LK Plasenta Previa Revisi
LK Plasenta Previa Revisi
Dosen Pembimbing:
Evrina Solvia Soleh, M. Keb
Disusun Oleh :
ERNITA
PO.71242230281
2
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui :
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “ASUHAN
KEBIDANAN PADA KASUS PATOLOGI DAN KOMPLIKASI PADA NY. S
USIA 27 TAHUN G3P1A1H1 DENGAN PLASENTA PREVIA DI PUSKESMAS
PAKUAN BARU KOTA JAMBI TAHUN 2024”.
Penulisan Laporan ini dalam rangka menerapkan tugas mata kuliah Pendidikan
Profesi Kebidanan. Dalam penyusunan Laporan ini penulis banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yuli Suryanti, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi.
2. Lia Artika Sari, M. Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Jambi.
3. Evrina Solvia Soeh, M.Keb selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi
bimbingan dan evaluasi dalam penyusunan laporan kasus
4. Elly Wartuti, Am. Keb selaku Pembimbig Lahan Praktik yang telah memberi arahan
dan saran dalam penyusunan laporan kasus
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, dengan demikian penulis sangat mengharapkan petunjuk dan saran
serta kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhir kata, semoga hasil laporan kasus ini dapat memberikan manfaat yang
berguna bagi yang membutuhkannya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan .............................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................ 3
BAB IV PEMBAHASAN
Analisis kasus dengan kajian teori jurnal/EBM .................................. 24
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 31
B. Saran .............................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya
kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang
tergolong tinggi di dunia, pada tahun 2008 di antara kawasan Assosiation of South
East Asian Nation (ASEAN) dan South East Asian Region (SEARO), Indonesia
berada di peringkat 11 dari 18 negara kawasan tersebut, yaitu sebesar 240 per
60%), infeksi (20-30%), dan keracunan kehamilan (20-30%), serta sisanya sekitar
Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan
plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya
(Astuti, 2016).
sebab perdarahan yang penting ialah perdarahan antepartum (plasenta previa dan
solusio plasenta) dan perdarahan postpartum (retensio plasenta, atonia uteri, dan
1
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28
minggu, biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan
sampai 4% dari semua persalinan. Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi
di sekitar segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri internum. Di Indonesia angka kejadian plasenta previa sekitar 0,3%
antepartum yang menjadi salah satu penyebab terbanyak kematian ibu yang terjadi
di Indonesia dan apabila Plasenta Previa ini tidak ditangani secara baik maka tidak
hanya membahayakan ibu tetapi juga janin yang dikandungan ibu (Norma, 2015).
kebidanan pada Ny. S dengan plasenta previa di Puskesmas Pakuan Baru Kota
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana asuhan
kebidanan pada Ny. S dengan plasenta previa di Puskesmas Pakuan Baru Kota
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengumpulan data dasar pada Ny. S dengan Plasenta
Ny. S dengan Plasenta Previa di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi Tahun
2024.
D. Manfaat
1. Bagi Puskesmas Kebun Kopi Kota Jambi
mengaplikasikan apa yang telah di dapat dalam pelayanan pada ibu hamil
3
2. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi
kolaborasi pada kasus patologis, serta dapat menjadi dokumen dan bahan
3. Bagi mahasiswa
hamil dengan plasenta previa dengan ilmu dan pengetahuan serta pelayanan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Plasenta Previa
1. Pengertian
abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
2005:83).
bawah rahim, meutupi atau tidak menutupi ostium uteri internum pada usia
kehamilan lebih dari 20 minggu dan janin mampu hidup diluar rahim.
Previa adalah uri yang melekat pada segmen bawah rahim, sehingga
plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim yang menutupi seluruh
atau sebagaian dari ostium uteri internum sehingga plasenta berada di depan
jalan lahir.
5
2. Klasifikasi Plasenta Previa
sebagai berikut:
a. Plasenta previa totalis : Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta
d. Plasenta previa letak rendah : Plasenta previa letak rendah adalah plasenta
yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga tepi
bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum.
