Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep penyakit
1.1.1 Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana
jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi
kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini
mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung
darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau
mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu
memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang
melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal
sering merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan
mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti
tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi
bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/ kemampuannya
hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal
(Mansjoer dan Triyanti, 2007).
Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur
atau fungsi jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah ke jaringan dalam memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh (Darmojo, 2004 cit Ardini 2007).

1.1.2 Anatomi Fisiologi


Jantung terletak dalam mediastinum di rongga dada, yaitu diantara
kedua paru-paru, pericardium yang meliputi jantung terdiri dari 2 lapisan :
pericardium viceralis dan pericardium parietalis. Kedua lapisan
pericardium ini dipisahkan oleh sedikit cairan pelumas, yang mengurangi
gesekan akibat gerakan pemompaan jantung. Pericardium parietalis

1
melekat ke depan pada sternum, ke belakang pada kolumna vertebralis
dank e bawah pada diafragma. Perlekatan ini menyebabkan jantung
terletak stabil di tempatnya. Pericardium viseralis melekat secara langsung
pada permukaan jantung. Pericardium juga melindungi terhadap
penyebaran infeksi atau heoplasma dari organ-organ sekitarnya ke jantung.
Jantung sendiri terdiri dari tiga lapisan : epikardium, miokardium dan
endokardium.
Peredaran darah jantung terbagi menjadi dua yaitu peredaran darah
sistemik dan perdaran darah pulmonal. Peredaran darah sistemik
merupakan peredaran darah jantung kiri masuk aorta melalui vulvula
semilunaris aorta beredar ke seruluh tubuh dan kembali ke jantung kanan,
melalui vena kava superior dan inverior. Peredaran pulmonal adalah
peredaran darah dari ventrikel dekstra ke arteri pulmonalis melalui vulvula
semilunaris pulmonalis, masuk ke paru kiri dan kanan dan kembali ke
atrium kiri melalui vena pulmonalis.
Atrium secara anatomi terpisah dari ruang jantung bawah
(ventrikel) oleh suatu annulus fibrosus. Keempat katub jantung terletak
dalam ruang ini.
Katub jantung berfungsi mempertahankan aliran darah searah melalui
bilik-bilik jantung . Ada dua jenis katub : katub atrioventrikularis yang
memisahkan atrium dan ventrikel dan katub semilunaris yang
memisahkan arteria pulmonalis dan aorta dari ventrikel yang
bersangkutan.
Anulus fibrosus diantara atrium dan ventrikuler memisahkan
ruangan ruangan ini baik secara anatomis maupun elektris. Untuk
menjamin rangsang ritmik dan sinkron, serta kontraksi otot jantung,
terdapat jalur konduksi khusus dalam miokardium. Jaringan konduksi ini
memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Otomatisasi : kemampuan menghasilkan impuls secara spontan.
2. Ritmisasi : pembangkitan impuls yang teratur.
3. Konduktivitas : kemampuan untuk menyalurkan impuls.
4. Daya rangsang : kemampuan untuk menanggapi stimulasi.

2
Jantung dapat bergerak mengembang dan menguncup disebabkan oleh
karena adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonomi. Dalam
kerjanya jantung memiliki 3 periode:
1. Periode kontraksi/systole adalah keadaan dimana ventrikel
menguncup, katup bikuspidalis dan trikuspidalis dalam keadaan
tertutup. Vulvula semilunaris aorta dan vulvula semilunaris pulmonalis
terbuka, sehingga darah dari ventrikel dekstra mengalir ke arteri
pulmonalis masuk ke paru-paru, sedangkan darah dari ventrikel
sinistra mengalir ke aorta kemudian dialirkan ke seluruh tubuh. Lama
kontraksi ± 0.3 detik.
2. Periode dilatasi/diastole adalah periode dimana jantung mengembang.
Katup bikuspidalis dan trikuspidalis terbuka, sehingga darah dari
atrium dekstra masuk ke ventrikel dekstra, darah dari atrium sinistra
masuk ke ventrikel sinistra. Selanjutnya darah yang ada di paru
melalui vena pulmonalis masuk ke atrium sinistra dan darah dari
seluruh tubuh masuk ke atrium dekstra. Lama dilatasi 0.5 detik.
3. Periode istirahat, yaitu waktu antara jantung kontraksi dan jantung
dilatasi dimana jantung berhenti kira –kira selama 1/10 detik. Pada
waktu istirahat jantung akan menguncup 70-80 x/menit. Pada tiap-tiap
kontraksi jantung akan memindahkan darah ke aorta sebanyak 60 -70
cc. pada waktu aktivitas, kecepatan jantung bias mencapai 150x/menit
dengan daya pompa 20-25 liter/menitsetiap menit.
Efisiensi jantung sebagai pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi
otot jantung. Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan jantung,
membawa oksigen dan nutrisi ke miokardium mellui cabang-cabang
intramiokardial yang kecil-kecil. Untuk dapat mengetahui akibat dari
penyakit jantung koroner, maka kita harus mengenal terlebih dahulu
distribusi arteri koronaria keotot jantung dan sistem penghantar.
Sistem kardiovaskuler banyak dipersarafi oleh serabut-serabut sistem
saraf otonom yaitu simpatis dan parasimpatis dengan efek yang saling
berlawanan dan bekerja bertolak belakang.

