Anda di halaman 1dari 12

SOAL : OPEN BOOK

MATA KULIAH : INVESTIGASI WABAH


DOSEN : AGUS ALAMSYAH, SKM. M.Kes.
TANGGAL : 14 Juli 2021
WAKTU : 30 Menit

NAMA MAHASISWI
Nama : SHOVINA INDRIANI
NIM : 19011135
Kelas : 2D (Kelompok 4)

1. Anda jelaskan perbedaan HIV dan AIDS serta bagaimana cara penularannya
Perbedaan HIV dan AIDS
Seseorang yang terinfeksi HIV dapat tetap sehat selama bertahuntahun tanpa ada tanda
fisik atau gejala infeksi. Seseorang yang terinfeksi virus tersebut tetapi tanpa gejala adalah
HIV-positif atau mempunyai penyakit HIV tanpa gejala. Apabila gejala mulai muncul, orang
disebut mempunyai infeksi HIV bergejala atau penyakit HIV lanjutan. Pada stadium ini
seseorang kemungkinan besar akan mengembangkan infeksi oportunistik. AIDS merupakan
definisi yang diberikan kepada orang terinfeksi HIV yang masuk pada stadium infeksi berat.
AIDS didefinisi sebagai jumlah sel CD4 di bawah 200 sel/µl dan atau terjadinya satu atau
lebih infeksi oportunistik tertentu
cara penularannya
Bagian sistem kekebalan tubuh manusia yang diserang oleh HIV adalah sel darah putih
(leukosit), sehingga seseorang yang terserang virus tersebut sistem kekebalan tubuhnya akan
menurun dan kemudian menimbulkan AIDS.HIV hidup dan berkembang biak pada sel darah
putih manusia, sehingga terdapat pada cairan tubuh yang mengandung sel darah putih,
seperti darah, cairan mani, cairan vagina, cairan otak, dan air susu ibu.
Penularan HIV diawali saat HIV yang ada dalam cairan sperma, cairan vagina, darah, atau
ASI masuk ke dalam aliran pembuluh darah seseorang, kemudian menyerang sel darah putih
manusia. HIV menyerang salah satu jenis sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi,
yaitu limfosit yang mempunyai fungsi khusus untuk fagositosis. Antibodi bekerja dengan
cara mengikat antigen, sehingga tidak dapat menyerang sel-sel lain. Antigen-24 adalah
antigen yang terdapat pada virus HIV yang dapat dideteksi 2-3 minggu setelah terinfeksi.
Reseptor pada permukaan sel limfosit T yang menjadi tempat melekatnya virus HIV adalah
CD4 (cluster differentiation 4).
Proses terjadinya infeksi HIV tergantung pada beberapa hal seperti sifat virus dan sistem
kekebalan tubuh manusia sendiri. Resiko penularan HIV dipengaruhi terutama oleh jumlah
virus (viral load) yang ada di dalam cairan tubuh. Viral load atau beban virus diukur dengan
alat khusus menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Setiap orang yang
terinfeksi HIV mempunyai potensi untuk menularkan HIV, meskipun viral load-nya tidak
terdeteksi . Jumlah virus pada cairan tubuh sangat bervariasi. Beberapa jenis cairan tubuh
yang mengandung virus dalam jumlah yang cukup banyak untuk bisa menularkan virus,
seperti dalam darah (10-50) per mm2 cairan tubuh, semen dan cairan vagina (10-50) per
mm2 , air susu ibu. HIV tidak dapat ditularkan melalui kontak fisik biasa (di tempat kerja,
tempat umum), kontak intim biasa (berjabat tangan, bersentuhan), makanan dan minuman,
dan transmisi tidak langsung seperti gigitan serangga, batuk/bersin, atau menggunakan
fasilitas umum seperti kolam renang dan toilet.
2. Anda jelaskan bagimana cara yang efektif unutk pencegahan HIV dan AIDS pada kelompok
masyarakat sehat, kelompok rentan dan kelompok masyarakat resiko tinggi.
Upaya yang dilakukan dalam hal pencegahan penularan HIV secara umum adalah dengan
memberikan informasi mengenai penyakit HIV dan AIDS kepada kelompok orang yang
berisiko tinggi terinfeksi HIV. Informasi yang diberikan adalah mengenai pola penyebaran
dari virus HIV sehingga dengan lebih mudah mengetahui cara pencegahannya.
