Anda di halaman 1dari 10

PERSIAPAN PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PEMERIKSAAN

LABORATORIUM PADA GLUKOMA, KATARAK DAN GLAUKOMA

OTITIS A. Pengertian
Glaukoma merupakan suatu neuropati optik yang ditandai
dengan pencekungan “cupping” diskus optikus dan
penyempitan lapang pandang yang disertai dengan
peningkatan tekanan intraokuler yang merupakan faktor resiko
terjadinya glaukoma. Mekanisme peningkatan tekanan
intraokuler pada glaukoma dipengaruhi oleh gangguan aliran
keluar humor aquos.

Aprianto Untung
2017.C.09a.0876

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019 Gambar 2. Glaukoma sudut tebuka
vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf
atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
2. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan
CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau
patologis arteri serebral atau glaukoma.
3. Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO)
(normal 12-25 mmHg)
4. Pengukuran gonioskopi : Membantu membedakan sudut
Gambar 3. Glaukoma sudut tertutup terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
1. Penatalaksanaan 5. Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe
Tujuan penatalaksanaan glaukoma adalah menurunkan glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat ringan.
TIO ke tingkat yang konsisten dengan mempertahankan 6. Pemeriksaan oftalmoskopi: Mengkaji struktur internal
penglihatan. Penatalaksanaan bisa berbeda bergantung pada okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema,
klasifikasi penyakit dan responnya terhadap terapi. Terapi perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
obat, pembedahan laser, pembedahan konvensional dapat 7. Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia
dipergunakan untuk mengontrol kerusakan progresif yang sistemik/infeksi.
diakibatkan oleh glaukoma. 8. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid:
B. Pemeriksaan Diagnostik Memastikan aterosklerosisi,PAK.
1. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman 9. Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin C. Pemeriksaan Penunjang
terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau TOP adalah singkatan dari tonometri, oftalmoskopi dan
perimetri.
1. Tonometri 5.   Kencing manis/ diabetes melitus (risiko meningkat 2x)
Tonometri adalah alat untuk mengukur tekanan intra okular 6.  Cedera mata sebelumnya
(TIO). TIO digolongkan sebagai normal apabila nilainya antara 7.  Glaukoma pada keluarga (risiko meningkat 3x)
10-21 mmHg. TIO yang tinggi (>21 mmHg) adalah salah satu 8.  Penggunaan steroid jangka panjang(risiko meningkat 3x)
faktor risiko glaukoma. Mekanisme TIO tinggi adalah gangguan 9.      Asimetri TIO & CDR antara 2 mata
aliran keluar cairan akuous akibat disfungsi system drainase di
bilik mata depan (sudut terbuka) maupun karena penutupan
sudut bilik mata itu sendiri (sudut tertutup). 
Salah satu pemeriksaan tonometri sederhana menggunakan
Schiøtz tonometer. Angka yang didapatkan dari skala dirujuk ke
tabel konversi untuk mendapatkan nilai TIO dalam mmHg.
2. Oftalmoskopi
Bila ada kecurigaan glaukoma berdasarkan keluhan atau
faktor risiko pada pasien, pemeriksaan oftalmoskopi dilakukan
untuk memastikan diagnosis. Kelainan dikatakan bermakna bila
ada pembesaran cup-to-disc ratio (CDR) lebih besar dari 0.5,
dan asimetri CDR antara dua mata 0.2 atau lebih.
Yang berisiko
1. Tekanan bola mata tinggi >21mmHg (risiko meningkat 5x)
2.  Usia di atas 40 tahun
3.  Rabun dekat yang ekstrim
4.  Tekanan darah tinggi (peningkatan risiko 80%)
PEMERIKSAAN
KATARAK
A. Katarak
Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat
kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh
berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan
(Vaughan, 2000).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya
jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul B. Penatalaksanaan
pada saat kelahiran (katarak kongenital). Dapat juga Sampai saat ini belum ditemuka n obat yang dapat
berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, mencegah katarak. Beberapa penelitian sedang dilakukan untuk
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, memperlambat proses bertambah keruhnya lensa untuk menjadi
pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari yang lama, atau katarak (Ilyas, 2006).
kelainan mata yang lain (seperti uveitis anterior) (Smeltzer, Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk
2001) Hal 1996. memperlambat progresifitas atau mencegah terjadinya katarak,
tatalaksana masih dengan pembedahan (James, 2006). Untuk
menentukan waktu katarak dapat dibedah ditentukan oleh
