Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOLABORASI PADA KASUS


KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL PADA NY.R
G4P3 UK 39 MG DENGAN PLASENTA PREVIA DI RS H ABDUL MANAP
KOTA JAMBI TAHUN 2022

Dosen Pembimbing :
Diniyati,S.ST,Bdn,M.Keb

Disusun Oleh :
Rhida Ad’hayani
PO.71242210050

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya kelompok
dapat menyelesaikan Laporan Kasus ini yang berjudul “Asuhan Kebidanan
Kolaborasi Pada Kasus Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal Pada Ny.R
G4p3 Uk 39 Mg Dengan Plasenta Previa Di Rs H Abdul Manap Kota Jambi
Tahun 2021”.Penulisan Laporan ini dalam rangka menerapkan tugas mata kuliah
Praktik Asuhan Kebidanan kolaborasi pada kasus-kasus patologi dan komplikasi
yang merupakan salah satu mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam
proses Pendidikan Profesi Kebidanan. Dalam penyusunan Laporan ini kelompok
banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Hj.Suryani, S.Pd,MPH selaku Kepala Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Jambi.
2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes
Kemenkes Jambi.
3. Para Dosen-dosen Pembimbing Institusi
4. Kakak-kakak bidan dan perawat serta rekan-rekan yang telah memberi
banyak masukan dan pengarahan dalam penyusunan Laporan ini sehingga
laporan ini diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, dengan demikian penulis sangat mengharapkan petunjuk dan
saran serta kritik yang membangun dari Dosen pembimbing.
Akhir kata, semoga hasil laporan kasus ini dapat memberikan manfaat
yang berguna bagi yang membutuhkannya.
Jambi, Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan......................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan.....................................................................................4
B. Tinjauan umum tentang plasenta previa................................................................................11
C. Manajemen Asuhan Kebidanan.............................................................................................18
D. Teori EBM.............................................................................................................................22
BAB III STUDI KASUS
A. Identifikasi Data Dasar..........................................................................................................25
B. Identifikasi Diagnosa Masalah...............................................................................................28
C. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial..............................................................................28
D. Tindakan Segera/Kolaborasi..................................................................................................28
E. Rencana Tindakan Asuhan ...................................................................................................28
F. Melaksanakan Tindakan Asuhan Kebidanan.........................................................................29
G. Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan..................................................................................29
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................................................31
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................................36
B. Saran......................................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................37

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut definisi World Heatlh Organization (WHO), kematian maternal
ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah
berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan
tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan (Prawirohardjo, 2010).
AKI di Indonesia tergolong tinggi di dunia, pada tahun 2008 di antara kawasan
Assosiation of South East Asian Nation (ASEAN) dan South East Asian Region
(SEARO), Indonesia berada di peringkat 11 dari 18 negara kawasan tersebut,
yaitu sebesar 240 per 100.000 kelahiran hidup (Sujiyatini, 2016).
Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan
(40-60%), infeksi (20-30%), dan keracunan kehamilan (20-30%), serta sisanya
sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau
persalinan. Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan
antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus
gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya
antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas
sumbernya (Astuti, 2016).
Salah satu penyebab penting kematian maternal ialah perdarahan. Sebab-
sebab perdarahan yang penting ialah perdarahan antepartum (plasenta previa dan
solusio plasenta) dan perdarahan postpartum (retensio plasenta, atonia uteri, dan
trauma kelahiran), selanjutnya abortus dan kehamilan ektopik (Astuti, 2016).
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan
28 minggu, biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan
kehamilan sebelum 28 minggu (Mochtar, 2011). Frekuensi perdarahan
antepartum sekitar 3% sampai 4% dari semua persalinan. Plasenta previa adalah
plasenta dengan implantasi di sekitar segmen bawah rahim sehingga dapat
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Di Indonesia angka
kejadian plasenta previa sekitar 0,3% sampai 0,6% dari seluruh persalinan
(Astuti, 2016).

4
Meskipun angka kejadian plasenta previa rendah, tetapi hal ini
memerlukan penanganan khusus, karena plasenta previa merupakan perdarahan
antepartum yang menjadi salah satu penyebab terbanyak kematian ibu yang
terjadi di Indonesia dan apabila Plasenta Previa ini tidak ditangani secara baik
maka tidak hanya membahayakan ibu tetapi juga janin yang dikandungan ibu
(Norma, 2015).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan
Kolaborasi Pada Kasus Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal Pada Ny.R
G4P3 Uk 39 Minggu Dengan Plasenta Previa Di RS H Abdul Manap Kota
Jambi Tahun 2022".

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan kebidanan kolaborasi pada kasus Kegawatdaruratan
Maternal Dan Neonatal Pada Ny.R G4P3 Uk 39 Minggu Dengan Plasenta Previa Di
RS H Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2022’’
Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengumpulan data dasar pada Ny. R G4P3 Uk 39
Minggu Dengan Plasenta Previa Di RS H Abdul Manap Kota Jambi
Tahun 2022.
b. Dapat merumuskan diagnosis/ masalah aktual pada Ny. R G4P3 Uk 39
Minggu Dengan Plasenta Previa Di RS H Abdul Manap Kota Jambi
Tahun 2022.
c. Dapat mengantisipasi diagnosis/ masalah potensial pada Ny. R G4P3 Uk
39 Minggu Dengan Plasenta Previa Di RS H Abdul Manap Kota Jambi
Tahun 2022.
d. Dapat melaksanakan tindakan segera/ kolaborasi pada Ny. R G4P3 Uk
39 Minggu Dengan Plasenta Previa Di RS H Abdul Manap Kota Jambi
Tahun 2022.

5
e. Dapat merumuskan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny. R
G4P3 Uk 39 Minggu Dengan Plasenta Previa Di RS H Abdul Manap
Kota Jambi Tahun 2022.
f. Dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. R G4P3 Uk 39
Minggu Dengan Plasenta Previa Di RS H Abdul Manap Kota Jambi
Tahun 2022.
g. Dapat mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan yang telah diberikan
pada Ny. R G4P3 Uk 39 Minggu Dengan Plasenta Previa Di RS H Abdul
Manap Kota Jambi Tahun 2022.
h. Dapat mendokumentasikan hasil temuan dan tindakan asuhan
kebidanan yang telah dilaksanakan pada Ny. R G4P3 Uk 39 Minggu
Dengan Plasenta Previa Di RS H Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2022.

D. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit H Abdul Manap Kota Jambi
Dapat menjadi referensi untuk meningkatkan pengetahuan serta dapat
mengaplikasikan apa yang telah di dapat dalam pelayanan pada ibu hamil
dengan plasenta previa.
2. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi
Hasil penulisan diharapkan dapat menambah wawasan dan Iptek
khususnya mahasiswa kebidanan dalam menerapkan asuhan kebidanan
komprehensif kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal, serta dapat menjadi
dokumen dan bahan bacaan bagi mahasiswa kebidanan Poltekkes Kemenkes
Jambi sehingga menjadi sumber ilmu bagi pembaca.
3. Bagi Mahasiswa
Hasil laporan ini diharapkan menambah pengetahuan dan wawasan
mahasiswa dalam melakukan asuhan kebidanan komprehensif
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal pada kasus ibu hamil dengan
plasenta previa dengan ilmu dan pengetahuan serta pelayanan yang terkini
dan sesuai dengan standard yang berlaku.
.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Taeori Tentang Kehamilan


1. Definisi Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu peristiwa yang penting dalam kehidupan
seorang wanita pada umumnya. Kehamilan juga dapat di artikan saat terjadi
gangguan dan perubahan identitas serta peran baru bagi setiap anggota
keluarga. Pada awalnya ketika wanita hamil untuk pertama kalinya terdapat
periode syok, menyangkal, kebingungan, serta tidak terima apa yang terjadi.
Oleh karena itu berbagai dukungan dan bantuan sangat penting di butuhkan
bagi seorang ibu untuk mendukung selama kehamilannya (Prawiroharjo,
2011).
Kehamilan adalah proses alamiah yang dialami oleh setiap wanita
dalam siklus reproduksi. Kehamilan dimulai dari konsepsi dan berakhir
dengan permulaan persalinan. Selama kehamilan ini terjadi perubahan-
perubahan, baik perut, fisik maupun fsikologi ibu (Varney, 2009).
2. Fisiologi kehamilan
Proses kehamilan dalam referensi Prawirohardjo (2009) yaitu
memantapkan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari :
a. Konsepsi
Konsepsi di defenisikan sebagai pertemuan antara sperma dan sel
telur yang menandai awal kehamilan. Peristiwa ini merupakan rangkaian
kejadian yang meliputi pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi
(pelepasan telur), penggabungan gamet dan implantasi embrio di dalam
uterus.
1) Ovum
Ovum merupakan sel tersebar pada badan manusia. Setiap bulan satu
ovum atau kadang-kadang lebih matur, dengan sebuah penjamu
mengelilingi sel pendukung. Jumlah oogonium pada wanita pada bayi
baru lahir bisa mencapai 750.000, pada umur 6-15 tahun 439.000, umur
16-25 tahun 159.000, Umur 26-35 tahun 59.00,umur 35-45 tahun

7
sebanyak 34.000, dan pada masa menopause akan menghilang.
(Prawirihardjo,2009).
2) Sperma
Proses pembentukan spermatoza merupakan proses yang kompleks.
a) Spermatogonium berasal dari sel primitif tubulus.
b) Menjadi spermatosit pertama.
c) Menjadi spermatosit kedua.
d) Menjadi spermatid.
e) Akhirnya spermatozoa
Sebagian besar spermatozoa mengalami kematian dan hanya
beberapa ratus yang dapat mencapai tuba fallopii. Spermatozoa
yang masuk kedalam alat genitalia wanita dapat hidup selama tiga
hari, sehingga cukup waktu untuk mengadakan konsepsi
(Prawirohardjo, 2009).
b. Fertilisasi
Fertilisasi adalah terjadinya pertemuan dan persenyawaan antar sel
mani dan sel telur. Fertilisasi terjadi di ampula tuba. Syarat dari setiap
kehamilan adalah harus ada : spermatozoa,ovum, pembuahan ovum
(konsepsi) dan nidasi hasil konsepsi. Dengan adanya fertilisasi inti ovum
segera berubah menjadi pronukleus betina, sementara spermatozoa
setelah melepaskan ekornya berubah menjadi pronukleus jantan. Kedua
pronukleus ini akhirnya melebur di tengah-tengah sitoplasma sel telur
dan terjadilah zigot, sebuah sel tunggak, awal sebuah kehidupan baru
makhluk hidup.
c. Implantasi/ nidas
Nidasi adalah peristiwa tertanamnya/bersarangnya sel telur yang telah
di buahi kedalam endometrium. Sel telur yang sudah di buahi (zigot)
akan segera membelah diri membentuk bola padat terdiri atas sel-sel
anak yang lebih kecil yang di sebut blastomer. Pada hari ke-3 bola
tersebut terdiri dari 16 sel blastomer dan di sebut morula. Pada hari ke-
14 di dalam bola tersebut mulai terbentuk rongga,bangunan ini di sebut
blastula.

8
3. Diagnosis kehamilan
Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi dalam 3 triwulan
yaitu kehamilan triwulan pertama (antara 0 sampai 12 minggu), kehamilan
triwulan kedua (antara 12 sampai 28 minggu) dan kehamilan triwulan
terakhir (antara 28 sampai 40 minggu). (prawirohardjo,2010).Untuk dapat
menegakan kehamilan ditetapkan dengan melakukanpenilaian terhadap
beberapa tanda dan gejala hamil.
a. Tanda-tanda dugaan hamil
1) Amenorea (terlambat datang bulan)
2) Mual (nausea) dan muntah (emesis)
3) Mastodinia (rasa kencang dan sakit pada payudara disebabkan
payudara membesar.
4) Quickening (persepsi gerakan janin pertama biasanya di sadari oleh
wanita pada kehamilan 18-20 minggu)
5) Sering bak.
6) Ngidam (wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu).
7) Pingsan
8) Konstipasi atau obstifasi. Pengaruh progesteron dapat menghambat
9) peristaltik usus menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
10) Pigmentasi kulit.
11) Epulis. Hipertropi papilla ginggivae. Sering terjadi pada triwulan
Pertama
12) Varices atau penampakan pembuluh darah vena, terdapat pada daerah
genetalia eksterna, fossa poplitea,kaki dan betis.
a. Tanda pasti kehamilan
Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan dengan jalan :
1) Gerakan janin dalam rahim
a) Terlihat/ teraba gerakan janin.
b) Teraba bagian-bagian janin
2) Denyut jantung janin
a) Didengar dengan stetokop laenec, alat kardiotokograpi,alat
doppler.

9
b) Dilihat dengan ultrasonograf.
c) Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat
kerangka janin, ultrasonografi (prawirohardjo, 2010).
3) Tanda Braxton-Hiks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda ini khas untuk
uterus dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesar
tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma uteri, maka tanda
ini tidak di temukan.
4. Perubahan fisiologis kehamilan
a. Perubahan Fisik pada ibu hamil
Pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh
wanita,khususnya pada alat genitalia externa dan interna dan
payudara(mamamae). Dalam hal ini hormon somatotropin, estrogen
dan progesteron mempunyai peranan penting. Perubahan yang
terdapat pada ibu hamil ialah antara lain sebagai berikut.
1) Sistem reproduksi
a) Vagina dan vulva
Vagina dan vulva akibat hormon estrogen mengalami
perubahan pula. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan
vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan
(livide). (Prawirohardjo, 2009).
b) Serviks uteri
Serviks uteri pada kehamilan mengalami perubahan karena
hormon estrogen. Serviks banyak mengandung jaringan ikat.
Jaringan ikat pada serviks ini banyak mengandung kolagen.
Akibat kadar estrogen meningkat dan dengan adanya
hipervaskularisasi maka konsistensi serviks menjadi lunak
(Prawirohardjo, 2010).
c) Uterus
Uterus bertambah besar, dari alat yang beratnya 30 gram,
menjadi 1000 gr, dengan ukuran panjang 32 cm, lebar 24 cm,
ukuran muka belakang 22 cm. pembesaran ini disebabkan