Gambar 2. 1
6
Penyebab Plasenta Previa belum diketahui secara pasti, namun beberapa
faktor risiko yang diduga dapat memicu terjadinya plasenta previa antara lain:
jaringan parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah caesar atau
aborsi).
tempat yang lebih luas dan endometrium yang masih baik untuk
sebagian atau seluruh ostium uteri internum, demikian pula dengan bekas
h. Kejadian plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita multipara
7
persalinan masa lampau. Aliran darah ke plasenta tidak cukup dan
j. Ibu dengan usia lebih tua. Risiko plasenta previa berkembang 3 kali lebih
bertambahnya usia ibu, terutama setelah usia 35 tahun. Hal ini karena
tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan yang lebih besar, untuk
c. Syok
f. Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin. (WHO Kemenkes, 2013)
5. Patofisiologi
Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding
uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena
permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat
vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir
plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang luas untuk
8
menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas. Darah ibu yang
mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit pada
berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari vili tidak berubah
akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang dan hanya ditemukan
plasenta previa umumnya terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen
Villi korealis pada korion leave yang persisten. Sebuah penyebab utama
perdarahan trimester ketiga, plasenta previa memiliki tanda yang khas, yaitu
bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan
serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus,
pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh
plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding
uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna merah
9
segar berlainan dengan darah yang disebabkan solusio plasenta yang berwarna
terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis
itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala
III dengan plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin
dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis
akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru
6. Komplikasi
Berikut ini adalah kemungkinan komplikasi plasenta previa menurut Nur Djanah
(2018):
b. Anemia janin
h. Cacat lahir. Cacat lahir terjadi 2,5 kali lebih sering pada kehamilan yang
10
7. Penegakan Diagnosis
Penegakan diagnosis plasenta previa adalah sebagai berikut:
a. Gejala klinis
diantaranya yaitu:
merah segar.
letak janin.
b. Pemeriksaan fisik
2012:74)
c. Pemeriksaan penunjang
11
2) Pemeriksaan darah: hemoglobin, hematokrit (Nugroho, 2010:127)
8. Penatalaksanaan
Prinsip dasar penanganan pada setiap ibu dengan perdarahan antepartum
harus segera dikirim ke rumah sakit yang memiliki fasilitas tranfusi darah dan
operasi.
1) Perdarahan sedikit keadaan ibu dan anak baik maka biasanya penanganan
tirah baring, hematinik, antibiotika dan tokolitik bila ada his. Bila selama 3
hari tidak ada perdarahan pasien mobilisasi bertahap. Bila setelah pasien
dianjurkan agar tidak koitus, tidak bekerja keras dan segera ke rumah
sakit jika terjadi perdarahan. Nasehat ini juga dianjurkan untuk pasien
perdarahan.
plasenta previa letak rendah dan plasenta previa lateralis dengan pembukaan
pemecahan ketuban agar bagian terbawah janin dapat masuk pintu atas
12
panggul, sehingga menekan plasenta yang berdarah. Namun bila perdarahan
c. Cara Persalinan
akan dipilih, tergantung jenis plasenta previa, perdarahan banyak atau sedikit
tapi berulang-ulang, keadaan umum ibu hamil, keadaan janin (hidup, gawat
janin, atau meninggal), pembukaan jalan lahir, paritas, fasilitas penolong dan
rumah sakit.
1) Seksio caesarea
13
sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah
robek, selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber
2) Melahirkan pervaginam
oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah,
PLASENTA PREVIA
14
Usia ibu <20 & > 35 tahunMultiparitas Malnutrisi RiwayatGemelli
SC/kuretase
/abortus/
Endometrium belum siap Perubahan atropi op.mioma
untuk dinidasi pada desi dua
Laserasi endometrium
Vaskularisasi di uterus secara sengaja
Hipoplasia
yang abnormal
endometrium
15
B. Teori EBM (Evidence Based Midwifery) pada kasus
16
1. Penelitian Adere (2012) mengenai Neonatal and Maternal Complications of
Placenta Praevia and Its Risk Factors in Tikur Anbessa Specialized and Gandhi
ditandai dengan adanya jaringan plasenta yang dekat atau menutupi leher rahim.
