Disusun oleh:
KELOMPOK 10
Tahun Ajaran
2021/2022
DAFTAR ISI
4. Analisis Jurnal
a. Anggi Dhini M
b. Erisa Veradina M
c. Ridho Edgardito U
d. Seruni Abna R
5. Daftar Pustaka
6.
KEGIATAN BELAJAR 1
Pengantar Memahami Lansia Secara Holistik
A. Pengertian Lansia
B. Batasan Lansia
2) Kriteria baru
a) 0 – 17 tahun : Anak-anak di bawah umur.
b) 18 – 65 tahun : Pemuda.
c) 66 – 79 tahun : Setengah baya.
d) 80 – 99 tahun : Orang tua/lansia.
e) 100 tahun ke atas : Orang tua berusia panjang.
C. Karakteristik Lansia
c. Living arrangement
Angka beban tanggungan merupakan angka yang
menunjukan perbandingan antara banyaknya jumlah penduduk
yang berusia tidak produktif (usia 65 tahun) dengan jumlah
penduduk yang berusia produktif (usia 15-64 tahun). Jumlah
perbandingan angka tersebut menjadi pusat untuk melihat besarnya
beban ekonomi yang harus ditanggung penduduk usia produktif
untuk membiayai penduduk usia nonproduktif.
d. Kondisi kesehatan
Derajat kesehatan penduduk diukur dengan menggunakan
indikator salah satunya yaitu angka kesakitan pada penduduk.
Angka kesakitan dapat menjadi indikator kesehatan negatif. Hal ini
dilihat jika derajat kesehatan penduduk yang semakin baik maka
angka kesakitan semakin rendah.
a. Teori Biologis
Teori biologis diantaranya mencakup teori genetik dan
mutasi, immunology slow theory, teori stres, teori radikal bebas
dan teori rantai silang.
b. Teori Psikologis
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan
dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif.
Adanya penurunan dan intelektualitas yang meliputi persepsi,
kemampuan kognitif, memori dan belajar pada usia lanjut
menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi.
Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan.
c. Teori Sosial
Terdapat beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses
penuaan, yaitu terdiri dari teori interaksi sosial (social exchange
theory), teori penarikan diri (disengagement theory) , teori aktivitas
(activity theory), teori kesinambungan (continuity theory), teori
perkembangan (development theory) dan teori stratifikasi sosial
(age stratification theory).
d. Teori Spiritual
Komponen Spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada
pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi
individu tentang arti kehidupan.
2. Sistem Gastrointestinal
Perubahan morfologik yang berupa atrofi pada
rahang, mukosa, kelenjar, dan otot intestinal. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan fungsional maupun mengarah ke
patologi, seperti kesulitan menggigit, gastritis, disfagia, hiatus
hernia, ulkus peptikum, pankreatitis, sindroma malabsorbsi, dan
perubahan sekresi lambung.
3. Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler pada lansia dapat dirasakan
meskipun tanpa adanya penyakit. Arteri mengalami pemanjangan
dan terjadi penebalan intima arteri, dan juga degenerasi katup
jantung. Perlu diperhatikan bahwa kematian akibat infark
miokard bertambah seiring bertambahnya usia, terutama pada
usia 70-an.
4. Sistem Respirasi
Sistem respirasi pada lansia mengalami penurunan
elastisitas paru, kekakuan dinding dada meningkat sedangkan
kekuatan otot menurun. Akibatnya kapasitas vital menurun dan
difusi oksigen terganggu. Kapasitas cadangan fungsional
terganggu, tapi gejala minimal, kecuali dipicu penyakit lain.
Perubahan ini memudahkan terjadinya keadaan patologi seperti
PPOK.
5. Sistem Persarafan
Berat otak pada lansia menurun 10-20%. Namun,
setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya,
hal tersebut berpengaruh dengan persarafan dan menimbulkan
lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya
dengan stres kemudian mengecilnya saraf panca indra dan
berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin hingga kurang
sensitif terhadap sentuhan.
6. Sistem Pendengaran
Dapat disebut presbikusis yaitu hilangnya
kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,
sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65
tahun. b. Otosklerosis akibat atrofi membran tympani. Terjadinya
pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya
keratin. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan jiwa/stres.
7. Sistem Penglihatan
Pada usia lansia, timbul sklerosis dan hilangnya
respon terhadap sinar yang terjadi pada kornea memiliki bentuk
sferis seperti bola. Hal tersebut menyebabkan kekeruhan pada
lensa sehingga dapat menyebabkan katarak. Kemudian
meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap
dan hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapangan pandang,
berkurang luas pandangannya dan menurunnya daya
membedakan warna biru atau hijau.