10
oleh hypertrofi dari otot-otot rahim, tetapi dalam kehamilan
muda terbentuk juga sel-sel yang baru.(Prawirihardjo, 2010).
d) Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat corpus luteum
gravidatum sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira
kehamilan 16 minggu. Corpus luteum gravidatum berdiameter
kira-kira 3 cm. corpus luteum mengeluarkan hormon estrogen
dan progesteron. Lambat-laun fungsi ini diambil oleh
plasenta. Diperkirakan corpus luteum adalah tempat sintesis
dari relaxin dalam awal kehamilan. Relaxin mempunyai
pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan janin menjadi
baik hingga aterm (Prawirohardjo, 2010).
2) Sistem payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai
persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan
payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat
kehamilan, yaitu estrogen, progesteron dan
somatotropin(Prawirohardjo, 2010).
3) Sirkulasi darah
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya
sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-
pembuluh darah yang membesar pula, mammae dan alat-alat yang
memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan(Prawirohardjo,
2010).
4) Sistem respirasi
Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak
jarang mengeluh tentang rasa sesak dan pendek nafas. Hal ini
ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas oleh karena usus-
usus tertekan oleh uterus yang membesar kearah diafragma,
sehingga diafragma kurang leluasa bergerak. Untuk memenuhi
kebutuhan oksigen yang meningkat kira-kira 20%, seorang wanita
hamil selalu bernafas lebih dalam (Prawirohardjo, 2010)

11
5) Traktus urinarius
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya
kepala bayi pada hamil tua terjadi gangguan miksi dalam bentuk
sering kencing. Filtrasi pada glomerulus bertambah sekitar 69-
70%. Pada kehamilan ureter membesar untuk dapat menampung
banyaknya pembentukan urine, terutama pada ureter kanan
karena peristaltik ureter terhambat karena pengaruh progesteron
(Prawirohardjo, 2010).
6) Kulit
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi
alat-alat tertentu. Pigmentasi ini disebabkan oleh
peningkatan melanophore stimulating hormone (MSH) yang
dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat
deposit pigmen pada dahi, pipi dan hidung, dikenal sebagai
kloasma gravidarum.
7) Matabolisme
Metabolisme tubuh mengalami perubahan yang
mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk
pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI.
a) Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.
b) Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil :
Kalsium, 1,5 gram setiap hari, 30 sampai 40gram untuk
pembentukan tulang janin, Fosfor, rata-rata 2 gram dalam
sehari, Zat besi, 800 mgr atau 30 sampai 50 mgr sehari, dan,
Air ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi
retensi air.

b. Perubahan Psikologis pada ibu hamil


Trimester III
Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu dan
waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu
kelahiran bayinya. Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk
kelahiran bayi dan menjadi orang tua. Keluarga mulai menduga-duga

12
jenis kelamin bayinya dan akan mirip siapa. Bahkan mereka
mungkin juga sudah memilih sebuah nama untuk bayinya.
Berat badan ibu meningkat, adanya tekanan pada organ dalam,
adanya perasaan tidak nyaman karena janinnya semakin besar,
adanya perubahan gambaran diri (konsep diri, tidak mantap, merasa
tersaing, tidak dicintai, merasa tidak pasti, takut, juga senang karena
kelahiran sang bayi.

5. Tanda Bahaya Kehamilan


Ada enam tanda-tanda bahaya selama periode antenatal
(Rukiyah,2010).
a. Perdarahan pervaginam
b. Sakit kepala yang hebat
c. Pandangan kabur
d. Nyeri abdomen yang hebat
e. Bengkak pada muka atu tangan
f. Bayi tidak bergerak seperti biasanya

6. Kebutuhan Ibu Hamil


Kebutuhan ibu hamil trimester III
1) Mempersilahkan kelahiran dan kemungkinan darurat
a) Bekerja sama dengan ibu, keluarganya, serta masyarakat
untuk mempersiapkan rencana kelahiran, termasuk
mengidentifikasi penolong dan tempat persalinan, serta
perencanaan tabungan untuk mempersiapkan biaya
persalinan.
b) Bekerja sama dengan ibu, keluarganya dan masyarakat untuk
mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi.
2) Memberikan konseling tentang tanda-tanda persalinan
a) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur.
b) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak
karena robekan-robekan kecil pada servik.

13
B. Teori Tentang Plasenta Previa
1. Pengertian
Plasenta previa adalah keadaan plasenta berimplantasi rendah pada
segmen bawah rahim, meutupi atau tidak menutupi ostium uteri internum
pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan janin mampu hidup diluar
rahim. Plasenta previa terjadi pada kira-kira 1 diantara 200 persalinan.
Plasenta Previa adalah uri yang melekat pada segmen bawah rahim, sehingga
menutupi mulut rahim sebagian/ seluruhnya. Plasenta Previa adalah plasenta
yang tempat implantasinya abnormal, yaitu di daerah segmen bawah uterus
pada kehamilan ≥ 20 minggu, (Nur Djanah, 2018).
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim (SBR) sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium
uteri internum (OUI).7Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan
meluasnya segmen bawah bawah rahim kearah proksimal memungkinkan
plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah
mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut
bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam
persalinan kala satu bisa mengubah luas permukaan serviks yang tertutup
oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi
plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa antenatal
maupun masa intranatal, dengan ultrasonografi. Oleh karena itu pemeriksaan
ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan antenatal
maupunintranatal.
Klasifikasi Plasenta Previa Plasenta previa diklasifikasikan menjadi 4
jenis berdasarkan lokasinya:
a. Plasenta previa totalis: Ostium uteri internum tertutup seluruhnya oleh
plasenta.
b. Plaenta previa parsialis: Ostium uteri internum tertutup sebagian oleh
plasenta.
c. Plasenta previa marginalis: Pinggir bawah plasenta sampai pada pinggir
ostium uteri internum.

14
d. Plasenta previa letak rendah: Plasenta tertanam/berimplantasi di segmen
bawah uterus sehingga tepi plasenta terletak dekat dengan ostium tetapi
belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir. (Nur Djanah, 2018)
Gambar 1.1 Letak Plasenta

2. Etiologi dan Faktor resiko


Penyebab Plasenta Previa belum diketahui secara pasti, namun
beberapa faktor risiko yang diduga dapat memicu terjadinya plasenta previa
antara lain:
a. Ovum yang dibuahi tertanam sangat rendah di dalam rahim, menyebabkan
plasenta terbentuk dekat dengan atau di atas pembukaan serviks.
b. Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan seperti fibroid atau
jaringan parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah caesar atau
aborsi).
c. Hipoplasia endometrium: bila kawin dan hamil pada umur muda.
d. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
e. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
f. Riwayat seksio sesarea sebelumnya.
g. Plasenta terbentuk secara tidak normal.
h. Kejadian plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita multipara
daripada primipara. Pada multipara, plasenta previa disebabkan
vaskularisasi yang berkurang dan perubahan atrofi pada desidua akibat
persalinan masa lampau. Aliran darah ke plasenta tidak cukup dan
memperluas permukaannnya sehingga menutupi pembukaan jalan lahir.