keadaan tajam penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan.
Tajam penglihatan dikaitkan dengan tugas sehari-hari penderita.
Digunakan 25 nama insipien, imatur, matur, dan hipermatur
didasarkan atas kemungkinan terjadinya penyulit yang dapat pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila
terjadi (Prof. Dr Sidarta Ilyas, dkk, 2002). visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi
perkembangan berbagai penyakit retina atau saraf optikus,
Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar
seperti diabetes dan glaukoma (Priska, 2008).
lensa dan penggantian lensa dengan implant plastik. Saat ini
1. Bedah Katarak Senil.
pembedahan semakin banyak dilakukan dengan anestesi lokal
Bedah katarak senil dibedakan dalam bentuk ekstraksi
daripada anestesi umum. Anestesi lokal diinfiltrasikan di sekitar
lensa intrakapsular dan ekstraksi lensa ekstrakapsular
bola mata dan kelopak mata atau diberikan secara topikal.
menurut Priska tahun 2008 adalah sebagai berikut:
Operasi dilakukan dengan insisi luas pada perifer kornea atau
a) Ekstraksi lensa intrakapsular
sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi (lensa diangkat dari mata)
Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang
katarak ekatrakapsular. Insisi harus dijahit. Likuifikasi lensa
umum dilakukan pada katarak senil. Lensa
menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan melalui
dikeluarkan berama-sama dengan kapsul lensanya
insisi yang lebih kecil dari kornea atau sklera anterior
dengan memutus zonula Zinn yang telah pula
(fakoemulsifikasi).
mengalami degenerasi.
C. Penatalaksanaan Medis Pada ekstraksi lensa intrakapsular dilakukan
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan tindakan dengan urutan berikut :
refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas 1. Dibuat flep konjungtiva dari jam 9.00 sampai
sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif. 3.00 melalui jam 12.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan 2. Dilakukan fungsi bilik mata depan dengan pisau.
penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya 3. Luka kornea diperlebar seluas 1600
diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yangterbaik yang 4. Dibuat iridektomi untuk mencegah glaucoma
dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman blokade pupil pasca bedah.
5. Dibuat jahitan korneosklera. beserta selubungnya. Berbeda dengan kedua teknik
6. Lensa dikeluarkan dengan krio. sebelumnya, pemasangan lensa mata buatan pada
teknik pembedahan intrakapsuler bukan pada tempat
7. Jahitan kornea dieratkan dan ditambah.
lensa mata sebelumnya, tapi ditempat lain yaitu di
8. Flep konjungtifa dijahit.
depan iris. Teknik ini sudah jarang digunakan.
Faktor yang mempersulit saat pembedahan yang
Walaupun demikian, masih dilakukan pada kasus
dapat terjadi adalah pecahnya kapsul lensa sehingga
trauma mata yang berat
lensa tidak dapat dikeluarkan bersama-sama
b) Ekstraksi Lensa Ekstrakapsular
kapsulnya. Pada keadaan ini terjadi ekstraksi lensa
Pada ekstraksi lensa kapsuler dilakukan
ekstrakapsular tanpa rencana karena kapsul posterior
tindakan sebagai berikut :
akan tertinggal. Selain itu, prolaps badan kaca pada
a. Flep konjungtiva antara dasar dengan fornik pada
saat lensa dikeluarkan juga dapat mempersulit
limbus dibuat dari jam 10.00 – 14.00
pembedahan.
b. Dibuat pungsi bilik mata depan.
Bedah ekstraksi lensa intrakapsular saat ini
c. Melalui pungsi ini dimasukkan jarum untuk
sudah jarang digunakan, namun masih dikenal pada
kapsulotomi anterior.
negera dengan ekonomi rendah karena dianggap
d. Dibuat luka dari jam 10 sampai jam 2.
merupakan teknik yang masih baik untuk
e. Nucleus lensa dikeluarkan.
mengeluarkan lensa keruh yang mengganggu
f. Sisa korteks lensa dilakukan irigasi sehingga
penglihatan dengan ongkos rendah. Tekn44ik ini
tinggal kapsul posterior saja.
membutuhkan sayatan yang lebih besar lagi
g. Luka kornea dijahit.
dibandingkan dengan teknik ekstrakapsuler. Pada
h. Flep konjungtifa dijahit.
teknik ini, ahli bedah akan mengeluarkan lensa mata
Penyulit yang dapat timbul adalah terdapat
korteks lensa yang akan membuat katarak sekunder.
Cara ini umumnya dilakukan pada katarak yang
sudah parah, dimana lensa mata sangat keruh
sehingga sulit dihancurkan dengan teknik
fakoemulsifikasi. Selain itu, juga dilakukan pada
tempat-tempat dimana teknologi fakoemulsifikasi
tidak tersedia. Teknik ini membutuhkan sayatan
yang lebih lebar, karena lensa harus dikeluarkan
dalam keadaan utuh. Setelah lensa dikeluarkan,
lensa buatan dipasang untuk menggantikan lensa
asli, tepat di posisi semula. Teknik ini membutuhkan
penjahitan untuk menutup luka. Selain itu perlu
penyuntikan obat pemati rasa di sekitar mata.

