SKENARIO V
BLOK NEFROUROPOETIKA
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya laporan Skenario
5 Blok 17 ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas
tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran Program Studi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dr. Fajar Alam Sukma Raharja, Sp.
OG, M. Kes selaku tutor serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan
tutorial ini. Kami menyadari laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari pembaca akan sangat kami harapkan guna perbaikan di masa
mendatang.
2
DAFTAR ISI
3
SKENARIO 5
An. Atan , anak laki-laki usia 3,5 tahun data ng dibawa ibunya berobat ke Puskesmas
dengan keluhan tidak mau pipis. Anak tersebut mengatakan nyeri di ujung kemaluan jika
pipis, dan dirasakan berulang bila berkemih sejak 2 hari yang lalu. la juga mengeluh panas
badan dan nyeri pada kulit kemaluan sejak 1 hari yang lalu. Dari ana mnesa diperoleh
terdapat keluhan berupa ujung penis yang menggembung bila pipis yang dirasakan sejak 2
bulan yang lalu, disertai pancaran kencing yang mengecil dan terdapat benjolan lunak di
ujung penis. Selama ini keluhan tersebut tidak diikuti rasa nyeri. Dari pemeriksaan fisik,
secara umum anak terlihat normal, aktif dan tidak didapatkan tanda-tanda gangguan
pertumbuhan. Pada pemeriksaan genitalia eksterna diperoleh kulit preputium yang berwarna
kemerahan, dengan ujung preputium yang sempit dan membengkak, bagian glans penis dan
meatus urethra eksternus (MUE) tidak bisa dinilai karena tertutup preputium. Dokter di
puskesmas kernudian menyarankan untuk dilakukan sirkumsisi terhadap anak tersebut.
4
BAB I
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Genitalia eksterna
Merupakan organ reproduksi bagian luar yang dapat dilihat secara kasat mata,
genitalia eksterna pria terdiri dari penis, scrotum dan urethra (Chang, 2014).
2. Sirkumsisi
Khitan adalah operasi pengangkatan sebagian atau semua bagian dari kulup atau
preputium penis (AAP, 2012).
3. Preputium
Adalah jaringan tipis berwarna gelap yang berhubungan dengan tunica albuginea dan
berfungsi membungkus glans penis (Chang, 2014).
4. Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan, baik actual maupun potensial atau yang digambarkan dalam
bentuk kerusakan tersebut (Meliala, 2004)
5
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
6
BAB III
CURAH PENDAPAT
2. Mengapa pasien mengeluhkan tidak mau pipis dan merasa sakit di ujung kemaluan
ketika BAK ?
Pasien belum pernah sirkumsisi/khitan, sehingga masih ada kulup menempel di glans
penis. Jika kulup tidak dibersihkan dapat menjadi sumber infeksi. Pada skenario sudah ada
tanda infeksi seperti (nyeri, demam, kemerahan, bengkak). Sehingga kemungkinan
penebab pasien tidak mau pipis karena merasa sakit/nyeri saat BAK.
Sumber infeksi dapat karena kurang kebersihan, sehingga dapat terjadi penumpukan
smegma (kumpulan minyak, keringat, kotoran, dan sel kulit mati yang berbentuk seperti
krim berwarna putih, harus dibuang, karena dapat menyebabkan perlengketan preputium
dengan gland penis/dapat menyebabkan preuptium menututupi MEU) terjadi
penumpukan bakteri (asal bakteri dari urin) infeksi lama-lama bisa menjadi
balanitis (Morris, 2017).
3. Mengapa pada pemeriksaan fisik terdapat kulit preputium berwarna merah dan
ujung penis yang tampak menggembung ?
a) Kulit preputium merah : kolonisasi bakteri menimbulkan inflamasi melepaskan
mediator inflamasi warna kemerehan pada kulit.
b) Ujung penis menggembung : penyempitan di ujung preputium karena terjadi
perlengketan di glans penis yang tidak bisa ditarik kearah proksimal, sehingga dapat
7
terjadi gangguan aliran urin urin akan terkumpul di ruang antara gland penis dan
preputium tampak membengkak.
