Anda di halaman 1dari 3

Edukasi

Pasien dengan HIV/AIDS

Edukasi merupakan salahsatu peran penting dalam meningkatkan kesehatan pasien,


khususnya pada penderita HIV/AIDS. Edukasi adalah pendidikan berbasis bukti kepada
klien, sehingga mereka dapat membuat pilihan, mengevaluasi keputusan, dan memilih opsi
terbaik untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mereka.
Edukasi yang disampaikan, diantaranya bagaimana mencegah infeksi misalnya infeksi
menular seksual, memberdayakan pasien untuk mengambil peran aktif dalam perawatan
kesehatan mereka dan mencegah penularan HIV selanjutnya.

Strategi Edukasi
 Pertimbangkan nilai-nilai setiap individu, pengetahuan, situasi, serta memastikan
prinsip etik dipatuhi.
 Jalin rasa saling percaya dengan klien.
 Tidak menghakimi klien.
 Meyakinkan klien akan kerahasiaan informasi, terutama yang berkaitan dengan
kesehatan seksual serta kebiasaan seksual.

Bahan Edukasi
 Pastikan klien paham bahwa dirinya dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain,
dan bahwa klien harus berperan aktif dalam pencegahan penularan penyakitnya.
Ex: tidak ada kontak darah atau cairan tubuh.
 Dorong klien agar memberitahukan status penyakit yang dideritanya kepada
pasangannya, atau teman yang pernah berbagi jarum suntik dengannya.
 Menenkankan kepada klien wanita, bahwa jika memiliki keturunan (anak), maka
sebaiknya anak tersebut dilakukan tes HIV.
 Diskusikan dengan keluarga klien wanita yang positive HIV, bahwa:
1. Kemungkinan penularan dari ibu ke anak kandung adalah 20%.
2. Dapat ditekan menjadi 2% jika dilakukan ART selama kehamilan.
3. Jika klien tidak menginginkan keturunan, ajarkan tentang birth control (KB).
 Tekankan pentingnya pengecekan reguler bagi klien dengan HIV. Follow up
+
kunjungan dapat dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan pengecekan nilai CD4 , HIV
RNA viral load, serta hitung jenis darah.
 Ajarkan klien untuk mengenali gejala serta kapan harus melaporkan gejala yang
dirasakan.
1. Perubahan suhu dan besarnya kenaikan suhu tubuh
2. Adanya gejala baru seperti, diare, bintik di kulit, penyakit pada rongga mulut.
 Dorong klien untuk mengubah kebiasaan seksual untuk mengurangi resiko penularan,
seperti penggunaan kondom dalam berhubungan seksual dan arahkan klien agar tidak
bergonta-ganti pasangan seksual jika memungkinkan.
 Jika klien merupakan pengguna obat jarum suntik, anjurkan klien untuk mengikuti
program rehabilitasi, dan ingatkan klien untuk tidak berukar jarum suntik.
 Ajarkan klien untuk mengoptimalkan fungsi sistem imun tubuh, diantaranya dengan:
1. Praktek diet sehat
2. Olahraga secara teratur
3. Tidur teratur dan cukup
 Anjurkan klien untuk menjalankan gaya hidup sehat. Ex: tidak merokok, minum
alcohol, dll.
 Klien boleh melakukan terapi atau mengkonsumsi herbal, suplemen dan vitamin
untuk menjaga kesehatannya. Sebaiknya dengan sepengetahuan dokter/provider.
 Terkait terapi ARV:
1. Tekankan tentang pentingnya minum ARV bagi klien dengan HIV.
2. Tekankan tentang pentingnya kepatuhan serta keteraturan minum ARV bagi klien
dengan HIV.
3. Tekankan tentang konsekuensi bagi klien yang tidak patuh minum ARV.
4. Beritahu tentang keadaan yang mengharuskan klien untuk segera menghubungi
dokter.
5. Berikan tips terkait minum ARV