    F.  Pemeriksaan  penunjang


1. USG  untuk  menyingkirkan  adanya  kelainan  lain
pada  mata  selain  katarak Pemeriksaan  tambahan
2. Biometri  untuk  mengukur  power  IOL  jika  pasien
PEMERIKSAAN
akan  dioperasi  katarak OTITIS
3.  Retinometri  untuk  mengetahui  prognosis  tajam A. Definisi dan Klasifikasi
penglihatan  setelah  operasi.
Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh
mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan
sel-sel mastoid. Otitis media akut (OMA) adalah peradangan
telinga tengah dengan gejala dan tanda-tanda yang bersifat cepat
dan singkat. Gejala dan tanda klinik lokal atau sistemik dapat
terjadi secara lengkap atau sebagian, baik berupa otalgia,
demam, gelisah, mual, muntah, diare, serta otore, apabila telah
terjadi perforasi membran timpani. Pada pemeriksaan otoskopik
juga dijumpai efusi telinga tengah (Buchman, 2003). Terjadinya
efusi telinga tengah atau inflamasi telinga tengah ditandai Gambar Perbedaan Antara Tuba Eustachius pada Anak-

dengan membengkak pada membran timpani atau bulging, anak dan Orang Dewasa

mobilitas yang terhad pada membran timpani, terdapat cairan di B. Penatalaksanaa

belakang membran timpani, dan otore (Kerschner, 2007). Penatalaksanaan OMA tergantung pada stadium
penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk
mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik,
dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik. Tujuan
pengobatan pada otitis media adalah untuk menghindari
komplikasi intrakrania dan ekstrakrania yang mungkin terjadi,
mengobati gejala, memperbaiki fungsi tuba Eustachius,
menghindari perforasi membran timpani, dan memperbaiki
sistem imum lokal dan sistemik (Titisari, 2005). Pada stadium
oklusi tuba, pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba
Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Observasi dapat dilakukan. Antibiotik dianjurkan jika gejala
Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5 % dalam larutan tidak membaik dalam dua sampai tiga hari, atau ada perburukan
fisiologik untuk anak kurang dari 12 tahun atau HCl efedrin 1 % gejala. Ternyata pemberian antibiotik yang segera dan dosis
dalam larutan fisiologis untuk anak yang berumur atas 12 tahun sesuai dapat terhindar dari tejadinya komplikasi supuratif
pada orang dewasa. Sumber infeksi harus diobati dengan seterusnya
pemberian antibiotik (Djaafar, 2007). Masalah yang muncul adalah risiko terbentuknya bakteri
Pada stadium supurasi, selain diberikan antibiotik, yang resisten terhadap antibiotik meningkat. Menurut American
pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila Academy of Pediatrics (2004) dalam Kerschner (2007),
membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan mengkategorikan OMA yang dapat diobservasi dan yang harus
tidak terjadi ruptur (Djaafar, 2007). Pada stadium perforasi, segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut
sering terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut
atau pulsasi. Diberikan obat cuci telinga (ear toilet) H2O2 3%
selama 3 sampai dengan 5 hari serta antibiotik yang adekuat C. Pemeriksaan diagnostik
sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi a) Pemeriksaan audiometri
akan menutup kembali dalam 7 sampai dengan 10 hari (Djaafar, Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu
2007). Pada stadium resolusi, membran timpani berangsur audiometri. Alat ini menghasilkan nada-nada murni
normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi menutup. dengan frekuensi melalui aerphon. Pada sestiap frekuensi
Bila tidak terjadi resolusi biasanya sekret mengalir di liang ditentukan intensitas ambang dan diplotkan pada sebuah
telinga luar melalui perforasi di membran timpani. Antibiotik grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal. Hal ini
dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila keadaan ini berterusan, menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian dan
mungkin telah terjadi mastoiditis (Djaafar, 2007). Sekitar 80% gambaran mengenai rentang nada yang paling
kasus OMA sembuh dalam 3 hari tanpa pemberian antibiotik. terpengaruh.
b) Test Rinne Getaran yang datang melalui udara. Getaran yang datang
Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk melalui tengkorak, khususnya osteo temporale
membandingkan atara hantaran tulang dengan hantaran D. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang
udara pada satu telinga pasien. 1. Otoskop pneumatik untuk melihat membran timpani
c) Test Weber yang penuh, bengkak dan tidak tembus Bahaya dengan
Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk kerusakan mobilitas
membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga 2. Kultur cairan melalui mambran timpani yang
pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan pernah untukmengetahui organisme penyebab
garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus 3. Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan
pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang membrane timpani.
mendengar atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien
mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka
terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien
sama-sama tidak mendengar atau sam-sama mendengaar
maka berarti tidak ada lateralisasi.
d) Test Swabach
Tujuan :
Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara
pemeriksa (normal) dengan probandus.
Dasar :
Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan
oleh :

Anda mungkin juga menyukai