Anda di halaman 1dari 34

TUGAS KELOMPOK I

Kegawat Daruratan Maternal Dan Neonatal


Partograf & Ketuban Pecah Dini ( KPD )

OLEH

Rini Angreni Rauf 18 3145 301 210


Nita Maulia A1 B1 19 074
Leny Melisa A1 B1 19 132

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR
2020
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Partograf Dan Ketubah Pecah Dini ( KPD ) ’’.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang
telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberi
kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan
makalah ini.
Kami sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada
makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa
kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami. Semoga makalah ini
dapat membawa pemahaman dan pengetahuan bagi kita semua tentang
mata kuliah Kegawat Daruratan Maternal dan Neonatal khususnya tentang
Partograf dan Ketuban Pecah Dini ( KPD ).

PENYUSUN

KELOMPOK 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................... 5

C. Tujuan Penelitian................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian.............................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................ 8

1. Partograf.............................................................................. 8

a. Pengertian Partograf............................................... 8

b. Waktu Pengisian Partograf..................................... 8

c. Isi Partograf ............................................................ 9

d. Cara pengisian Partograf......................................... 10

e. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengisian

Partograf ................................................................. 15

f. Tujuan Penggunaan Partograf................................. 17

g. Fungsi Partograf ..................................................... 18

h. Prinsip – Prinsip penggunaan Partograf ................. 18

2. Ketuban Pecah Dini ........................................................... 19

a. Pengertian Ketuban Pecah Dini................................. 19


b. Faktor Resiko ................................................................. 19

c. Patogenesis...................................................................... 20

d. Diagnosis ........................................................................ 21

e. Komplikasi ..................................................................... 23

f. Penanganan...................................................................... 25