8
BAB IV
KERANGKA KONSEP
DIAGNOSIS BANDING
Fimosis
Parafimosis
Balanitis
Balanopostitis
9
BAB V
LEARNING OBJECTIVE
10
BAB VI
BELAJAR MANDIRI
11
BAB VII
HASIL DISKUSI BELAJAR MANDIRI
12
dimana bekas luka berlebih dari prosedur sirkumsisi ini menjadi jaringan parut di
depan glans penis, yang menyebabkan meatus preputium yang stenosis dan
memiliki jaringan parut.
c. Etiologi
Etiologi Fisiologis :
Adhesi alami antara preputium dan glans penis
Preputial tip yang sempit
13
Frenulum breve (frenulum pendek secara kongenital dengan berbagai derajat,
sehingga membatasi gerakan preputium terhadap glans)
Sulitnya retraksi yang mungkin berhubungan dengan kelainan kongenital seperti
macroposthia, limfedema penis, microphallus, buried penis, atau webbed penis
Etiologi Patologis :
Hygiene yang buruk
Balanitis berulang (infeksi glans penis)
Posthitis (inflammation preputium), atau keduanya
Balanitisxerosisobliterans (BXO)
Penggunaan kateterisasi berulang
Infeksi
d. Epidemiologi
Data epidemiologi fimosis menunjukkan bahwa hampir semua bayi laki-laki
lahir dengan fimosis fisiologis tanpa perbedaan nyata terhadap ras tertentu. Insiden
fimosis fisiologis akan berkurang seiring pertambahan usia. Insiden fimosis patologis
jauh lebih kecil dibanding fimosis fisiologis.
Pada akhir tahun pertama kehidupan, retraksi kulit prepusium ke belakang
sulkus glandularis hanya dapat dilakukan pada sekitar 50% anak lakilaki dan kejadian
ini meningkat menjadi 89% pada saat usia tiga tahun. Insidens fimosis adalah sebesar
8% pada usia 6 sampai 7 tahun dan 1% pada laki-laki usia 16 sampai 18 tahun. Di
antara laki-laki yang tidak disirkumsisi, insiden fimosis antara 8% hingga 23%.
Apabila tidak ditangani, fimosis sering menyebabkan komplikasi berupa infeksi
saluran kemih, parafimosis, dan balanitis berulang. Balanoposthitis adalah peradangan
yang sering terjadi pada 4-11% lakilaki yang tidak disirkumsisi.
e. Faktor resiko
Usia. Seiring bertambahnya usia, laki-laki lebih rentan terkena fimosis karena
secara perlahan kulit preputium akan kehilangan elastisitasnya dan puncaknya
terjadi pada usia sekitar 3-4 tahun.
Tingkat higienitas yang kurang pada daerah sekitar penis
Penis yang belum dikhitan
dInfeksi berulang seperti balanitis, postitis dan balanopostitis.
14
Diabetes mellitus merupakan faktor predisposisi fimosis karena adanya kadar
glukosa yang tinggi di urin bisa menginduksi bakteri untuk proliferasi
f. Patofisiologi
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir, karena terdapat adesi
alamiah antara preputium dengan glans penis. Sampai usia 3-4 tahun, penis tumbuh
dan berkembang. Debris yang dihasilkan oleh epitel preputium (smegma) mengumpul
di dalam preputium dan perlahan-lahan memisahkan preputium dengan glans penis.
Smegma terjadi dari sel-sel mukosa preputium dan glans penis yang mengalami
deskuamasi oleh bakteri yang ada di dalamnya.
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi
alamiah antara prepusium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan
berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul
didalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis.
Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat prepusium terdilatasi perlahan-lahan
sehingga prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Pada usia 3
tahun, 90 % prepusium sudah dapat diretraksi.
Tapi pada sebagian anak, prepusium tetap lengket pada glans penis, sehingga
ujung preputium mengalami penyempitan dan akhirnya dapat mengganggu fungsi
miksi / berkemih. Smegma terjadi dari sel-sel mukosa prepusium dan glans penis yang
mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada didalamnya.
Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat preputium terdilatasi
perlahan-lahan sehingga preputium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke arah
proksimal. Pada usia 3 tahun, 90% preputium sudah dapat diretraksi. Pada sebagian
anak, preputium tetap lengket pada glans penis, sehingga ujung preputium mengalami
penyimpangan dan akhirnya dapat mengganggu fungsi miksi.
Biasanya anak menangis dan pada ujung penis tampak menggelembung. Air
kemih yang tidak lancar, kadang-kadang menetes dan memancar dengan arah yang
tidak dapat diduga. Kalau sampai terjadi infeksi, anak akan menangis setiap buang air
kecil dan dapat pula disertai demam. Ujung penis yang tampak menggelembung
disebabkan oleh adanya penyempitan pada ujung preputium karena terjadi
perlengketan dengan glans penis yang tidak dapat ditarik ke arah proksimal. Adanya
penyempitan tersebut menyebabkan terjadi gangguan aliran urin pada saat miksi. Urine
terkumpul di ruang antara preputium dan glans penis, sehingga ujung penis tampak
menggelembung.