Edukasi Remaja Putri tentang Ancaman HIV AIDS


Remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa,
dimasa ini mulai terjadi  kematangan seksual yaitu antara 11 sampai usia 20 tahun menjelang
masa dewasa muda. Kondisi psikis dan emosi yang masih labil terutama pada remaja putri
menyebabkan menjadi kelompok yang rentan terhadap risiko penularan HIV AIDS. Oleh
karena itu, transfer ilmu pengetahuan yang diwujudkan dalam pengabdian masyarakat ini
dilakukan agar remaja dapat mengetahui ancaman HIV AIDS yang diadakan oleh FS-Frisma
Kabupaten Maros. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan
tentang ancaman HIV AIDS dikalangan remaja. Metode pendekatan/solusi yang ditawarkan
dalam program ini yaitu peningkatan pengetahuan tentang ancaman HIV AIDS melalui
dialog interaktif sebagai bagian edukasi penyuluhan. Prosedur kerja untuk realisasi metode
yang ditawarkan yaitu melakukan diskusi dengan FS-Frisma sebagai penyelenggara kegiatan,
menyesuaikan materi pengabdian dengan topik kegiatan penyelenggara. Hasil yang diperoleh
adalah adanya peningkatan kesadaran remaja tentang pentingnya menambah pengetahuan
tentang bahaya HIV AIDS.
Referensi : Rahmawati, R. (2020). Edukasi Remaja Putri tentang Ancaman HIV
AIDS . Jurnal Abmas Negeri, 1(1), 6-10. https://doi.org/10.36590/jagri.v1i1.82