BAB III PENUTUP............................................................................. 27

A. Kesimpulan ....................................................................... 27

B. Saran................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Penelitian partograf WHO dilakukan multisentral di Indonesia (4
rumah sakit), Thailand (2 rumah sakit), dan Malaysia (2 rumah sakit)
selama 15 bulan (Januari 1990 - Maret 1991), menghasilkan modul
atau form partograf yang sekarang banyak di pakai di mana-mana.
Penelitian ini bermaksud mengevaluasi penggunaan partograf dalam
manajemen dan hasil persalinan, bahwa dengan menggunakan
partograf dapat mengurangi agumentasi dengan oksitosin hingga 54%,
mengurangi lama proses persalinan yaitu persalinan yang lebih dari 18
jam serta mengurangi postpartum sepsis hingga 59% ( Jurnal Bidan
2016 ).
Tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan mampu
menerapkan partograf dengan tujuan angka kematian maternal dan
perinatal dapat diturunkan secara bermakna sehingga mampu
menunjang sistem kesehatan menuju tingkat kesejahteraan
masyarakat. Kenyataannya kepatuhan petugas tenaga kesehatan
maupun penolong persalinan dalam penggunaan partograf masih
kurang ( Jurnal Bidan , 2016 ).
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh bidan adalah
pemantauan persalinan dengan partograf. Kompetensi adalah
seperangkat tindakan cerdas , penuh tanggung jawab yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat
dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu.
Walaupun demikian pengetahuan dan kepatuhan penggunaan
partograf secara konsisten pada semua ibu bersalin oleh bidan masih
kurang. ( Jurnal Bidan , 2016 ).
World Health Organization (WHO) merekomendasikan partograf
untuk digunakan oleh bidan yang bekerja sebagai pemberi asuhan
kebidanan di rumah bersalin. Dengan kepatuhan menggunakan
partograf dapat meningkatkan jumlah rujukan , mengurangi jumlah
pemeriksaan vagina,mengurangi penggunaan obat oksitosin dan
mengurangi persalinan lama ( Jurnal Bidan , 2016 ).
Pusat pelatihan Klinik Sekunder (P2KS) provinsi Jawa Barat,
merupakan lembaga resmi penyelenggara pelatihan asuhan
persalinan normal (APN). Salah Satu kompetensi yang dinilai pada
pelatihan APN ini adalah kompetensi dalama penulisan partograf, dari
11 orang bidan yang mengikuti pelatihan APN periode pada test awal
kompetensi penulisan partograf, tidak ada satupun yang kompeten
( Laporan P2KS Jabar , 2013 ).
Berdasarkan beberapa penelitian terdapat 36,4 % Bidan
Praktek Swasta ( BPS ) anggota Ikatan Bidan Indonesia ( IBI ) ranting
Surabaya utara yang patuh dalam pengisian lembar depan dan
lembara belakang partograf untuk pasien yang bersalin. Selain itu di
kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah, terdapat 39,4 % bidan
delima yang melakukan pencatatan secara konsisten dan benar pada
lembar partograf. Berdasarkan kedua peneitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kepatuhan bidan dalam menggunakan partograf
masih rendah .
Kepatuhan bidan merupakan sikap patuh atau taat terhadap
peraturan yang telah disepakati. Banyak faktor yang mempengaruhi
kepatuhan seorang bidan , yaitu pengetahuan , sikap , umur , beban
kerja , lama kerja , tingkat pendidikan , sarana dan fasilitas yang
tersedia ( Jurnal Bidan , 2016 ).
Survey menyatakan bahwa kualitas pelayanan persalinan
masih rendah khususnya dalam pemanfaatan partograf dalam
persalinan, berdasarkan Kajian Kualitas Kesehatan Ibu dan Bayi yang
dilakukan oleh kementrian kesehatan, WHO dan HOGSI, 2012 fasilitas
pelayanan kesehatan yang menggunakan partograf dalam pertolongan
persalinan masih rendah, yaitu 25 % Rumah sakit, 45 % di Puskesmas
dan 54%di Klinik bersalin. Dengan rendahnya penggunaan partograf
pada bidan dan pentingnya efektifitas waktu pencatatan partograf
maka, aplikasi partograf ini menjadi solusi dalam pencatatan partograf.
( Jurnal Bidan , 2016 ).
Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum
waktunya (KPSW) sering disebut dengan premature repture of the
membrane (PROM) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban
sebelum waktunya melahirkan. Pecahnya ketuban sebelum persalinan
atau pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara
kurang dari 5 cm. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun
pada kehamilan preterm. Pada keadaan ini dimana risiko infeksi ibu
dan anak meningkat. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting
dalam masalah obstetri yang juga dapat menyebabkan infeksi pada
ibu dan bayi serta dapat meningkatkan kesakitan dan kematian pada
ibu dan bayi (Purwaningtyas, 2017).
Dampak yang paling sering terjadi pada KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan (RDS atau
Respiratory Disterss Syndrome), yang terjadi pada 10-40% bayi baru
lahir. Risiko infeksi akan meningkat prematuritas, asfiksia, dan
hipoksia, prolapse (keluarnya tali pusat), resiko kecacatan, dan
hypoplasia paru janin pada aterm. Hampir semua KPD pada
kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan
terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. Sekitar 85%
morbiditas dan mortalitas perinatal ini disebabkan oleh prematuritas
akibat dari ketuban pecah dini.
Hal ini juga berdampak bagi kesmas (khusnya dalam bidang
promosi kesehatan KPD berhubungan dengan penyebab kejadian
prematuritas dengan insidensi 30-40% sebagai proses pencegahan
(tindakan preventif) dan penurunan angka kejadian mortalitas dan
mordibitas perinatal yang diakibatkan oleh komplikasi kejadian
ketuban pecah dini ini. Selain itu ketuban pecah dini berkaitan dengan
komplikasi persalinan, meliputi kelahiran kurang bulan, sindrom gawat
napas, kompresi tali pusat, khorioamnionitis, abruption plasenta,
sampai kematian janin yang meningkatkan mortalitas dan morbiditas
perinatal. Semakin lama KPD, semakin besar kemungkinan komplikasi
yang terjadi.
Menurut WHO, kejadian ketuban pecah dini (KPD) atau insiden
PROM (prelobour rupture of membrane) berkisar antara 5-10% dari
semua kelahiran. KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan dan
70% kasus KPD terjadi pada kehamilan aterm. Pada 30% kasus KPD
merupakan penyebab kelahiran prematur (WHO, 2014).
Insiden KPD di Indonesia berkisar 4,5%-6% dari seluruh
kehamilan, sedangkan di luar negeri insiden KPD antara 6%-12%.
Kebanyakan studi di India mendokumentasikan insiden 7-12% untuk
PROM yang 60-70% terjadi pada jangka waktu lama. Insiden kejadian
Ketuban Pecah Dini (KPD) di beberapa Rumah Sakit di Indonesia
cukup bervariasi yakni diantaranya: di RS Sardjito sebesar 5,3%, RS
Hasan Sadikin sebesar 5,05%, RS Cipto Mangunkusumo sebesar
11,22%, RS Pringadi sebesar 2,27% dan RS Kariadi yaitu sebesar
5,10% (Sudarto, 2016).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan menggunakan
data sekunder rekam medis RSUD Tugurejo Semarang yang
dilakukan oleh peneliti pada kasus komplikasi persalinan menyebutkan
bahwa data jumlah kasus komplikasi persalinan pada periode Januari-
Desember 2016 jumlah keseluruhannya yaitu 2.178 ibu yang
melahirkan, diantanya terdapat 834 kejadian komplikasi persalinan
(38,2%). Dari 834 kasus komplikasi persalinan ini terdiri dari
persalinan Ketuban Pecah Dini (KPD) ada 360 kasus (43,1%), PEB
ada 208 kasus (24,9%), Pendarahan Postpartum ada 81 kasus
(9,71%), Prematuritas (preterm) ada 54 kasus (6,47%), Pendarahan
Anterpartum ada 31 kasus (3,71%), Malposisi/malpresentasi ada 41
kasus (4,91%), dan lain-lain 55 kasus (6,59%), sedangkan dari seluruh
ibu yang mengalami komplikasi persalinan di atas sebagian besar
memutuskan untuk menjalani operasi Caesar pada persalinannya
(31,7%) (RSUD Tugurejo, 2016).
Berdasarkan Latar belakang diatas , maka makalah ini akan
membahas mengenai partograf dan masalah dalam persalinan yaitu
KPD ( Ketuban Pecah Dini ).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapunn rumusan masalah yang
ditimbulkan adalah:
a) Apakah yang dimaksud dengan Partograf ? dan Bagaimana cara
pengisian Partograf pada lembar depan dan lembar belakang
partograf ?
b) Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi pengisian partograf ?
c) Apa tujuan , prinsip – prinsip serta fungsi dari pengisian partograf ?
d) Apa pengertian dari KPD ( Ketuban Pecah Dini ) ?
e) Apa penyebab terjadinya KPD ( Ketuban Pecah Dini ) ?
f) Bagaimana cara penanganan KPD ( Ketuban Pecah Dini ) ?
C. Tujuan
a) Untuk mengetahui definisi dari partograf serta untuk

