Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KELOMPOK 5.

TUTORIAL KEPERAWATAN DEWASA

SKENARIO 2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

2018
PENYUSUN

1. SOFIA 04.16.4383 KETUA


2. SYAFITRI 04.16.4384 NOTULEN

ANGGOTA
3. SITI MAR’ATI SOLIHA 04.16.4382
4. SIPA MAULANI 04.16.4381
5. YANTI SUSILAWATI 04.16.4389
6. WAHIDA NURKOMALASARI 04.16.4386

7. NANI YULIANI 04.15.4192


BAB I

PENDAHULUAN

A. Penulisan Kasus

“HIDROKEL”

Seorang laki-laki usia 20 tahun datang ke poli penyakit dalam dengan keluhan nyeri pada
scrotum terasa kaku dan besar. Saat dilakukan pemeriksaan fisik terdapat benjolan pada
scrotum keluhan ini dialami setelah pasien mengalami kecelakaan kurang lebih 1 tahun yang
lalu.

B. Daftar Kata Sulit

1. Scrotum

2. Hidrokel

C. Daftar Pertanyaan
a. Pertemuan pertama

1. Apa penyebab terjadinya hidrokel?

2. Cara mencegah Hidrokel ?

3. Penanganan Hidrokel?

4. Apakah Kecelakaan dapat menyebabkan hidrokel ?

5. Tindakan perawat jika menemukan kasus tersebut?

6. Efek samping yang ditimbulkan akibat hidrokel ?

7. Tanda dan Gejala pada orang yang mengalami Hidrokel ?

8. Komplikasi Hidrokel ?
D. LO

1. IRK( Konsep Diri )

2. Definisi Hidrokel

3. Etiologi Hidrokel

4. Patofisiologi Hidrokel

5. Tanda dan Gejala Hidrokel

6. Komplikasi Hidrokel

7. Diagnosa yang Muncul dari Penyakit Hidrokel

8. EBN

9. Discard Planning
BAB II

HASIL

A. Klarifikasi Istilah

1. Scrotum adalah selaput yang membungkus testis.

2. Hidrokel adalah Penumpukan cairan disekitar( selaput ) testis yang menyebabkan


pembengkakan.

B. Jawaban Pertanyaan
a. Pertemuan pertama

1. Hidrokel disebabkan karena kecelakaan , faktor genetik, bawaan dan gaya hidup yang tidak
sehat serta infeksi. Untuk bayi karena saluran penutup tidak menutup semmpurna. Selain itu
hidrokel juga karena penyakit menular seksual.

2. Cara mencegah hidrokel adalah dengan cara olah raga teratur, makan makanan sehat, gaya
hidup yang sehat, menghindari penyakit menular seksual dan menghindari cidera, harus bisa
menghindari stress.

3. Penanganan hidrokel dari diri sendiri tidak melakukan pekerjaan yang berat-berat, tidak
melakukan hubungan seksual, langsung segera memeriksakannya ke puskesmas/ RS di
Rumah Sakit tindakan yang dilakukan adalah aspirasi dan pembedahan jika sudah terlalu
parah.

4. Kecelakaan merupakan salah satu penyebab adalah cidera, mengenai tanda- tanda vital px
tersebut.

5. Tindakan kita sebagai seorang perawat jika menemukan px seperti kasus yaitu tenangkan
px, membuat askep, suppport dan kolaborasi.

6. Efek sampingnya adalah bisa merasakan nyeri di alat vital, kesusahan bergerak, susah
melalukan aktivitas, pola tidur terganggu.

7. Tanda dan Gejalanya adalah dia bengkak dibagian alat vital tersebut, demam, pembesaran
pada bagian testis, pusing, mual, kemerahan, benjolan di sekitar scrotum.

8. Komplikasinya adalah Infeksi, perdarahan, dan mengganggu kesuburan.


C. LO.
1. Surah Al- Isra ayat 82

Allah telah menurunkan penyembuh bagi segala penyakit.

Surah Saddah ayat 21

Penyakit itu merupakan Teguran agar kita kembali ke Jalan Allah.

2. Hidrokel berasal dari dua kata hidro= air cal= rongga jadi hidrokel adalah kantong yang
berisi cairan yang mengelilingi scrotum dan menyebabkan pembengkakan dan pelebaran
kantong buah zakar. Cairan itu merupakan cairan yang berasal dari produksi dari membran
yang berbeda.

3. Hidrokel disebabkan karena belum sempurnanya sistem limfatik didaerah scrotum dalam
melakukan reabsobsi, adanya kelaianan pada testis yang menyebabkan kelainan pada testis
seperti tumor dan trauma sehingga dapat mentebabkan produksi cairan yang berlebihan.