1. Melakukan Hubungan Seksual yang Aman
Perlu diketahui bahwa salah satu hal utama yang dapat menjadi cara penularan HIV/AIDS
adalah hubungan seksual. Oleh karena itu, kamu perlu melakukan hubungan intim yang
aman. Maksudnya, dengan tidak bergonta-ganti pasangan dan menggunakan kondom
2. Hindari Obat-obatan Terlarang
Selain melalui hubungan seksual, HIV/AIDS juga dapat menular melalui penggunaan jarum
suntik yang tidak steril, lho. Sebab, virus HIV dapat menular melalui darah, sehingga
penggunaan jarum suntik secara bergantian dapat meningkatkan risiko seseorang untuk
terserang penyakit ini.
3. Bicarakan dengan Dokter
Jika didiagnosis HIV/AIDS, bicarakanlah lebih lanjut dengan dokter terkait pengobatan dan
upaya-upaya mencegah penularan yang bisa dilakukan. Hal ini juga sangat disarankan untuk
ibu hamil. Jika ibu hamil didiagnosis HIV, sebaiknya bicarakan kepada dokter kandungan
mengenai penanganan selanjutnya dan perencanaan metode persalinan,.
4. Jujur dengan Pasangan
Beri tahu pasangan jika kamu positif mengidap HIV, agar pasangan kamu bisa menjalani tes
HIV. Semakin cepat terdeteksi, maka semakin dini penanganan dapat dilakukan dan
perkembangan serta penularannya dapat diantisipasi.
Kelompok berisiko tertular HIV dan AIDS adalah
a. Kelompok Risiko Tinggi
1) Pekerja seks laki-laki.
2) Pelanggan pekerja seks.
3) Penyalahguna narkoba.
4) Waria pekerja seks dan pelanggannya.
5) Laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL).
6) Narapidana/warga binaan.
b. Kelompok Rentan
1) Orang dengan mobilitas tinggi (sipil maupun militer).
2) Perempuan, remaja.
3) Anak jalanan, pengungsi.
4) Ibu hamil.
5) Penerima transfusi darah.
6) Petugas pelayanan kesehatan.
3. Anda jelaskan kapan VCT dan PICT dilakukan dan informasi apa yang disampaikan ketika
Konseling pra Test dan Konseling Pasca Test?
VCT dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan klien pada saat klien mencari pertolongan
medik dan testing yaitu dengan memberikan layanan dini dan memadai baik kepada mereka
dengan HIV positif maupun negatif. Layanan ini termasuk konseling, dukungan, akses
untuk terapi suportif, terapi infeksi oportunistik, dan ART. Konseling dan tes HIV sukarela
(KTS) atas Inisiasi klien masih terus didorong dan ditingkatkan penerapannya, di samping
pendekatan lain yang lebih inovatif seperti konseling dan tes HIV yang di inisiasi petugas
kesehatan ketika seorang pasien datang ke sarana kesehatan untuk mendapatakan layanan
kesehatan karena berbagai macam keluhan kesehatannya, yang selanjutnya akan disebut
PITC atau Provider Initiated Testing and Counseling. Seperti disadari bahwa sarana
kesehatan merupakan sarana utama untuk menjangkau atau berhubungan dengan ODHA
yang jelas membutuhkan layanan pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan. PITC
tersebut merupakan layanan konseling dan tes HIV atas Inisiasi Petugas Kesehatan yang
terintegrasi di sarana kesehatan dan untuk penerapannya dibutuhkan pedoman atau petunjuk
operasional.
Konseling Pra tes
Konseling pra tes HIV dapat diartikan sebagai dialog antara klien dan konselor yang
membahas tentang tes HIV dan kemungkinan dampak yang terjadi bila klien atau orang lan
mengetahui hasil tes.Secara khusus konseling pra tes bertujuan untuk mendorong orang
untuk memahami praktik seksual yang lebih aman, memastikan seseorang telah memahami
kekurangan dan implikasi hasil tes sebelum memutuskan tes HIV, dan
mempersiapkan/membantu seseorang dalam menghadapi hasil tes dengan sikap yang baik
bila terinfeksi HIV.
Langkah-langkah dalam konseling pra tes adalah :
1) Menjalin hubungan.
2) Menilai risiko klinis penularan HIV.
3) Memberikan informasi umum tentang HIV, pengobatan yang tersedia, masa jendela
(window period) dan tentang penurunan risiko penularan HIV.
4) Menganjurkan untuk memberitahukan kepada pasangan bila hasilnya reaktif.
