mengalami nyeri pasien sering meringis, mengerutkan dahi,
menggigit bibir, gelisah, imobilisasi, mengalami ketegangan otot, menghindari kontak
sosial dan hanya fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri.
Klien yang mengalami nyeri setiap hari kurang mampu berpartisipasi dalam aktivitas
rutin, seperti mengalami kesulitan dalam tindakan higine normal dan dapat
mengganggu aktivitas sosial dan berhubungan seksual.
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : pasien tampak lemas, pucat.
2. Kesadaran : Composmentis GCS : 15 E
N =91x/menit S = 36,50c
SpO2 = 90 %
9. Telinga : Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada gangguan pada
pendengaran, tidak menggunakan alat bantu dengar, bersih, tidak ada
penumpukan serumen
10. Mulut dan gigi : bibir tidak sianosis, bibir kering, tidak ada
perdarahan padagusi, ada lubang gigi, tidak memakai gigi palsu. Tidak
ada gangguan dalam berbicara, ada caries gigi, kebersihan gigi tidak
terjaga, tidak ada kesulitanmengunyah/ menelan, tidak ada pembesaran
tonsil.
11. Leher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tekananvena jugularis tidak meningkat.
12. Dada
Paru – paru : simetris antara paru kanan dan kiri, paru – paru
tampak mengembang, tidakada lesi pada lapang paru
P : tidak ada nyeri tekan pada lapang paru, getaran paru kanan
dan kiri sama
A : vesikulerJantung
P : pekak
13. Abdomen
P : pekak
c. Pemeriksaan Penunjang
2. Diagnosa Keperawatan
Definisi
Batasan Karakteristik
Definisi
Batasan Karakteristik
Intervensi Keperawatan :
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
Intervensi Keperawatan :
C. DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/MeidaElliaPuspita/laporan-pendahuluan-nyeri
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama : Ny. P
Umur : 74 Tahun
Sumber Informasi :
Diagnosa Medis : Cholic Abdomen
Pasien mengatakan sudah sering dirawaat di rumah sakit, terakhir kali pasien dirawat
satu bulan yang lalu di RS Wongsonegoro ruang Nakula 2
karena penyakit demam dan lambung. Sebelumnya jika nyeri terjadi pasien mengobati
dengan obat kontrol dari dokter. Pasien mengatakan jika sakit dirinya akan langsung
diperiksakan ke dokter, pasien memiliki riwayat Hipertensi. Pasien tidak memiliki riwayat
penyakit DM maupun jantung, pasien hanya sering sakit lambung karena pola makan tidak
teratur.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : pasien tampak lemas, pucat.
2. Kesadaran : Composmentis GCS : 15 E
N =91x/menit S = 36,50c
SpO2 = 90 %
7. Mata : Tidak ada gangguan pada penglihatan, konjungtiva tidak anemis,sklera tidak ikterik,
tidak menggunakan alat bantu lihat (kacamata), ada sekret pada kedua mata
8. Hidung : tidak ada cairan ingus, tidak ada pembesaran polip, tidak terpasangalat bantu
pernafasan.
9. Telinga : Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada gangguan pada pendengaran, tidak
menggunakan alat bantu dengar, bersih, tidak ada penumpukan serumen
10. Mulut dan gigi : bibir tidak sianosis, bibir kering, tidak ada perdarahan padagusi, ada
lubang gigi, tidak memakai gigi palsu. Tidak ada gangguan dalam berbicara, ada caries gigi,
kebersihan gigi tidak terjaga, tidak ada kesulitanmengunyah/ menelan, tidak ada pembesaran
tonsil.
11. Leher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tekananvena jugularis
tidak meningkat.