Antisipasi Penularan HIV/AIDS Sejak Dini Melalui Edukasi Tentang HIV/AIDS Dan
Perubahan Pubertas Pada Siswi Kelas V Di SDIT Buah Hati Cilacap Tahun 2020
Dari hasil evaluasi tampak bahwa terjadi peningkatan pengetahuan dari sasaran
berdasarkan hasil diatas. Hal ini dapat dimungkinkan karena siswi sangat fokus ketika proses
penyampaian materi berlangsung dan antusias dalam mengikuti segala kegiatan edukasi serta
tersajinya materi HIV/AIDS dan materi pubertas dengan media video. Hasil akhir
menunjukkan bahwa 97% siswi kelas 5 SDIT Buah Hati memahami HIV/AIDS serta 100%
memahami pubertas. Peningkatan pengetahuan dapat terjadi salah satunya disebabkan media
yang digunakan adalah video. Diketahui bahwa video berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan pengetahuan (Mulyadi et al., 2018). Faktor peningkatan pengetahuan yang
lainnya dimungkinkan karena faktor usia dan pengalaman (Notoatmodjo. S, 2012). Faktor
usia ini berkaitan dengan usia sasaran yang sudah memasuki masa pubertas, sehingga sasaran
mengalami sendiri dan bersiap mengalami perubahan pada masa pubertas. Faktor
pengalaman, didapatkan dari sebanyak 14,3% siswi telah mengalami perubahan pubertas
primer yaitu haid dan sebanyak 23,8 % serta 52,4% telah mengalami sendiri perubahan
pubertas sekunder.
Selain terjadi peningkatan pengetahuan terhadap perubahan pubertas, juga terdapat
peningkatan pengetahuan yang signifikan pada pengetahuan tentang HIV/AIDS. Peningkatan
pengetahuan tentang HIV/AIDS dapat menjadi salah satu solusi menghindari penyakit
HIV/AIDS dengan menghindari faktor risikonya. Diketahui pula, faktor risiko tertinggi
penderita HIV adalah faktor Lelaki Suka Lelaki (LSL), diikuti faktor Wanita Pekerja Seksual
(WPS) (Dirjen P2P, 2019). Faktor risiko lainnya diketahui adalah para pengguna narkoba
suntik, warga binaan pemasyarakatan dan pria pekerja seksual. Berdasarkan jenis kelamin
diketahui bahwa laki-laki lebih banyak mengidap penyakit HIV/AIDS dari pada jenis
kelamin perempuan (Dirjen P2P, 2019). Hasil penelitian penulis, menunjukkan pula bahwa
jenis persalinan pun berisiko terhadap kejadian HIV/AIDS di Cilacap (Maryanti, D; Budiarti,
T; NabillatuSyifa, 2018).
Penyakit HIV/AIDS dapat ditularkan melalui kontak seksual, kontak suntikan dan
dari air susu ibu ke bayinya. Memasuki usia pubertas, terlah terjadi perubahan hormon wanita
seperti estrogen dan progesteron. Dengan adanya perubahan hormon ini merangsang adanya
ketertarikan dengan lawan jenis. Ketertarikan ini diiringi dengan mulai berfungsinya organ
seksual apabila tidak diarahkan akan berisiko muncul keinginan untuk melakukan hubungan
seksual yang tidak aman. Melalui edukasi tentang HIV/AIDS sasaran diajarkan cara
penularan dan faktor- faktor yang berisiko, supaya sasaran dapat menghindari faktor risiko
tersebut. Selain diajarkan teori tentang faktor risiko, tim memasukkan aspek-aspek religi
dalam edukasi antisipasi HIV/AIDS dan perubahan pubertas berupa bagaimana islam
mengajarkan tentang kebersihan organ seksual dan bagaimana islam mengajarkan adab
pergaulan laki-laki dan perempuan.
Dengan meningkatnya pengetahuan diharapkan sasaran dapat menjaga perilaku
terhadap perubahan pubertasnya dan perilaku seksual yang sehat sehingga kelak dapat
menghindari faktor risiko terjadinya HIV/AIDS. Sesuai dengan teori Notoatmodjo (2012)
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah intelegensia, kemungkinan
kemampuan siswi menerima dan menyerap informasi dengan baik sehingga tercapai
peningkatan pengetahuan tentang HIV/AIDS mencapai 97% dan pengetahuan tentang
perubahan pubertas mencapai 100% adalah karena intelegensia yang bagus.
Keberhasilan dalam pelaksanaan pengabdian masyarakat ini tidak lepas dari
kerjasama yang baik antar anggota tim serta komunikasi yang baik antara tim pengabdian
masyarakat dengan mitra serta fasilitas dari UPT PPM STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah
Cilacap. Selama proses pelaksanaan pengabdian sejak dari persiapan hingga pelaksanaan
tidak ditemukan kendala yang berarti.
Referensi : Jurnal Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad Vol. II, No. 1. April 2020
https://www.e-jurnal.stikesalirsyadclp.ac.id/index.php/jpma/article/download/75/54 /

Dari ilmu yang saya dapatkan baik dari perkuliahan maupun jurnal, edukasi sangat
penting menurut saya. Karena dengan kita sebagai perawat mengedukasikan masyarakat
khususnya orang yang mengidap penyakit HIV/AIDS itu sangat membantu mereka, mereka
bisa memahami apa itu sebenarnya HIV/AIDS bagaimana tanda gejalanya, dampaknya apa,
bagaimana mengatasinya. Tanpa disadari juga akan mendorong kesehatan mereka.
Kenapa saya menyukai materi ini, karena materi ini sangat membantu saya yang ingin
tahu tentang bagaimana strategi edukasi, bahan edukasi, dsb. Agar ketika saya turun langsung
kepada pasien saya mempunyai ilmu dan bukti untuk saya berikan kepada mereka, khusunya
remaja yang masih membutuhkan edukasi ini, karena diluar sana banyak sekali kenakalan-
kenakalan remaja maupun perilaku yang kurang sehat yang berdampak HIV/AIDS. Saya
dapat mudah memahami materi ini dari perkuliahan juga karena pemberi materi/dosen pun
menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kalangan masyarakat khususnya remaja.

Anda mungkin juga menyukai