4. Hidrokel adalah pengumpulan cairan pada sebagian prosesus vaginalis yang masih terbuka.
Kantong hidrokel dapat berhubungan melalui saluran mikroskopis dengan rongga peritoneum
dan berbentuk katup. Dengan demikian cairan dari rongga peritoneum dapat masuk ke dalam
kantong hidrokel dan sukar kembali ke rongga peritoneum. Pada kehidupan fetal, prosesus
vaginalis dapat berbentuk kantong yang mencapai scrotum. Ujung bawah kantong ini
mengelilingi testis dan disebut tunika vaginalis. Apabila terjadi atrofi pada ujung proksimal
dan tengah sehingga bagian distal yang mengelilingi testis tetap terbuka, maka terjadi
hidrokeltestikularis. Hidrokel dapat ditemukan dimana saja sepanjang funikulus spermatikus,
juga dapat ditemukan di sekitar testis yang terdapat dalam rongga perut pada undensensus
testis. Hidrokel infantilis biasanya akan menghilang dalam tahun pertama, umumnya tidak
memerlukan pengobatan, jika secara klinis tidak disertai hernia inguinalis. Hidrokel testis
dapat meluas ke atas atau berupa beberapa kantong yang saling berhubungan sepanjang
processus vaginalis peritonei. Hidrokel akan tampak lebih besar dan kencang pada sore hari
karena banyak cairan yang masuk dalam kantong sewaktu anak dalam posisi tegak, tapi
kemudian akan mengecil pada esok paginya setelah anak tidur semalaman.Pada orang dewasa
hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder. Penyebab sekunder terjadi
karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya
sistem sekresi atau reabsorpsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan tersebut mungkin suatu
tumor, infeksi atau trauma pada testis atau epididimis. Dalam keadaan normal cairan yang
berada di dalam rongga tunika vaginalis berada dalam keseimbangan antara produksi dan
reabsorpsi dalam sistem limfatik.

5. Tanda dan Gejalanya adalah pembesaran scrotum, nyeri ringan bisajuga tidak, tegang atau
kaku, tergantung jumlah cairanyang tertimbun , jika sedikit maka akan agak lunak dan kecil
tapi jika banyak otomatis akan tegang dan kaku dan tidak dapat diraba.

6. Komplikasi adalah adanya hematom karena testis akan kendor, mengganggu kesuburan
dan fungsi seksual px, infeksi atau sekunder infeksi, trauma yang menyebabkan penekanan
pembuluh darah, perdarahan karena adanya trauma atau aspirasi.

7. Diagnosa yang dapat diambil yaitu Gangguan Rasa Nyaman b.d pembesaran scrotum,
Resiko infeksi b.d insisi post operasi, Nyeri b.d Gangguan pada kulit jaringan., Hambatan
Mobilitas Fisik b.d Program pembatasan gerak, Resiko pendarahan b.d insisi post operasi,
Gangguan Fisikologis b.d Cemas, Resiko pola eliminasi urin b.d discrubsi organ dan masih
banyak lagi.

8. EBN yang bisa dterapkan adalah aspirasi dan injeksi dari sceroting untuk orang dewasa
dan dikontradiksasi pada anak-anak Selain itu laporos scopy terapi yang sesuai

9. Discard Planning pada px hidrokel edukasi cara minum obat, edukasi makan-makanan
yang sesuai dengan penyakit, kontrol di RS sesuai anjuran.

PATHWAY
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Agama RI.2014.Al-Qur’an terjemah dan tajwid.sygma:Bandung

 Didi, Hidrokel, www.generalhealth.com., 2008

 Rifki, M., Hidrokelektomi, www.bedahumum.wordpress.com., 2008

Anonim, Masa Skrotum, www.medicastore.com., 2005

Purnomo, Basuki B., Dasar-Dasar Urologi, edisi kedua, Fakultas Kedokteran


Universitas Brawijaya, Malang, 2003 : 140-145, 186
http://retnopuspasari.blogspot.co.id/2015/05/laporan-pendahuluan-hidrokel.html

Nurarif A H, Kusuma H. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis


dan NANDA NIC-NOC jilid 1. Yogyakarta : Mediaction Publishing; 2013

FORMAT PENILAIAN LAPORAN/PAPER


Nama kelompok / kelas : 5 B / B /KP /IV

Hari / tanggal : Kamis , April 2018

Nama mahasiswa : Mata kuliah: Tutorial

1. Sipa Maulani 4. Syafitri


2. Siti Mar’ati Soliha 5. Wahida Nurkomalasari
3. Sofia 6. Yanti Susilawati.
7. Nani Yuliani

No ITEM PENILAIAN 5 4 3 2 1
1 Penulisan laporan sesuai format yang diberikan
2 Menjelaskan kelengkapan data terkait topic
3 Kesesuaian topic dengan data penunjang
4 Menjelaskan isi topic secara jelas dan rinci
5 Menampilkan data terbaru
6 Menampilkan critical analisis terhadap topic
7 Memberikan literature atau referensi yang adekuat
berdasarkan evidence
8 Menyimpulkan topic secara jelas dan rinci
9 Menggunakan penulisan yang benar ( EYD ) dan
kesalahan penulisan
10 Menampilkan konsistensi penulisan ( topic, tujuan,
dan evaluasi )
Total Skor
Nilai Akhir

Keterangan Angka :
5 : Excellent 2 : Below Average
4 : Good 1 : Unsatisfied
3 : Average
Comments :
…………………………………………………………………………………………………
………………………………................
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………..................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................

Instruktur

Lampiran
BAB I

PENDAHULUAN

A.   DEFENISI

Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis, yang
menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karena gangguan
dalam pembentukan alat genitalia external, yaitu kegagalan penutupan saluran tempat
turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui
saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum
membengkak.
B.    ETIOLOGI

1. Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena :

a. belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum
ke prosesus vaginalis atau

b. belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan
hidrokel.

2. Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder. Penyebab
sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang
menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel.
Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis atau
epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan yang berlebihan oleh testis,
maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus.

C.    TANDA DAN GEJALA


1.     Pembesaran skrotum dan perasaan berat.

2.    Biasanya nyeri ringan kecuali di sebabkan oleh infeksi epididimis akut.

D.   KLASIFIKASI

1.     Berdasarkan kapan terjadinya, yaitu :

a.    Hidrokel primer Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus
vaginalis. Prosesusvaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik yang melintasi
kanalis inguinalisdan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak diperlukan terapi
karena dengansendirinya rongga ini akan menutup dan cairan dalam tunika akan diabsorpsi.

b.    Hidrokel sekunder Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat
dalam suatu masa dandianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe. Dapat
disebabkan oleh kelainantestis atau epididimis. Keadaan ini dapat karena radang atau karena
suatu proses neoplastik.Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan terjadinya
produksi cairanberlebihan yang tidak dapat dibuang keluar dalam jumlah yang cukup oleh
saluran limfedalam lapisan luar tunika.

2.    Menurut letak kantong hidrokel dari testis, yaitu :

a.    Hidrokeltestis 
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba. Pada
anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.

b.    Hidrokelunikulus 
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak disebelah cranial dari testis, sehingga
pada palpasi, testis dapat diraba dan berada diluar kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong
hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.

c.    Hidrokel Komunikan Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga


peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis
kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah pada saat anak menangis.
Pada palpasi kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan kedalam rongga
abdomen.

E.    PATOFISIOLOGI

    Hidrokel adalah pengumpulan cairan pada sebagian prosesus vaginalis yang masih
terbuka. Kantong hidrokel dapat berhubungan melalui saluran mikroskopis dengan rongga
peritoneum dan berbentuk katup. Dengan demikian cairan dari rongga peritoneum dapat
masuk ke dalam kantong hidrokel dan sukar kembali ke rongga peritoneum. Pada kehidupan
fetal, prosesus vaginalis dapat berbentuk kantong yang mencapai scrotum. Ujung bawah
kantong ini mengelilingi testis dan disebut tunika vaginalis. Apabila terjadi atrofi pada ujung
proksimal dan tengah sehingga bagian distal yang mengelilingi testis tetap terbuka, maka
terjadi hidrokeltestikularis. Hidrokel dapat ditemukan dimana saja sepanjang funikulus
spermatikus, juga dapat ditemukan di sekitar testis yang terdapat dalam rongga perut pada
undensensus testis. Hidrokel infantilis biasanya akan menghilang dalam tahun pertama,
umumnya tidak memerlukan pengobatan, jika secara klinis tidak disertai hernia inguinalis.
Hidrokel testis dapat meluas ke atas atau berupa beberapa kantong yang saling berhubungan
sepanjang processus vaginalis peritonei. Hidrokel akan tampak lebih besar dan kencang pada
sore hari karena banyak cairan yang masuk dalam kantong sewaktu anak dalam posisi tegak,
tapi kemudian akan mengecil pada esok paginya setelah anak tidur semalaman.

Pada orang dewasa hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder.
Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang
menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorpsi cairan di kantong hidrokel.
Kelainan tersebut mungkin suatu tumor, infeksi atau trauma pada testis atau epididimis.
Dalam keadaan normal cairan yang berada di dalam rongga tunika vaginalis berada dalam
keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi dalam sistem limfatik.

F.    MANIFESTASI KLINIS
      Gambaran klinis hidrokel kongenital tergantung pada jumlah cairan yang tertimbun.
Bila timbunan cairan hanya sedikit, maka testis terlihat seakan-akan sedikit membesar dan
teraba lunak. Bila timbunan cairan banyak terlihat skrotum membesar dan agak tegang.
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan pada
pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang
terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan
ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi.

