Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIK KLINIK

MENGELOLA KLIEN DENGAN GANGGUAN HEMIPARASE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Dasar

Dosen Pengampu : Ns. Nanang Khosim A.,M.Kep

oleh :

Vinka Meilina Putri

NIM 20101440119103

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG

TA 2021
BAB I

KONSEP TEORI

A. Anatomi Fisiologi
Otak merupakan suatu alat yang sangat penting karena merupakan pusat
computer dan semua alat tubuh, bagian dari syaraf sentral yang terletak didalam
rongga tengkorak yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat.
Berat jaringan otak manusia kira-kira merupakan 2% dari berat orang dewasa.
Otak menerima 20% dan seluruh curah jantung dan membutuhkan sekitar 20% dari
pemakaian O2 tubuh. Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energy
dalam seluruh tubuh manusia dan membutuhkan O2 serta glukosa melalui aliran
darah tetap konstan karena jaringan otak sangat rapuh. Bila aliran darah ke otak
terhenti selama 10 detik saja dapat mengakibatkan kesadaran mungkin sudah akan
hilang dan dalam beberapa menit saja dapat menimbulkan kerusakan irreversibel yang
kritis sebagai pusat integritas dan koordinasi organ dan system efektor perifer tubuh
dan berfungsi sebagai penerima informasi mengeluarkan implus dan tingkah laku.

Bagian-bagian hemisfer otak. setiap hemisfer serebri dibagi dalam 4 lobus,


yaitu: lobus frontal, pariental, temporal dan oksipital, fungsi dari setiap lobus berbeda-
beda. Lobus frontal terlihat dalam mental, emosi, dan fungsi fisik. Bagian anterior
mempunyai peran dalam control tingkah laku social, pendapat dan aktivitas
intelektual yang kompleks, bagian sentral dan posterior mengatur fungsi motorik.

Lobus parietal, menterjemahkan input sensorik sensasi yang dirasakan pada


satu sisi bagian tubuh yang lain diterjemahkna melalui lobus pariental bagian kontra
lateral. Sensasi somatic yang diterima dalah nyeri, temperature, sentuhan dan tekanan,
lobus pariental juga berperan dalam proses memory. Lobus oksipital mengandung
daerah veiseral primer dan daerah gabungan visual. Daerah visual primer menerima
informasi dan menafsirkan warna.
Lobus temporalis berfungsi dalam sensorik pendengaran, penciuman dan rasa.
B. Pengertian
Hemiparesis adalah kerusakan pada seluruh korteks piramidalis sesisi
menimbulkan kelumpuhan UMN (Upper Motor Neuron) pada belahan tubuh sisi
kontralateral.
Bila kerusakan unilateral pada jaras kortikobulbar/kortikospinal di tingkat
batang otak menimbulkan sindrom hemiplegia alternans. Sindrom tersebut terdiri atas
kelumpuhan UMN yang melanda otot-otot belahan tubuh kontralateral yang berada di
tingkat lesi, sedangkan setingkat lesinya terdapat kelumpuhan LMN, yang melanda
otot-otot yang disarafi oleh saraf kranial yang terlibat dalam lesi. Tergantung pada
lokasi lesi paralitiknya, sehingga dapatlah dijumpai hemiplegia alternans di
mesensefalon. Sebuah gambarannya dijumpai bilamana hemilasi di batang otak
menduduki pedunkulus serebri di tingkat mesensefalon.
Jika terdapat kelumpuhan pada lengan dan kaki pada sisi yang sama, dan jika
tanda UMN merujuk pada lesi sentral, maka lesi kemungkinan berada di korda
spinalis servikal atau otak. Nyeri leher atau pada daerah dermatom servikal dapat
menjadi bukti tempat lesi.
Penyebab tersering hemiparesis pada orang dewasa yaitu infark serebral atau
pendarahan. Awitan secara mendadak, serangan iskemik transien sebelumnya, dan
progresi menjadi derajat maksimum dalam 24 jam pada orang dengan hipertensi atau
usia lanjut merupakan indikasi telah terjadi stroke. Jika tidak terdapat gejala-gejala
serebral, dapat diduga terjadi myelitis transversus dari korda spinalis servikal, tetapi
kondisi ini berprogresi secara lambat (beberapa hari) dan lebih sering menyerang
keempat tungkai. Begitu pula dengan sklerosis multipel yang biasanya bermanifestasi
menjadi tanda kortikospinal bilateral daripada hemiplegia murni.
Jika hemiparesis yang berasal dari serebral berprogresi dalam hari atau
minggu, dapat dicurigai lesi massa serebral, baik pada pasien anak-anak atau dewasa.
Selain tumor otak, kemungkinan lain termasuk malformasi arteriovenosus, abses otak,
atau infeksi lainnya. Kelainan otak metabolik biasanya mengakibatkan tanda bilateral
dengan gangguan mental, tetapi merupakan penyebab hemiparesis yang jarang.
Secara umum, hemiparesis biasanya merujuk pada lesi serebral daripada lesi di leher,
dan penyebabnya dapat ditemukan dengan melihat gejala klinis dan dengan CT atau
MRI.
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian (Brunner dan
Suddarth, 2002. Hal 2130-2144).
1 Trombosis
Trombosis ialah proses pembentukan bekuan darah atau koagulan dalam
sistem vascular (yaitu,pembuluh darah atau jantung) selama manusia masih hidup,
serta bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher. Koagulan darah
dinamakan trombus. Akumulasi darah yang membeku diluar sistem vaskular, tidak
disebut sebagai trombus. Trombosis ini menyebabkan iskemia jaringan otak yang
dapat menimbulkan edema disekitarnya.
2 Embolisme serebral
          Embolisme serebral adalah bekuan darah dan material lain yang dibawa ke
otak dari bagian tubuh lain. Merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari trombus di
jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri.
3 Iskemia serebri
          Iskemia  adalah penurunan aliran darah ke area otak. Otak normalnya
menerima sekitar 60-80 ml darah per 100 g jaringan otak per menit. Jika alirah
darah aliran darah serebri 20 ml/menit timbul gejala iskemia dan infark. Yang
disebabkan oleh banyak faktor yaitu hemoragi, emboli, trombosis dan penyakit
lain.
.4 Hemoragi serebral
          Hemoragi serebral adalah pecahnya pembuluh darah serebral dengan
pendarahan ke dalam jaringan otak atau ruangan sekitar otak. Pendarahan
intraserebral dan intrakranial meliputi pendarahan didalam ruang subarakhnoid
atau didalam jaringan otak sendiri. Pendarahan ini dapat terjadi karena
arterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembesan darah kedalam parenkim otak.
Pecahnya pembuluh darah otak sebagian besar diakibatkan oleh rendahnya
kualitas pembuluh darah otak.Sehingga dengan adanya tekanan darah yang tinggi
pembuluh darah mudah pecah.