15
i. Ibu merokok atau menggunakan kokain.
j. Ibu dengan usia lebih tua. Risiko plasenta previa berkembang 3 kali
lebih besar pada perempuan di atas usia 35 tahun dibandingkan pada
wanita di bawah usia 20 tahun. Diduga risiko plasenta previa meningkat
dengan bertambahnya usia ibu, terutama setelah usia 35 tahun. Hal ini
karena sklerosis pembuluh darah arteli kecil dan arteriole miometrium
menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak merata sehingga
plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan yang lebih besar,
untuk mendapatkan aliran darah yang adekuat.(Nur Djanah, 2018).
3. Tanda dan Gejala
a. Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan > 22 minggu
b. Darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia
c. Syok
d. Tidak ada kontraksi uterus
e. Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul
f. Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin. (WHO Kemenkes, 2013)
4. Diagnosis
Diagnosa plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-gejala
klinis dan pemeriksaaan:
a. Gejala Klinis
Gejala utama berupa perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu atau pada kehamilan trimester III yang bersifat tanpa sebab
(causeless), tanpa nyeri (painless), dan berulang (recurrent).
b. Palpasi abdomen
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
dan bagian terbawah janin belum turun, biasanya kepala masih floating.
c. Pemeriksaan inspekulo
Tujuannya adalah untuk mengetahui asal perdarahan, apakah
perdarahanberasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan cervix
dan vagina.Penentuan letak plasenta tidaklangsung. Dapat dilakukan
dengan radiografi, radioisotop dan ultrasonografi. Akan tetapi pada
pemerikasaan radiografi clan radioisotop, ibu dan janindihadapkan pada
bahaya radiasi sehingga cara ini ditinggalkan. Sedangkan USG tidak

16
menimbulkan bahaya radiasi dan rasa nyeri dan cara ini dianggap
sangat tepat untuk menentukan letakplasenta.
d. Penentuan letak plasenta secara langsung
Pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan
perdarahan banyak. Pemeriksaan harus dilakukan di meja operasi.
Perabaan forniks. Mulai dari forniks posterior, apa ada teraba tahanan
lunak (bantalan) antara bagian terdepan janin dan jari kita. Pemeriksaan
melalui kanalis servikalis. Jari di masukkan hati-hati kedalam OUI
untuk meraba adanya jaringan plasenta.
5. Patofisiologi
Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding
uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena
permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat
untuk berimplantasi. Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta
terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada
pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang luas
untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas. Darah ibu
yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit
pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40
minggu. Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot selama
kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari vili
tidak berubah akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang dan
hanya ditemukan sebagai kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi
lebih padat, mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya
lebih besar dan lebih mendekati lapisan tropoblast. Perdarahan antepartum
yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada triwulan ketiga
karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan berkaitan
dengan semakin tuanya kehamilan. Implantasi plasenta di segmen bawah
rahim dapat disebabkan:
a. Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi
b. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk
mampu memberikan nutrisi janin

17
Villi korealis pada korion leave yang persisten. Sebuah penyebab
utama perdarahan trimester ketiga, plasenta previa memiliki tanda yang
khas, yaitu pendarahan tanpa rasa sakit. Pendarahan diperkirakan terjadi
dalam hubungan dengan perkembangan segmen bawah uterus pada
trimester ketiga. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah
uterus akan lebih melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila
plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah
uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang
melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus.
Pada saai itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna merah segar
berlainan dengan darah yang disebabkan solusio plasenta yang berwarna
kehitamhitaman. Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek
karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus
marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena
ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus
menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya
normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh
karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini
daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah
persalinan mulai.(Nur Djanah,2018)
6. Komplikasi
Berikut ini adalah kemungkinan komplikasi plasenta previa:
a. Pertumbuhan janin lambat karena pasokan darah yang tidak mencukupi
b. Anemia janin
c. Janin yang tertekan akibat rendahnya pasokan oksigen
d. Shock dan kematian ibu jika pendarahan berlebihan
e. Infeksi dan pembentukan bekuan darah
f. Kehilangan darah yang membutuhkan transfuse.
g. Prematur, pengiriman sebelum minggu ke-37 kehamilan, yang biasanya
menimbulkan risiko terbesar pada janin.

18
h. Cacat lahir. Cacat lahir terjadi 2,5 kali lebih sering pada kehamilan yang
dipengaruhi oleh plasenta previa daripada kehamilan tidak terpengaruh.
Penyebab saat ini tidak diketahui. (Nur Djanah, 2018)
7. Penatalaksanaan
Prinsip dasar penanganan pada setiap ibu dengan perdarahan
antepartum harus segera dikirim ke rumah sakit yang memiliki fasilitas
tranfusi darah dan operasi.
a. Secara konservatif : Bila umur kehamilan kurang dari 37 minggu
a) Perdarahan sedikit keadaan ibu dan anak baik maka biasanya
penanganan konservatif sampai dengan umur kehamilan aterm.
Penanganan berupa tirah baring, hematinik, antibiotika dan tokolitik
bila ada his. Bila selama 3 hari tidak ada perdarahan pasien mobilisasi
bertahap. Bila setelah pasien berjalan tetap tidak ada perdarahan
pasien boleh pulang. Pasien dianjurkan agar tidak koitus, tidak bekerja
keras dan segera ke rumah sakit jika terjadi perdarahan. Nasehat ini
juga dianjurkan untuk pasien yang didiagnosis plasenta previa
dengan USG namun tidak mengalami perdarahan.
b) Jika perdarahan banyak dan diperkirakan membahayakan ibu dan janin
maka dilakukan resusitasi cairan dan penanganan secara aktif
b. Secara aktif : Bila umur kehamilan 37 minggu atau lebih
Pada kondisi ini maka dilakukan penanganan secara aktif yaitu
segera mengakhiri kehamilan, baik secara pervaginam ataupun
perabdominal. Persalinan pervaginam diindikasikan pada plasenta
previa marginalis, plasenta previa letak rendah dan plasenta previa
lateralis dengan pembukaan 4 cm atau lebih. Apabila tidak banyak
perdarahan maka dapat dilakukan pemecahan ketuban agar bagian
terbawah janin dapat masuk pintu atas panggul, sehingga menekan
plasenta yang berdarah. Namun bila perdarahan tetap ada maka dilakukan
seksio sesaria.
c. Cara Persalinan
Faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang
akan dipilih, tergantung jenis plasenta previa, perdarahan banyak atau
sedikit tapi berulang-ulang, keadaan umum ibu hamil, keadaan janin

19
(hidup, gawat janin, atau meninggal), pembukaan jalan lahir, paritas,
fasilitas penolong dan rumah sakit.
Tujuan dilakukannya SC ini yaitu untuk mempercepat mengangkat
dan menghentikan perdarahan, dan agar dapat memberikan kesempatan
kepada uterus berkontraksi sehingga perdarahan dapat berhenti dan untuk
menghindarkan perluasan serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh
apabila dilakukan persalinan pervaginam.

20
8. Pathway Plasenta Previa

C. Teori Manajemen Asuhan Kebidanan


1. Langkah I (PERTAMA); Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini bidan mengumpulkan data dasar dgn
pengkajian yang di perlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap;
a. Riwayat Kesehatan
b. Pemeriksaan Fisik sesuai dengan kebutuhan,
c. Meninjau catatan terbaru atau cct sebelumnya
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil
studi

21
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kpd
dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan lakukan konsultasi,
Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap
dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-langkah tsb)
karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan
laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadangkala bidan
perlu memulai manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar
awal yangperlu disampaikan kpd dokter. Pada langkah pertama ini
dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang
diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu:
a. Riwayat Kesehatan,
b. pemeriksaan fisik pada kesehatan,
c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya,
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil
Studi.