15
Kadangkala pasien dibawa berobat oleh orang tuanya karena ada benjolan lunak
di ujung penis yang tak lain adalah korpus smegma yaitu timbunan smegma di dalam
sakus prepusium penis. Smegma terjadi dari sel-sel mukosa prepusium dan glans penis
yang mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada di dalamnya.
g. Manifestasi Klinis
Bayi atau anak sukar berkemih
Hal ini terjadi karena lubang kencing / MUE (Meatus Urethra Eksterna) pasien
menjadi sangat kecil karena tertutup preputium yang menyempit, menggelembung
dan penuh debris / smegma. Bayi atau anak juga akan mengeluh nyeri saat
berkemih sehingga enggan untuk berkemih.
Kulit preputium menggelembung seperti balon (Balooning Phenomenon)
Balooning terjadi karena proses miksi yang sangat susah, sehingga urin akan
menumpuk di ruang antara preputium dan glans penis.
Kulit penis (preputium) tidak bisa ditarik kearah pangkal
Ini merupakan ciri utama dari fimosis. Dapat karena penumpukan debris / smegma,
atau preputium masih menempel pada glans penis.
Penis mengejang pada saat buang air kecil
Bayi atau anak sering menangis sebelum urin keluar/Air seni keluar tidak lancar
Timbul infeksi
Penumpukan urin, smegma di dalam preputium akan mengundang bakteri anaerob,
sehingga timbul infeksi. Fimosis kadang disertai dengan balanitis.ang bakteri
anaerob, sehingga timbul infeksi. Fimosis kadang disertai dengan balanitis.
h. Tatalaksana
Ketika seorang anak dibawa dengan riwayat ketidakmampuan retraksi preputium,
penting untuk mengkonfirmasi apakah itu phimosis fisiologis atau patologis.
Manajemen phimosis tergantung pada usia anak, jenis phimosis, derajat keparahan
phimosis, penyebab dan kondisi morbiditas yang terkait.
Ketika dipastikan bahwa phimosis pada anak tidak patologis, sangat penting untuk
meyakinkan orang tua bahwa kondisi tersebut normal pada anak dengan usia tertentu.
Mereka harus diajarkan bagaimana menjaga preputium dan mukosa preputium terjaga
kebersihan dan higienitasnya. Pencucian biasa dengan air hangat dan retraksi lembut
selama anak mandi dan buang air kecil akan membuat preputium lama-kelamaan akan
dapat diretraksi.
16
Terapi konservatif
Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang tua dan dapat berupa
sirkumsisi plastik atau sirkumsisi radikal setelah usia dua tahun. Pada kasus dengan
komplikasi, seperti infeksi saluran kemih berulang atau balloning kulit prepusium saat
miksi, sirkumsisi harus segera dilakukan tanpa memperhitungkan usia pasien. Tujuan
sirkumsisi plastik adalah untuk memperluas lingkaran kulit prepusium saat retraksi
komplit dengan mempertahankan kulit prepusium secara kosmetik. Pada saat yang
sama, perlengketan dibebaskan dan dilakukan frenulotomi dengan ligasi arteri frenular
jika terdapat frenulum breve. Sirkumsisi neonatal rutin untuk mencegah karsinoma
penis tidak dianjurkan.
Kontraindikasi operasi adalah infeksi lokal akut dan anomali kongenital dari penis.
Sebagai pilihan terapi konservatif dapat diberikan salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali
sehari selama 20-30 hari. Terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang
masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar tiga tahun.
Terapi parafimosis terdiri dari kompresi manual jaringan yang edematous diikuti
dengan usaha untuk menarik kulit prepusium yang tegang melewati glans penis. Jika
manuver ini gagal , perlu dilakukan insisi dorsal cincin konstriksi. Tergantung pada
temuan klinis lokal, sirkumsisi dapat segera dilakukan atau ditunda pada waktu yang
lain.
17
3. Bagaimana sikap sebagai dokter apabila mendapat pasien seperti kasus, tindakan
awal apa yang harus dilakukan?
a. Sikap Dokter
Tenang
Bersikap professional
Memberikan penjelasan dengan jelas kepada orang tua pasien
c. Terapi
Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang tua dan dapat
berupa sirkumsisi plastik atau sirkumsisi radikal setelah usia dua tahun.
Pada kasus dengan komplikasi,seperti infeksi saluran kemih berulang atau
balloning kulit prepusium saat miksi, sirkumsisi harus segera dilakukan tanpa
memperhitungkan usia pasien.
18
Tujuan sirkumsisi plastik adalah untuk memperluas lingkaran kulit prepusium
saat retraksi komplit dengan mempertahankan kulit prepusium secara
kosmetik. Pada saat yang sama, perlengketan dibebaskan dan dilakukan
Frenulotomi dengan ligasi arteri frenular jika terdapat frenulum breve.
Sirkumsisi neonatal rutin untuk mencegah karsinoma penis tidak dianjurkan.
d. Kontra Indikasi
Kontraindikasi operasi adalah infeksi lokal akut dan anomali kongenital dari
penis.
Sebagai pilihan terapi konservatif dapat diberikan salep kortikoid (0,05-0,1%)
dua kali sehari selama 20-30 hari. Terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan
anak-anak yang masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk
usia sekitar tiga tahun.
Terapi parafimosis terdiri dari kompresi manual jaringan yang edematous
diikuti dengan usaha untuk menarik kulit prepusium yang tegang melewati
glans penis. Jika manuver ini gagal , perlu dilakukan insisi dorsal cincin
konstriksi. Tergantung pada temuan klinis lokal, sirkumsisi dapat segera
dilakukan atau ditunda pada waktu yang lain.
e. Rekomendasi
Pada phimosis primer, terapi konservatif dengan salf atau krim kortikosteroid
Merupakan terapi lini pertama dengan angka keberhasilan > 90%
Pada phimosis primer, balanoposthitis berulang dan infeksi saluran kemih
berulang pada pasien dengan kelainan anatomi merupakan indikasi untuk
dilakukan tindakan.
Phimosis sekunder merupakan indikasi mutlak untuk sirkumsisi
Paraphimosis merupakan keadaan darurat dan terapi tidak boleh ditunda. Jika
reposisi manual gagal, dorsal incisi dari cincin penjerat diperlukan.
Sirkumsisi rutin pada neonatus untuk pencegahan kanker penis tidak
diindikasikan (Hagarty, 2013).
19
PENUTUP
1. Kesimoulan
Pada skenario ini diceritakan datang anak laki-laki, An. Atan, usia 3,5
tahun yang diantar ibunya dengan keluhan tidak mau pipis. Dari anamnesa
didapatkan informasi jika sejak 2 bulan terakhir ketika pasien kencing,
didapatkan keluhan berupa ujung penis pasien terlihat menggembung,
pancaran air seni mengecil dan terdapat benjolan lunak di ujung penis.
Pada pemeriksaan fisik genitalia didapatkan kulit preputium berwarna
kemerahan, mulut preputium diameter sangat sempit dan sedikit bengkak,
bagian glans penis dan meatus urethra eksterna (MUE) tidak bisa dinilai
karena tertutup preputium. Dari keterangan tersebut, diagnosis pada pasien
mengalami fimosis
Fimosisi adalah salah satu gangguan yang timbul pada organ kelamin
pria, yang dimaksud dengan fimosis adalah keadaan dimana kulit penis
(Preupitium) melekat pada bagian kepala (Grans) dan mengakibatkan
tersumbatnya lubang saluran air seni, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan
dan kesakitan saat kencing, kondisi ini memicu timbulnya infeksi pada
penis (balantis). Jika keadaan ini di biarkan dimana muara saluran kencing
di ujung penis tersumbat maka dokter menganjurkan untuk disunnat,
tindakan ini dilakukan dengan membuka dan memotong kulit penis agar
ujungnya terbuka
Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang tua.
Pada kasus dengan komplikasi, seperti infeksi saluran kemih berulang atau
balloning kulit prepusium saat miksi, sirkumsisi harus segera dilakukan
tanpa memperhitungkan usia pasien.
2. Saran
Pada tutorial skenario 5 blok 17 ini telah berjalan dengan baik. Akan
tetapi diharapkan untuk mahasiswa lebih aktif lagi dalam proses diskusi
dan lebih banyak membaca referensi terbaru yang bertujuan agar suasana
dari proses diskusi berjalan lebih baik lagi.
20
DAFTAR PUSTAKA
21