mengetahui langkah langkah cara pengisian partograf pada

lembar depan dan lembar belakang partograf.

b) Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi dalam

pengisian lembar partograf .

c) Untuk mengetahui tujuan , fungsi dan prinsip - prinsip pengisian

partograf.

d) Untuk mengetahui definisi dari Ketuban Pecah Dini (KPD).

e) Untuk mengetahui penyebab terjadinya Ketuban Pecah Dini

(KPD).

f) Untuk mengetahui cara penanganan Ketuban Pecah Dini

(KPD).

D. Manfaat

1) Manfaat bagi Pembaca

Sebagai informasi bagi pembaca khususnya dalam

pembelajaran Kegawat Daruratan Maternal Dan Neonatal

sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya

mengenai partograf dan Ketuban Pecah Dini (KPD).


2) Bagi kelompok

Diharapkan makalah ini akan menambah pengetahuan,

keterampilan serta memperluas wawasan mengenai partograf dan

Ketuban Pecah Dini (KPD).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka
1. Partograf
Selama ini pencatatan dan pelaporan persalinan yang dilakukan
sehari - hari di tempat pelayanan kesehatan meliputi: Pencatatan
dalam Sistem Informasi Manajemen Pelayanan Kesehatan
(SP2TP), Kartu Ibu, Informed Consent, Kartu Menuju Sehat (KMS)
Ibu Hamil / Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Register Kohort Ibu
dan Bayi , Partograf , Kartu Persalinan Nifas , Laporan hasil Audit
Maternal Perinatal (AMP).
Beberapa hasil pencatatan ini kemudian dilaporkan pada pihak
pihak terkait. Keseluruhan jenis pencatatan ini, tidak semua secara
jelas \ kartu persalinan dan nifas.
a. Pengertian Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk membuat keputusan klinik,
memantau, mengevaluasi dan menatalaksana persalinan. Partograf
dapat dipakai untuk memberikan peringatan awal bahwa suatu
persalinan berlangsung lama, adanya gawat ibu dan janin, serta
perlunya.
b. Waktu Pengisian Partograf
Waktu yang tepat untuk pengisian partograf adalah saat proses
persalinan telah berada dalam kala I fase aktif yaitu saat
pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm dan berakhir pada
pemantauan kala IV.
c. Isi Partograf
Partograf dikatakan sebagai data yang lengkap bila seluruh
informasi ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, waktu dan jam,
kontraksi uterus, kondisi ibu, obat-obatan yang diberikan,
pemeriksaan laboratorium, keputusan klinik dan asuhan atau
tindakan yang diberikan dicatat secara rinci sesuai cara pencatatan
partograf.
Isi partograf antara lain:
1) Informasi tentang ibu
a) Nama dan umur.
b) Gravida, para, abortus.
c) Nomor catatan medic / nomor puskesmas.
d) Tanggal dan waktu mulai dirawat.
e) Waktu pecahnya selaput ketuban.
2) Kondisi Janin
a) Denyut jantung janin.
b) Warna dan adanya air ketuban.
c) Penyusupan (molase) kepala janin.
3) Kemajuan Persalinan
a) Pembukaan serviks.
b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.
c) Garis waspada dan garis bertindak.
4) Waktu dan Jam
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan.
b) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
5) Kontraksi Uterus
a) Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit.
b) Lama kontraksi (dalam detik).
6) Obat-Obatan yang diberikan
a) Oksitosin.
b) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
7) Kondisi Ibu
a) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh.
b) Urin (volume, aseton atau protein).
d. Cara Pengisian Pertograf
Pencatatan dimulai saat fase aktif yaitu pembukaan serviks 4
cm dan berakhir titik dimana pembukaan lengkap. Pembukaan
lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam.
Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis
waspada. Kondisi ibu dan janin dinilai dan dicatat dengan cara:
1) Denyut jantung janin : setiap 30 menit.
2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30 menit.
3) Nadi : setiap 30 menit
4) Pembukaan serviks : setiap 4 jam.
5) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam.
6) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam .
7) Produksi urin (2 – 4 Jam), aseton dan protein : sekali
Cara pengisian partograf adalah sebagai berikut:
a. Lembar depan partograf
a) Informasi ibu ditulis sesuai identitas ibu. Waktu
kedatangan ditulis sebagai jam. Catat waktu pecahnya
selaput ketuban, dan catat waktu merasakan mules .
b) Kondisi janin
 Denyut Jantung Janin
Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30
menit (lebih sering jika terdapat tanda-tanda gawat
janin). Setiap kotak menunjukkan waktu 30 menit.
Kisaran normal DJJ tertera diantara garis tebal angka
180 dan 100. Bidan harus waspada jika DJJ mengarah
di bawah 120 per menit (bradicardi) atau diatas 160
permenit (tachikardi). Beri tanda ‘•’ (tanda titik) pada
kisaran angka 180 dan 100. Hubungkan satu titik
dengan titik yang lainnya.
 Warna dan adanya air ketuban
Catat warna air ketuban setiap melakukan
pemeriksaan vagina, menggunakan lambang-lambang
berikut:
U : Selaput ketuban utuh.
J : Selaput ketuban pecah dan air ketuban jernih.
M : Air ketuban bercampur mekonium.
D : Air ketuban bernoda darah.
K : Tidak ada cairan ketuban/kering.
 Penyusupan/molase tulang kepala janin
Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan
antar tulang (molase) kepala janin. Catat temuan yang
ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban.
Gunakan lambing - lambang berikut :
0 : Sutura terpisah.
1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling
bersentuhan.
2 : Sutura tumpang tindih tetapi masih dapat
diperbaiki.
3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.
Sutura / tulang kepala saling tumpang tindih menandakan
kemungkinan adanya CPD ( cephalo pelvic disproportion ).