8. Sistem Reproduksi
Pada usia lansia ovarium dan uterus akan menciut, atrofi
pada payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-
angsur. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut
usia asal kondisi kesehatan baik dan pada selaput lendir vagina
menurun.
9. Sistem Metabolisme
Pada ginjal yaitu alat untuk mengeluarkan sisa
metabolisme tubuh melalui urin, darah yang masuk ke ginjal
disaring di glomerulus (nefron). Nefron menjadi atrofi dan aliran
darah ke ginjal menurun sampai 50%. Otot-otot vesika urinaria
menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan
terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.
10. Sistem Endokrin
Produksi semua hormon pada lansia menurun. Seperti,
menurunnya aktivitas tyroid, BMR (Basal Metabolic Rate), daya
pertukaran zat, produksi aldosteron dan menurunnya sekresi
hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan
testosteron.
TEST FORMATIF 1
1. D. Unik
2. C. Buruk
3. A. Sistem respirasi
4. D. Fase senium
5. D. Psikologis
6.
KEGIATAN BELAJAR 2
Masalah Kesehatan dan Kesejahteraan Lansia dengan Kasus Gangguan
Jantung-Paru
1. Permasalahan Umum :
a. Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan,
b. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga
yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati,
c. Lahirnya kelompok masyarakat industri,
d. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional
pelayanan lanjut usia,
e. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan
kesejahteraan lansia.
2. Permasalahan Khusus :
a. Berlangsunya proses menua yang berakibat timbulnya masalah
baik fisik, mental maupun sosial,
b. Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia,
c. Rendahnya produktivitas kerja lanjut,
d. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat,
e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistis,
f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik lansia.
2. Gangguan Okupasi
a. Bersepeda / Jogging
b. Yoga
c. Aerobik
d. Jalan Cepat
e. Semua benar
1. E. Mudah lelah
2. D. Mobilitas berjalan
3. E. Semua salah
4. E. Memberikan aktivitas yang kurang disenangi oleh lansia
5. E. Semua benar
ANALISIS
JURNAL
Pengaruh Senam Lansia Terhadap Kebugaran Kardiorespirasi
pada Lansia
1. Peneliti
Dany Pramuno Putra; Dika Rizki Imania; Veni Fatmawati
2. Sumber jurnal
Putra, D. P., Imania, D. R., & Fatmawati, V. (2018). Pengaruh Senam
Lansia Terhadap Kebugaran Kardiorespirasi Pada Lansia.
http://digilib2.unisayogya.ac.id/xmlui/handle/123456789/1343
3. Isi jurnal
Perubahan fisik pada lansia dapat menjadi suatu kondisi yang
menyebabkan lansia terkena penyakit, seperti perubahan pada
kardiovaskuler yaitu dengan menurunnya elastisitas pembuluh darah,
menurunnya kekuatan otot-otot pernafasan, serta perubahan pada
pendengaran dan penglihatan. Fungsi kardiovaskuler sendiri yaitu untuk
mengambil oksigen dan menyalurkannya ke jaringan aktif yang akan
digunakan untuk metabolism tubuh. Latihan atau olahraga untuk lansia
seperti senam yang dilakukan secara rutin akan meningkatkan kebugaran
fisik, sehingga secara tidak langsung lathan senam pada lansia dapat
meningkatkan fungsi jantung, isi darah per denyut meningkat,
mempengaruhi denyut jantung, tekanan arteri, dan pernafasan. Kebugaran
kardiorespirasi dapat diukur dengan pemeriksaan Six Minutes Walking
Test dengan dikonversikan menggunakan rumus VO2 maksimal.
4. Hasil/pembahasan
Hasil dari penelitian didapatkan yang di dapatkan dengan
menggunakan uji hipotesis maka didapatkan hasil nilai p = 0,000 yang
berarti p < 0,05, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada pemberian
senam lansia terhadap peningkatan kebugaran kardiorespirasi pada lansia.
Anggi Dhini M
P27228018118
Senam Bugar Lansia Berpengaruh Terhadap Daya Tahan
Jantung Paru, Status Gizi, Dan Tekanan Darah
1. Peneliti
Sri Thristyaningsih, Probosuseno, Herni Astuti.
2. Sumber Jurnal
Thristyaningsih, S., Probosuseno, P., & Astuti, H. (2011). Senam bugar lansia
berpengaruh terhadap daya tahan jantung paru, status gizi, dan tekanan
darah. Jurnal gizi klinik Indonesia, 8(1), 14-22.
https://core.ac.uk/download/pdf/296266127.pdf
3. Isi Jurnal
Status gizi menjadi dampak utama timbulnya penyakit pada
lanjut usia. Pada saat yang sama, perubahan sosial dan demografi
menempatkan lanjut usia pada risiko ketidakamanan makanan dan
kurang gizi. Selain kurang gizi, obesitas dan defisiensi mikronutrien
juga kerap terjadi pada populasi lanjut usia yang kemudian akan
mencetuskan berbagai penyakit kronik.