2. Langkah II (kedua) Interpretasi Data Dasar


a. Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan data
intrpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
b. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikanshg di
temukan masalah atau diagnosayang yang spesifik.
c. Kata masalah dan diagnosa keduanyadi gunakan, karena bbrp
masalah tdk dpt diselesaikan spt diagnosa tp membutuhkan
penanganan yang dituangkan ke dlm rencana asuhan thdp klien.
Masalah sering menyertai diagnosa
3. Langkah III (ketiga) Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah
Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lai berdasarkan rangkayan masalah dan diagnosa yang sdh
diidentifikasi

22
a. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan dapat bersiap-
siap bila diagnosa/ masalah potensian ini benar- benar terjadi.
b. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.
4. Langkah IV (keempat) Identifikasi Kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera
a. Mengidentifikasi perlunyatindakan segera oleh bidan, dokter dan
atau untukdikonsultasikan atau ditangani bersama dg anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien
b. Langkah ke empat mencerminka kesinambungan proses manajemen
kebidanan
c. Manajemen bukan hanya selama asuhan primer atau kunjungan
prenatal saja, tapi selama wanita tsb bersama bidan, terus menerus,
mis; pada wkt wanita dlm persalinan
d. Beberapa data mungkin mengidentifikaskan situasi yang gawat
dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan
jiwa ibu atau anak misalnya; perdarahan kala III atau perdarahan
segera setelah lahir, distosia bahu, nilai APGAR yang rendah, Prolap
tali pusat, Sementara kasus yang lain harus menunggu intervensi dari
dokter
e. Bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter bila
ditemukan tanda-tanda awal dari preeklamsi, kelainan
panggul,adanya penyakitjantung, DM
5. Langkah V (kelima) Merencanakan Acuan yang menyeluruh
a. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa
atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah
ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
b. Rencana asuhan yang lain perlu di rencanakan termasuk kerangka
pedoman antisipasi terhadap wanita yang diperkirakan akan terjadi
berikutnya apakah dibutuhkan; Penyulukan, Konseling, Merujuk
klien bila ada masalah, berkaitan dg (sosial-ekonomi, kultural atau
masalah psikologi.

23
c. Setiap rencana asuhan haruslah d setujui kedua belah pihak (bidan
dan klien) agar dpt dilaksanakan dg efektif (klien merupakan bgn
dari pelaksanaan rencana tersebut)
d. Pada langkah ini tugas bidan merumuskan rencana asuhan sesuai dg
hasil pembahasan dg rencana bersama dg klien.
e. Semua keputusan yang dikembangkan dlm asuhan menyeluruh ini
harus rasional dan benar-benar valit berdasrkan pengetahuan dan
teori yang up to dateserta sesuai dg asumsi ttg apa yang akan
dilakukan atau tdk akan dilakukan klien
f. Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi,tetapi sesuai dengan
keadaan dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau
berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisadianggap valid
sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak
berbahaya.
6. Langkah VI (Keenam) Melaksanakan Perencanaan
a. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dilakukan oleh Padalangkah ini rencana asuhan secara menyeluruh
dilaksanakan secara efisiendan aman
b. bidan dan sebagian lagi oleh klien, atauanggota tim kesehatan
lainnya.
c. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap bertanggung jawab
untuk mengarahkan pelaksanaannya (memastikan langka-langkah
benar-benar terlaksana)
d. Dalam situasi bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani
klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan bagi klien Adalah bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tsb.
e. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dari asuhan klien
7. Langkah VII (Ketujuh) Evaluasi
a. Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan

24
apakah benar-benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana
telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa
b. Rencana tersebut dapat dianggap efeftif jika memang benar efektif
dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana
tersebut telahefektif sedang sebagian belum efektif.
c. Langkah-langkah proses manajemen pada umumnya merupakan
pengkajian yang memperjelas prosespemikiran yang mempengaruhi
tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Proses manajemen
tersebut berlangsung di dalam situasinklinik dan dua langkah yang
terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak
mungkin proses manjemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.

C. Teori EBM (Evidence Based Midwifery) pada kasus


a. Penelitian Adere (2012) mengenai Neonatal and Maternal
Complications of Placenta Praevia and Its Risk Factors in Tikur
Anbessa Specialized and Gandhi Memorial Hospitals: Unmatched
Case-Control Study
Plasenta previa adalah kelainan yang terjadi selama
kehamilan yang ditandai dengan adanya jaringan plasenta yang
dekat atau menutupi leher rahim. Risiko terbesar dari plasenta
previa adalah perdarahan. Pendarahan sering terjadi saat bagian
bawah rahim mulai meregang dan memanjang sebagai persiapan
untuk melahirkan. Ketika serviks mulai efface dan melebar,
perlekatan plasenta pada dinding rahim terlepas sehingga terjadi
perdarahan.
Menurut penelitian ini, pasien yang pernah melahirkan
melalui operasi caesar memiliki sekitar tiga kali peningkatan risiko
plasenta previa. Sebagian besar penelitian telah melaporkan
hubungan antara operasi caesar sebelumnya dan plasenta previa.
Demikian pula, dalam meta-analisis dari 170640 ibu hamil,
ditemukan pola faktor risiko plasenta previa dengan meningkatnya
jumlah persalinan seksio sesarea.

25
b. Penelitian Senkoro (2017) mengenai Frequency, Risk Factors, and Adverse
Fetomaternal Outcomes of Placenta Previa in Northern Tanzania
Plasenta previa adalah komplikasi obstetrik yang ditandai dengan
implantasi plasenta ke dalam segmen bawah dinding rahim, menutupi seluruh
(mayor) atau sebagian (minor) serviks. Ini mempersulit 0,4% kehamilan
aterm. Plasenta previa biasanya muncul dengan perdarahan pervaginam tanpa
rasa sakit pada akhir trimester kedua atau awal trimester ketiga. Ini
didiagnosis dengan ultrasound selama trimester kedua atau secara kebetulan
selama operasi.
Sejalan dengan itu, wanita dengan plasenta previa memiliki
kemungkinan sepuluh kali lipat lebih tinggi untuk melahirkan secara caesar
[15]. Hal ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa plasenta di segmen bawah
menghalangi keterlibatan kepala terutama untuk previa mayor. Ini
memerlukan operasi caesar dan juga dapat menyebabkan letak melintang
janin
c. Penelitian Syahfitri (2018) mengenai Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Plasenta Previa di RSUP H. Adam Malik Medan
Plasenta Previa adalah Plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah lahir demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari
Ostium UteriInternum. Sejalan dengan bertambah membesarnya Rahim dan
meluasnya segmen bawah Rahim ke arah Proksimal memungkinkan Plasenta
yang Berimplantasi pada segmen bawah Rahim ikut berpindah mengikuti
perluasan segmen bawah Rahim seolah Plasenta tersebut bermigrasi. Ostium
Uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan Kala satu
bisa mengubah luas pembukaan Servik yang tertutup oleh Plasenta.
Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi dari Plasenta Previa
ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa Antenatal maupun dalam
masa Intranatal, Baik dengann Ultrasonografi maupun pemeriksaan Digital.
Oleh karena itu, Pemeriksaan Ultrasonografi perlu di ulang secara berkala
dalam asuhan Antenatal maupun Intranatal.
Etiologi belum diketahui pasti, Frekuensi meningkat pada grande
multipara, primigravida tua, bekas sectiosesarea, bekar aborsi, kelainan janin,
leiomiomauteri. Ibu yang memiliki riwayat kuretage mempunyai peluang