H.   PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

     Diagnosis hidrokel dapat dibuat dengan transiluminasi skrotum. Bila dilakukan
transiluminasi pada hidrokel terlihat translusen, terlihat benjolan terang dengan masa gelap
oval dari bayangan testis. Pemeriksan USG dapat dipertimbangkan apabila hasil pemeriksaan
transiluminasi tidak jelas yang disebabkan oleh tebalnya kulit skrotum pasien. Dengan hasil
USG berwarna keabu-abuan.

I.    PENATALAKSANAAN MEDIS

     Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan
harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri; tetapi jika
hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi.
Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi.

1.     Aspirasi

Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka kekambuhannya tinggi,
kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi. Beberapa indikasi untuk melakukan
operasi pada hidrokel adalah :

a. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah


b. Indikasi kosmetik

c. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam melakukan
aktivitasnya sehari-hari.

2. Hidrokelektomi

Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel ini
disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus melakukan
herniografi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan scrotal dengan melakukan
eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau plikasi kantong
hidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in
toto. Pada hidrokel tidak ada terapi khusus yang diperlukan karena cairan lambat laun akan
diserap, biasanya menghilang sebelum umur 2 tahun.

Tindakan pembedahan berupa hidrokelektomi. Pengangkatan hidrokel bisa dlakukan


anestesi umum ataupun regional (spinal). Tindakan lain adalah dengan aspirasi jarum (disedot
pakai jarum). Cara ini nggak begitu digunakan karena cairan hidrokelnya akan terisi kembali.
Namun jika setelah diaspirasi kemudian dimasukkan bahan pengerut (sclerosing drug)
mungkin bisa menolong.
J.   KOMPLIKASI

1. Hematom pada jaringan skrotum yang kendor

2. Kalau tidak ditangani segera, penumpukan cairan ini bisa mengganggu kesuburan dan fungsi
seksualnya.

3. Infeksi testis.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A.   PENGKAJIAN

1. Identitas klien yang mencakup nama, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaaan.

2. Anamnese
Anamnese berkaitan tentang lamanya pembengkakan skrotum dan apakah ukuran
pembengkakan itu bervariasi baik pada waktu istirahat maupun pada keadaan emosional
(menangis,ketakutan).

3. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, hidrokel dirasakan sesuatu yang oval atau bulat, lembut dan tidak
nyeri tekan. Hidrokel dapat dibedakan dengan hernia melalui beberapa cara :

a. Pada saat pemeriksaan fisik dengan Transiluminasi/diaponaskopi   hidrokel berwarna merah


terang, dan hernia berwarna gelap.

b. Hidrokel pada saat di inspeksi terdapat benjolan yang hanya ada di scrotum, dan hernia di
lipatan paha.

c. Auskultasi pada hidrokel tidak terdapat suara bising usus, tetapi pada hernia terdapat suara
bising usus.
d. Pada saat di palpasi hidrokel terasa seperti kistik, tetapi pada hernia terasa kenyal.

e. Hidrokel tidak dapat didorong, hernia biasanya dapat didorong.

f. Bila dilakukan transiluminasi pada hidrokel terlihat transulen, pada hernia tidak.

4. Kaji sistem perkemihan

5. Kaji setelah pembedahan : infeksi, perdarahan, disuria, dan drainase

6. Lakukan transluminasi test : ambil senter, pegang skrotum, sorot dari

bawah ; bila sinar merata pada bagian skrotum maka berarti isinya cairan ( bila warnanya
redup ).

B.    DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pre operasi

a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan skrotum

b. Resiko kerusakan integritas kulit : skorotum berhubungan dengan adanya gesekan dan
peregangan jaringan kulit skrotum.

c. Perubaan body image : citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk skrotum.

d. Ansietas pada orangtua berhubungan dengan kondisi anaknya dan kurang pengetahuan
merawat anak.

2. Post operasi

a. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi post op.

b.Deficit pengetahuan orangtua berhubungan dengan nkondisi anak : prosedur pembedahan,


perawatan post op,program pentalaksanaan.

c.Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan, trauma pembedahan.

C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

1. Pre op

a. Dx.1

Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan intervensi, rasa tidak nyaman berkurang bahkan hilang dengan

Kriteria hasil :

1) Pembengkakan skrotum berkurang

2)Klien merasa nyaman, nyeri klien berkurang bahkan hilang


3) Skala nyeri 0-3

Intervensi Keperawatan :
a)    Kaji skala, karakteristik dan lokasi nyeri yang dialami klien sesuai dengan PQRST.

Rasional : mengidentifikasi nyeri akibat gangguan lain.

b) Catat petunjuk nnonverbal seperti gelisah, menolak untuk bergerak, berhati-hati saat
beraktifitas dan meringis.

Rasional : mendeskripsikan tingkat nyeri

c) Ajarkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman atau tekhnik relaksasi misalnya duduk
dengan kaki agak dibuka dan nafas dalam.

Rasional : mengurangi sensasi nyeri.

d) Berikan tindakan nyaman massage punggung, mengubah posisi dan aktifitas senggang.

Rasional : mengurangi sensasi nyeri.

e) Observasi dan catat pembesaran skrotum ( bila perlu ukur tiap hari), cek adanya keluhan nyeri.

Rasional : menjadi acuan dalam perrkembangan terapi yang sudah diberikan.

f) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.

Rasional : mengurangi sensasi nyeri.

b.    Dx.2

Tujuan :Diharapkan setelah dilakukan intervensi, kerusakan integritas kulit tidak terjadi.

eria hasil : Tidak ada lecet dan kemerahan di sekitar area pembesaran.

rvensi Keperawatan :

a) Kaji adanya tanda kerusakan kulit seperti lecet dan kemerahan sekitar area pembesaran ( lipatan
paha ).

Rasional: mengetahui lebih dini gejala kerusakan kulit untuk dilakukan intervensi
selanjutnya.

b)   Berikan salep atau pelumas.

Rasional : mencegah kerusakan kulit.

c)    Kurangi aktifitas klien selama sakit.

Rasional : mencegah kerusakan yang lebih parah.

d)   Berikan posisi yang nyaman : abduksi.

Rasional: memberikan sirkulasi bagi aliran darah.


e)   Anjurkan klien menggunakan pakaian yang longgar terutama celana.
Rasional : mencegah iritasi yang lebih parah.

c.Dx.3

Tujuan: Diharapkan setelah dilakuakan intervensi, klien tidak merasa bahwa penyakitnya adalah suatu
penderitaan, dan pada bayi, orangtua harus memahami bahwa penyakit ini dapat
disembuhkan.

 Kriteria hasil : Keluarga sabar menghadapi kondisi anaknya.

 Intervensi Keperawatan :

a)  Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan, dan ansietas seubungan
dengan situasi saat ini

Rasional: mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi.

b)Perhatikan perilaku menarik diri pada keluarga, tidak efektif menggunakan pengingkaran atau
perilaku yang mengindikasikan terlalu mempermasalahkan tubuh dan fungsinya.

Rasional: indicator terjadinya kesulitan menangani stress terhadap apa yang terjadi.

c) Tentukan tahap berduka. Perhatikan tanda depresi berat/lama.


Rasional : identifikasi tahap yang pasien sedang alami memberikan pedoman untuk mengenal
dan menerima perilaku dengan tepat. Depresi lama menunjukan intervensi lanjut.

d) Akui kenormalan perasaan.

Rasional : pengenalan perasaan tersebut diharapkan membantu orangtua pasien untuk menerima perilaku
dan mengatasinya secara efektif.

e) Anjurkan orang terdekat untuk memperlakukan pasien secara normal dan bukan sebagai orang
cacat.

Rasional: menyampaikan harapan untuk mengatur situasi dan membantu perasaan harga diri dan orang
lain.

f)    Yakinkan keluarga bahwa penyakit ini dapat disembuhkan dan tetap sabar menghadapi
kondisi anaknya.

Rasional: memperkuat keyakinan keluarga dan memberikan semangat yang mempertahankan harga diri
keluarga dan menghindari kecemasan yang berlebihan.

d.  Dx. 4

Tujuan :Diharapkan setelah dilakukan intervensi, orangtua memahami, dan mengerrti tentang prognosa
dan diagnose penyakit yang dialami oleh anaknya.

eria hasil : cemas yang dialami orangtua klien berkurang bahkan hilang.
rvensi Keperawatan :

a) Beritahu dan jelaskan tentang prognosa dan diagnose penyakit yang dialami oleh anaknya.

Rasional: menghilangkan kecemasan orangtua klien karena ketidaktahuan tentang prosedur.

b)     Jelaskan tindakan yang akan dilakukan terhadap anaknya sebelum tindakan dilakukan.

Rasional: menghilangkan kecemasan orangtua klien karena ketidaktahuan tentang prosedur.

c)Libatkan orangtua dalam perawatan terhadap anaknya.

   Rasinal: mengindari persepsi yang salah dan membantu menghilangkan kecemasan pada anak.

d) Berikan informasi bahwa penyakit ini dapat hilang dengan sendirinya.

    Rasional: menghilangkan kecemasan orangtua klien karena ketidaktahuan tentang prosedur.

2. Post operasi

    a. Dx.1

   Tujuan : diharapkan resiko terjadinya infeksi tidak terjadi

a hasil : Berkurangnya tanda-tanda peradangan seperti kemeraha-merahan, gatal, panas, perubahan fungsi.