Risiko terbesar dari plasenta previa adalah perdarahan. Pendarahan sering terjadi
saat bagian bawah rahim mulai meregang dan memanjang sebagai persiapan
untuk melahirkan. Ketika serviks mulai efface dan melebar, perlekatan plasenta
caesar memiliki sekitar tiga kali peningkatan risiko plasenta previa. Sebagian
dan plasenta previa. Demikian pula, dalam meta-analisis dari 170640 ibu hamil,
(mayor) atau sebagian (minor) serviks. Ini mempersulit 0,4% kehamilan aterm.
Plasenta previa biasanya muncul dengan perdarahan pervaginam tanpa rasa sakit
pada akhir trimester kedua atau awal trimester ketiga. Ini didiagnosis dengan
17
Sejalan dengan itu, wanita dengan plasenta previa memiliki kemungkinan
sepuluh kali lipat lebih tinggi untuk melahirkan secara caesar. Hal ini dapat
kepala terutama untuk previa mayor. Ini memerlukan operasi caesar dan juga
lahir demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari Ostium
segmen bawah Rahim seolah Plasenta tersebut bermigrasi. Ostium Uteri yang
secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan Kala satu bisa mengubah
luas pembukaan Servik yang tertutup oleh Plasenta. Fenomena ini berpengaruh
pada derajat atau klasifikasi dari Plasenta Previa ketika pemeriksaan dilakukan
baik dalam masa Antenatal maupun dalam masa Intranatal, Baik dengann
Intranatal.
kali mengalami plasenta previa dibandingkan ibu yang tidak memiliki riwayat
18
kuretage (Astuti, 2017). Ibu yang mengalami persalinan >5 kali secara fisik juga
terutama pada otot rahim yang sering melahirkan. Oleh karena itu, terjadinya
atonia uteri pada saat persalinan berikutnya sangat besar karena otot rahim tidak
riwayat persalinan, misalnya 3 kali abortus atau lebih yang disebut dengan
besar akan terjadi abortus berulang pada kehamilan berikutnya jika tidak
lebih, dan penyebab kematian janin dalam kandungan atau kematian perinatal.
bagian bawah rahim, sebagian atau seluruhnya menutupi leher rahim. Hal ini
perdarahan yang mungkin cukup besar untuk mengancam kehidupan ibu dan
janin yang mengarahkan ke persalinan segera, baik secara elektif atau darurat.
bekas luka pada rahim dan miomektomi atau endometritis, riwayat plasenta
19
BAB III
TINJAUAN KASUS
No Register : 13.35.98
Tanggal Pengkajian : 07 Februari 2024, pukul 10.10 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang VK Puskesmas Pakuan Baru
A. IDENTITAS PASIEN
1. Identitas
Nama Ibu : Ny.S Nama Suami : Tn.F
Umur : 26 Tahun Umur : 27 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Nias Suku : Melayu
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat : Desa Sriwijaya RT. 05 Tungkal Ilir
Data Subyektif
1. Keluhan Utama : ibu masuk ruang VK kebidanan via IGD jam 09.45 WIB
dengan keluhan keluar darah segar banyak di rumah sejak jam 08.00 WIB dan
hasil USG dengan SPOG dengan plasenta previa.
2. Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
No Thn Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Anak Keadaan
Partus Partus Hamil Persalinan Persalinan Jk/BB ank skrg
1. 2019 PMB 9 bulan normal bidan Tidak ada PR / Sehat
2900 gr
2. 2020 Rumah 5-6mg abortus Dokter - - -
sakit
3. ini
20
1) HPHT : 20-06-2023
2) TP : 29-03-2024
3) UK : 33-34 Minggu
4) Masalah yang pernah dialami:
- Hamil Muda : Mual dan Muntah
- Hamil Tua : sering sakit pinggang
5) Imunisasi TT : Terakhir 3 tahun yang lalu
6) Riwayat Penyakit Keluarga dan atau operasi yang lalu : tidak ada
7) Riwayat penyakit yang pernah diderita : Tidak ada
8) Makan/ Minum /Eliminasi
- Makan 3x sehari, Terakhir makan: 06.00 WIB
- Minum > 2 liter sehari, terakhir minum : 08.00 WIB
- BAB : 1x sehari, terakhir BAB : 05.00 WIB
- BAK : Sering, terakhir BAK : 08.00 WIB
9) Data Psikologis
- Penerimaan Klien terhadap kehamilan ini : baik
- Sosial Support dari : Suami dan keluarga
- Pengambilan keputusan : Suami
10) Obat-obatan yang diberikan selama kehamilan : SF, Asam Folat,
Kalk, vitamin c.
Data Objektif
a. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : baik
2. Vital Sign
Suhu Badan : 36, 5 ◦C
Tekanan Drah : 120/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
3. Turgor : Baik
4. Muka
- Konjungtiva : Tidak Pucat
- Sklera : Tidak Ikterik
21
- Kelopak Mata : Normal
5. Payudara
- Puting Susu : Menonjol
- Areola Mamae : Bersih
6. Abdomen : Tidak ada bekas Luka Operasi
b. Ekstremitas : Tidak ada Varises, Tidak ada Oedema
Pemeriksaan Khusus/Kebidanan
Palpasi
- L I , TFU : 27 cm, Bagian yang teraba dalam Fundus : Bokong
- L II : Pu-Ki (Teraba keras memanjang pada sisi kiri)
- L III : Pres-Kep
- L IV : belum masuk PAP
- Gerakan bayi : Aktif
- Kontraksi Uterus : tidak ada
- TBBJ : (27-12) x 155 = 2325 Gram
Auskultasi
- DJJ : 150 x permenit, frekuensi : Teratur, Kuat
Perkusi : Tidak Dilakukan
Ano-Genitalia
- Vulva : Tidak ada Varises, pengeluaran : darah flek
- Hemoroid : Tidak ada
Pemeriksaan Dalam
Tanggal/ Jam : 07 Februsri 2024/ 10.10 Wib tidak dilakukan
- Portio :-
- Pendataran :-
- Pembukaan :-
- Ketuban :-
- Presentasi :-
- Penurunan :-
- Denominator :-
22
c. Pemeriksaan penunjang
- Hb : 10,8 gr/dl - Protein Urine : (-)
- Gol. Darah : O+ - WBC : 9300
B. INTERPRETASI DATA
1. Diagnosa
Ny. S G3P1A1 H1 Uk 33-34 minggu, janin tunggal, hidup intrauteri, presentasi
kepala dengan plasenta previa.
Data Dasar :
Data Subjektif
a. Ibu mengatakan bernama Ny. S umur 26 tahun
b. Ibu mengatakan ini kehamilan ketiga, keguguran 1 kali
c. Ibu mengatakan cemas dengan kondisi kehamilannya sekarang.
Data Objektif
a. Keadaan umum : baik
b. TTV
Suhu Badan : 36, 5 ◦C
Tekanan Drah : 120/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
2. Masalah
Ibu mengatakan cemas akan kehamilannya karena adanya kelainan
3. Kebutuhan
a. Informasi tentang keadaan ibu
b. Dukungan moril dari keluarga dan tenaga kesehatan
C. DIAGNOSA POTENSIAL
1. Syok hypovolemik
2. Anemia sedang
3. Infeksi
23
D. TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter SPOG
E. RENCANA TINDAKAN
1. Berikan informasi kepada ibu dan keluarga tentang keadaan yang dialami ibu
2. Observasi keadaan umum dan tanda – tanda vital
3. Observasi DJJ
F. IMPLEMENTASI
1. Memberitahu kepada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu dan tindakan yang
(Doenges, 2001)
tindakan
DJJ bisa berubah sesaat sehingga apabila ada perubahan dapat diketahui dengan
cepat dan dapat bertindak secara cepat dan tepat (Depkes RI, 2008).