26
3,407 kali mengalami plasenta previa dibandingkan ibu yang tidak memiliki
riwayat kuretage (Astuti, 2017). Ibu yang mengalami persalinan >5 kali
secara fisik juga memiliki resiko tinggi karena organ reproduksi ibu
mengalami kelelahan terutama pada otot rahim yang sering melahirkan. Oleh
karena itu, terjadinya atonia uteri pada saat persalinan berikutnya sangat besar
karena otot rahim tidak mampu berkontraksi sehingga akan membahayakan
nyawa ibu. Ibu memiliki riwayat persalinan, misalnya 3 kali abortus atau
lebih yang disebut dengan abortus habitualis. Dengan seringnya terjadinya
abortus, maka kemungkinan besar akan terjadi abortus berulang pada
kehamilan berikutnya jika tidak diketahui penyebab terjadinya abortus,
penyebab 2 kali partus prematurus atau lebih, dan penyebab kematian janin
dalam kandungan atau kematian perinatal.
d. Penelitian Husain (2019) mengenai Hubungan Kejadian Plasenta Previa
dengan Riwayat Kehamilan Sebelumnya
Plasenta previa adalah komplikasi kehamilan dimana plasenta terletak
di bagian bawah rahim, sebagian atau seluruhnya menutupi leher rahim. Hal
ini menyebabkan perdarahan vagina tanpa rasa sakit dan beberapa mengarah
ke perdarahan yang mungkin cukup besar untuk mengancam kehidupan ibu
dan janin yang mengarahkan ke persalinan segera, baik secara elektif atau
darurat.
Plasenta previa disebabkan oleh implantasi blastokista yang terletak
rendah dalam rongga rahim. Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya
plasenta previa ialah meningkatnya paritas ibu, meningkatnya usia ibu,
kehamilan ganda, tindakan kuratase, riwayat seksio sesarea sebelumnya,
adanya bekas luka pada rahim dan miomektomi atau endometritis, riwayat
plasenta previa, dan kebiasaan merokok.

27
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOLABORASI PADA KASUS


KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL PADA NY.R
G4P3 UK 39 MINGGU DENGAN PLASENTA PREVIA DI RS H ABDUL
MANAP KOTA JAMBI 2022

No Register : 22030093
Tanggal Pengkajian : 09 Maret 2022, pukul 11.50 WIB
Tempat Pengkajian : RS H Abdul Manap Kota Jambi
A. IDENTITAS PASIEN
1. Identitas
Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn.F
Umur : 23 Tahun Umur : 24 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Melayu Suku : Melayu
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : RT.05 Desa Batu Rendah

Data Subyektif
1. Keluhan Utama : Ibu masuk ruang VK kebidanan via IGD jam 11.50
WIB dengan keluhan sudah USG dengan SPOG dengan plasenta previa.
2. Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
No Thn Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Anak Keadaan
Partus Partus Hamil Persalinan Persalinan Jk/BB ank skrg
1. 2013 rumah 7 normal Bidan Tidak ada PR / Sehat
bulan 1900 gr
2. 2017 AB 2
bulan

3 2017 RS Aterm Normal SPOG pengapur LK/ sehat


an 3000 gr
4 ini

28
1) Riwayat Kehamilan saat ini : G4P3 UK 39 Minggu
2) HPHT : 23-05-2021
3) TP : 30-02-2022
4) UK : 39 Minggu
5) Masalah yang pernah dialami:
- Hamil Muda : Mual dan Muntah
- Hamil Tua : sering sakit pinggang
6) Imunisasi TT : Terakhir 10 tahun yang lalu
7) Riwayat Penyakit Keluarga dan atau operasi yang lalu : Tidak
Ada
8) Riwayat penyakit yang pernah diderita : Tidak ada
9) Makan/ Minum /Eliminasi
- Makan 3x sehari, Terakhir makan: 07.30 WIB
- Minum > 2 liter sehari, terakhir minum : 09.00 WIB
- BAB : 1x sehari, terakhir BAB : 05.00 WIB
- BAK : Sering, terakhir BAK : 09.00 WIB
10) Data Psikologis
- Penerimaan Klien terhadap kehamilan ini : baik
- Sosial Support dari : Suami dan keluarga
- Pengambilan keputusan : Suami
11) Obat-obatan yang diberikan selama kehamilan : SF, Asam Folat,
Kalk, vitamin c.
Data Objektif
a. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : baik
2. Vital Sign
Suhu Badan : 36, 5 ◦C
Tekanan Drah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
3. Turgor : Baik
4. Muka

29
- Konjungtiva : Tidak Pucat
- Sklera : Tidak Ikterik
- Kelopak Mata : Normal
5. Payudara
- Puting Susu : Menonjol
- Areola Mamae : Bersih
6. Abdomen : ada bekas Luka Operasi
b. Ekstremitas : Tidak ada Varises, Tidak ada Oedema
Pemeriksaan Khusus/Kebidanan
Palpasi
- L I , TFU : 36 cm, Bagian yang teraba dalam Fundus : Bokong
- L II : Pu-Ka (Teraba keras memanjang pada sisi kanan)
- L III : Pres-Kep
- L IV : 0/5
- Gerakan bayi : Aktif
- Kontraksi Uterus : 1x dalam 10 menit lamanya < 40 detik
- TBBJ : (36-12) x 155 = 3720 Gram
Auskultasi
- DJJ : 140 x permenit, frekuensi : Teratur, Kuat
Perkusi : Tidak Dilakukan
Ano-Genitalia
- Vulva : Tidak ada Varises, pengeluaran : tidak ada
- Hemoroid : Tidak ada
Pemeriksaan Dalam
Tanggal/ Jam : 23 Juni 2021/ 09.10 Wib tidak dilakukan
- Portio :-
- Pendataran :-
- Pembukaan :-
- Ketuban :-
- Presentasi :-
- Penurunan :-
- Denominator :-
c. Pemeriksaan penunjang

30
- Hb : 10,8 gr/dl - Protein Urine : (-)
- Gol. Darah : O+
B. INTERPRETASI DATA
1. Diagnosa
Ny. R Uk 39 minggu, janin tunggal, hidup intrauteri, presentasi kepala
dengan plasenta previa.
Data Dasar :
Data Subjektif
a. Ibu mengatakan bernama Ny. R umur 28 tahun
b. Ibu mengatakan ini kehamilan keempat
c. Ibu mengatakan sedikit khawatir atas hasil pemeriksaan dokter.
Data Objektif
a. Keadaan umum : baik
b. TTV
Suhu Badan : 36, 5 ◦C
Tekanan Drah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
2. Masalah
Ibu mengatakan cemas akan kehamilannya karena adanya kelainan
3. Kebutuhan
a. Informasi tentang keadaan ibu
b. Dukungan mental dari keluarga dan tenaga kesehatan

C. DIAGNOSA POTENSIAL
1. Syok hypovolemik
2. Anemia sedang
3. Infeksi

D. TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter SPOG

E. RENCANA TINDAKAN

31
1. Observasi keadaan umum dan tanda – tanda vital
2. Observasi DJJ
3. Kolaborasi dengan dokter SPOG
4. Berikan informasi kepada ibu dan keluarga tentang keadaan yang dialami ibu
5. Anjurkan keluarga untuk pemenuhan gizi
6. Anjurkan pada keluarga agar selalu mendampingi ibu.