Konseling Pasca Tes
Konseling pasca tes HIV membantu klien memahami dan menyesuaikan diri dengan hasil
tes, memberikan hasil tes dan menyediakan informasi yang dibutuhkan. Prinsip-prinsip
pasca tes adalah menilai situasi psikososial terkini, mendukung mental emosional klien
seperti mendorong klien berbicara lebih lanjut, manajemen pemecahan masalah dengan cara
menggali masalah, memahami, dan memberikan pemahaman pada klien, menyusun rencana,
membantu membuat rencana menghadapi kehidupan pasca penetapan hasil dengan
perubahan perilaku ke perilaku sehat, penyampaian hasil tes positif dengan cara hati-hati
Kunci utama dalam menyampaikan hasil tes adalah :
1) Memeriksa hasil tes klien sebelum bertemu dengan klien untuk memastikan
kebenarannya.
2) Menyampaikan hasil secara langsung.
3) Wajar dan professional ketika memanggil klien kembali dari ruang tunggu.
4) Hasil tes tertulis dan bertanda tangan petugas penanggung jawab layanan.
5) Semua hasil tes dijaga dari berbagai kepentingan.
6) Melakukan konseling pasangan.
Konseling pasca tes terdiri dari 2 macam yaitu :
1) Konseling pasca tes dengan hasil tes non reaktif. Menginformasikan masa jendela,
menekankan informasi tentang penularan dan rencana penurunan risiko, membuat
ikhtisar dan menggali lebih lanjut berbagai hambatan untuk perilaku seks aman dan
penggunaan
jarum suntik yang aman, mengamati kembali reaksi klien.
2) Konseling pasca tes dengan hasil reaktif. Memeriksa data secara rinci dan
memperhatikan komunikasi non verbal saat memanggil klien memasuki ruang
konseling dan memastikan klien menerima hasil dan menekankan konfidensialitas,
melakukan konseling hasil tes secara jelas dan langsung, menyedikan waktu hening
yang cukup untuk menyerap informasi tentang hasil tes, memeriksa pengetahuan dan
pemahaman klien tentang hasil, menggali ekspresi dan ventilasikan emosi atau
membutuhkan penanganan khusus, rencana nyata setelah selesai sesi konseling,
adanya dukungan dari orang terdekat, strategi mekanisme penyesuaian diri, orang
terdekat dan etiknya, memberikan kesempatan klien untuk mengajukan pertanyaan di
kemudian hari, dan merencanakan tindak lanjut atau rujukan bila perlu.
4. Kasus : Laki-laki (35 tahun) seorang TKI. Negara dimana dia bekerja telah
memulangkannya karena terbukti reaktif HIV. Laki-laki ini tidak mau kembali ke daerahnya
karena takut seluruh penduduk kampung akan mengusirnya mengingat masyarakat di
kampung sudah mengetahui status HIVnya. Seorang staff di PJTKI merujuk laki-laki ini
menemui konselor di puskesmas yang dekat dengan kampungnya agar laki-laki ini
mendapatkan bantuan dari konselor. Bagaimanakah peran seorang konselor dalam
membantu klien mengatasi masalah tersebut?
Perannya melakukan pemeriksaan terlebih dahulu dengan pasien yang terkena HIV,
Pemeriksaan HIV hanya dilaksanakan atas dasar kerelaan klien, tanpa paksaan, dan tanpa
tekanan.menyampaikan hasil pemeriksaan secara langsung dan memberikan pengertian
kepada pasien HIV bagaimana cara melakukan pencegahan penularan HIV dan juga
memberikan dukungan,semangat dan motivasi kepada pasien HIV bahwa orang yang
terkena HIV masih memiliki hak dan kewajiban di masyarkat karena yang harus di jahui itu
virus nya bukan orangnya,agar pasien HIV tetap memiliki semangat hidup,sebagai seorang
konselor maka Semua informasi yang disampaikan klien harus dijaga kerahasiaannya oleh
konselor dan petugas kesehatan, tidak diperkenankan didiskusikan di luar konteks
kunjungan klien. Semua informasi tertulis harus disimpan dalam tempat yang tidak dapat
dijangkau oleh mereka yang tidak berhak.
5. Jelaskan apa itu ODHA dan OHIDHA serta apa saja hak kewajibannya?
ODHA (Orang Dengan HIV dan AIDS) adalah orang yang telah terinfeksi HIV atau yang
telah mulai menampakan satu atau lebih gejala AIDS.