    Intervensi Keperawatan :

a)    Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas walupun menggunakan sarung tangan
steril.

Rasional : mengurangi kontaminasi silang

b)   Batasi penggunaan alat atau prosedur invasive jika memungkinkan


Rasional : mengurangi jumlah lokasi yang dapat menjadi tempat masuk organisme

c)    Gunakan teknik steril pada waktu penggatian balutan/penghisapan/berikan lokasi perawatan,


misalnya Jalur invasive

Rasional : mencegah masuknya bakteri, mengurangi risiko infeksi nosokomial

d) Gunakan sarung tangan/pakaian pada waktu merawat luka yang terbuka/antisipasi dari kontak
langsung dengan sekresi ataupun ekskresi
Rasional : mencegah penyebaran infeksi/kontaminasi silang.

b. Dx.2
Tujuan: Diharapkan setelah diberikan intervensi, klien memahami dan mengerti tentang prosedur
pembedahan, perawatan setelah operasi dan pengobatanya.

ria hasil : klien menyatakan pemahamannya proses penyakit, pengobatan dan potensial komplikasi.

             Intervensi keperawatan:

a)    Kaji ulang pembatasan aktivitas pascaoperasi.

Rasional: mencegah komplikasi lanjut dari pergerakan dan aktivitas yang berlebihan.

b)   Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodic

Rasional : mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan, dan lekas kembali pulih


normal.

c)    Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi, dan kembali
ke dokter untuk mengangkat jahitan/ pengikat.

Rasional : pemahaman meningkatkan kerjasama dengana program terapi, meningkatkan penyembuhan


dan program perbaikan.

d)   Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medic, contoh peningkatan nyeri;


edema/eritema luka, adanya drainase, demam.

Rasional: upaya intervensi menurunkan risiko komplikasi serius contoh lambatnya penyembuhan.

c.  Dx.3

Tujuan : Diharapkan setelah diberikan terapi, nyeri klien berkurang bahkan hilang.

Kriteria hasil: skala nyeri 0-3 dan kllien tidak menangis serta gelisah.

Intervensi Keperawatan :

a)    Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (0-10). Selidiki dan laporkan perubahan nyeri
dengan cepat.

Rasional: berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan.

b)   Pertahankan istirahat dengan posisi semifowler.

Rasional : gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi.

c) Dorong ambulasi dini.

Rasional : meningkatkan normalisasi fungsi organ.

d) Berikan aktivitas hiburan.

    Rasional: focus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi, dan

dapat meningkatkan kemampuan koping.


e)   Berikan analgetik sesuai indikasi.

Rasional: intervensi terapi lain contoh batuk dan ambulasi.

D.   EVALUASI

1. Pre operasi

a) Nyeri klien berkurang bahkan hilang.

b) Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.

c) Perubahan body image dan harga diri rendah tidak terjadi pada keluarga.

d) Orangtua tidak cemas.

2. Post operasi

a) Tidak terjadi infeksi.

b) Klien memiliki pengetahuan tentang prosedur perawatan dan   pengobatan.

c) Nyeri klien tidak berlangsung lama.