Hasil penelitian di Padang pada lansia, menunjukkan bahwa
variabel persentase lemak tubuh merupakan variabel yang paling
berpengaruh terhadap daya tahan jantung paru jika dibandingkan
dengan variabel yang lain . Mengingat pentingnya meningkatkan daya
tahan jantung paru, mengelola status gizi ideal, dan mengelola tekanan
darah pada lansia hipertensi, maka perlu dilakukan penelitian untuk
menganalisis pengaruh aktivitas fisik, salah satunya senam bugar
lansia.
Meskipun selama ini senam bugar lansia sudah menjadi kegiatan
rutin yang dilaksanakan di posyandu lansia di Kecamatan Pahandut
Kota Palangkaraya, namun belum pernah dilakukan penelitian
mengenai pengaruh aktivitas fisik dengan hipertensi pada lansia.
Perhitungan daya tahan jantung paru dengan cara jalan kaki
selama 12 menit pada lintasan datar dengan jarak tempuh telah diukur
terlebih dahulu, kemudian jarak yang dicapai dibandingkan dengan
tabel standar sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Pengukuran
dilakukan sebanyak 2 kali dengan jarak waktu kedua pengukuran kira-
kira 3 menit, hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik
diambil dari pengukuran kedua. Analisis untuk mengetahui pengaruh
perlakuan terhadap daya tahan jantung paru, status gizi, dan tekanan
darah dengan paired sampel t-test dan wilcoxon signed ranks test
dengan taraf signifikan 0,05. Untuk mengetahui hubungan karakteristik
subjek dengan penurunan tekanan darah menggunakan uji chi square.
Analisis multivariat digunakan untuk melihat variabel
independen yang dominan berhubungan dengan variabel dependen
menggunakan uji regresi logistik ganda. Karakteristik subjek penelitian.
Karakteristik subjek menurut jenis kelamin menunjukkan lebih banyak
lansia perempuan sebanyak 58 orang dibanding lansia laki-laki
sebanyak 16 orang. Subjek yang merokok sebanyak 5 orang dan yang
obesitas 11 orang. 3 orang, dan asupan lemak lebih dari atau sama
dengan 30 mg sebanyak 3 orang.
4. Hasil / Pembahasan
Kegiatan senam bugar yang diterapkan pada lansia terbukti
berpengaruh terhadap peningkatan daya tahan jantung paru, gizi, dan
penurunan tekanan darah. Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan
program senam bugar lansia terus dilaksanakan serta perlu diberikan
penyuluhan dan konsultasi secara berkesinambungan, agar tercapai tingkat
kebugaran lansia.
5. Kelebihan & Kekurangan
a. Kelebihan Jurnal
Jurnal singkat dan padat,
Dapat mengetahui banyak manfaat dari aktivitas senam
untuk kesehatan jantung dan paru pada lansia, seperti
dengan perlakuan senam bugar lansia yang
berpengaruh terhadap peningkatan daya tahan jantung
paru, penurunan status gizi, dan penurunan tekanan
darah.
b. Kekurangan jurnal:
Isi yang masih kurang lengkap,
Tidak ada proses pemulihan yang diberikan pada lansia
yang memiliki masalah pada jantung, paru, gizi dan
tekanan darah,
Waktu pengamatan yang lebih lama.
6. Saran
Dari hasil analisis, pada penelitian selanjutnya, diharapkan dapat
melihat penurunan tekanan darah, kondisi Jantung dan paru pada lansia
dengan pengamatan lebih lama, agar mendapatkan hasil penelitian yang
lebih lengkap, dan untuk metodologi penelitian eksperimen dengan
program intervensi dapat di kombinasi dengan pemberian edukasi,
aktivitas fisik, kegiatan rehabilitasi dan pemberian obat dengan benar.
Erisa Veradina M
P27228018127
Changes in problematic activities of daily living in persons with
COPD during 1 year of usual care
1. Peneliti
Nienke Nakken, Daisy J. A. Janssen, Emiel F. M. Wouters, Esther H. A.
van den Bogaart, Jean W. M. Muris5, Geeuwke J. de Vries, Gerben P.
Bootsma, Michiel H. M. Gronenschild, Jeannet M. L. Delbressine,
Monique van Vliet & Martijn A. Spruit
2. Sumber Jurnal
Australian Occupational Therapy Journal (2020) -
www.doi.org/10.1111/1440-1630.12664
3. Isi Jurnal
Jurnal ini berisi eksplorasi hambatan dalam melakukan aktivitas
keseharian (ADL) dalam hidup selama setahun pada penyintas PPOK
(Penyakit Paru Obstruktif Kronis) yang sama sekali tidak melakukan
layanan rehabilitasi kesehatan. Studi ini bersifat berkepanjangan
(longitudinal) dengan teknis visitasi ke rumah partisipan secara terjadwal
sejak awal 2 minggu keluar rumah sakit hingga setahun berikutnya.