12. Dada
P : tidak ada nyeri tekan pada lapang paru, getaran paru kanan dan kiri sama
A : vesikulerJantung
P : pekak
13. Abdomen
P : pekak
14. Genetalia
Tidak terpasang kateter
15. Ekstremitas
Terpasang infus di tangan kanan, ekstremitas pasien terasa hangat, tidak adaedema.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lesi hiperekoik dengan acoustic shadow pada lobus kanan hepar (ukuransekitar 1,75 cm)
hepatolitiasis
Massa hipoekoik lobulated batas tegas tepi regular pada regio hipokondriaka – lumbalis kiri
(ukuran sekitar 7,43 cm x 6,48 cm) DD= massa intraluminer,massa intra/retroperitoneal.
b. Pemeriksaan laboratorium
E. PENATALAKSANAAN FARMAKOTERAPI
1. Terapi obat
Amplodipin 1 x 10 mg
PCT 3 x 1
Ulsafat 3 x 1
2. Terapi injeksi
Ranitidin 2 x 1 amp
Ketorolac 1 amp
Mecobalamin 1 x 500Mg
Cefotaxim 3 x 1 gr
3. Terapi infuse
RL 20 tpm
Aminofluid 1x 500Ml
F. ANALISA DATA
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
Tujuan dan KH Intervensi
Keperawatan
Nyeri akut b.d NOC: NIC:
agen cidera Setelah dilakukan tindakan Lakukan pengkajian nyeri
biologis keperawatan selama 3x24 jam secara komprehensif termasuk
nyeri kronis pasien berkurang lokasi, karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan faktor
Tidak ada gangguan tidur presipitasi
Tidak ada gangguan konsentrasi Observasi reaksi nonverbal
Tidak ada gangguan hubungan dari
interpersonal ketidaknyamanan
Tidak ada ekspresi menahan Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri dan ungkapan secara verbal mempengaruhi nyeri seperti suhu
Tidak ada tegangan otot ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
Kurangi faktor presipitasi
nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi: napas dalam,
relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan berkurang
dan antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur
Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Ketidak NOC: NIC:
seimbangan Setelah dilakukan tindakan Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang keperawatan selama 3x24 jam Kolaborasi dengan ahli gizi
dari kebutuhan nutrisi kurang teratasi untuk menentukan jumlah kalori
tubuh b.d nyeri dan nutrisi yang dibutuhkan
abdomen pasien
Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan harian.
Monitor adanya penurunan BB
dan gula darah
Monitor lingkungan selama
makan
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut
kusam, total protein, Hb dan
kadar Ht
Monitor mual dan muntah
Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor intake nutrisi
Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
Kelola pemberan anti emetik:
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema,
hiperemik hipertonik papila lidah
dan cavitas oval
I. IMPLEMENTASI
J. EVALUASI
No
Tanggal/Jam Evaluasi TTD
Dx
Selasa, 15 1 S : Pasien mengatakan nyeri perut
Desember P = Pasien mengatakan nyeri semakin terasa ketika duduk
2020 atau berjalan
14.00 Q = Ditusuk-Tusuk
R = Seluruh Area Perut
S=5
T = Nyeri terasa setiap saat, hanya saja skala nyeri
berubah ubah
O : Pasien tampak menringis kesakitan, pasien tampak pucat
TD = 140/94 mmHg
RR = 20x/menit
N = 87 x/menit
S = 36,50c
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
2. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
3. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam,
kompres hangat
S = Pasien mengatakan tidak nafsu makan
O = Pasien hanya menghabiskan 4 sendok makan porsi yang
diberikan
A = Masalah belum teratasi
2
P = Lanjutkan Intervensi
1. Monitor Intake Nutrisi
2. Monitor Turgor Kulit
3. Pertahankan Terapi Iv
Rabu, 16 S : Pasien mengatakan nyeri perut berkurang
Desember P = Pasien mengatakan nyeri semakin terasa ketika duduk
2020 atau berjalan
14.00 Q = Ditusuk-Tusuk
R = Seluruh Area Perut
S=4
T = Nyeri terasa setiap saat, hanya saja skala nyeri
berubah ubah
O : Pasien tampak menringis kesakitan, pasien tampak pucat
TD = 160/100 mmHg
1
RR = 20x/menit
N = 87 x/menit
S = 36,50c
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
2. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
3. Monitor vital sign
2 S : Pasien mengatakan tidak nafsu makan
O : Pasien tampak lemas, pucat, pasien hanya menghabiskan
4 sendok makan dari porsi yang diberikan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
2. Menganjurkan banyak minum
3. Memonitor intake nutrisi