1. DEFINISI HIDROKEL
 Hidrokel adalah sesuatu yang tidak nyeri bila ditekan, massa berisi cairan yang
dihasilkan dari gangguan drainase limfatik dari skrotum dan pembengkakan
tunika vaginalis yang mengelilingi testis (Lewis, 2014; p. 1324).
 Hidrokel adalah penyebab umum dari pembengkakan skrotum dan disebabkan
oleh ruang paten di tunika vaginalis. Hidrokel terjadi ketika ada akumulasi
abnormal cairan serosa antara lapisan parietal dan visceral dari tunika
vaginalis yang mengelilingi testis (Parks & Leung, 2013;  p.1)
 Hidrokel adalah penumpukan cairan berlebihan di antara cairan lapisan
parietalis dan viseralis tunika vaginalis, yang dalam keadaan normal cairan ini
berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem
limfatik di sekitarnya (Purnomo, 2010; h.19).
2. PENATALAKSANAAN HIDROKEL
 Penatalaksanaan Pre operasi hidrokel
Hidrokel dapat sembuh dengan sendirinya karena penutupan spontan
dari PPV (patent processus vaginalis) sesaat setelah lahir. Residu pada
hidrokel nonkomunikan tidak bertambah maupun berkurang dalam volume,
dan tidak terdapat tanda silk glove. Cairan pada hidrokel biasanya terserap
kembali ke dalam tubuh sebelum bayi berumur 1 tahun.
Oleh karena, observasi sering diperlukan untuk hidrokel pada bayi.
Hidrokel harus diobati apabila, tidak menghilang setelah berumur 2 tahun
menyebabkan rasa tidak nyaman, bertambah besar atau secara jelas terlihat
pertambahan atau pengurangan volume, apabila tidak terlihat, dan terinfeksi
(Mahayani dan Darmajaya, 2012).
Hydrocelectomy adalah operasi untuk memperbaiki pembengkakan
skrotum yang terjadi ketika seseorang memiliki hidrokel. Pasien akan
menerima anestesi umum dan akan tertidur dan bebas rasa sakit selama
prosedur. Dalam bayi atau anak : dokter bedah membuat sayatan kecil di
lipatan pangkal paha, dan kemudian menguras cairan kantung (hidrokel).,
kadang-kadang ahli bedah menggunakan laparoskop untuk melakukan
prosedur ini. Sebuah laparoskop adalah kamera kecil yang ahli bedah
memasukkan ke daerah melalui luka bedah kecil. Kamera ini melekat pada
monitor video. Dokter bedah membuat perbaikan dengan instrumen kecil yang
dimasukkan melalui pemotongan bedah kecil lainnya (ADAM, 2013; p. 1).
Indikasi dilakukan pembedahan pada hidrokel : menjadi terlalu
besar, pembesaran volume cairan hidrokel yang dapat menekan pembuluh
darah, terinfeksi dan gagal untuk hilang pada umur 1 tahun. Sebelum
Proseduranak akan diminta untuk berhenti makan dan minum setidaknya 6
jam sebelum prosedur pembedahan (ADAM, 2013; p. 1).
 Penatalaksanaan Post Operasi Hidrokel
Pemulihan dari operasi hidrokel umumnya tidak rumit. Untuk kontrol
rasa nyeri, pada bayi digunakan ibuprofen 10 mg/kgBB setiap 6 jam dan
asetaminofen 15 mg/kgBB setiap 6 jam, hindari narkotik karena beresiko
apnea(Van Veen, dkk, 2007 dalam Mahayani dan Darmajaya, 2012).
Untuk anak yang lebih tua diberikan asetaminofen dengan kodein (1
mg/kgBB kodein) setiap 4-6 jam. Untuk dua minggu setelah operasi, posisi
straddle harus dihindari untuk mencegah pergeseran dari testis yang mobile
keluar dari skrotum dan menyebabkan cryptorchidism sekunder. Pada anak
dalam masa berjalan, aktifitas harus dibatasi sebisa mungkin
selama satubulan. Pada anak dalam masa sekolah, aktivitas peregangan dan
olahraga aktif harus dibatasi selama 4-6 minggu (Van Veen, dkk, 2007
dalam Mahayani dan Darmajaya, 2012).
Oleh karena sebagian besar operasi hidrokel dilakukan dengan
basisrawat jalan, pasien dapat kembali bersekolah segera saat sudah terasa
cukupnyaman (biasanya 1-3 hari setelah operasi) (Mahayani dan Darmajaya,
2012).

3. FAKTOR PENYEBAB HIDROKEL


 Belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis dan atau belum
sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan resorbsi
cairan hidrokel (Purnomo, 2010; h. 19).
 Ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan cairan dalam membran
serosa dari tunika vaginalis (Borgmann, 2014; Parks & Leung, 2013).
 Bisa juga karena trauma, infeksi, atau proses neoplastik (Parks & Leung,
2013).

4. MANIFESTASI HIDROKEL
 Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri.
Pada hidrokel testis dan hidrokel funikulus besarnya benjolan di kantong
skrotum tidak berubah sepanjang hari, sedangkan pada hidrokel komunikan
besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar pada saat anak menangis.
(Purnomo, 2010 : h. 19).
 Pembengkakan skrotum dan rasa berat pada skrotum, ukuran yang lebih besar
daripada ukuran testis dan penumpukkan cairan pada massa yang flasid atau
tegang (Kowalak, 2011 : 662).
 Ukuran skrotum kadang-kadang normal tetapi kadang-kadang sangat besar,
sehingga penis tertarik dan tersembunyi. Kulit pada skrotum normal, lunak
dan halus. Kadang-kadang akumulasi cairan limfe disertai dengan komplikasi,
yaitu komplikasi dengan chyle (chylocele), darah (haematocele) atau nanah
(pyocele). Uji transiluminasi dapat digunakan untuk membedakan hidrokel
dengan komplikasi dan hidrokel tanpa komplikasi (Kemenkes RI, 2013; h.
79).

5. KOMPLIKASI HIDROKEL
 Hematom pada jaringan skrotum yang kendor.
 Kalau tidak ditangani segera,penumpukan cairan ini bisa mengganggu
kesuburan dan fungsi seksualnya.
 Infeksi testis.