3
1.1.3 Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif
(CHF) dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna,
yaitu:
1. Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan
anemia kronis/ berat.
2. Faktor interna (dari dalam jantung)
a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum
Defect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark
miokard.
d. Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
Penyebab gagal jantung antara lain adalah infark miokardium,
miopati jantung, defek katup, malformasi congenital dan hipertensi
kronik. Penyebab spesifik gagal jantung kanan adalah gagal jantung
kiri, hipertensi paru dan PPOK. Factor resiko terjadinya gagal jantung
diantaranya adalah: infeksi pada paru, demam atau sepsis, anemia
menahun dan akut, emboli paru, stress, emosional, hipertensi yang
tidak terkontrol.
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala
jenis penyakit jantung kongestif maupun didapat. Mekanisme
fisiologis yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-
keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau
menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang
meningkatkan beban awal meliputi : regurgitasi aorta dan cacat
septum ventrikel. Dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana
terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas
miokardium dapat menurun pada imfark miokardium dan
kardiomiopati.
Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung
melalui penekanana sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia,

4
infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan emboli paru-paru.
Pennganan yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan
pengenalan dan penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis
dan penykit yang mendasarinya, tetapi juga terhadap faktor-faktor
yang memicu terjadinya gagal jantung.

1.1.4 Klasifikasi
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional
dalam 4 kelas: (Mansjoer dan Triyanti, 2007)
kelas 1 Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tampa keluhan
kelas 2  Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari
aktivitas sehari- hari tanpa keluhan.
kelas 3 Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa
keluhan.
kelas 4  Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun
dan harus tirah baring.

1.1.5 Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan
kemampuan kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih
rendah dari normal. Dapat dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di
mana curah jantung (CO: Cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung
(HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila
curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat
frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme
kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang
memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan
diri untuk mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap
kontraksi, yang tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim
dengan Hukum Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah

5
darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung); (2) Kontraktilitas
(mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel
dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar
kalsium); (3) Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang
harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang
ditimbulkan oleh tekanan arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi
yang terjadi baik pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup
kedua ventrikel berkurang akibat penekanan kontraktilitas atau afterload
yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir diastolik di
dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan
panjang serabut miokardium pada akhir diastolik dan menyebabkan waktu
sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan
terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa
berfungsi dengan baik tapi peningkatan tekanan diastolik yang
berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke kedua atrium, sirkulasi
pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat
yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau
edema sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan
penurunan tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan
mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas
sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium, frekuensi
denyut jantung dan vena; yang akan meningkatkan volume darah sentral
yang selanjutnya meningkatkan preload. Meskipun adaptasi-adaptasi ini
dirancang untuk meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat
mengganggu tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan peningkatan
kontraktilitas miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada pasien
dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload dapat
memperburuk kongesti pulmoner.

6
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi
perifer. Adaptasi ini dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-
organ vital, tetapi jika aktivasi ini sangat meningkat malah akan
menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Salah satu efek penting
penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal dan
penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi
sodium dan cairan. Sitem rennin-angiotensin-aldosteron juga akan
teraktivasi, menimbulkan peningkatan resistensi vaskuler perifer
selanjutnya dan penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi
sodium dan cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin
vasopresin dalam sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan
penghambat ekskresi cairan. Pada gagal jantung terjadi peningkatan
peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium, yang
menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan
vasodilator

7
PATHWAY
INFARK MIOKA

Pengisian Hipertensi Malfungsi katup Kontraktilitas,


diastolik Disfungsi
meningkat Ventrikel Kiri
Nekrosis sel otot
Jantung Peningkatan beban
Penurunan awal Tekanan
Isi sekuncup vntrikel kiri
naik
Hipertrofi
Ventrikel
Beban
Ventrikel
meningkat
GAGAL JANTUNG

Menurunnya Curah Jantung Kongesti pulmonalis

Perembesan cairan
Aktivasi Hipertrofi ventrikel alveoli

Peningkatan DX: Gangguan


Peningkatan
Pengisian LVEP Pertukaran gas
reabsorsi Na⁺
dan H2O
Aliran darah kejantung Edema Paru
dan otak tidak adekuat
Eksresi Na⁺ dan
H2O dlm urin Pengembangan
Paru kurang optimal
DX: Penurunan Curah
jantung
DX: Kelebihan
Volume cairan DX: Resiko pola
nafas tidak efektif
Syok kardiogenik

Kematian

Sumber:mansjoer ,
2009, CHF

8
1.1.6 Manisfestasi Klinis
1.   Peningkatan volume intravaskular.
2.  Kongesti jaringan akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat
turunnya curah jantung.
3.   Edema pulmonal akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis yang
menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli;
dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek.
4.   Edema perifer umum dan penambahan berat badan akibat peningkatan
tekanan vena sistemik.
5.   Pusing, kekacauan mental (confusion), keletihan, intoleransi jantung
terhadap latihan dan suhu panas, ekstremitas dingin, dan oliguria
akibat perfusi darah dari jantung ke jaringan dan organ yang rendah.
6.   Sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta peningkatan
volume intravaskuler akibat tekanan perfusi ginjal yang menurun
(pelepasan renin ginjal).
Sumber: Niken Jayanthi (2010)

1.1.7 Komplikasi
1. Kerusakan atau kegagalan ginjalGagal jantung dapat mengurangi
aliran darah ke ginjal, yang akhirnya dapatmenyebabkan gagal ginjal
jika tidak ditangani. Kerusakan ginjal dari gagal jantungdapat
membutuhkan dialysis untuk pengobatan.
2. Masalah katup jantungGagal jantung menyebabkan penumpukan
cairan sehingga dapat terjadi kerusakan pada katup jantung.
3. Kerusakan hati Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan
yang menempatkan terlalu banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat
menyebabkan jaringan parut yangmengakibatkan hati tidak dapat ber!
ungsi dengan baik."
4. serangan jantung dan stroke Karena aliran darah melalui jantung lebih
lambat pada gagal jantung daripada di jantung yang normal
dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung ataustroke.

9
1.1.8 Pemeriksa Penunjang
1. Foto polos thorax
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi
atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
2. Echocardiografi
untuk menentukan stroke volume, end distolik volume dan fraksi ejeksi.
Selain itu juga bisa menilai gangguan katup, kondisi pericardium.
Fraksi ejeksi normal adalah 50-79%, pada disfungsi sistolik maka fraksi
ejeksi akan turun menjadi <40%.
1. Elektrokardiografi (EKG)
digunakan untuk menilai ada tidaknya aritmia, penyakit jantung iskemik,
hipertrofi jantung , dan kemungkinan gangguan konduksi.
2. Tes laboratorium
Uji darah (Na, K, Renal livwer function test, thyroid function test, CBC,
CRP)
3. Angiography
Untuk menilai kondisi A.coronari sebagai penyuplai nutrisi untuk
myocardium.
4. Kateterisasi jantung
Pada gagal jantung kiri didapatkan ( LVEDP ) 10 mmHg atau Pulmonary
Arterial Wedge Pressure > 12 mmHg dalam keadaan istirahat.Curah
jantung lebih rendah dari 2,7 lt/mnt/m2 luas permukaan tubuh .
5. Analisa gas darah
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).

1.1.9 Penatalaksaan medis


1. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan
menurunkan konsumsi O2 melalui istirahat/ pembatasan aktifitas
2. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung
a. Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tirotoksikosis,
miksedema, dan aritmia.

10
b.   Digitalisasi
1). Dosis digitalis
a). Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 mg dalam 4 - 6
dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4
hari.
b). Digoksin IV 0,75 - 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
c).  Cedilanid IV 1,2 - 1,6 mg dalam 24 jam.
2). Dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg sehari.
untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
3).   Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.
    Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal
akut yang berat:
a).    Digoksin: 1 - 1,5 mg IV perlahan-lahan.
b).   Cedilamid 0,4 - 0,8 IV perlahan-lahan.
Sumber: Mansjoer dan Triyanti (2007)
Terapi Lain:
1. Koreksi penyebab-penyebab utama yang dapat diperbaiki antara lain: lesi
katup jantung, iskemia miokard, aritmia, depresi miokardium diinduksi
alkohol, pirau intrakrdial, dan keadaan output tinggi.
2. Edukasi tentang hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan.
3. Posisi setengah duduk.
4. Oksigenasi (2-3 liter/menit).
5. Diet: pembatasan natrium (2 gr natrium atau 5 gr garam) ditujukan untuk
mencegah, mengatur, dan mengurangi edema, seperti pada hipertensi dan
gagal jantung. Rendah garam 2 gr disarankan pada gagal jantung ringan dan 1
gr pada gagal jantung berat. Jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung berat dan
1,5 liter pada gagal jantung ringan.
6. Aktivitas fisik: pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi
bila pasien stabil dianjurkan peningkatan aktivitas secara teratur. Latihan
jasmani dapat berupa jalan kaki 3-5 kali/minggu selama 20-30 menit atau
sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit dengan beban 70-80% denyut
jantung maksimal pada gagal jantung ringan atau sedang.

11
7. Hentikan rokok dan alkohol
8. Revaskularisasi koroner
9. Transplantasi jantung
10. Kardoimioplasti

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis
berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik
secara abnormal (Mansjoer dan Triyanti, 2007).
Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari
struktur atau fungsi jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah ke jaringan dalam memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh (Darmojo, 2004 cit Ardini 2007).

2.2.2 Pengkajian Keperwatan


Pengkajian Primer
1. Airways
a.  Sumbatan atau penumpukan sekret
b.  Wheezing atau krekles
2. Breathing
a.  Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b.  RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c.  Ronchi, krekles
d.  Ekspansi dada tidak penuh
e.  Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
a.  Nadi lemah , tidak teratur
b.  Takikardi
c.  TD meningkat / menurun
d.  Edema

12
e.  Gelisah
f.   Akral dingin
g.  Kulit pucat, sianosis
h.  Output urine menurun
Pengkajian Sekunder
Riwayat Keperawatan:
1.   Keluhan
a. Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).
b. Palpitasi atau berdebar-debar.
c. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak nafas
saat beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus pakai bantal lebih dari
dua buah.
d. Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
e. Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan
f.  Insomnia
g. Kaki bengkak dan berat badan bertambah
h. Jumlah urine menurun
i.  Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
2.  Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis, diabetes
melitus, bedah jantung, dan disritmia.
3.  Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
4.  Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi jantung,
steroid, jumlah cairan per-IV, alergi terhadap obat tertentu.
5.  Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.
6.  Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu
7.  Postur, kegelisahan, kecemasan
8.  Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD yang
merupakan faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan mempercepat
perkembangan CHF.
Pemeriksaan Fisik:
1.  Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan, toleransi
aktivitas, nadi perifer, displace lateral PMI/ iktus kordis, tekanan darah,

13
mean arterial presure, bunyi jantung, denyut jantung, pulsus alternans,
Gallop’s, murmur.
2. Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi, rales,
wheezing)
3. Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular refluks
4. Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/ takut yang
kronis
5. Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites
6. Konjungtiva pucat, sklera ikterik
7. Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin, diaforesis, warna
kulit pucat, dan pitting edema.

2.2.3 Diagnosa Keperawatan


1. Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung,
peningkatan frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi
sekuncup
2. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan volume paru, Ketidak
seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kelebihan volume
cairan.
3. Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung,
hipoksemia aringan asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli
4. Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal,
penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan
curah jantung.
5. Ketergantungan dalam pemenuhan aktivitas harian b/d berkurangnya
curah jantung, retensi cairan dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke
jaringan perifer dan hipertensi pulmonal
6. Cemas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan
peran dalam lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanen.
7. Kurang pengetahuan b/d keterbatasan pengetahuan penyakitnya,
tindakan yang dilakukan, obat obatan yang diberikan, komplikasi yang
mungkin muncul.

14
2.2.4 Intervensi keperawatan
- Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat hari dimana
diuresis terjadi.
Rasional : pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena
penurunan perfusi ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga
pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring.
Pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24
jam Rasional: terapi diuretik dapat disebabkan oleh kehilangan cairan
tiba-tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.
- Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama
fase akut.
Rasional : posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan
produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.
- Pantau TD dan CVP (bila ada).
Rasional : hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan
cairan dan dapat menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru,
gagal jantung.
- Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi) : diuretik, tiazid.
Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi) : diuretik, tiazid.
Rasional : diuretik meningkatkan laju aliran urine dan dapat
menghambat reabsorpsi natrium/klorida pada tubulus ginjal. Tiazid
meningkatkan diuresis tanpa kehilangan kalium berlebihan.
- Konsultasi dengan ahli diet.
Rasional : perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang
memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.
1. Gangguan perfusi jaringan perifer B.d stasis vena.
2. Kecemasan B.d kesulitan napas dan kegelisahan akibat oksigenasi
yang tidak adekuat.
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan B.d anoreksia, mual dan
muntah.
4. Resiko kurangnya pengetahuan mengenai program perawatan B.d
tidak bisa menerima perubahan gaya hidup baru yang dianjurkan.

15
5. Bersihan jalan napas tidak efektif B.d peningkatan produksi sekret,
sekret tertahan, sekresi kental, peningkatan energi dan,kelemahan.
Intevensi:
a. Memantau tingkat kesadaran pasien
b. Memantau tanda-tanda vital
c. Memantau keluhan nyeri
d. Memantau respon klien terhadap pengobatan
e. Memantau kondisi fisik pasien

2.2.5 Implementasi keperawatan


Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :Intervensi
dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ;
ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan
cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon
pasien.
Pada tahap ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan
perawatan yang muncul pada pasien :
a. Memantau asupan nutrisi dari pasien
b. Memantau tingkat kesadaran pasien
c. Memantau tanda-tanda vital
d. Memantau keluhan nyeri
e. Memantau respon klien terhadap pengobatan
f. Memantau kondisi fisik pasien

2.2.6 evaluasi keperwatan


Menurut Alfaro-LeFevre, evaluasi mengacu kepada penilaian,
tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat menemukan penyebab

16
mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal. Evaluasi
dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Evaluasi Formatif   :     Hasil observasi dan analisa perawat terhadap
respon segera pada saat dan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2. Evaluasi Sumatif :   Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan
analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan
perkembangan.
Hasil yang diharapkan untuk pasien dengan gagal jantung menurut
Brunner dan Suddarth (2016:291)
1. Menunjukkan toleransi terhadap peningkatan aktivitas.
2. Mempertahankan keseimbangan cairan.
3. Kecemasan berkurang.
4. Membuat keputusan yang bijaksana terkait perawatan dan pengobatan.
5. Mematuhi regimen perawatan diri.

2.2.7 Langkah-langkah pemasangan EKG


1. Atur Posisi Pasien, posisi pasien diatur terlentang datar 
2. Buka dan longgarkan pakaian pasien bagian atas, bila pasien memakai jam
tangan, gelang, logam lain agar dilepas 
3. Bersihkan kotoran dengan menggunakan kapas pada daerah dada, kedua
pergelangan tangan dan kedua tungkai dilokasi manset elektroda.
4. Mengoleskan jelly pada permukaan elektroda.
5. Memasang manset elektroda pada kedua pergelangan tangan dan kedua
tungkai.
6. Memasang arde.
7. Menghidupkan monitor Elektrokardiogram.
8. Menyambungkan kabel Elektrokardiogram pada kedua tungkai
pergelangan tangan dan kedua tungkai pergelangan kaki pasien, untuk
rekaman ekstremitas lead (Lead I, II, III, AVR, AVL, AVF) dengan cara : 
1. Warna merah pada pergelangan tangan kanan 
2. Warna hijau pada kaki kiri
3. Warna hitam pada kaki kanan.
4. Warna kuning pada pergelangan tangan kiri.
5. Memasang elektroda dada untuk rekaman precardial lead 
oV1 pada interkosta keempat garis sternum kanan
oV2 pada interkosta keempat garis sternum kiri
oV3 pada pertengahan V2 dan V4

17
oV4 pada interkosta kelima garis pertengahan clavikula kiri
oV5 pada axila sebelah depan kiri
o V6 pada axila sebelah belakang kiri
6. Melakukan kalibrasi dengan kecepatan 25 mili/detik
7. Bila rekaman Elektrokardiogram telah lengkap terekam, semua
elektroda yang melekat ditubuh pasien dilepas dan dibersihkan seperti
semula.
8. Pasien dibantu merapihkan pakaian

2.2.8 B1-B6
a. B1 (Breathing) - RR : 27 x/m - Binasal kanul 4 L/m - Pergerakan dada simetris
- Napas spontan
b. B2 (Blood) - TD : 120/60 mmHg - Map : 80 mmHg - N : 90 x/m - S: 36 ºC -
akral dingin - tidak terdapat sianosis
c. B3 (Brain) - Kesadaran CM, GCS : 15 ( E4 M6 V5 ) - KU lemah - Pupil Isokor
- Rangsang cahaya : R : 2(+) L : 2(+) - Gelisah
d. B4 (Bowel) - Peristaltik usus 11 x/m - Abdomen supel - Mukosa bibir kering -
Tidak ada pembesaran hepar - Tidak ada nyeri tekan di abdomen
e. B5 (Bladder) - Warna urin kuning dan masih sedikit - Terpasang DC dengan
produksi urin 50 cc
f. B6 (Bone) - Kekuatan otot atas 5/5, bawah 5/5 , - Terdapat edema pada tungkai
kaki kanan.

18
BAB 2
TINJAUAN KASUS

2.1 PENGKAJIAN
2.1.1 Identitas Klien
Nama : Tn. I
Umur : 62 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Dayak /Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Kenangan No.103 Kasongan Lama
Tgl MRS : 23 November 2019
Diagnosa Medis : Congestive Heart Failure (CHF)

2.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan


1) Keluhan Utama :
Pasien mengatakan “sesak nafas”saat menarik nafas terasa berat
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan pada tanggal 02 Oktober 2019, di rumah pasien
mengeluh sesak napas tiba-tiba, pada siang hari pukul 13.00 WIB lalu
keluarga membawa pasien pergi ke IGD Dr. Doris Sylvanus untuk
mendapat penanganan lebih lanjut, di IGD pasien mendapat
penatalaksanaan O2 nasal Kanul 4 lpm, pemasangan stoper dan
Inj.Ranitidin 2x50g dan Inj. Furosemid 1x1 amp dari IGD pasien di rawat
di Ruang ICVCU, selama 2 hari di ICVCU pasien mendapatkan terapi
Inj.Ranitidin 2x50g dan Inj. Furosemid 1x1 amp, spironolactone 1x25 mg
dan Simarc 2mg pada tgl 03 Oktober 2019, pasien alih rawat ke ruang
Sakura untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

19
3) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga

2.1.3 Genogram

Keterangan
3 = Laki-Laki
4 = Perempuan
= Tinggal Serumah
= Garis Keturunan

4.1.3 Pemeriksaan Fisik


1) Keadaan Umum
Keadaan umum pasien tampak lemah, berbaring semi fowler tingkat
kesadaran pasien compos menthis, penampilan pasien tampak rapi dan bersih,
terpasang infus di tangan kiri cairan infus Nacl 20 Tpm dan terpasang Oksigen
nasal kanul 4 lpm.

2) Status Mental
Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah tenang, bentuk badan
gemuk, suasana hati tenang, berbicara lancar, fungsi kognitif orientasi waktu
pasien dapat membedakan antara pagi, siang, malam, orientasi orang pasien dapat
mengenali keluarga maupun petugas kesehatan, orientasi tempat pasien
mengetahui bahwa sedang berada di rumah sakit. Insight baik, mekanisme
pertahanan diri adaptif.

20
3) Tanda-tanda Vital
Pada saat pengkajian tanda–tanda vital, tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi
66 x/menit, pernapasan 23 x/menit dan suhu 36,5 0C
4) Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris, sesak saat inspirasi, type pernafasan dada dan perut,
irama pernafasan teratur, bunyi napas vesikuler. terpasang O2 4 Liter/menit,
Masalah keperawatan: Ketidakefektifan Pola Napas
5) Cardiovasculer (Bleeding)
Tidak Ada nyeri, cappilary refill ≤2 detik, pasien tidak pucat, tidak ada
peningkatan Vena Jugularis, Bunyi Jantung S1 S2 Reguler, irama sinus rythm.
6) Persyarafan (Brain)
Nilai GCS E:4 ( membuka mata spontan ), V:5 ( orentasi dengan baik ),
M 6 ( bergerak sesuai perintah ) dan total Nilai GCS:15 normal, kesadaran Tn. I
compos menthis, pupil Tn. I isokor tidak ada kelainan, reflex cahaya kanan dan
kiri positif.
Hasil dari uji syaraf kranial, saraf kranial I (Olfaktorius): pada
pemeriksaan menggunakan minyak kayu putih dengan mata tertutup pasien
mampu mengenali bau minyak kayu putih tersebut. Saraf kranial II (Optikus):
pasien mampu membaca nama perawat dengan baik pada saat perawat meminta
pasien untuk membaca namanya. Saraf kranial III (Okulomotor): pasien dapaat
mengangkat kelopak matanya dengan baik. Saraf kranial IV (Troklearis): pasien
dapat menggerakkan bola matanya (pergerakan bola mata normal). Saraf kranial
V (Trigeminalis): pada saat pasien makan pasien dapat mengunyah dengan lancar.
Saraf kranial VI (Abdusen): pasien mampu menggerakan bola matanya ke kiri dan
kekanan. Saraf kranial VII (Fasialis): pasien dapat membedakan rasa manis dan
asin. Saraf kranial VIII (Auditorius): pasien dapat menjawab dengan benar
dimana suara petikan jari perawat kiri dan kanan. Saraf kranial IX
(Glosofaringeus): pasien dapat merasakan rasa asam. Saraf kranial X (Vagus):
pada saat makan pasien dapat mengontrol proses menelan. Saraf kranial XI
(Assesorius): pasien dapat menggerakkan leher dan bahu. Saraf kranial XII
(Hipoglosus): pasien mampu mengeluarkan lidahnya.

21
Hasil uji koordinasi ekstremitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung
positif. Ekstremitas bawah tumit ke jempol kaki, uji kestabilan positif; pasien
dapat menyeimbangkan tubuhnya, refleks bisep dan trisep kanan dan kiri postif
dengan skala 5, refleks brakioradialis kanan dan kiri positif dengan skala 5,
refleks patela kanan dan kiri positif dengan skala 5, refleks akhiles kanan dan kiri
positif dengan skala 5, refleks babinski kanan dan kiri positif dengan skala 5. Uji
sensasi pasien di sentuh bisa merespon.
7) Eliminasi Uri (Bladder)
Produksi urine 600 ml/7 jam warna urine kuning, bau urine amoniak.
Eliminasi Ny. M tidak ada masalah atau lancar keluhan dan masalah keperawatan.
8) Eliminasi Alvi (Bowel)
Sistem pencernaan, bibir terlihat tampak kering, tidak ada lesi. Gigi ada
yang tanggal hampir di semua (atas, bawah, kanan dan kiri) tidak caries, gusi
terlihat tidak ada peradangan dan perdarahan, lidah berwana merah muda dan
tidak ada peradangan, tidak ada perdarahan pada mukosa, tidak ada peradangan
pada tonsil, tidak ada keluhan nyeri pada tenggorokan saat menelan. Palpasi
abdomen tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan pada abdomen. Tidak ada
hemoroid pada rectum. Pasien BAB 1x sehari warna kuning dan lunak
konsistensinya.
Tidak ada masalah keperawatan.
9) Tulang-Otot-Integumen (Bone)
Pergerakan Ny. N secara bebas dan tidak terbatas, ekstremitas atas 5/5 dan
ekstremitas bawah 5/5 normal pergerakanya dan tidak ada peradangan maupun
deformitas pada tulang, maupun patah tulang.
Tidak ada masalah keperawatan.
10) Kulit-Kulit Rambut
Riwayat alergi Pasien tidak pernah mengalami alergi obat, alergi
makanan, alergi kosmetik. Suhu kulit Ny. M hangat , warna kulit normal tidak
ada kelainan, turgor kulit halus tidak kasar maupun kemerahan tidak ada
peradangan, jaringan parut tidak ada, tekstur rambut lurus, distribusi rambut
merata, bentuk kuku simetris tidak ada kelainan tidak ada masalah keperawatan.
11) Sistem Penginderaan

22
Fungsi penglihatan normal, bola mata bergerak normal, visus mata kanan
dan mata kiri normal 5/5, sklera normal/putih, kornea bening. Pasien tidak
memakai kecamata dan tidak keluhan nyeri pada mata. Fungsi pendengaran baik,
penciuman normal, hidung simetris, dan tidak ada polip.
Tidak ada masalah keperawatan.
12) Leher Dan Kelenjar Limfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba,
kelenjar tyroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.
13) Sistem Reproduksi
Reproduksi tidak di kaji karena pasien menolak untuk di kaji.
Tidak ada masalah keperawatan.

4.1.4 Pola Fungsi Kesehatan


1) Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit
Pasien mengatakan ia ingin cepat sembuh dari penyakit yang dialaminya.
2) Nutrisi dan Metabolisme
Tinggi badan 160 cm, berat badan sebelum sakit 47 kg, berat badan saat
sakit 45 kg. Diet nasi lembek, diet jantung rendah garam, tidak kesukaran
menelan atau normal.

Tabel 2.1 Pola Makan Sehari-hari Ny. N di Ruang Sakura


Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x sehari 3x sehari
Porsi Setengah porsi 1 piring makan
Nafsu makan Baik Baik
Jenis Makanan Nasi, lauk, sayur, buah Nasi, lauk, sayur
Jenis Minuman Air putih Air putih, teh
Jumlah minuman/cc/24 jam 1100 cc/24 jam 2000 cc/24 jam
Kebiasaan makan Pagi, siang, malam Pagi, siang, malam
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada

23
3) Pola istirahat dan tidur
Pasien mengatakan sebelum sakit tidur pada malam hari 6-8 jam
sedangkan pada siang hari 1-2 jam. Saat sakit pasien tidur 4-5 jam dan siang hari
1-2 jam.
Tidak ada masalah keperawatan.
4) Kognitif
Pasien mengatakan “ saya sudah mengerti tentang penyakit yang saya
derita saat ini’’.
Tidak ada masalah keperawatan.
5) Konsep diri (Gambaran diri, identitas diri, harga diri, peran )
Gambaran diri: pasien menyukai tubuhnya secara utuh, ideal diri: pasien
ingin cepat sembuh dari penyakit yang di deritanya, identitas diri: pasien seorang
Istri dan ibu dari anak-anaknya, harga diri: pasien sangat di perhatikan oleh
keluarga, Suami dan merasa di hargai, Peran: pasien adalah sebagai Istri sekaligus
Ibu untuk anaknya.
Tidak ada masalah keperawatan.
6) Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit pasien dapat beraktivitas seperti biasanya tetapi setelah
sakit pasien tidak mampu bekerja sendiri. Namun setelah sakit pasien hanya bisa
berbaring ditempat tidur dengan posisi semi folwer. Saat pengkajian pasien
tampak lemah, saat mau duduk atau berbaring kadang dibantu oleh istri, saat mau
makan dan minum pasien dapat sendiri.
Masalah Keperawatan : Intoleransi Aktivitas
7) Koping –Toleransi terhadap Stress
Pasien mengatakan bila ada masalah pasien bercerita kepada suami dan
keluarganya.
Tidak ada masalah keperawatan.

8) Nilai-Pola Keyakinan
Pasien dan keluarga mengatakan tidak ada tindakan medis yang
bertentangan dengan keyakinan yang dianut.

24
Tidak ada masalah keperawatan.
2.1.5 Sosial-Spritual
1) Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik meskipun dengan suara yang
pelan.
2) Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan pasien sehari-hari, yaitu bahasa Dayak indonesia.
3) Hubungan dengan keluarga
Baik, dan Harmonis
4) Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Pasien dapat berinteraksi dengan baik pada orang lain baik itu dengan
lingkungannya sekitar, perawat maupun dokter.
5) Orang berarti/terdekat
Orang yang paling dekat dengan Ny. M adalah Suami, anak, dan keluarga
6) Kebiasaan menggunakan waktu luang
Pasien mengunakan waktu yang luang dengan berkumpul bersama
keluarga dan beristirahat di rumah.

2.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang lainnya)

EKG irama: Aritmia


Tabel 2.2 Data Penunjang Ny. M
Pemeriksaan labolatorium Tanggal 29-09-2019

25
No Parameter Hasil Nilai normal
1 Leukosit 5,82 4,50-11,00 10^3/uL
2 Eritrosit 3,87 4,10-5,10 juta/uL
3 Hemoglobin 11,8 11,2-15,7 g/dL
4 Hematokrit 35,8 34,1-44,9 %
5 Trombosit 120 150-400 10^3/uL
6 RDW Cv 12,7 11,7-14,4 %

2.1.7 Penatalaksanaan Medis


Terapi Medis Tanggal 02-10- 2019 - 03-10-2019
Table 2.3 Penatalaksanaan Medis Pada Ny. M
Nama obat Indikasi
1. Injeksi Ranitidin 2x1 amp Untuk menurunkan produksi asam
lambung
2. Furosemide 1x1 amp Untuk mengobati penumpukan cairan
3. spironolactone 1x25 mg Untuk mengobati penyakit serangan
jantung
4. Simarc 2mg Untuk mencegah terjadinya pembekuan
darah

Palangka Raya, Oktober 2019


Mahasiswa,

Depranata
2017.C.09a.0832
NIM.

2.2 Analisa Data


Data Subyektif dan Kemungkinan Penyebab Masalah
Data Obyektif

26
DS : CHF Ketidakefektifan Pola
Pasien mengatakan Napas
“sesak nafas”menarik
nafas dalam Gagal pompa ventrikel
DO : kanan
1. Pasien tampak lemah
2. Terpasang O2 nasal Bendungan atrium kanan
kanul 4 liter/menit
3. Pasien berbaring Bendungan vena sistemik
dengan posisi semi
fowler Splenomegali/hepatomegali
4. Hasil TTV :
TD : 150/90 mmHg Mendesak diafragma
N : 170x/m
RR : 27 x/m Sesak nafas
S : 36,5oC
Ds: Klien mengatakan “ Suplai darah kejaringan Intoleransi Aktivitas
badan terasa lemah” tidak adekuat
Do:
- Klien tampak lemah Kelemahan fisik
- Klien tampak saat
mau duduk dibantu Intoleransi aktivitas
keluarga
- Klien tamapak posisi
semi fowler
- ADLs dibantu
keluarga.seperti
makan, minum, BAK,
BAB

2.3 Prioritas Masalah


1) Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan penurunan volume
paru.

27
2) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard
dan kebutuhan, adanya iskemia/nekrosis jaringan miokard Ny .M
mengeluh badan terasa lemah, klien tampak lemah, ADLs dibantu
keluarga.

28
1

Anda mungkin juga menyukai