24
4. Melakukan hasil kolaborasi dengan dr.Spog :
d. nifedipine 4x10 mg
e. melakukan inspekulo
mencegah dehidrasi.
klien
G. EVALUASI
1. Keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital masih dalam batas normal
4. inj. dexamethasone 2 ampul (IV) dan nifedipine 10 mg sudah diberikan per oral.
25
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny. S No. RM: 13.35.98 PAV:
Umur : 26 Tahun Tanggal : 07Februari 2024 Kelas: III
26
Mengatur
posisi pasien
senyaman
mungkin
Pertahankan
tirah baring
Bantu ibu
dalam
personal
hygiene
09.00 Ibu Keadaan Kontraksi 1. Jelaskan hasil
WIB mengatakan Umum ibu scontocolit pemeriksaan
masih terasa sedang ic e.c 2. ajarkan Teknik
nyeri perut Plasenta relaksasi
bagian TD : 90/60 previa 3. pertahankan
bawah mmHg, nadi tirah baring
76 x/menit, 4. lapor ulang
suhu 36,30C, DPJP, advise :
RR 20 x/menit. pronalges
supp 1
His 1x/10 (extra)
menit lamanya terapi lain
15 detik lanjutkan
rencana USG
DJJ
150x/menit.
His 1x/10
menit lamanya
15 detik
DJJ
150x/menit.
27
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny. S No. RM: 13.35.98 PAV:
Umur : 26 Tahun Tanggal : 07 Februari 2024 Kelas: III
SOAP
Pukul Nama
S O A P &
Paraf
10.00 Ibu KU : sedang HAP e.c 1. Beritahu hasil
WIB mengatakan Kesadaran: plasenta pemeriksaan
nyeri perut Compos previa 2. Observasi TTV,
bagian Mentis, PPV dan
bawah kontraksi
hilang TD: 120/70 3. melaporkan
timbul mmHg, N: perkembangan
86x/menit, P: kondisi pasien
22 x/menit, kepada dpjp
S: 36,3°C 4. Kolaborasi
dengan dokter
DJJ : dalam pemberian
137x/menit terapi:
IVFD RL+1
HIS : Tidak amp
ada duvadilan/8 jam
Ultrogeston 2x1
PPV : tidak tab (p.o)
ada inj.
dexamethasone
Hasil USG: 2.2 ampul (hari
usia kehamilan ke-2)
33-34 minggu, 5. Asuhan sayang
TBBJ ± 2300 ibu :
gram, plasenta Mengatur
previa . posisi pasien
senyaman
mungkin
Pertahankan
tirah baring
Bantu ibu
dalam personal
hygiene
11.00 Ibu Keadaan Plasenta 1. Jelaskan hasil
WIB mengatakan Umum ibu previa pemeriksaan
28
nyeri perut sedang 2. pertahankan tirah
bagian baring
bawah TD : 100/70 3. lapor ulang
hilang mmHg, nadi DPJP, advise :
timbul 86 x/menit, ivfd rl +1 amp
suhu 36,30C, duvadilan/8
RR 20 x/menit. jam
jika his tidak
His tidak ada ada, ACC
rawat jalan
DJJ
142x/menit.
29
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan pembahasan kasus yang telah diambil
menurut Varney, mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Pembahasan ini dimaksudkan
agar dapat diambil suatu kesimpulan dan pemecahan masalah dari kesenjangan-
kesenjangan yang terjadi sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam
penerapan asuhan kebidanan yang efektif dan efisien khususnya pada pasien ibu hamil
informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien, untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara Anamnesis, Pemeriksaan
penunjang (Norma, 2015). Pada kasus yang dialami oleh Ny. S G 3P1A1H1 Uk 33-34
minggu, langkah I yakni identifikasi data dasar. Pada kasus ny. S penulis memperoleh
hasil pengkajian dimana keluhan utama Ny. S yaitu ibu masuk ruang VK kebidanan via
IGD jam 09.45 WIB dengan keluhan keluar darah segar dari jalan lahir sejak sore ± jam
16.00 WIB dan sudah USG dengan SPOG dengan plasenta previa totalis. hasil
pemeriksaan fisik TD 120/70, N 82x/menit, Suhu 36,5 dan respirasi 22x/menit. Ibu
hamil 33-34 minggu tanpa ada nyeri perut atau his maka kemungkinan inpartu dapat
disangkal. Sehingga perdarahan pervaginam dengan darah yang keluar adalah darah
segar dapat mengacu pada kehamilan dengan plasenta previa. Untuk itu bidan
30
melakukan kolaborasi dalam pemeriksaan inspekulo dan hasil pemeriksaan inspekulo
Berdasarkan data yang di peroleh dalam studi kasus Ny. S dengan plasenta
previa menunjukkan adanya kesamaan dengan penjelasan tanda dan gejala plasenta
previa. Hal ini berarti antara konsep dasar dan studi kasus tidak tampak ada
kesenjangan.
Hal ini didukung oleh penelitian Senkoro (2017) mengenai Frequency, Risk
Tanzania, bahwa Plasenta previa adalah komplikasi obstetrik yang ditandai dengan
implantasi plasenta ke dalam segmen bawah dinding rahim, menutupi seluruh (mayor)
atau sebagian (minor) serviks. Ini mempersulit 0,4% kehamilan aterm. Plasenta previa
biasanya muncul dengan perdarahan pervaginam tanpa rasa sakit pada akhir trimester
kedua atau awal trimester ketiga. Ini didiagnosis dengan ultrasound selama trimester
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pada awal kehamilan, plasenta biasanya masih
berada pada posisi rendah dalam rahim. Kemudian seiring dengan pertumbuhan bayi,
plasenta akan bergerak ke atas rahim. Sampai akhirnya pada trimester ketiga kehamilan,
plasenta akan melebar ke arah atas serta menjauh dari leher rahim atau serviks. Namun
pada kasus plasenta previa, plasenta tetap berada di bagian bawah rahim atau di dekat
serviks, sehingga berisiko menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir bayi. Bila ibu
mengalami plasenta previa di masa awal kehamilan, mungkin kondisi ini tidak menjadi
masalah. Sampai saat ini belum ada penjelasan yang pasti tentang apa yang menjadi
penyebab plasenta previa bisa terjadi. Beberapa faktor berikut diduga dapat
31
meningkatkan risiko ibu hamil mengalami kondisi ini seperti pernah mengalami
plasenta previa pada kehamilan sebelumnya, pernah menjalani operasi pada rahim,
misalnya pengangkatan mioma atau kuret, pernah menjalani operasi caesar pada
atau lebih, hamil di usia 35 tahun atau lebih (Norma, 2015). Pada kasus Ny. S
Plasenta Previa di RSUP H. Adam Malik Medan, bahwa faktor Riwayat Abortus yang
diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa faktor riwayat abortus ibu hamil yang
kebutuhan janin sehingga pada dinding endometrium yang kurang subur plasenta akan
memperluas diri menjadi menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Selain itu, didukung juga oleh penelitian Husain (2019) mengenai Hubungan
seksio sesarea pada ibu di kehamilan sebelumnya bukan menjadi hal yang mutlak
lain yang dapat menyebabkan plasenta previa seperti usia ibu yang sudah lanjut,
riwayat plasenta previa sebelumnya. Dengan demikian dapat dikatakan tidak terdapat
hubungan bermakna dari kejadian plasenta previa dengan riwayat seksio sesarea pada
kehamilan sebelumnya.
32
Pada langkah identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan
interpretasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah
yang spesifik (Norma, 2015). Pada konsep dasar, diagnosis lebih sering diidentifikasi
pada apa yang dialami oleh klien, sedangkan Ny. S dengan kasus plasenta previa di
ruang VK kebidanan via IGD, diagnosis yang dapat ditegakkan yaitu: G 3P1A1H1, usia
kehamilan 33-34 minggu. Sedangkan masalah yang dialami oleh Ny. S adalah cemas
akan kehamilannya karena rasa khawatir dan ketidaktahuan ibu tentang keadaan yang
dialaminya, yang tergambar jelas dari wajah ibu yang sedang mengisyaratkan
ketidaktentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi, ancaman, sumber aktual yang
Berdasarkan hal tersebut, maka antara teori dan studi kasus ada kesamaan dalam
membuat diagnosis/ masalah aktual, dan tidak tampak adanya kesenjangan. Diagnosis
kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan
berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan
yang diperoleh dari pengkajian, tidak ada perbedaan diagnosa potensial antara konsep
dasar dengan kasus yang ditemukan. Adapun diagnosa potensial tersebut adalah
33
antisipasi terjadinya syok hipovolemik, karena keadaan syok dapat ditimbulkan oleh
kekurangan volume darah yang beredar akibat perdarahan atau dehidrasi. Selain itu
masalah potensial yang harus diantisipasi adalah anemia sedang dan infeksi. Dengan
demikian antara teori dan studi kasus ada keseimbangan sehingga tidak ditemukan
adanya perbandingan.
Mengacu pada hasil pengumpulan data dan pengkajian, masalah yang muncul
adalah resiko defisit volume darah karena adanya perdarahan pervaginam sehingga
perlu dilakukan tindakan segera. Menurut helend (2006) tindakan segera yang dilakukan
pada ibu dengan plasenta previa yang datang dengan pendarahan pervaginam adalah
bidan dilarang keras melakukan pemeriksaan dalam sampai diketahui posisi plasenta
dengan pasti. Stabilisasi serta evaluasi status janin dan ibu merupakan tujuan utama
Apabila wanita hamil mengalami perdarahan yang akan kemudian berhenti dengan
sendirinya maka tindakan yang diberikan harus berfokus pada status janin dan
hemostasis ibu. Pada kasus tindakan segera yang dilakukan pada Ny. S yaitu kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian terapi : pemasangan infus ringer laktat (40 tetes/mnt),
pemberian drip duvadilan 1 amp/12 jam, Dexamethason in j (IV), hidrasi pasien dan
terhadap masalah atau diagnosis yang telah teridentifikasi atau diantisipasi. Perencanaan
adalah proses penyusunan suatu rencana tindakan berdasarkan identifikasi masalah saat
34
sekarang serta antisipasi diagnosis dan masalah lain yang mungkin terjadi. Namun lebih
dahulu harus dirumuskan tujuan yang akan dicapai beserta kriteria keberhasilan yang
telah disepakati bersama oleh klien dan keluarga (Norma, 2015). Berdasarkan studi
kasus pada Ny S G3P1A1H1 Uk 33-34 minggu, janin tunggal, hidup intrauteri, presentasi
kepala dengan plasenta previa, dimana rencana tindakan yang dilakukan yaitu berikan
informasi kepada ibu dan keluarga tentang keadaan yang dialami ibu, Observasi
keadaan umum dan tanda – tanda vital, observasi DJJ, observasi perdarahan
pervaginam, kolaborasi dengan dokter SPOG dalam pemberian terapi, anjurkan ibu
untuk bed rest total, anjurkan keluarga untuk pemenuhan gizi dan anjurkan pada
keluarga agar selalu mendampingi ibu. Dengan demikian antara teori dan studi kasus