c) Kemajuan Persalinan
Angka 0-10 di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi
serviks.
 Pembukaan Serviks
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada
partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Nilai
dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam.
Menyantumkan tanda ‘X’ di garis waktu yang sesuai
dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
 Penurunan bagian terbawah janin
Untuk menentukan penurunan kepala janin tercantum
angka 1-5 yang sesuai dengan metode perlimaan.
Menuliskan turunnya kepala janin dengan garis tidak
terputus dari 0-5. Berikan tanda ‘0’ pada garis waktu yang
sesuai.
 Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada, dimulai pada pembukaan serviks 4
cm (jam ke 0), dan berakhir pada titik di mana
pembukaan lengkap (6 jam). Pencatatan dimulai pada
garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke
sebelah kanan garis waspada, maka harus
dipertimbangkan adanya penyulit.
Garis bertindak, tertera sejajar dan disebelah kanan
(berjarak 4 jam) pada garis waspada. Jika pembukaan
serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan
garis bertindak maka menunjukkan perlu dilakukan
tindakan untuk menyelasaikan persalinan. Sebaiknya ibu
harus berada di tempat rujukan sebelum garis bertindak
terlampaui.
d) Jam dan Waktu
 Waktu mulainya fase aktif persalinan.
Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya
fase aktif persalinan.
 Waktu aktual saat pemeriksaan atau persalinan
Menyantumkan tanda ‘x’ di garis waspada, saat ibu
masuk dalam fase aktif persalinan.
e) Kontraksi Uterus
Terdapat lima kotak kontraksi per 10 menit. Nyatakan lama
kontraksi dengan :
░ : titik – titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan
kontraksi yang lamanya < 20 detik.
/ : garis – garis dikotak yang sesuai untuk
menyatakan kontraksi lamanya 20-40 detik.
: arsir penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan
kontraksi lamanya > 40 detik.
f) Obat – obatan dan cairan yang diberikan
 Oksitosin
Jika tetesan drip sudah dimulai, dokumentasikan setiap
30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume
cairan dan dalam satuan tetes per menit.
 Obat lain dan cairan IV
Mencatat semua dalam kotak yang sesuai dengan kolom
waktunya
g) Kondisi ibu
 Nadi
Nadi, dicatat setiap 30 menit. Beri tanda titik (•) pada
kolom yang sesuai