Pemeriksaan dilakukan dengan instrumen Canadian Occupational
Performance Measure (COPM) dan skala ADL dengan 10 poin penilaian.
4. Hasil/Pembahasan
Melalui riset ini, didapatkan bahwa 90% partisipan tampak
setidaknya satu masalah ADL baru dalam setahun. Baik dalam masa
eksaserbasi maupun remisi, didapatkan 92% partisipan dilaporkan terdapat
masalah ADL baru setelah 2 minggu keluar pengobatan dan 90%
partisipan mendapat permasalahan ADL baru setelah setahun riset. Sisi
lain, didapatkan juga kepuasan pada sedikit partisipan dengan kondisi
membaik setelah follow up selama setahun dan partisipan tanpa
mengalami masa eksaserbasi lagi.
b. Kekurangan
Penggunaan Canadian Occupational Performance Measure
(COPM) dengan sifat dominan deskriptif sebagai instrumen yang
digunakan dirasa kurang tepat dan kurang stabil dibanding
penggunaan dengan kuisioner atau skala. Riset ini kurang
memperkirakan faktor internal maupun eksternal yang ternyata
dapat mempengaruhi temuan permasalahan ADL pada partisipan.
Partisipan yang ikut dalam riset juga tidak sepenuhnya tidak
mendapat layanan rehabilitasi dan analisis data hanya dari
partisipan yang mendapat follow up terapi okupasi minimal 6
bulan, bukan setahun penuh.
6. Saran
Literatur ini dapat dijadikan dasar bagi pengetahuan secara teori
bagi terapis untuk memahami realitas dari penyintas PPOK di kehidupan
pasca menjalani medikasi dengan tanpa melanjutkan pada layanan
rehabilitasi medis. Berikutnya, poin simpulan dapat menjadi pertimbangan
klinis terhadap layanan terapi okupasi, utamanya layanan kepada pasien
dengan masalah jantung paru secara umum dan penyintas PPOK secara
khusus. Berikut poin sudut pandang keilmuan terapi okupasi yang dapat
diterapkan:
1. Permasalahan ADL pada penyintas PPOK akan selalu berubah dan
ini terjadi selama masa eksaserbasi pasca rawat inap,
2. Permasalahan ADL diperlukan pemeriksaan secara
reguler/terjadwal dikarenakan berubah setiap waktu,
3. Penyintas PPOK dan bermasalah ADL perlu diarahkan ke dalam
layanan seperti terapi okupasi atau program rehabilitasi paru-paru
komprehensif, termasuk terapi okupasi.
Seruni Abna R
P27228018160
Daftar Pustaka
Celano, C. M., Villegas, A. C., Albanese, A. M., Gaggin, H. K., & Huffman,
J. C. (2018). Depression and Anxiety in Heart Failure: A
Review. Harvard Review of Psychiatry, 26(4), 175-184.
doi:10.1097/hrp.0000000000000162
Dharma, U. S., & Boy, E. (2020). Peranan Latihan Aerobik dan Gerakan Salat terhadap
Kebugaran Jantung dan Paru Lansia. MAGNA MEDICA: Berkala Ilmiah
Kedokteran dan Kesehatan, 6(2), 122-129.
Efendi, Ferry, Makhfudli (2009) Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta.
Jeon, Y., Kraus, S. G., Jowsey, T., & Glasgow, N. J. (2010). The experience of
living with chronic heart failure: A narrative review of qualitative
studies. BMC Health Services Research, 10(1). doi:10.1186/1472-6963- 10-77
Molassiotis, A., Lowe, M., Blackhall, F., & Lorigan, P. (2011). A qualitative
exploration of a respiratory distress symptom cluster in lung cancer:
Cough, breathlessness and fatigue. Lung Cancer, 71(1), 94-102.
doi:10.1016/j.lungcan.2010.04.002
Ponto, D. L., Bidjuni, H., & Karundeng, M. (2015). Pengaruh Penerapan Terapi Okupasi
Terhadap Penurunan Stres pada Lansia di Panti Werdha Damai Ranomuut
Manado. JURNAL KEPERAWATAN, 3(2).
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2009). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing, 310, 1973-
1982.
Yu, D. S., Lee, D. T., Kwong, A. N., Thompson, D. R., & Woo, J. (2008).
Living with chronic heart failure: A review of qualitative studies of
older people. Journal of Advanced Nursing, 61(5), 474-483.
doi:10.1111/j.1365-2648.2007.04553.x