Pada langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan, berhasil atau tidak
asuhan yang telah diberikan oleh petugas kesehatan kepada klien. Hasil evaluasi studi
kasus pada Ny. S terlihat bahwa Keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital masih dalam
batas normal, DJJ normal, perdarahan berhenti sudah dilakukan pemberian terapi sesuai
kolaborasi dengan SPOG, ibu sudah mengerti tentang keadaan yang dialaminya saat ini
dan ibu merasa lega setelah mengetahui bahwa ibu dan janin dalam kandungannya
dalam keadaan baik, keluarga bersedia untuk selalu mendampingi ibu, dan sekarang ibu
Menurut djannah (2018) penanganan plasenta previa pada usia kehamilan < 37
minggu yakni apabila perdarahan sedikit, keadaan ibu dan anak baik maka biasanya
tirah baring, hematinik, antibiotika dan tokolitik bila ada his. Bila selama 3 hari tidak
ada perdarahan pasien mobilisasi bertahap. Bila setelah pasien berjalan tetap tidak ada
35
perdarahan pasien boleh pulang. Pasien dianjurkan agar tidak koitus, tidak bekerja
keras dan segera ke rumah sakit jika terjadi perdarahan. Nasehat ini juga dianjurkan
untuk pasien yang didiagnosis plasenta previa dengan USG namun tidak mengalami
perdarahan. Hal ini sesuai dengan tinjauan kasus pada Ny. S yakni ibu dianjurkan untuk
melakukan bed rest total, dan pemberian tokoliltik dikarenakan Ny. S mengalami
kontraksi. Namun tidak dilakukan hematinic dan pemberian antibiotic dikarenakan hasil
Pada hari ke tiga rawat inap, ibu diizinkan pulang setelah hasil pemeriksaan
menunjukkan kondisi ibu dan janin baik, kontraksi tidak ada dan perdarahan
pervaginam tidak ada. Adapun asuhan yang diberikan sebelum pasien pulang yakni
melakukan istirahat di rumah, hindari aktivitas berat, tidak melakukan koitus untuk
sementara waktu dan ibu dianjurkan untuk segera ke fasilitas Kesehatan apabila terjadi
36
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
Pakuan Baru Jambi diperoleh Ny. S masuk ruang VK kebidanan via IGD jam
9.45 WIB dengan keluhan keluar darah segar dan banyak dari jalan lahir saat di
rumah dan sudah USG dengan SPOG dengan plasenta previa totalis.
3. Penulis telah mampu merumuskan diagnosis/ masalah aktual pada Ny. S yakni
6. Penulis telah Dapat merumuskan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny.
37
8. Penulis dapat mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan yang telah diberikan
B. Saran
3. Bagi mahasiswa
Pelayanan yang diberikan sudah baik, sebaiknya tetap menjaga dan
disebabkan karena plasenta pevia dengan cara melaksanakan asuhan yang sesuai
38
DAFTAR PUSTAKA
Adere, 2012. Neonatal and Maternal Complications of Placenta Praevia and Its Risk
Factors in Tikur Anbessa Specialized and Gandhi Memorial Hospitals:
Unmatched Case-Control Study
Bagian Obstetri & Ginekologi Fak. Kedokteran Universitas Sumatera Utara/R.S Dr.
Pringadi Medan, Pedoman Diagnosis dan Therapi Obstetri-Ginekologi R.S. Dr.
Pringadi Medan, 1993, halo 6-10, Bagian Obstetri & Ginekologi Fak.Kedok
Norma N, Dwi M. 2015. Asuhan Kebidanan Patologi Kebidanan dan Tinjauan kasus.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Prawirohardjo. S, Ilmu Kebidanan, Ed. III, cet.II, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 1992,hal.365-376.
Senkoro, Elizabeth Eliet. 2017. Frequency, Risk Factors, and Adverse Fetomaternal
Outcomes of Placenta Previa in Northern Tanzania.