 Tekanan Darah
Tekanan darah, dicatat setiap 4 jam atau lebih sering
jika diduga ada penyulit. Memberi tanda panah pada
partograf pada kolom waktu yang sesuai
 Suhu Tubuh
Suhu tubuh, diukur dan dicatat setiap 2 jam atau lebih
sering jika terjadi peningkatan mendadak atau diduga
ada infeksi. Mencatat suhu tubuh pada kotak yang
sesuai.
 Volume urine, protein dan aseton
Mengukur dan mencatat jumlah produksi urine setiap 2
jam (setiap ibu berkemih). Jika memungkinkan, lakukan
pemeriksaan aseton dan protein dalam urine.
b. Lembar Belakang Partograf
Lembar belakang partograf merupakan catatan
persalinan yang berguna untuk mencatat proses persalinan
yaitu data dasar, kala I, kala II, kala III, kala IV, bayi baru lahir
a) Data Dasar
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat
persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan
merujuk, tempat merujuk, pendamping saat merujuk dan
masalah dalam kehamilan/ persalinan.
b) Kala I
Terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat
melewati garis waspada, masalah lain yang timbul,
penatalaksanaan, dan hasil penatalaksanaannya.
c) Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan,
gawat janin, distosia bahu dan masalah dan
penatalaksanaannya.
d) Kala III
Kala III berisi informasi tentang inisiasi menyusu dini,
lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat
terkendali, masase fundus uteri, kelengkapan plasenta,
retensio plasenta > 30 menit, laserasi, atonia uteri,
jumlah perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan
hasilnya.
e) Kala IV
Kala IV berisi tentang data tekanan darah, nadi, suhu
tubuh, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung
kemih, dan perdarahan.
f) Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir berisi tentang berat badan, panjang
badan, jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian
ASI, masalah lain dan hasilnya.
e. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengisian Partograf
Menurut Yisma (2013) hal – hal yang mempengaruhi penggunaan
partograf antara lain adalah pengetahuan dan pengalaman kerja.
Berikut faktor – faktor yang mempengaruhi penggunaan partograf
sesuai survey penelitian yang telah terbukti:
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera
manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku seseorang.
Pengetahuan secara rinci tentang penggunaan partograf
merupakan syarat mutlak bagi penolong persalinan. Seperti
hasil – hasil penelitian yang pernah dilakukan menyatakan
bahwa pengetahuan provider kesehatan tentang partograf
berhubungan dalam proses pncatatan dan kepatuhan mengisi
partograf.
2) Pendidikan
Perbedaan pendidikan tenaga kesehatan mempengaruhi
proses pengisian partograf serta outcomes dari persalinan.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin dalam
pemahaman serta pengetahuan yang diperoleh.
3) Kompetensi dan Keterampilan
Perilaku dalam bentuk praktik yang sudah konkrit berupa
perbuatan terhadap situasi atau rangsangan dari luar.
Kompetnsi dan ketrampilan bidan terbukti berpengaruh
terhadap proses pengisian partograf.
4) Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan segala sesuatu yang
dapat di pakai sebagai alat dan bahan untuk mencapai
maksud dan tujuan dari suatu proses. Sedangkan prasarana
adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya proses. Sumber daya yang dimaksud adalah
termasuk ketersediaan kertas grafik partograf, peralatan untuk
melaksanakan observasi tanda-tanda vital alat tulis
5) Sikap
Perilaku dalam bentuk sikap / tanggapan atau
rangsangan dari luar diri seseorang untuk melakukan
pencatatan dengan baik.
6) Dukungan sosial dan pujian
Peran serta pemimpin (stakeholder) sangat berpengaruh
dalam hal ini. Pemimpin memberikan perhatian terhadap apa
yang diinginkan pegawai (provider kesehatan) , akan
memotivasi pegawai untuk melakukan apa yang diinginkan
oleh pemimpin.
7) Pengawasan
Supervisi dan evaluasi penting dilakukan untuk
memutuskan tindakan apa yang seharusnya dilakukan serta
perencanaan menejemen apa yang akan dilakukan setelah
dievaluasi. Ketika seorang tenaga kesehatan dilatih kemudian
dilakukan pencatatan pelaporan partograf ternyata masih
banyak yeng belum lengkap terutama pada alur pelaporan ke
tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih tinggi19. Petugas
kesehatan tidak melakukan pengawasan dan tindak lanjut
pada ranah yang lebih tinggi.
f. Tujuan Penggunaan Partograf
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan
menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini
kemungkinan terjadinya partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,
kondisi bayi, grafik kemajuan persalinan, bahan dan
medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboraturium,
membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang
diberikan dimana semua itu dicatat secara rinci pada status
atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir .
g. Fungsi Partograf
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan
membantu penolong persalinan untuk:
1) Mencatat kemajuan persalinan.
2) Mencatat kondisi ibu dan janin.
3) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan
kelahiran.
4) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini
penyulit persalinan.
5) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat
keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.
h. Prinsip – Prinsip penggunaan Partograf
Partograf harus digunakan:
1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan
merupakan elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf
harus digunakan untuk semua persalinan baik yang normal
maupun patologis.
2) Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah,
puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dan lain
sebagainya).
3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang
memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses
kelahiran bayi (spesialis obstetri, bidan, dokter umum dan
mahasiswa kedokteran).
2. Ketuban Pecah Dini
a. Pengertian Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai kebocoran
spontan cairan dari kantung amnion sebelum adanya tanda-tanda
inpartu. Kejadian KPD dapat terjadi sebelum atau sesudah masa
kehamilan 40 minggu.
Berdasarkan waktunya, KPD dapat terjadi pada kehamilan
preterm atau kehamilan kurang bulan terjadi sebelum minggu ke-
37 usia kehamilan, sedangkan pada kehamilan aterm atau
kehamilan cukup bulan terjadi setelah minggu ke-37 dari usia
kehamilan.
Pada KPD kehamilan preterm dan KPD kehamilan aterm
kemudian dibagi menjadi KPD awal yaitu kurang dari dua belas
jam setelah pecah ketuban dan KPD berkepanjangan yang terjadi
dua belas jam atau lebih setelah pecah ketuban.
b. Faktor Resiko
Penyebab terjadinya KPD masih belum dapat ditentukan
secara pasti. Dalam kebanyakan kasus, berbagai faktor risiko
saling berinteraksi sebagai penyebab KPD, meskipun secara
garis besar KPD dapat terjadi karena lemahnya selaput ketuban,
di mana terjadi abnormalitas berupa berkurangnya ketebalan
kolagen atau terdapatnya enzim kolagenase dan protease yang
menyebabkan depolimerisasi kolagen sehingga elastisitas dari
kolagen berkurang