F. IMPLEMENTASI
1. Mengobservasi keadaan umum dan tanda – tanda vital
2. Mengobservasi DJJ
3. Memberitahu kepada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu dan tindakan yang
akan dilakukan hasil dari kolaborasi dengan SPOG
4. Melakukan hasil kolaborasi dengan dr.spog :
a. Lakukan persiapaan SC, rencana jam 14.00 WIB
b. SIO
c. Kateter
d. Cuklis
e. EKG
f. STG
g. CTBT
h. Anastesi
i. OK
j. PRT
k. Pemberian Inj.ceftriaxone 1 gr IV
5. Menganjurkan keluarga/ suami untuk memberikan ibu makan, minum
6. Menganjurkan pada keluarga agar selalu mendampingi ibu

G. EVALUASI
1. Keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital masih dalam batas normal
2. DJJ normal
3. Sudah dilakukan persiapan SC sesuai kolaborasi dengan SPOG

32
4. Ibu sudah mengerti tentang keadaan yang dialaminya saat ini dan ibu merasa
lega setelah mengetahui bahwa ibu dan janin dalam kandungannya dalam
keadaan baik
5. Keluarga bersedia untuk selalu mendampingi ibu, dan sekarang ibu merasa
lebih nyaman.
6. Jam 14.00 WIB ibu masuk Ruang OK.

33
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan pembahasan kasus yang telah diambil
tentang kesenjangan-kesenjangan yang terjadi pada praktik yang dilakukan di lahan
dengan teori yang ada, dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
menurut Varney, mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Pembahasan ini
dimaksudkan agar dapat diambil suatu kesimpulan dan pemecahan masalah dari
kesenjangan-kesenjangan yang terjadi sehingga dapat digunakan sebagai tindak
lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang efektif dan efisien khususnya pada
pasien ibu hamil dengan plasenta previa.
A. Langkah I : Identifikasi Data Dasar
Dalam pengumpulan data identifikasi data dasar, mengumpulkan semua
informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien, untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara Anamnesis,
Pemeriksaan KU dan pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan, Pemeriksaan
khusus, Pemeriksaan penunjang (Norma, 2015).
Pada kasus yang dialami oleh Ny. R G4P3 Uk 39 minggu, langkah I yakni
identifikasi data dasar, penulis tidak menemukan hambatan yang berarti pada saat
pengumpulan data. Karena baik klien, suami, maupun keluarga dalam hal ini
terbuka dalam memberikan informasi yang dibutuhkan, yang berhubungan
dengan keadaan klien sehingga memudahkan penulis dalam pengumpulan data.
Demikian pula pada pemeriksaan fisik, pemantauan TTV, dan pemeriksaan
lainnya, tidak ditemukan adanya hambatan karena klien senantiasa siap untuk
diperiksa, karena pada prinsipnya, semua pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengontrol keadaan klien itu sendiri.
Pada kasus Ny. R dengan plasenta, penulis memperoleh hasil pengkajian
dimana keluhan utama Ny. R yaitu ibu masuk ruang VK kebidanan via IGD jam
11.50 WIB dengan keluhan sudah USG dengan SPOG dengan plasenta previa.
Berdasarkan data yang di peroleh dalam studi kasus Ny. R dengan plasenta
previa menunjukkan adanya kesamaan dengan penjelasan tanda dan gejala

34
plasenta previa. Hal ini berarti antara konsep dasar dan studi kasus tidak tampak
ada kesenjangan.
Hal ini didukung oleh penelitian Senkoro (2017) mengenai Frequency,
Risk Factors, and Adverse Fetomaternal Outcomes of Placenta Previa in
Northern Tanzania, bahwa Plasenta previa adalah komplikasi obstetrik yang
ditandai dengan implantasi plasenta ke dalam segmen bawah dinding rahim,
menutupi seluruh (mayor) atau sebagian (minor) serviks. Ini mempersulit 0,4%
kehamilan aterm. Plasenta previa biasanya muncul dengan perdarahan
pervaginam tanpa rasa sakit pada akhir trimester kedua atau awal trimester
ketiga. Ini didiagnosis dengan ultrasound selama trimester kedua atau secara
kebetulan selama operasi.
Seiring bertambahnya usia kehamilan, plasenta juga akan mengikuti
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pada awal kehamilan, plasenta biasanya
masih berada pada posisi rendah dalam rahim. Kemudian seiring dengan
pertumbuhan bayi, plasenta akan bergerak ke atas rahim. Sampai akhirnya pada
trimester ketiga kehamilan, plasenta akan melebar ke arah atas serta menjauh dari
leher rahim atau serviks. Namun pada kasus plasenta previa, plasenta tetap
berada di bagian bawah rahim atau di dekat serviks, sehingga berisiko menutupi
sebagian atau seluruh jalan lahir bayi. Bila ibu mengalami plasenta previa di
masa awal kehamilan, mungkin kondisi ini tidak menjadi masalah. Sampai saat
ini belum ada penjelasan yang pasti tentang apa yang menjadi penyebab plasenta
previa bisa terjadi. Namun, beberapa faktor berikut diduga dapat meningkatkan
risiko ibu hamil mengalami kondisi ini seperti pernah mengalami plasenta previa
pada kehamilan sebelumnya, pernah menjalani operasi pada rahim, misalnya
pengangkatan miom atau kuret, pernah menjalani operasi caesar pada kehamilan
sebelumnya, pernah mengalami keguguran, menjalani kehamilan kembar atau
lebih, hamil di usia 35 tahun atau lebih (Norma, 2015). Pada kasus Ny. R G4P3
terlihat bahwa pada kehamilan keempat.
Hal ini didukung oleh peneitian Syahfitri (2018) mengenai Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Plasenta Previa di RSUP H. Adam Malik Medan,
bahwa faktor Riwayat Abortus yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa
faktor riwayat abortus ibu hamil yang mengalami plasenta previa, dikarenakan
abortus akan dilakukan kuretage yang mengakibatkan perlukaan pada dinding