6. ASKEP HIDROKEL

Diagnosa keperawatan noc nic


Gangguan citra tubuh b/d  Body image Body image enhancement
penyakit (perubahan bentuk  Self esteem  Kaji secara verbal
scrotum) Kriteria hasil : dannonverbal
 Body image positif respon klien
 Mampu terhadap tubuhnya
mengidentifikasi  Monitor frekuensi
kekuatan personal mengkritik dirinya
 Mendeskripsikan  Jelaskan tentag
secara faktual pengobatan,
perubahan fungsi perawatan,
tubuh kemajuan dan
 Mempertahankan prognosis penyakit
interaksi sosial  Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya
 Identifikasi artu
pengurangan
melalui pemakaian
alat bantu
 Fasilitasi kontak
dengan individu
lain dalam
kelompok kecil.

7. EBN HIDROKEL
8. KLASIFIKASI HIDROKEL
Menurut Jenkins (2008) dalam Mahayani dan Darmajaya (2012) dikatakan
bahwa hidrokel diklasifikan menjadi lima yaitu hidrokel komunikan, hidrokel
nonkomunikan, hidrokel reaktif, hidrokel pada cord, hidrokel pada canal of nuck, dan
hidrokel abdominoskrotal.
Sedangkan menurut Borgmann (2014: p. 280), hidrokel dapat dikategorikan
menjadi dua yakni hidrokel komunikan dan nonkomunikan. Hidrokel nonkomunikan
dikategorikan lagi menurut lokasinya yakni hidrokel testis, hidrokel cord dan hidrokel
abdominoscroctal.
1. Hidrokel komunikan
Melibatkan PPV yang memanjang hingga ke dalam skrotum.
Pada kasus ini PPV bersambung dengan tunika vaginalis yang
mengelilingi testis. Defek pada hidrokel ini lebih kecil sehingga hanya
terjadi akumulasi cairan (Jenkins, 2008 dalam Mahayani dan
Darmajaya, 2012).
Terjadi karena adanya prosesus vaginalis yang terbuka yang
mengarah ke berbagai jumlah cairan serosa dalam testis cavum
vaginalis. Risiko jangka panjang hidrokel berkomunikasi adalah
pengembangan hernia inguinalis. (Borgmann, 2014: p. 280)
2. Hidrokel nonkomunikan
Berisi cairan yang terperangkap dalam tunika vaginalis pada
skrotum. Prosesus vaginalisnya tertutup sehingga cairan tidak dapat
terhubung dengan ruang abdomen. Hidrokel ini umum terjadi pada
bayi, dan biasanya cairan akan direabsorbsi sebelum umur 1 tahun.

3. Hidrokel reaktif
Hidrokel nonkomunikan yang berkembang dari kondisi
inflamasi pada skrotum.
4. Hidrokel pada cord
Terjadi bila prosesus vaginalis menutup di atas testis, tetapi
tetap ada hubungan kecil dengan peritoneum. Pada hidrokel ini,
terdapat sebuah daerah seperti kantung pada inguinal canal yang terisi
oleh cairan. Cairan ini tidak sampai masuk ke dalam skrotum.
5. Hidrokel pada canal of nuck
Terjadi pada wanita saat cairan terakumulasi di dalam prosesus
vaginalis pada saluran inguinal (Hata, dkk, 2004 dalam Mahayani dan
Darmajaya, 2012; Jagdale, dkk, 2012).
Hal ini dapat terjadi karena adanya rembesan fisiologis cairan
intraperitoneal atau hipersekresi atau bisa juga penyerapan dalam
lapisan epitel pada segmen distal. Secara klinis, hidrokel ini tanpa rasa
sakit, tembus cahaya, berfluktuasi (berubah-ubah), pembengkakan
tidak dapat mengecil di daerah inguinalis dan labio mayora (Jagdale,
dkk, 2012).
6. Hidrokel abdominoscrotal
terjadi karena pembukaan kecil pada prosesus vaginalis.
Cairan masuk ke dalam hidrokel dan terperangkap. Hidrokel akan terus
membesar dan suatu saat akan meluas ke atas menuju abdomen (Hata,
dkk, 2004 dalam Mahayani dan Darmajaya, 2012).

9. PATHWAY
10. DISCHARGE PLANNING PASIEN HIDROKEL
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Agama RI.2014.Al-Qur’an terjemah dan tajwid.sygma:Bandung

 Didi, Hidrokel, www.generalhealth.com., 2008

 Rifki, M., Hidrokelektomi, www.bedahumum.wordpress.com., 2008

Anonim, Masa Skrotum, www.medicastore.com., 2005

Purnomo, Basuki B., Dasar-Dasar Urologi, edisi kedua, Fakultas Kedokteran


Universitas Brawijaya, Malang, 2003 : 140-145, 186
http://retnopuspasari.blogspot.co.id/2015/05/laporan-pendahuluan-hidrokel.html

Nurarif A H, Kusuma H. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis


dan NANDA NIC-NOC jilid 1. Yogyakarta : Mediaction Publishing; 2013

Anda mungkin juga menyukai