Kelemahan selaput ketuban dapat disebabkan oleh adanya
infeksi bakteri yang terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu
infeksi asenderen oleh bakteri, aktifitas enzim phospolipase A2
yang merangsang pelepasan prostaglandin, interleukin maternal,
endotoksin bakteri, dan produksi enzim proteolitik yang
menyebabkan lemahnya selaput ketuban. Sedangkan
dilepaskannya radikal bebas dan reaksi peroksidase dapat
merusak selaput ketuban.
Kehamilan kembar dan polihidramnion dapat meningkatkan
tekanan intrauterin. Ketika terdapat juga kelainan selaput
ketuban, seperti kehilangan elastisitas dan pengurangan kolagen,
peningkatan tekanan tersebut jugs akan memperlemah kondisi
selaput ketuban janin dan dapat menyebabkan KPD.
Kondisi posisi janin yang abnormal dan Cephalo Pelvic
Disproportion (CPD) dapat menyebabkan kegagalan kepala janin
memasuki pintu masuk panggul. Panggul yang kosong dapat
mengakibatkan tekanan intrauterin yang tidak merata disebabkan
oleh cairan ketuban yang memasuki rongga kosong tersebut
sehingga dapat menyebabkan KPD.
Faktor rendahnya vitamin C dan ion Cu dalam serum juga
berpengaruh terhadap produksi struktur kolagen yang menurun
pada kulit ketuban.
Faktor-faktor seperti trauma kelahiran dan kelainan kongenital
pada struktur serviks yang rentan dapat merusak fungsi otot pada
serviks. Konsekuensinya adalah serviks akan melonggar
sehingga membuat bagian depan kulit cairan ketuban dapat
dengan mudah mendesak ke dalam, menyebabkan tekanan yang
tidak merata pada kapsul cairan ketuban.
c. Patogenesis
Kekuatan selaput ketuban ditentukan oleh keseimbangan
sintesa dan degradasi matriks ekstraseluler. Bila terjadi
perubahan di dalam selaput ketuban, seperti penurunan
kandungan kolagen, perubahan sruktur kolagen dan peningkatan
aktivitas kolagenolitik maka KPD dapat terjadi
Degradasi kolagen yang terjadi diperantarai oleh Matriks
Metalloproteinase (MMP) dan dihambat oleh Penghambat Matriks
Metalloproteinase (TIMP) serta penghambat protease. Keutuhan
selaput ketuban terjadi karena kombinasi dari aktivitas MMP yang
rendah dan konsentrasi TIMP yang relatif lebih tinggi.
Mikroorganisme yang menginfeksi host dapat membentuk enzim
protease disertai respon imflamasi dari host sehingga
mempengaruhi keseimbangan MMP dan TIMP yang
menyebabkan melemahnya ketegangan selaput ketuban dan
pecahnya selaput ketuban.
Infeksi bakteri dan respon inflamasi juga merangsang produksi
prostaglandin oleh selaput ketuban yang diduga berhubungan
dengan ketuban pecah dini preterm karena menyebabkan
irritabilitas pada uterus dan terjadi degradasi kolagen membran.
Beberapa jenis bakteri tertentu dapat menghasilkan fosfolipase
A2 yang melepaskan prekursor prostaglandin dari membran
fosfolipid. Respon imunologis terhadap infeksi juga menyebabkan
produksi prostaglandin oleh sel korion akibat perangsangan
sitokin yang diproduksi oleh monosit. Sitokin juga terlibat dalam
induksi enzim Siklooksigenase II yang berfungsi mengubah asam
arakhidonat menjadi prostaglandin. Prostaglandin mengganggu
sintesis kolagen pada selaput ketuban dan meningkatkan
aktivitas MMP-1 dan MMP-3.
d. Diagnosis
Diagnosis KPD secara tepat sangat penting untuk menentukan
penanganan selanjutnya. Cara - cara yang dipakai untuk
menegakkan diagnosis adalah :
1) Anamnesis
Pasien merasakan adanya cairan yang keluar secara tiba-tiba
dari jalan lahir atau basah pada vagina. Cairan ini berwarna
bening dan pada tingkat lanjut dapat disertai mekonium.
2) Pemeriksaan Inspekulo
Terdapat cairan ketuban yang keluar melalui bagian yang
bocor menuju kanalis servikalis atau forniks posterior, pada
tingkat lanjut ditemukan cairan amnion yang keruh dan
berbau.
3) Pemeriksaan USG
Ditemukan volume cairan amnion yang berkurang /
oligohidramnion, namun dalam hal ini tidak dapat dibedakan
KPD sebagai penyebab oligohidramnion dengan penyebab
lainnya.
4) Pemeriksaan Laboratorium
Untuk menentukan ada atau tidaknya infeksi, kriteria
laboratorium yang digunakan adalah adanya Leukositosis
maternal (lebih dari 15.000/uL), adanya peningkatan C-
reactive protein cairan ketuban serta amniosentesis untuk
mendapatkan bukti yang kuat (misalnya cairan ketuban yang
mengandung leukosit yang banyak atau bakteri pada
pengecatan gram maupun pada kultur aerob maupun
anaerob).
Tes lakmus (Nitrazine Test) merupakan tes untuk
mengetahui pH cairan, di mana cairan amnion memiliki pH
7,0-7,5 yang secara signifikan lebih basa daripada cairan
vagina dengan pH 4,5-5,5. jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban. Normalnya pH
air ketuban berkisar antara 7-7,5. Namun pada tes ini, darah
dan infeksi vagina dapat menghasilkan positif palsu.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah Tes Fern.
Untuk melakukan tes, sampel cairan ditempatkan pada slide
kaca dan dibiarkan kering. Pemeriksaan diamati di bawah
mikroskop untuk mencari pola kristalisasi natrium klorida yang
berasal dari cairan ketuban menyerupai bentuk seperti pakis.
e. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang dapat terjadi terkait dengan KPD
meliputi :
1) Komplikasi Maternal
Infeksi sering terjadi pada pasien dengan KPD. Bukti
keseluruhan korioamnionitis berkisar dari 4,2% hingga
10,5%. Diagnosis korioamnionitis secara klinis ditandai
dengan adanya demam 38 ° C dan minimal 2 dari kondisi
berikut : takikardia pada ibu, takikardia pada janin, nyeri
tekan uterus, cairan ketuban berbau busuk, atau darah
ibu mengalami leukositosis. Rongga ketuban umumnya
steril. Invasi mikroba dari rongga ketuban mengacu pada
hasil kultur mikroorganime cairan ketuban yang positif,
terlepas dari ada atau tidaknya tanda atau gejala klinis
infeksi.
Pasien dengan KPD memiliki kejadian solusio plasenta
sekitar 6%. Solusio plasenta biasanya terjadi pada kondisi
oligohidroamnion lama dan berat. Data sebuah analisis
retrospektif yang didapatkan dari semua pasien dengan
KPD berkepanjangan menunjukkan risiko terjadinya
solusio plasenta selama kehamilan sebesar 4%. Alasan
tingginya insiden solusio plasenta pada pasien dengan
KPD adalah penurunan progresif luas permukaan
intrauterin yang menyebabkan terlepasnya plasenta.
Prolaps tali pusat yang dikaitkan dengan keadaan
malpresentasi serta terjadinya partus kering juga
merupakan komplikasi maternal yang dapat terjadi pada
KPD.
2) Komplikasi Neonatal
Kematian neonatal setelah mengalami KPD aterm
dikaitkan dengan infeksi yang terjadi, sedangkan
kematian pada KPD preterm banyak disebabkan oleh
sindrom gangguan pernapasan.
Pada penelitian Patil, dkk (India,2014) KPD
berkepanjangan meningkatkan risiko infeksi pada
neonatal sekitar 1,3 % dan sepsis sebesar 8,7 %. Infeksi
dapat bermanifestasi sebagai septikemia, meningitis,
pneumonia, sepsis dan konjungtivitis. Insiden keseluruhan
dari kematian perinatal dilaporkan dalam literatur berkisar
dari 2,6 hingga 11%.
Ketika KPD dikelola secara konservatif, sebagian
besar pasien mengalami oligohidramnion derajat ringan
hingga berat seiring dengan kebocoran cairan ketuban
yang terus menerus. Sedikitnya cairan ketuban akan
membuat rahim memberikan tekanan terus-menerus
kepada janin sehingga tumbuh kembang janin menjadi
abnormal seperti terjadinya kelainan bentuk tulang.