C. Tanda-tanda Kebutuhan Terpenuhi

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Faktor resiko terjadinya stroke ada 2 :


1. Faktor resiko yang dapat diobati/dicegah :
1) Perokok.
2) Penyakit jantung ( Fibrilasi Jantung )
3) Tekanan darah tinggi.
4) Peningkatan jumlah sel darah merah ( Policitemia).
5) Transient Ischemic Attack ( TIAs)
2. Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
1) Usia di atas 65.
2) Peningkatan tekanan karotis ( indikasi terjadinya artheriosklerosis yang
meningkatkan resiko serangan stroke).
3) DM.
4) Keturunan ( Keluarga ada stroke).
5) Pernah terserang stroke.
6) Race ( Kulit hitam lebih tinggi )
7) Sex ( laki-laki lebih 30 % daripada wanita ).

1. Faktor yang tidak dapat dirubah (Non Reversible)


 Jenis kelamin : Pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding
wanita.
 Usia : Makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.
 Keturunan : Adanya riwayat keluarga yang terkena stroke
2. Faktor yang dapat dirubah (Reversible)
 Hipertensi
 Penyakit jantung
 Kolesterol tinggi
 Obesitas
 Diabetes Melitus
 Polisetemia
 Stress Emosional
3. Kebiasaan Hidup
 Merokok,
 Peminum Alkohol,
 Obat-obatan terlarang.
 Aktivitas yang tidak sehat: Kurang olahraga, makanan berkolesterol.

E. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian

b. Diagnosa Keperawatan
c. Intervensi Keperawatan

NO TGL/JAM DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI TTD


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. - Gangguan Setelah dilakukan asuhan Dukungan Ambulasi VNK
mobilisasi fisik keperawatan ...x24 jam (l.06171)
berhubungan diharapkan pasien dapat Observasi
dengan tetap mempertahankan - Identivikasi adanya
intoleransi pergerakannya, dengan nyeri atau keluhan
aktivitas ditandai kriteria : fisik lainnya
dengan (L.05042) - Identifikasi toleransi
keterbatasan -Pergerakan ekstremitas fisik melakukan
dalam gerakan dari 1 (menurun) ke 5 ambulasi
fisik dari satu ( meningkat - Monitor frekuensi
atau lebih - Kekuatan otot dari janjung dan tekanan
ekstreminas 1(menurun) ke 5 darah sebelum
secara mandiri ( meningkat memulai ambulasi
(D.0054) - Rentang gerak (ROM) - Monitor kondisi
dari 1(menurun) ke 5 umum selama
( meningkat melakukan ambulasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan
alat bantu
(mis.tongkat,kruk)
- Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik, jika
perlu
- Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
- Anjurkan
melakukan ambulasi
dini
- Ajarkan ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis.berjalan dari
tempat tidur ke kursi
roda, berjalan dari
tempat tidur ke
kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi
2. - Resiko cedera Setelah dilakukan asuhan Manajemen Keselamatan VNK
berhubungan keperawatan ...x24 jam Lingkungan (l.14512)
dengan adanya diharapkan pasien dapat Observasi
paralysis, gaya tetap mempertahankan - Identifikasi kebutuhan
berjalan tidak pergerakannya, dengan keselamatan
stabil, kriteria: - Monitor perubahan
penggunaan (L.14136) status keselamatan
tongkat yang - kejadian cidera dari lingkungan
tidak benar yang tingkat 1 (meningkat) ke Terapeutik
menyebabkan 5 (menurun) - Hilangkan bahaya
seseorang tidak - luka/lecet dari tingkat 1 keselamatan
lagi sepenuhnya (meningkat) ke 5 lingkungan
sehat atau dalam (menurun) - Modifikasi
kondisi baik - ketegangan otot dari lingkungan untuk
(D.0136) tingkat 1 (meningkat) ke meminimalkan
5 (menurun) bahaya dan risiko
- fraktur dari tingkat 1 - Sediakan alat bantu
(meningkat) ke 5 keamanan lingkungan
(menurun) - Gunakan perangkat
- gangguan mobilisasi pelindung
dari tingkat 1 - Hubungi pihak
(meningkat) ke 5 berwenang sesuai
(menurun) masalah komunikasi
- Fasilitasi relikasi ke
lingkungan yang
aman
- Lakukan program
akrining bahaya
lingkungan
Edukasi
- Ajarkan individu,
keluarga dan
kelompok resiko
tinggi bahaya
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Jakarta : EGC

PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervemsi Keperawatan : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai