OTITIS A. Pengertian
Glaukoma merupakan suatu neuropati optik yang ditandai
dengan pencekungan “cupping” diskus optikus dan
penyempitan lapang pandang yang disertai dengan
peningkatan tekanan intraokuler yang merupakan faktor resiko
terjadinya glaukoma. Mekanisme peningkatan tekanan
intraokuler pada glaukoma dipengaruhi oleh gangguan aliran
keluar humor aquos.
Aprianto Untung
2017.C.09a.0876
dengan membengkak pada membran timpani atau bulging, anak dan Orang Dewasa
belakang membran timpani, dan otore (Kerschner, 2007). Penatalaksanaan OMA tergantung pada stadium
penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk
mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik,
dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik. Tujuan
pengobatan pada otitis media adalah untuk menghindari
komplikasi intrakrania dan ekstrakrania yang mungkin terjadi,
mengobati gejala, memperbaiki fungsi tuba Eustachius,
menghindari perforasi membran timpani, dan memperbaiki
sistem imum lokal dan sistemik (Titisari, 2005). Pada stadium
oklusi tuba, pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba
Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Observasi dapat dilakukan. Antibiotik dianjurkan jika gejala
Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5 % dalam larutan tidak membaik dalam dua sampai tiga hari, atau ada perburukan
fisiologik untuk anak kurang dari 12 tahun atau HCl efedrin 1 % gejala. Ternyata pemberian antibiotik yang segera dan dosis
dalam larutan fisiologis untuk anak yang berumur atas 12 tahun sesuai dapat terhindar dari tejadinya komplikasi supuratif
pada orang dewasa. Sumber infeksi harus diobati dengan seterusnya
pemberian antibiotik (Djaafar, 2007). Masalah yang muncul adalah risiko terbentuknya bakteri
Pada stadium supurasi, selain diberikan antibiotik, yang resisten terhadap antibiotik meningkat. Menurut American
pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila Academy of Pediatrics (2004) dalam Kerschner (2007),
membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan mengkategorikan OMA yang dapat diobservasi dan yang harus
tidak terjadi ruptur (Djaafar, 2007). Pada stadium perforasi, segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut
sering terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut
atau pulsasi. Diberikan obat cuci telinga (ear toilet) H2O2 3%
selama 3 sampai dengan 5 hari serta antibiotik yang adekuat C. Pemeriksaan diagnostik
sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi a) Pemeriksaan audiometri
akan menutup kembali dalam 7 sampai dengan 10 hari (Djaafar, Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu
2007). Pada stadium resolusi, membran timpani berangsur audiometri. Alat ini menghasilkan nada-nada murni
normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi menutup. dengan frekuensi melalui aerphon. Pada sestiap frekuensi
Bila tidak terjadi resolusi biasanya sekret mengalir di liang ditentukan intensitas ambang dan diplotkan pada sebuah
telinga luar melalui perforasi di membran timpani. Antibiotik grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal. Hal ini
dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila keadaan ini berterusan, menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian dan
mungkin telah terjadi mastoiditis (Djaafar, 2007). Sekitar 80% gambaran mengenai rentang nada yang paling
kasus OMA sembuh dalam 3 hari tanpa pemberian antibiotik. terpengaruh.
b) Test Rinne Getaran yang datang melalui udara. Getaran yang datang
Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk melalui tengkorak, khususnya osteo temporale
membandingkan atara hantaran tulang dengan hantaran D. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang
udara pada satu telinga pasien. 1. Otoskop pneumatik untuk melihat membran timpani
c) Test Weber yang penuh, bengkak dan tidak tembus Bahaya dengan
Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk kerusakan mobilitas
membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga 2. Kultur cairan melalui mambran timpani yang
pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan pernah untukmengetahui organisme penyebab
garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus 3. Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan
pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang membrane timpani.
mendengar atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien
mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka
terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien
sama-sama tidak mendengar atau sam-sama mendengaar
maka berarti tidak ada lateralisasi.
d) Test Swabach
Tujuan :
Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara
pemeriksa (normal) dengan probandus.
Dasar :
Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan
oleh :