f. Penanganan
Penanganan KPD adalah sebagai berikut:
1) Rawat inap di Rumah sakit.
2) Jika ada perdarahan pervagina disertai nyeri perut, pikirkan
adanya abrupsio plasenta.
3) Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau)
berikan antibiotika sama halnya pada amnionitis.
4) Jika tidak ada tanda infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
a) Berikan antibiotika ampisilin 4 x 500 mg selama 7 hari ditambah
eritromisin 3 x 250 mg peroral selama 7 hari
b) Berikan kortikosteroid untuk pematangan paru
 Betametason 12 mg IM dalam 2 dosis setiap 12 jam
 Atau Deksametason 6 mg IM dalam 4 dosis setiap 6 jam
 Kortikosteroid jangan kalau ada infeksi
5) Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu
a) Jika terdapat his dan lendir darah, kemungkinan terjadi
persalinan premature.
b) Jika tidak terdapat infeksi dan kehamilan > 37 minggu:
 Jika ketuban sudah pecah > 18 jam, berikan antibiotic
profilaksis.
 Ampisilin 2 gram IV setiap 6 jam.
 Jika tidak ada infeksi pasca persalinan, hentikan antibiotika
6) Nilai serviks
a) Jika serviks sudah matang, lakukan induksi persalinan dengan
oksitosin
b) Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan
prostaglandin dan infus oksitosin atau lahirkan dengan seksio
sesarea.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1) Partograf
 Partograf adalah alat bantu untuk membuat keputusan klinik,
memantau, mengevaluasi dan menatalaksana persalinan. Partograf
dapat dipakai untuk memberikan peringatan awal bahwa suatu
persalinan berlangsung lama, adanya gawat ibu dan janin, serta
perlunya.
 Waktu yang tepat untuk pengisian partograf adalah saat proses
persalinan telah berada dalam kala I fase aktif yaitu saat pembukaan
serviks dari 4 sampai 10 cm dan berakhir pada pemantauan kala IV.
 Partograf dikatakan sebagai data yang lengkap bila seluruh informasi
ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, waktu dan jam, kontraksi
uterus, kondisi ibu, obat-obatan yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang
diberikan dicatat secara rinci sesuai cara pencatatan partograf.
2) Ketuban Pecah Dini ( KPD )
 Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai kebocoran spontan
cairan dari kantung amnion sebelum adanya tanda-tanda inpartu.
Kejadian KPD dapat terjadi sebelum atau sesudah masa kehamilan
40 minggu.
 Penyebab terjadinya KPD masih belum dapat ditentukan secara
pasti. Dalam kebanyakan kasus, berbagai faktor risiko saling
berinteraksi sebagai penyebab KPD, meskipun secara garis besar
KPD dapat terjadi karena lemahnya selaput ketuban, di mana terjadi
abnormalitas berupa berkurangnya ketebalan kolagen atau
terdapatnya enzim kolagenase dan protease yang menyebabkan
depolimerisasi kolagen sehingga elastisitas dari kolagen berkurang
 Cara penanganannya Rawat inap di Rumah sakit.,
B. Saran
Bagi para mahasiswa , dosen ataupun pembaca yang menemukan
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini. Maka kritik ,
saran serta masukan dari kalian adalah masukan yang sangat berharga
untuk perbaikan selanjutnya. 
DAFTAR PUSTAKA