OHIDHA adalah orang atau anggota keluarga yang hidup bersama dengan ODHA dan
memberikan perhatian kepada mereka.
hak kewajibannya
a) Hak untuk tidak dibedakan, serta persamaan di hadapan hukum. Hukum HAM
internasional menjamin perlindungan yang sama di hadapan hukum dari diskriminasi atas
dasar apapun, seperti ras, warna kulit, bahasa, agama, politik atau pendapat, asal-usul, dan
status yang lainnya termasuk status HIV.
b) Hak untuk hidup.
c) Hak untuk mendapatkan standar kesehatan fisik dan mental tertinggi yang bisa dicapai.
d) Hak atas privasi.
e) Hak untuk bekerja.
f) Hak untuk bergerak atau berpindah tempat.
g) Hak untuk menikah dan membangun keluarga.
h) Hak untuk mengakses pendidikan.
i) Hak untuk berkumpul.
j) Hak untuk mengikuti program asuransi
kewajiban
a. Menjelaskan masalah kesehatan dengan jelas dan terbuka agar dokter
bisa memberikan pengobatan secara tepat.
b. Mengatakan kepada dokter jika tidak mengerti kondisi dan cara
perawatan diri dan meminta penjelasan.
c. Mengatakan kepada dokter jika anjuran tidak dapat dilaksanakan.
d. Jika ada obat-obatan lain dan obat tradisional dan narkoba katakan
kepada dokter.
e. Menghargai hak orang lain.
f. Menjaga kesehatan diri sendiri.
g. Mencari informasi.
h. HIV Stop di Sini dan tidak menularkan ke orang lain
6. Jelaskan bagaimana pelayanan kesehatan HIV dan AIDS di Puskesmas?
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal (SPM), Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk
melaksanakan SPM, diantaranya yaitu pencegahan dan pemberantasan HIV dan AIDS.
Pelayanan kesehatan bagi penderita penyakit HIV dan AIDS dilakukan di fasilitas kesehatan
tingkat pertama yang merupakan bagian dari pembayaran kapitasi dan di fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan tetap dapat diklaimkan sesuai tarif INA-CBGs, sedangkan obatnya
menggunakan obat program. Sehingga ODHA tetap mendapatkan pengobatan dan
perawatan di fasilitas kesehatan sesuai dengan program pemerintah dan pembiayaan sesuai
jaminan kesehatan nasional yang diikuti
7. Buatlah materi penyuluhan kepada masyarakat dalam bentuk leaflet
8. Jelaskan seperti apa peran pemangku kepentingan dalam pencegahan penularan HIV melalui
transmisi seksual
Tujuan komponen ini adalah menciptakan lingkungan yang kondusif yang mendukung
perilaku hidup sehat, peningkatan pemakaian kondom dan penurunan kejadian IMS dan HIV
pada populasi kunci secara berkesinambungan di lokasi.
Tujuan khusus komponen I:
a. Membentuk pokja setempat, dengan uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing
anggota untuk perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan program
b. Membuat, menyepakati, dan mengesahkan peraturan, atas dasar kesepakatan setempat
yang mendukung perilaku dan lingkungan yang sehat
c. Membentuk mekanisme dan perangkat untuk memantau dan memastikan peraturan /
kesepakatan setempat diterapkan secara berkesinambungan
d. Melakukan kerja sama yang saling mengikat antara pokja setempat dengan pemasok dan
para pengecer kondom, serta dengan dinas kesehatan dan BKKBN sebagai pemasok kondom
gratis dan distributor kondom bersubsidi, sehingga lokasi setempat tidak pernah kekurangan
kondom
e. Melakukan kerja sama yang saling mengikat antara pokja setempat dengan petugas
kesehatan dan layanan IMS, sehingga layanan IMS selalu tersedia sesuai dengan jadwal
yang disepakati
Pengguna komponen ini adalah pihak-pihak pemangku kepentingan setempat, yaitu semua
pihak yang mempunyai kekuasaan, pengaruh, serta kepentingan di lokasi populasi kunci.
Dalam hal wilayah esosialisasi/lokalisasi, mereka antara lain adalah mucikari, pemilik
wisma /bar, pengelola tempat hiburan, ketua RT/RW
9. Jelaskan strategi komunikasi perubahan perilaku dan advokasi untuk upaya pencegahan HIV
Komunikasi Perubahan Perilaku atau KPP adalah suatu kombinasi berbagai macam kegiatan
komunikasi yang direncanakan secara sistematis dan dikembangkan bersama dengan
populasi kunci dan pemangku kepentingan setempat, untuk memenuhi kebutuhan mereka
agar tetap berperilaku sehat dan produktif.
Tujuan komponen ini adalah memberikan pemahaman dan mengubah perilaku kelompok
secara kolektif dan perilaku setiap individu dalam kelompok, sehingga kerentanan terhadap
HIV akan berkurang.Tujuan khusus komponen 2:
a. Populasi kunci selalu menawarkan kondom kepada pelanggan
b. Populasi kunci menggunakan kondom secara konsisten
c. Populasi kunci selalu mencari pengobatan IMS yang benar secara
berkala
d. Populasi kunci mengakses layanan untuk konseling dan tes HIV
Pengguna komponen ini adalah petugas penjangkau dan pendidik sebaya yang berperan
sebagai fasilitator dalam memberikan informasi dan edukasi untuk mendorong perubahan
perilaku populasi kunci. Petugas penjangkau dapat berasal dari luar, misalnya dari LSM atau
kelompok masyarakat. Sedangkan pendidik sebaya diupayakan berasal dari populasi kunci
itu sendiri, sehingga memudahkan terjadinya transformasi nilai dalam kelompok sebaya
KPP tidak terbatas pada penyampaian materi KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)
saja, namun jauh lebih luas, termasuk hal-hal berikut:
a. Pemberian informasi kesehatan seksual (HIV dan IMS) dalam kegiatan penjangkauan
kepada tiap individu di lokasi.
b. Diskusi Interaktif kelompok (DIK) untuk perubahan perilaku kelompok
c. Konseling penurunan risiko untuk perubahan perilaku seksual
d. Rujukan ke tempat layanan kesehatan untuk pengobatan IMS dan tes HIV
e. Pengembangan pendidik sebaya
f. Mengoptimalkan partisipasi populasi kunci
g. Pertemuan rutin monitoring dan koordinasi di setiap lokasi untuk mendiskusikan proses
pelaksanaan, hambatan, capaian program terhadap indikator KPP, dan partisipasi populasi
kunci
h. Pemberdayaan populasi kunci melalui peningkatan kesadaran dan penguatan kapasitas.

10. Jelaskan konsep manajemen layanan IMS komprehensif (penapisan, pengobatan, dan
pengobatan presumtif berkala).
Tujuan komponen ini adalah menyediakan layanan diagnosis dan pengobatan serta
konseling perubahan perilaku yang bertujuan menyembuhkan IMS pada individu, sehingga
dapat memutus mata rantai penularan IMS.
menggunakan kombinasi tiga metode berikut:
a. Pengobatan Presumtif Berkala (PPB) atau PPT (periodic presumptive treatment), dapat
menurunkan prevalensi gonore dan klamidiasis secara cepat, namun hanya bersifat
sementara. Prevalensi IMS yang sudah turun perlu dipertahankan tetap rendah dengan cara
peningkatan penggunaan kondom dan dengan layanan penapisan IMS berkala. PPB
dilakukan bersamaan dengan penatalaksanaan IMS dengan obat yang efektif sesuai pedoman
nasional, yaitu jika prevalensi gonore / klamidiasis masih > 20% dan komponen peningkatan
peran positif pemangku kepentingan, komunikasi perubahan perilaku dan manajemen
pasokan kondom / pelican dari program PMTS telah siap
b. Penapisan dengan penegakan diagnosis pasti dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium
PCR (polymerase chain reaction), dilanjutkan dengan pemberian pengobatan dan konseling
perubahan perilaku. Penapisan ini dilaksanakan pada jadwal pengukuran prevalensi. Namun
tes PCR ini masih mahal dan belum tersedia disemua daerah
c. Penapisan dengan penegakkan diagnosis menggunakan pendekatan sindrom atau
pemeriksaan laboratorium sederhana termasuk penapisan sifilis (RPR dan TPHA),
dilanjutkan dengan pemberian pengobatan dan konseling perubahan perilaku. Penapisan ini
dilaksanakan diantara jadwal kedua metode diatas Pelaksana komponen ini adalah tim
layanan IMS yang terdiri dari dokter, perawat, konselor dan petugas laboratorium dari
puskesmas atau klinik yang berada dekat lokasi. Tim ini sebelumnya mendapat pelatihan
sehingga mampu berperan memberikan pelayanan dan pengobatan IMS bagi populasi kunci
yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Penjelasan lebih rinci mengenai teknik pemeriksaan,
jenis obat yang dipakai berikut dosisnya, dapat dibaca pada pedoman untuk PPB yang
diterbitkan Kementerian Kesehatan RI.

Note: Jawaban dikumpul secara kolektif oleh Pj mata kuliah HIV/AIDS paling lambat Hari
Kamis Tanggal 15 Juli 2021 Pukul 10.000 ke email agusa41@gmail.com. Bagi yang tidak
mengumpulkan jawabannya tepat waktu kami anggap tidak mengiukuti UAS. Semoga sukses
dan Trimakasih

Anda mungkin juga menyukai