35
endometrium uterus (rahim) sehingga dapat mengganggu vaskularisasi pada
desidua sehingga kesuburan pada dinding endometrium semakin berkurang,
sedangkan dalam kehamilan plasenta akan berusaha mencukupi kebutuhan janin
sehingga pada dinding endometrium yang kurang subur plasenta akan
memperluas diri menjadi menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Selain itu, didukung juga oleh penelitian Husain (2019) mengenai
Hubungan Kejadian Plasenta Previa dengan Riwayat Kehamilan Sebelumnya,
bahwa riwayat seksio sesarea pada ibu di kehamilan sebelumnya bukan menjadi
hal yang mutlak sebagai penyebab terjadinya plasenta previa di kehamilan
berikutnya. Terdapat faktor lain yang dapat menyebabkan plasenta previa seperti
usia ibu yang sudah lanjut, multiparitas, gemeli, hipoplasia endometrium,
endometrium cacat, bekas aborsi, dan riwayat plasenta previa sebelumnya.
Dengan demikian dapat dikatakan tidak terdapat hubungan bermakna dari
kejadian plasenta previa dengan riwayat seksio sesarea pada kehamilan
sebelumnya.
B. Langkah II Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual
Pada langkah identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan
interpretasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang
sudah dikumpulkan diinterpretasikan, sehingga dapat merumuskan diagnosis dan
masalah yang spesifik (Norma, 2015). Pada konsep dasar, diagnosis lebih sering
diidentifikasi pada apa yang dialami oleh klien, sedangkan Ny. R dengan kasus
plasenta previa di ruang VK kebidanan via IGD, diagnosis yang dapat ditegakkan
yaitu: G4P3, usia kehamilan 39 minggu. Sedangkan masalah yang dialami oleh
Ny. M adalah cemas akan kehamilannya karena rasa khawatir dan ketidaktahuan
ibu tentang keadaan yang dialaminya, yang tergambar jelas dari wajah ibu yang
sedang mengisyaratkan kecemasan. Sebagaimana dijelaskan dalam teori bahwa
kecemasan dapat didefininisikan sebagai suatu keadaan perasaan keprihatinan,
rasa gelisah, ketidaktentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi, ancaman,
sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal.
Berdasarkan hal tersebut, maka antara teori dan studi kasus ada kesamaan
dalam membuat diagnosis/ masalah aktual, dan tidak tampak adanya
kesenjangan. Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis

36
kebidanan, sedangkan masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang
dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
C. Langkah III Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial
Selanjutnya mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial
berdasarkan diagnosis/ masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan (Norma,
2015). Berdasarkan data yang diperoleh dari pengkajian, tidak ada perbedaan
masalah potensial antara konsep dasar dengan kasus yang ditemukan. Adapun
masalah potensial tersebut adalah antisipasi terjadinya syok hipovolemik, karena
keadaan syok dapat ditimbulkan oleh bermacam sebab, diantaranya yang
terbanyak adalah hipovolemia, yaitu adanya kekurangan volume darah yang
beredar akibat perdarahan atau dehidrasi. Selain itu masalah potensial yang harus
diantisipasi adalah anemia sedang dan infeksi. Dengan demikian antara teori dan
studi kasus ada keseimbangan sehingga tidak ditemukan adanya perbandingan.
D. Langkah V Rencana Asuhan
Selanjutnya direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosis yang telah teridentifikasi atau
diantisipasi. Perencanaan adalah proses penyusunan suatu rencana tindakan
berdasarkan identifikasi masalah saat sekarang serta antisipasi diagnosis dan
masalah lain yang mungkin terjadi. Namun lebih dahulu harus dirumuskan tujuan
yang akan dicapai beserta kriteria keberhasilan yang telah disepakati bersama
oleh klien dan keluarga (Norma, 2015).
Berdasarkan studi kasus pada Ny R G4P3 Uk 39 minggu, janin tunggal,
hidup intrauteri, presentasi kepala dengan plasenta previa, dimana rencana
tindakan yang dilakukan yaitu Observasi keadaan umum dan tanda – tanda vital,
observasi DJJ, kolaborasi dengan dokter SPOG, berikan informasi kepada ibu
dan keluarga tentang keadaan yang dialami ibu, anjurkan keluarga untuk
pemenuhan gizi dan anjurkan pada keluarga agar selalu mendampingi ibu.
Dengan demikian antara teori dan studi kasus ada keseimbangan sehingga tidak
ditemukan adanya perbandingan.

37
E. Langkah VII Evaluasi
Pada langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan, berhasil
atau tidak asuhan yang telah diberikan oleh petugas kesehatan kepada klien.
Hasil evaluasi studi kasus pada Ny. R terlihat bahwa Keadaan umum ibu dan
tanda-tanda vital masih dalam batas normal, DJJ normal, sudah dilakukan
persiapan SC sesuai kolaborasi dengan SPOG, ibu sudah mengerti tentang
keadaan yang dialaminya saat ini dan ibu merasa lega setelah mengetahui bahwa
ibu dan janin dalam kandungannya dalam keadaan baik, keluarga bersedia untuk
selalu mendampingi ibu, dan sekarang ibu merasa lebih nyaman.

38
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir. Pada keadaan normal, plasenta terletak di bagian atas uterus.
2. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan teknik 7 langkah Varney. Selama
pengkajian pada 09 Maret 2022, pukul 11.50 WIB di Ruang VK di RS H
Abdul Manap Kota Jambi diperoleh Ny. R masuk ruang VK kebidanan via
IGD jam 09.10 WIB dengan keluhan sudah USG dengan SPOG dengan
plasenta previa. Pendokumentasian yang dilakukan pada Ny. R mengacu pada
manajemen asuhan kebidanan sesuai dengan pola fikir Varney.
3. Dalam upaya penerapan dokumentasi kebidanan penting untuk dilaksanakan,
karena merupakan alat pembuktian untuk pertanggungjawaban bidan terhadap
asuhan kebidanan yang telah diberikan kepada klien.

B. Saran
1. Bagi RS Ahmad Ripin Muaro Jambi
Sebagai bahan referensi dan bahan bacaan sehingga dapat
memberikan wawasan yang luas mengenai asuhan kebidanan kolaborasi pada
kasus-kasus patologi dan komplikasi,
2. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi
Diharapkan bidan dapat lebih meningkatkan wawasan bagi profesi
atau tenaga kesehatan lainnya dalam menangani kasus atau melaksanakan
asuhan kebidanan khususnya pada ibu hamil dengan plasenta previa.
3. Bagi Mahasiswa
Pelayanan yang diberikan sudah baik, sebaiknya tetap menjaga dan
meningkatkan mutu pelayanan untuk memperkecil kemungkinan terburuk,
termasuk penanganan yang intensif pada perdarahan antepartum yang
disebabkan karena plasenta pevia dengan cara melaksanakan asuhan yang
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada.

39
DAFTAR PUSTAKA

Adere, 2012. Neonatal and Maternal Complications of Placenta Praevia and Its Risk
Factors in Tikur Anbessa Specialized and Gandhi Memorial Hospitals:
Unmatched Case-Control Study

Astuti S. 2016. Asuhan Ibu Dalam Masa Kehamilan. Bandung. Erlangga.

Husain, Widya. R. 2020. Hubungan Kejadian Plasenta Previa dengan Riwayat


Kehamilan Sebelumnya

Norma N, Dwi M. 2015. Asuhan Kebidanan Patologi Kebidanan dan Tinjauan


kasus. Yogyakarta: Nuha Medika.

Senkoro, Elizabeth Eliet. 2017. Frequency, Risk Factors, and Adverse Fetomaternal
Outcomes of Placenta Previa in Northern Tanzania.

Sujiyatini M, Asri H. 2016.Asuhan patologi kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika

Syahfitri, Endryani. 2018. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Plasenta Previa


di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2018.

40

Anda mungkin juga menyukai