Sutrisno.Partograf. Diakses tanggal 12 Maret 2020.


https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/2.%20PARTOGRAF.pdf .
Ratnawati.2008.http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/156/jtptunimus-gdl-
ratnawatig-7761-3-babii. Diakses tanggal 12 Maret 2020
Aan Rosanti.dkk.2018.Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia .
https://www.researchgate.net/publication/326397760_Keterampilan_Pengisia
n_Partograf_pada_Mahasiswa_Akademi_Kebidanan_di_Wilayah_Kota_Jakar
ta_Timur_tahun_2015. Diakses tanggal 12 Maret 2020
PANDUAN MEDIK BLOK KEHAMILAN DAN MASALAH REPRODUKSI.2016.
https://ppmkmidwifery.files.wordpress.com/2016/06/medik-3-1-partograf.pdf.
Diakses tanggal 12 Maret 2020
PENGISIAN PARTOGRAF . 2015.
http://edunakes.bppsdmk.kemkes.go.id/images/pdf/Obsgin_4_Juni_2014/Blo
k%206/Partograf%20ppt.pdf. Diakses tanggal 12 Maret 2020
NL Rif’ati .Ketuban Pecah Dini. 2018.
http://eprints.undip.ac.id/62481/3/BAB_II.pdf. Diakses tanggal 12 Maret 2020.
Sinta Unud. Ketuban Pecah Dini. 2018. 2016.
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/e0f02fd5ec702026d242263abd
aa4a36.pdf.
N.Rohmawati. Ketuban Pecah Dini.2018.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/download/17937/10476
Diakses tanggal 12 Maret 2020.
M.Riri. Ketuban Pecah Dini . 2016. http://scholar.unand.ac.id/19874/2/BAB
%201.pdf. Diakses tanggal 12 Maret 2020.
S.Sunarti. MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY “R”
GESTASI 37-38 MINGGU DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI
RSUD SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA TAHUN 2017.
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/6758/1/SUNARTI_opt.pdf . Diakses tanggal
12 Maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai