Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS PATOLOGI DAN


KOMPLIKASI PADA NY. S USIA 27 TAHUN G3P1A1H1 DENGAN
PLASENTA PREVIA DI PUSKESMAS PAKUAN BARU
KOTA JAMBI TAHUN 2024

Dosen Pembimbing:
Evrina Solvia Soleh, M. Keb

Disusun Oleh :
ERNITA
PO.71242230281

POLTEKKES KEMENKES JAMBI


JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN
TAHUN 2024

2
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan “ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS PATOLOGI DAN


KOMPLIKASI PADA NY. S USIA 27 TAHUN G3P1A1H1 DENGAN
PLASENTA PREVIA DI PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBI TAHUN
2024” guna memenuhi tugas Stase Praktik Asuhan Kebidanan kolaborasi pada kasus
patologi dan komplikasi program studi profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Jambi tahun
2023/2024.

Jambi, Februari 2024

Mengetahui :

Preseptor Akademik Pembimbing Lahan

(Evrina Solvia Soleh, M.Keb) (Elly Wartuti, Am. Keb)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “ASUHAN
KEBIDANAN PADA KASUS PATOLOGI DAN KOMPLIKASI PADA NY. S
USIA 27 TAHUN G3P1A1H1 DENGAN PLASENTA PREVIA DI PUSKESMAS
PAKUAN BARU KOTA JAMBI TAHUN 2024”.
Penulisan Laporan ini dalam rangka menerapkan tugas mata kuliah Pendidikan
Profesi Kebidanan. Dalam penyusunan Laporan ini penulis banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yuli Suryanti, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi.
2. Lia Artika Sari, M. Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Jambi.
3. Evrina Solvia Soeh, M.Keb selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi
bimbingan dan evaluasi dalam penyusunan laporan kasus
4. Elly Wartuti, Am. Keb selaku Pembimbig Lahan Praktik yang telah memberi arahan
dan saran dalam penyusunan laporan kasus
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, dengan demikian penulis sangat mengharapkan petunjuk dan saran
serta kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhir kata, semoga hasil laporan kasus ini dapat memberikan manfaat yang
berguna bagi yang membutuhkannya.

Jambi, Februari 2024

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan .............................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Plasenta Previa................................................................................. 5
B. Evidence based midwifery pada kasus ............................................ 12

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Judul kasus ..................................................................................... 15
B. Pelaksanaan Asuhan ........................................................................ 15
C. Identitas Pasien ................................................................................ 15
D. Manajemen Asuhan Kebidanan ....................................................... 20

BAB IV PEMBAHASAN
Analisis kasus dengan kajian teori jurnal/EBM .................................. 24

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 31
B. Saran .............................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut definisi World Heatlh Organization (WHO), kematian maternal

ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya

kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang

dilakukan untuk mengakhiri kehamilan (Prawirohardjo, 2010). AKI di Indonesia

tergolong tinggi di dunia, pada tahun 2008 di antara kawasan Assosiation of South

East Asian Nation (ASEAN) dan South East Asian Region (SEARO), Indonesia

berada di peringkat 11 dari 18 negara kawasan tersebut, yaitu sebesar 240 per

100.000 kelahiran hidup (Sujiyatini, 2016).

Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan (40-

60%), infeksi (20-30%), dan keracunan kehamilan (20-30%), serta sisanya sekitar

5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan.

Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan

perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat

yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan penyebabnya antara lain

plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya

(Astuti, 2016).

Salah satu penyebab penting kematian maternal ialah perdarahan. Sebab-

sebab perdarahan yang penting ialah perdarahan antepartum (plasenta previa dan

solusio plasenta) dan perdarahan postpartum (retensio plasenta, atonia uteri, dan

trauma kelahiran), selanjutnya abortus dan kehamilan ektopik (Astuti, 2016).

1
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28

minggu, biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan

sebelum 28 minggu (Mochtar, 2011). Frekuensi perdarahan antepartum sekitar 3%

sampai 4% dari semua persalinan. Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi

di sekitar segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh

ostium uteri internum. Di Indonesia angka kejadian plasenta previa sekitar 0,3%

sampai 0,6% dari seluruh persalinan (Astuti, 2016).

Meskipun angka kejadian plasenta previa rendah, tetapi hal ini

memerlukan penanganan khusus, karena plasenta previa merupakan perdarahan

antepartum yang menjadi salah satu penyebab terbanyak kematian ibu yang terjadi

di Indonesia dan apabila Plasenta Previa ini tidak ditangani secara baik maka tidak

hanya membahayakan ibu tetapi juga janin yang dikandungan ibu (Norma, 2015).

Berdasarkan uraian latar belakang, maka penulis melakukan analisis asuhan

kebidanan pada Ny. S dengan plasenta previa di Puskesmas Pakuan Baru Kota

Jambi Tahun 2024.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana asuhan

kebidanan pada Ny. S dengan plasenta previa di Puskesmas Pakuan Baru Kota

Jambi Tahun 2024”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada Ny. S dengan plasenta previa di

Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi Tahun 2024.

2
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengumpulan data dasar pada Ny. S dengan Plasenta

Previa di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi Tahun 2024.

b. Dapat merumuskan diagnosis/ masalah aktual pada Ny. S dengan

Plasenta Previa di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi Tahun 2024.

c. Dapat mengantisipasi diagnosis/ masalah potensial pada Ny. S dengan

Plasenta Previa di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi Tahun 2024.

d. Dapat melaksanakan tindakan segera/ kolaborasi pada Ny. S dengan

Plasenta Previa di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi Tahun 2024.

e. Dapat merumuskan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny. S dengan

Plasenta Previa di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi Tahun 2024.

f. Dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. S dengan

Plasenta Previa di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi Tahun 2024.

g. Dapat mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada

Ny. S dengan Plasenta Previa di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi Tahun

2024.

h. Dapat mendokumentasikan hasil temuan dan tindakan asuhan kebidanan

yang telah dilaksanakan pada Ny. S dengan Plasenta Previa di Puskesmas

Pakuan Baru Kota Jambi Tahun 2024.

D. Manfaat
1. Bagi Puskesmas Kebun Kopi Kota Jambi

Dapat menjadi referensi untuk meningkatkan pengetahuan serta dapat

mengaplikasikan apa yang telah di dapat dalam pelayanan pada ibu hamil

dengan plasenta previa.

3
2. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi

Hasil penulisan diharapkan dapat menambah wawasan dan Iptek

khususnya mahasiswa kebidanan dalam menerapkan asuhan kebidanan

kolaborasi pada kasus patologis, serta dapat menjadi dokumen dan bahan

bacaan bagi mahasiswa kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi sehingga

menjadi sumber ilmu bagi pembaca.

3. Bagi mahasiswa

Hasil laporan ini diharapkan menambah pengetahuan dan wawasan

mahasiswa dalam melakukan asuhan kebidanan kolaborasi pada kasus ibu

hamil dengan plasenta previa dengan ilmu dan pengetahuan serta pelayanan

yang terkini dan sesuai dengan standard yang berlaku.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Plasenta Previa

1. Pengertian

Berikut pengertian plasenta previa menurut beberapa ahli:

a. Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat

abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau

seluruh pembukaan jalan lahir (Mochtar, 1998).

b. Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga

menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum (Sastrawinata, et al,

2005:83).

c. Plasenta previa adalah keadaan plasenta berimplantasi rendah pada segmen

bawah rahim, meutupi atau tidak menutupi ostium uteri internum pada usia

kehamilan lebih dari 20 minggu dan janin mampu hidup diluar rahim.

Plasenta previa terjadi pada kira-kira 1 diantara 200 persalinan. Plasenta

Previa adalah uri yang melekat pada segmen bawah rahim, sehingga

menutupi mulut rahim sebagian/ seluruhnya. Plasenta Previa adalah plasenta

yang tempat implantasinya abnormal, yaitu di daerah segmen bawah uterus

pada kehamilan ≥ 20 minggu, (Nur Djanah, 2018).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan plasenta previa adalah

plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim yang menutupi seluruh

atau sebagaian dari ostium uteri internum sehingga plasenta berada di depan

jalan lahir.

5
2. Klasifikasi Plasenta Previa

Menurut Prawirohardjo (2010), klasifikasi plasenta previa adalah

sebagai berikut:

a. Plasenta previa totalis : Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta

yang menutupi seluruh ostium uteri internum.

b. Plasenta previa parsialis : Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang

menutupi sebagian ostium uteri internum.

c. Plasenta previa margnalis : Plasenta previa margnalis adalah plasenta yang

tepinya berada pada pinggir ostium uteri internum.

d. Plasenta previa letak rendah : Plasenta previa letak rendah adalah plasenta

yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga tepi

bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum.

Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.

Gambar 2. 1

Klasifikasi Plasenta Previa

Sumber: Mochtar (2011)

3. Etiologi dan Faktor resiko

6
Penyebab Plasenta Previa belum diketahui secara pasti, namun beberapa

faktor risiko yang diduga dapat memicu terjadinya plasenta previa antara lain:

a. Ovum yang dibuahi tertanam sangat rendah di dalam rahim, menyebabkan

plasenta terbentuk dekat dengan atau di atas pembukaan serviks.

b. Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan seperti fibroid atau

jaringan parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah caesar atau

aborsi).

c. Hipoplasia endometrium: bila kawin dan hamil pada umur muda.

d. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap

menerima hasil konsepsi.

e. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.

f. Riwayat seksio sesarea sebelumnya.

Pada operasi seksio caesarea dilakukan sayatan pada dinding uterus

sehingga dapat mengakibatkan perubahan atropi pada desidua dan

berkurangnya vaskularisasi. Kedua hal tersebut dapat mengakibatkan

aliran darah ke janin tidak cukup dan mengakibatkan plasenta mencari

tempat yang lebih luas dan endometrium yang masih baik untuk

berimplantasi yaitu di segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi

sebagian atau seluruh ostium uteri internum, demikian pula dengan bekas

operasi, kuretase dan manual plasenta (Trianingsih, dkk, 2015).

g. Plasenta terbentuk secara tidak normal.

h. Kejadian plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita multipara

daripada primipara. Pada multipara, plasenta previa disebabkan

vaskularisasi yang berkurang dan perubahan atrofi pada desidua akibat

7
persalinan masa lampau. Aliran darah ke plasenta tidak cukup dan

memperluas permukaannnya sehingga menutupi pembukaan jalan lahir.

i. Ibu merokok atau menggunakan kokain.

j. Ibu dengan usia lebih tua. Risiko plasenta previa berkembang 3 kali lebih

besar pada perempuan di atas usia 35 tahun dibandingkan pada wanita di

bawah usia 20 tahun. Diduga risiko plasenta previa meningkat dengan

bertambahnya usia ibu, terutama setelah usia 35 tahun. Hal ini karena

sklerosis pembuluh darah arteli kecil dan arteriole miometrium

menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak merata sehingga plasenta

tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan yang lebih besar, untuk

mendapatkan aliran darah yang adekuat.(Nur Djanah, 2018).

4. Tanda dan Gejala

a. Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan > 22 minggu

b. Darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia

c. Syok

d. Tidak ada kontraksi uterus

e. Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul

f. Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin. (WHO Kemenkes, 2013)

5. Patofisiologi
Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding

uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena

permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat

untuk berimplantasi. Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat

vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir

plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang luas untuk

8
menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas. Darah ibu yang

mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit pada

kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu.

Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot selama kehamilan

berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari vili tidak berubah

akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang dan hanya ditemukan

sebagai kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi lebih padat,

mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya lebih besar dan

lebih mendekati lapisan tropoblast. Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh

plasenta previa umumnya terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen

bawah uterus lebih mengalami perubahan berkaitan dengan semakin tuanya

kehamilan. Implantasi plasenta di segmen bawah rahim dapat disebabkan:

a. Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi

b. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk

mampu memberikan nutrisi janin

Villi korealis pada korion leave yang persisten. Sebuah penyebab utama

perdarahan trimester ketiga, plasenta previa memiliki tanda yang khas, yaitu

pendarahan tanpa rasa sakit. Pendarahan diperkirakan terjadi dalam hubungan

dengan perkembangan segmen bawah uterus pada trimester ketiga. Dengan

bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan

serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus,

pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh

plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding

uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna merah

9
segar berlainan dengan darah yang disebabkan solusio plasenta yang berwarna

kehitamhitaman. Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena

terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis

dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan

serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan

itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala

III dengan plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin

dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis

akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru

berdarah setelah persalinan mulai (Nur Djanah, 2018).

6. Komplikasi

Berikut ini adalah kemungkinan komplikasi plasenta previa menurut Nur Djanah

(2018):

a. Pertumbuhan janin lambat karena pasokan darah yang tidak mencukupi

b. Anemia janin

c. Janin yang tertekan akibat rendahnya pasokan oksigen

d. Shock dan kematian ibu jika pendarahan berlebihan

e. Infeksi dan pembentukan bekuan darah

f. Kehilangan darah yang membutuhkan transfuse.

g. Prematur, pengiriman sebelum minggu ke-37 kehamilan, yang biasanya

menimbulkan risiko terbesar pada janin.

h. Cacat lahir. Cacat lahir terjadi 2,5 kali lebih sering pada kehamilan yang

dipengaruhi oleh plasenta previa daripada kehamilan tidak terpengaruh.

Penyebab saat ini tidak diketahui.

10
7. Penegakan Diagnosis
Penegakan diagnosis plasenta previa adalah sebagai berikut:
a. Gejala klinis

Gejala klinis plasenta previa menurut Maryunani (2013:138)

diantaranya yaitu:

1) Gejala utama plasenta previa adalah pendarahan tanpa sebab tanpa

rasa nyeri dari biasanya, berulang, darah biasanya berwarna

merah segar.

2) Bagian terdepan janin tinggi (floating) sering di jumpai kelainan

letak janin.

3) Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan

tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya,

sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit. Tetapi perdarahan

berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak. Janin

biasanya masih baik.

b. Pemeriksaan fisik

1) Pemeriksaan luar bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu

atas panggul (Nugroho, 2010:126)

2) Pemerksaan inspekulo : pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui

apakah perdarahan berasal dari ostium uteri internum atau dari

kelainan serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium

uteri internum, adanya plasenta previa harus di curigai (Fauziyah, Y,

2012:74)

c. Pemeriksaan penunjang

1) USG untuk diagnosis pasti, yaitu menentukan letak plasenta.

11
2) Pemeriksaan darah: hemoglobin, hematokrit (Nugroho, 2010:127)

8. Penatalaksanaan
Prinsip dasar penanganan pada setiap ibu dengan perdarahan antepartum

harus segera dikirim ke rumah sakit yang memiliki fasilitas tranfusi darah dan

operasi.

a. Secara konservatif : Bila umur kehamilan kurang dari 37 minggu

1) Perdarahan sedikit keadaan ibu dan anak baik maka biasanya penanganan

konservatif sampai dengan umur kehamilan aterm. Penanganan berupa

tirah baring, hematinik, antibiotika dan tokolitik bila ada his. Bila selama 3

hari tidak ada perdarahan pasien mobilisasi bertahap. Bila setelah pasien

berjalan tetap tidak ada perdarahan pasien boleh pulang. Pasien

dianjurkan agar tidak koitus, tidak bekerja keras dan segera ke rumah

sakit jika terjadi perdarahan. Nasehat ini juga dianjurkan untuk pasien

yang didiagnosis plasenta previa dengan USG namun tidak mengalami

perdarahan.

2) Jika perdarahan banyak dan diperkirakan membahayakan ibu dan janin

maka dilakukan resusitasi cairan dan penanganan secara aktif

b. Secara aktif : Bila umur kehamilan 37 minggu atau lebih


Pada kondisi ini maka dilakukan penanganan secara aktif yaitu

segera mengakhiri kehamilan, baik secara pervaginam ataupun perabdominal.

Persalinan pervaginam diindikasikan pada plasenta previa marginalis,

plasenta previa letak rendah dan plasenta previa lateralis dengan pembukaan

4 cm atau lebih. Apabila tidak banyak perdarahan maka dapat dilakukan

pemecahan ketuban agar bagian terbawah janin dapat masuk pintu atas

12
panggul, sehingga menekan plasenta yang berdarah. Namun bila perdarahan

tetap ada maka dilakukan seksio sesaria.

c. Cara Persalinan

Faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang

akan dipilih, tergantung jenis plasenta previa, perdarahan banyak atau sedikit

tapi berulang-ulang, keadaan umum ibu hamil, keadaan janin (hidup, gawat

janin, atau meninggal), pembukaan jalan lahir, paritas, fasilitas penolong dan

rumah sakit.

Tujuan dilakukannya SC ini yaitu untuk mempercepat mengangkat

dan menghentikan perdarahan, dan agar dapat memberikan kesempatan

kepada uterus berkontraksi sehingga perdarahan dapat berhenti dan untuk

menghindarkan perluasan serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh

apabila dilakukan persalinan pervaginam.

Menurut Prawirohardjo (2010), cara menyelesaikan persalinan pada

kehamilan dengan plasenta previa adalah sebagai berikut:

1) Seksio caesarea

Prinsip utama dalam melakukan seksio caesarea (adalah untuk

menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya

harapan untuk hidup, tindakan ini tetap di laksanakan).

Tujuan seksio caesarea yaitu melahirkan janin dengan segera

sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan

dan menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada servik uteri,

jika janin di lahirkan pervaginam.

Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi

13
sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah

robek, selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber

perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut

otot dengan korpus uteri.

Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi

ibu.Lakukan perawatan lanjut pasca bedah termasuk pemantauan

perdarahan, infeksi dan keseimbangan cairan masuk dan cairan keluar.

2) Melahirkan pervaginam

Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan

tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

a) Amniotomi dan akselerasi

Umunya dilakukan pada plasenta previa lateralis / marginalis dengan

pembukaan lebih dari 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah

ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan di tekan

oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah,

akselerasi dengan infus oksitosin.

b) Versi baxton hicks

Tujuan melakukan versi braxton hicks ialah mengadakan temponade

plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi braxton hicks

tidak dilakukan pada pada janin yang masih hidu

9. Pathway Plasenta Previa

PLASENTA PREVIA

14
Usia ibu <20 & > 35 tahunMultiparitas Malnutrisi RiwayatGemelli
SC/kuretase
/abortus/
Endometrium belum siap Perubahan atropi op.mioma
untuk dinidasi pada desi dua

Laserasi endometrium
Vaskularisasi di uterus secara sengaja
Hipoplasia
yang abnormal
endometrium

Keadaan endometrium kurang baik


Plasenta besar
sehingga
Plasenta tumbuh di segmen bawah uterus akibat vaskularisasi dari meluaskan
desi dua permukaannya

Plasenta letak rendah dapat melebar dan menipis


sehingga menutupi ostium uteri internum

PLASENTA PREVIA PARSIALIS, MARGINALIS,


TOTALIS DAN LETAK RENDAH

Kurangnya kelainan letak


Mengurangi aktivitas Laserasi plasenta
pengetahuan/ untuk mencegah kontraksi plasenta dan janin
paparan segmen bawah uterus
tentang Perdarahan terus
menerus resiko melahirkan
penyakit tidak pervaginam
Berkurangnya pemenuhan
kebutuhan perawatan diri ibu Terminasi kehamilan
Keterlambatan bounding ibu dan
penanganan bayi terganggu
Kelahiran prematur

Endometrium yang tipis Segmen Bawah uterus


memudahkan trofoblas melebar sejak TM III Volume cairan
menginvasi miometrium intravaskuler menurun
Plasenta mengalami laserasi dan
Retensio Plasenta sinus uterus robek Eritrosit turun, Mekanisme
HB turun hipovolemi

Darah keluar merah


Resiko
Mind Perdarahan
Maping Plasenta Previa segar tanpa rasa nyeri
ANEMIA syok

15
B. Teori EBM (Evidence Based Midwifery) pada kasus

16
1. Penelitian Adere (2012) mengenai Neonatal and Maternal Complications of

Placenta Praevia and Its Risk Factors in Tikur Anbessa Specialized and Gandhi

Memorial Hospitals: Unmatched Case-Control Study

Plasenta previa adalah kelainan yang terjadi selama kehamilan yang

ditandai dengan adanya jaringan plasenta yang dekat atau menutupi leher rahim.

Risiko terbesar dari plasenta previa adalah perdarahan. Pendarahan sering terjadi

saat bagian bawah rahim mulai meregang dan memanjang sebagai persiapan

untuk melahirkan. Ketika serviks mulai efface dan melebar, perlekatan plasenta

pada dinding rahim terlepas sehingga terjadi perdarahan.

Menurut penelitian ini, pasien yang pernah melahirkan melalui operasi

caesar memiliki sekitar tiga kali peningkatan risiko plasenta previa. Sebagian

besar penelitian telah melaporkan hubungan antara operasi caesar sebelumnya

dan plasenta previa. Demikian pula, dalam meta-analisis dari 170640 ibu hamil,

ditemukan pola faktor risiko plasenta previa dengan meningkatnya jumlah

persalinan seksio sesarea.

2. Penelitian Senkoro (2017) mengenai Frequency, Risk Factors, and Adverse

Fetomaternal Outcomes of Placenta Previa in Northern Tanzania

Plasenta previa adalah komplikasi obstetrik yang ditandai dengan

implantasi plasenta ke dalam segmen bawah dinding rahim, menutupi seluruh

(mayor) atau sebagian (minor) serviks. Ini mempersulit 0,4% kehamilan aterm.

Plasenta previa biasanya muncul dengan perdarahan pervaginam tanpa rasa sakit

pada akhir trimester kedua atau awal trimester ketiga. Ini didiagnosis dengan

ultrasound selama trimester kedua atau secara kebetulan selama operasi.

17
Sejalan dengan itu, wanita dengan plasenta previa memiliki kemungkinan

sepuluh kali lipat lebih tinggi untuk melahirkan secara caesar. Hal ini dapat

dijelaskan oleh fakta bahwa plasenta di segmen bawah menghalangi keterlibatan

kepala terutama untuk previa mayor. Ini memerlukan operasi caesar dan juga

dapat menyebabkan letak melintang janin

3. Penelitian Syahfitri (2018) mengenai Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Plasenta Previa di RSUP H. Adam Malik Medan

Plasenta Previa adalah Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah

lahir demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari Ostium

UteriInternum. Sejalan dengan bertambah membesarnya Rahim dan meluasnya

segmen bawah Rahim ke arah Proksimal memungkinkan Plasenta yang

Berimplantasi pada segmen bawah Rahim ikut berpindah mengikuti perluasan

segmen bawah Rahim seolah Plasenta tersebut bermigrasi. Ostium Uteri yang

secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan Kala satu bisa mengubah

luas pembukaan Servik yang tertutup oleh Plasenta. Fenomena ini berpengaruh

pada derajat atau klasifikasi dari Plasenta Previa ketika pemeriksaan dilakukan

baik dalam masa Antenatal maupun dalam masa Intranatal, Baik dengann

Ultrasonografi maupun pemeriksaan Digital. Oleh karena itu, Pemeriksaan

Ultrasonografi perlu di ulang secara berkala dalam asuhan Antenatal maupun

Intranatal.

Etiologi belum diketahui pasti, Frekuensi meningkat pada grande

multipara, primigravida tua, bekas sectiosesarea, bekar aborsi, kelainan janin,

leiomiomauteri. Ibu yang memiliki riwayat kuretage mempunyai peluang 3,407

kali mengalami plasenta previa dibandingkan ibu yang tidak memiliki riwayat

18
kuretage (Astuti, 2017). Ibu yang mengalami persalinan >5 kali secara fisik juga

memiliki resiko tinggi karena organ reproduksi ibu mengalami kelelahan

terutama pada otot rahim yang sering melahirkan. Oleh karena itu, terjadinya

atonia uteri pada saat persalinan berikutnya sangat besar karena otot rahim tidak

mampu berkontraksi sehingga akan membahayakan nyawa ibu. Ibu memiliki

riwayat persalinan, misalnya 3 kali abortus atau lebih yang disebut dengan

abortus habitualis. Dengan seringnya terjadinya abortus, maka kemungkinan

besar akan terjadi abortus berulang pada kehamilan berikutnya jika tidak

diketahui penyebab terjadinya abortus, penyebab 2 kali partus prematurus atau

lebih, dan penyebab kematian janin dalam kandungan atau kematian perinatal.

4. Penelitian Husain (2019) mengenai Hubungan Kejadian Plasenta Previa dengan

Riwayat Kehamilan Sebelumnya

Plasenta previa adalah komplikasi kehamilan dimana plasenta terletak di

bagian bawah rahim, sebagian atau seluruhnya menutupi leher rahim. Hal ini

menyebabkan perdarahan vagina tanpa rasa sakit dan beberapa mengarah ke

perdarahan yang mungkin cukup besar untuk mengancam kehidupan ibu dan

janin yang mengarahkan ke persalinan segera, baik secara elektif atau darurat.

Plasenta previa disebabkan oleh implantasi blastokista yang terletak

rendah dalam rongga rahim. Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya

plasenta previa ialah meningkatnya paritas ibu, meningkatnya usia ibu,

kehamilan ganda, tindakan kuratase, riwayat seksio sesarea sebelumnya, adanya

bekas luka pada rahim dan miomektomi atau endometritis, riwayat plasenta

previa, dan kebiasaan merokok.

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOLABORASI KASUS PATOLOGI DAN


KOMPLIKASI PADA NY. S G3P1A1H1 UK 33-34 MG DENGAN PLASENTA
PREVIA DI PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBI

No Register : 13.35.98
Tanggal Pengkajian : 07 Februari 2024, pukul 10.10 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang VK Puskesmas Pakuan Baru
A. IDENTITAS PASIEN
1. Identitas
Nama Ibu : Ny.S Nama Suami : Tn.F
Umur : 26 Tahun Umur : 27 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Nias Suku : Melayu
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat : Desa Sriwijaya RT. 05 Tungkal Ilir

Data Subyektif
1. Keluhan Utama : ibu masuk ruang VK kebidanan via IGD jam 09.45 WIB
dengan keluhan keluar darah segar banyak di rumah sejak jam 08.00 WIB dan
hasil USG dengan SPOG dengan plasenta previa.
2. Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
No Thn Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Anak Keadaan
Partus Partus Hamil Persalinan Persalinan Jk/BB ank skrg
1. 2019 PMB 9 bulan normal bidan Tidak ada PR / Sehat
2900 gr
2. 2020 Rumah 5-6mg abortus Dokter - - -
sakit
3. ini

3. Riwayat Kehamilan saat ini : G2P1A0H1 uk 33-34 minggu

20
1) HPHT : 20-06-2023
2) TP : 29-03-2024
3) UK : 33-34 Minggu
4) Masalah yang pernah dialami:
- Hamil Muda : Mual dan Muntah
- Hamil Tua : sering sakit pinggang
5) Imunisasi TT : Terakhir 3 tahun yang lalu
6) Riwayat Penyakit Keluarga dan atau operasi yang lalu : tidak ada
7) Riwayat penyakit yang pernah diderita : Tidak ada
8) Makan/ Minum /Eliminasi
- Makan 3x sehari, Terakhir makan: 06.00 WIB
- Minum > 2 liter sehari, terakhir minum : 08.00 WIB
- BAB : 1x sehari, terakhir BAB : 05.00 WIB
- BAK : Sering, terakhir BAK : 08.00 WIB
9) Data Psikologis
- Penerimaan Klien terhadap kehamilan ini : baik
- Sosial Support dari : Suami dan keluarga
- Pengambilan keputusan : Suami
10) Obat-obatan yang diberikan selama kehamilan : SF, Asam Folat,
Kalk, vitamin c.
Data Objektif
a. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : baik
2. Vital Sign
Suhu Badan : 36, 5 ◦C
Tekanan Drah : 120/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
3. Turgor : Baik
4. Muka
- Konjungtiva : Tidak Pucat
- Sklera : Tidak Ikterik

21
- Kelopak Mata : Normal
5. Payudara
- Puting Susu : Menonjol
- Areola Mamae : Bersih
6. Abdomen : Tidak ada bekas Luka Operasi
b. Ekstremitas : Tidak ada Varises, Tidak ada Oedema
Pemeriksaan Khusus/Kebidanan
Palpasi
- L I , TFU : 27 cm, Bagian yang teraba dalam Fundus : Bokong
- L II : Pu-Ki (Teraba keras memanjang pada sisi kiri)
- L III : Pres-Kep
- L IV : belum masuk PAP
- Gerakan bayi : Aktif
- Kontraksi Uterus : tidak ada
- TBBJ : (27-12) x 155 = 2325 Gram
Auskultasi
- DJJ : 150 x permenit, frekuensi : Teratur, Kuat
Perkusi : Tidak Dilakukan
Ano-Genitalia
- Vulva : Tidak ada Varises, pengeluaran : darah flek
- Hemoroid : Tidak ada
Pemeriksaan Dalam
Tanggal/ Jam : 07 Februsri 2024/ 10.10 Wib tidak dilakukan
- Portio :-
- Pendataran :-
- Pembukaan :-
- Ketuban :-
- Presentasi :-
- Penurunan :-
- Denominator :-

22
c. Pemeriksaan penunjang
- Hb : 10,8 gr/dl - Protein Urine : (-)
- Gol. Darah : O+ - WBC : 9300

B. INTERPRETASI DATA
1. Diagnosa
Ny. S G3P1A1 H1 Uk 33-34 minggu, janin tunggal, hidup intrauteri, presentasi
kepala dengan plasenta previa.
Data Dasar :
Data Subjektif
a. Ibu mengatakan bernama Ny. S umur 26 tahun
b. Ibu mengatakan ini kehamilan ketiga, keguguran 1 kali
c. Ibu mengatakan cemas dengan kondisi kehamilannya sekarang.
Data Objektif
a. Keadaan umum : baik
b. TTV
Suhu Badan : 36, 5 ◦C
Tekanan Drah : 120/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
2. Masalah
Ibu mengatakan cemas akan kehamilannya karena adanya kelainan
3. Kebutuhan
a. Informasi tentang keadaan ibu
b. Dukungan moril dari keluarga dan tenaga kesehatan

C. DIAGNOSA POTENSIAL
1. Syok hypovolemik
2. Anemia sedang
3. Infeksi

23
D. TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter SPOG

E. RENCANA TINDAKAN
1. Berikan informasi kepada ibu dan keluarga tentang keadaan yang dialami ibu
2. Observasi keadaan umum dan tanda – tanda vital
3. Observasi DJJ

4. Observasi perdarahan pervaginam

5. Kolaborasi dengan dokter SPOG

6. Anjurkan keluarga untuk pemenuhan nutrisi dan cairan ibu

7. Anjurkan pada keluarga agar selalu mendampingi ibu.

F. IMPLEMENTASI

1. Memberitahu kepada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu dan tindakan yang

akan dilakukan hasil dari kolaborasi dengan SPOG

Rasionalisasi : memberikan informasi mengenai bimbingan antisipasi dan

meningkatkan tanggung jawab klien terhadap kesehatan ibu dan janinnya

(Doenges, 2001)

2. Mengobservasi keadaan umum dan tanda – tanda vital

Rasionalisasi : memantau keadaan ibu untuk mempermudah dilakukannya

tindakan

3. Mengobservasi DJJ dan perdarahan pervaginam

Rasionalisasi : memantau keadaan ibu dan mempermudah melakukan tindakan.

DJJ bisa berubah sesaat sehingga apabila ada perubahan dapat diketahui dengan

cepat dan dapat bertindak secara cepat dan tepat (Depkes RI, 2008).

24
4. Melakukan hasil kolaborasi dengan dr.Spog :

a. Pemasangan infus dan kateter menetap

b. drip 1 ampul duvadilan/12 jam dalam larutan RL

c. injeksi dexamethason 2x2 ampul selama 2 hari

d. nifedipine 4x10 mg

e. melakukan inspekulo

5. Menganjurkan ibu untuk bed rest total

Rasionalisasi : terlalu banyak mobilisasi dapat mempengaruhi perdarahan

6. Menganjurkan keluarga/suami untuk memberikan ibu makan, minum

Rasionalisasi : Asupan nutrisi membantu ibu untuk menjaga tenaga dan

mencegah dehidrasi.

7. Menganjurkan pada keluarga agar selalu mendampingi ibu

Rasionalisasi : Keadaan emosional sangat mempengaruhi kondisi psiko sosial

klien

G. EVALUASI
1. Keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital masih dalam batas normal

2. DJJ normal, perdarahan pervaginam tidak ada

3. infus dan kateter terpasang

4. inj. dexamethasone 2 ampul (IV) dan nifedipine 10 mg sudah diberikan per oral.

5. hasil pemeriksaan inspekulo yakni tidak ada pembukaan


6. Ibu sudah makan
7. Keluarga bersedia untuk selalu mendampingi ibu, dan sekarang ibu merasa lebih
nyaman.

25
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny. S No. RM: 13.35.98 PAV:
Umur : 26 Tahun Tanggal : 07Februari 2024 Kelas: III

Diagnosis/Masalah: G3P1A1H1 Hamil 33-34 minggu, janin tunggal hidup,


Intrauterin presentasi kepala dengan plasenta previa
SOAP
Pukul Nama
S O A P &
Paraf
08.00 Ibu KU : sedang HAP e.c 1. Beritahu hasil
WIB mengatakan Kesadaran: plasenta pemeriksaan
nyeri perut Compos previa 2. Observasi TTV,
bagian Mentis, PPV dan
bawah kontraksi
tetapi darah TD: 120/70 3. melaporkan
tidak keluar mmHg, N: perkembangan
lagi dari 86x/menit, P: kondisi pasien
jalan lahir 22 x/menit, kepada dpjp
S: 36,3°C 4. Kolaborasi
dengan dokter
DJJ : dalam
143x/menit, pemberian
kuat dan terapi:
teratur  IVFD RL+1
Lokasi : amp
dibawah pusat duvadilan/8
sebelah kanan jam
 Ultrogeston
HIS : Tidak 2x1 tab (p.o)
ada  Nifedipine
4x10 mg
PPV : tidak tiltrasi (10 mg
ada tiap 30 menit,
maksimal 4
kali, jika TD <
100 mmHg
jangan
diberikan
 selesaikan
target
pematangan
paru
 jika muncul
kontraksi lapor
ulang DPJP
5. Asuhan sayang
ibu :

26
 Mengatur
posisi pasien
senyaman
mungkin
 Pertahankan
tirah baring
 Bantu ibu
dalam
personal
hygiene
09.00 Ibu Keadaan Kontraksi 1. Jelaskan hasil
WIB mengatakan Umum ibu scontocolit pemeriksaan
masih terasa sedang ic e.c 2. ajarkan Teknik
nyeri perut Plasenta relaksasi
bagian TD : 90/60 previa 3. pertahankan
bawah mmHg, nadi tirah baring
76 x/menit, 4. lapor ulang
suhu 36,30C, DPJP, advise :
RR 20 x/menit.  pronalges
supp 1
His 1x/10 (extra)
menit lamanya  terapi lain
15 detik lanjutkan
 rencana USG
DJJ
150x/menit.

PPV tidak ada


10.00 Ibu Keadaan 1. Jelaskan hasil
wib mengatakan Umum ibu pemeriksaan
nyeri perut sedang 2. Anjurkan ibu
bagian untuk istirahat
bawah TD : 110/70 tidur
berkurang mmHg, nadi 3. Kolaborasi
80 x/menit, dalam
suhu 36,60C, pemberian
RR 20 x/menit. terapi

His 1x/10
menit lamanya
15 detik

DJJ
150x/menit.

PPV tidak ada

27
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny. S No. RM: 13.35.98 PAV:
Umur : 26 Tahun Tanggal : 07 Februari 2024 Kelas: III

Diagnosis/Masalah: G3P1A1H1 Hamil 33-34 minggu, janin tunggal hidup,


Intrauterin presentasi kepala dengan plasenta previa

SOAP
Pukul Nama
S O A P &
Paraf
10.00 Ibu KU : sedang HAP e.c 1. Beritahu hasil
WIB mengatakan Kesadaran: plasenta pemeriksaan
nyeri perut Compos previa 2. Observasi TTV,
bagian Mentis, PPV dan
bawah kontraksi
hilang TD: 120/70 3. melaporkan
timbul mmHg, N: perkembangan
86x/menit, P: kondisi pasien
22 x/menit, kepada dpjp
S: 36,3°C 4. Kolaborasi
dengan dokter
DJJ : dalam pemberian
137x/menit terapi:
 IVFD RL+1
HIS : Tidak amp
ada duvadilan/8 jam
 Ultrogeston 2x1
PPV : tidak tab (p.o)
ada  inj.
dexamethasone
Hasil USG: 2.2 ampul (hari
usia kehamilan ke-2)
33-34 minggu, 5. Asuhan sayang
TBBJ ± 2300 ibu :
gram, plasenta  Mengatur
previa . posisi pasien
senyaman
mungkin
 Pertahankan
tirah baring
 Bantu ibu
dalam personal
hygiene
11.00 Ibu Keadaan Plasenta 1. Jelaskan hasil
WIB mengatakan Umum ibu previa pemeriksaan

28
nyeri perut sedang 2. pertahankan tirah
bagian baring
bawah TD : 100/70 3. lapor ulang
hilang mmHg, nadi DPJP, advise :
timbul 86 x/menit,  ivfd rl +1 amp
suhu 36,30C, duvadilan/8
RR 20 x/menit. jam
 jika his tidak
His tidak ada ada, ACC
rawat jalan
DJJ
142x/menit.

PPV tidak ada

16.00 Ibu Keadaan 1. Persiapan pasien


wib mengatakan Umum ibu rawat jalan
nyeri perut sedang 2. KIE perawatan
tidak ada ibu dirumah
TD : 110/70 yakni tirah
mmHg, nadi baring, kurangi
80 x/menit, aktivitas berat,
suhu 36,60C, hhindari koitus
RR 20 x/menit. untuk sementara
waktu.
His tidak ada 3. Jelaskan tanda
bahaya
DJJ kehamilan
150x/menit. 4. beritahu jadwal
kontrol ulang
PPV tidak ada

29
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan pembahasan kasus yang telah diambil

tentang kesenjangan-kesenjangan yang terjadi pada praktik yang dilakukan di lahan

dengan teori yang ada, dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan

menurut Varney, mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Pembahasan ini dimaksudkan

agar dapat diambil suatu kesimpulan dan pemecahan masalah dari kesenjangan-

kesenjangan yang terjadi sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam

penerapan asuhan kebidanan yang efektif dan efisien khususnya pada pasien ibu hamil

dengan plasenta previa.

Dalam pengumpulan data identifikasi data dasar, mengumpulkan semua

informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien, untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara Anamnesis, Pemeriksaan

KU dan pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan, Pemeriksaan khusus, Pemeriksaan

penunjang (Norma, 2015). Pada kasus yang dialami oleh Ny. S G 3P1A1H1 Uk 33-34

minggu, langkah I yakni identifikasi data dasar. Pada kasus ny. S penulis memperoleh

hasil pengkajian dimana keluhan utama Ny. S yaitu ibu masuk ruang VK kebidanan via

IGD jam 09.45 WIB dengan keluhan keluar darah segar dari jalan lahir sejak sore ± jam

16.00 WIB dan sudah USG dengan SPOG dengan plasenta previa totalis. hasil

pemeriksaan fisik TD 120/70, N 82x/menit, Suhu 36,5 dan respirasi 22x/menit. Ibu

hamil 33-34 minggu tanpa ada nyeri perut atau his maka kemungkinan inpartu dapat

disangkal. Sehingga perdarahan pervaginam dengan darah yang keluar adalah darah

segar dapat mengacu pada kehamilan dengan plasenta previa. Untuk itu bidan

30
melakukan kolaborasi dalam pemeriksaan inspekulo dan hasil pemeriksaan inspekulo

adalah OUE tertutup dan perdarahan aktif tidak ada.

Berdasarkan data yang di peroleh dalam studi kasus Ny. S dengan plasenta

previa menunjukkan adanya kesamaan dengan penjelasan tanda dan gejala plasenta

previa. Hal ini berarti antara konsep dasar dan studi kasus tidak tampak ada

kesenjangan.

Hal ini didukung oleh penelitian Senkoro (2017) mengenai Frequency, Risk

Factors, and Adverse Fetomaternal Outcomes of Placenta Previa in Northern

Tanzania, bahwa Plasenta previa adalah komplikasi obstetrik yang ditandai dengan

implantasi plasenta ke dalam segmen bawah dinding rahim, menutupi seluruh (mayor)

atau sebagian (minor) serviks. Ini mempersulit 0,4% kehamilan aterm. Plasenta previa

biasanya muncul dengan perdarahan pervaginam tanpa rasa sakit pada akhir trimester

kedua atau awal trimester ketiga. Ini didiagnosis dengan ultrasound selama trimester

kedua atau secara kebetulan selama operasi.

Seiring bertambahnya usia kehamilan, plasenta juga akan mengikuti

pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pada awal kehamilan, plasenta biasanya masih

berada pada posisi rendah dalam rahim. Kemudian seiring dengan pertumbuhan bayi,

plasenta akan bergerak ke atas rahim. Sampai akhirnya pada trimester ketiga kehamilan,

plasenta akan melebar ke arah atas serta menjauh dari leher rahim atau serviks. Namun

pada kasus plasenta previa, plasenta tetap berada di bagian bawah rahim atau di dekat

serviks, sehingga berisiko menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir bayi. Bila ibu

mengalami plasenta previa di masa awal kehamilan, mungkin kondisi ini tidak menjadi

masalah. Sampai saat ini belum ada penjelasan yang pasti tentang apa yang menjadi

penyebab plasenta previa bisa terjadi. Beberapa faktor berikut diduga dapat

31
meningkatkan risiko ibu hamil mengalami kondisi ini seperti pernah mengalami

plasenta previa pada kehamilan sebelumnya, pernah menjalani operasi pada rahim,

misalnya pengangkatan mioma atau kuret, pernah menjalani operasi caesar pada

kehamilan sebelumnya, pernah mengalami keguguran, menjalani kehamilan kembar

atau lebih, hamil di usia 35 tahun atau lebih (Norma, 2015). Pada kasus Ny. S

ditemukan 1 faktor resiko yakni Riwayat abortus.

Penelitian Syahfitri (2018) mengenai Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Plasenta Previa di RSUP H. Adam Malik Medan, bahwa faktor Riwayat Abortus yang

diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa faktor riwayat abortus ibu hamil yang

mengalami plasenta previa, dikarenakan abortus akan dilakukan kuretage yang

mengakibatkan perlukaan pada dinding endometrium uterus (rahim) sehingga dapat

mengganggu vaskularisasi pada desidua sehingga kesuburan pada dinding endometrium

semakin berkurang, sedangkan dalam kehamilan plasenta akan berusaha mencukupi

kebutuhan janin sehingga pada dinding endometrium yang kurang subur plasenta akan

memperluas diri menjadi menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.

Selain itu, didukung juga oleh penelitian Husain (2019) mengenai Hubungan

Kejadian Plasenta Previa dengan Riwayat Kehamilan Sebelumnya, bahwa riwayat

seksio sesarea pada ibu di kehamilan sebelumnya bukan menjadi hal yang mutlak

sebagai penyebab terjadinya plasenta previa di kehamilan berikutnya. Terdapat faktor

lain yang dapat menyebabkan plasenta previa seperti usia ibu yang sudah lanjut,

multiparitas, gemeli, hipoplasia endometrium, endometrium cacat, bekas aborsi, dan

riwayat plasenta previa sebelumnya. Dengan demikian dapat dikatakan tidak terdapat

hubungan bermakna dari kejadian plasenta previa dengan riwayat seksio sesarea pada

kehamilan sebelumnya.

32
Pada langkah identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan

interpretasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah

dikumpulkan diinterpretasikan, sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah

yang spesifik (Norma, 2015). Pada konsep dasar, diagnosis lebih sering diidentifikasi

pada apa yang dialami oleh klien, sedangkan Ny. S dengan kasus plasenta previa di

ruang VK kebidanan via IGD, diagnosis yang dapat ditegakkan yaitu: G 3P1A1H1, usia

kehamilan 33-34 minggu. Sedangkan masalah yang dialami oleh Ny. S adalah cemas

akan kehamilannya karena rasa khawatir dan ketidaktahuan ibu tentang keadaan yang

dialaminya, yang tergambar jelas dari wajah ibu yang sedang mengisyaratkan

kecemasan. Sebagaimana dijelaskan dalam teori bahwa kecemasan dapat

didefininisikan sebagai suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah,

ketidaktentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi, ancaman, sumber aktual yang

tidak diketahui atau dikenal.

Berdasarkan hal tersebut, maka antara teori dan studi kasus ada kesamaan dalam

membuat diagnosis/ masalah aktual, dan tidak tampak adanya kesenjangan. Diagnosis

kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan

memenuhi standar nomenklatur diagnosis kebidanan, sedangkan masalah sering

berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan

sesuai dengan hasil pengkajian.

Selanjutnya mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial

berdasarkan diagnosis/ masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan

antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan (Norma, 2015). Berdasarkan data

yang diperoleh dari pengkajian, tidak ada perbedaan diagnosa potensial antara konsep

dasar dengan kasus yang ditemukan. Adapun diagnosa potensial tersebut adalah

33
antisipasi terjadinya syok hipovolemik, karena keadaan syok dapat ditimbulkan oleh

bermacam sebab, diantaranya yang terbanyak adalah hipovolemia, yaitu adanya

kekurangan volume darah yang beredar akibat perdarahan atau dehidrasi. Selain itu

masalah potensial yang harus diantisipasi adalah anemia sedang dan infeksi. Dengan

demikian antara teori dan studi kasus ada keseimbangan sehingga tidak ditemukan

adanya perbandingan.

Mengacu pada hasil pengumpulan data dan pengkajian, masalah yang muncul

adalah resiko defisit volume darah karena adanya perdarahan pervaginam sehingga

perlu dilakukan tindakan segera. Menurut helend (2006) tindakan segera yang dilakukan

pada ibu dengan plasenta previa yang datang dengan pendarahan pervaginam adalah

bidan dilarang keras melakukan pemeriksaan dalam sampai diketahui posisi plasenta

dengan pasti. Stabilisasi serta evaluasi status janin dan ibu merupakan tujuan utama

penatalaksanaan. Catatan hasil pemeriksaan ultrasonografi terdahulu sangat bermanfaat

dan akan diperlukan penampisan darurat ketika pertolongan persalinan diberikan.

Apabila wanita hamil mengalami perdarahan yang akan kemudian berhenti dengan

sendirinya maka tindakan yang diberikan harus berfokus pada status janin dan

hemostasis ibu. Pada kasus tindakan segera yang dilakukan pada Ny. S yaitu kolaborasi

dengan dokter untuk pemberian terapi : pemasangan infus ringer laktat (40 tetes/mnt),

pemberian drip duvadilan 1 amp/12 jam, Dexamethason in j (IV), hidrasi pasien dan

mengantur posisi ibu agar oksigenisasi ke janin tidak terganggu.

Selanjutnya direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan

terhadap masalah atau diagnosis yang telah teridentifikasi atau diantisipasi. Perencanaan

adalah proses penyusunan suatu rencana tindakan berdasarkan identifikasi masalah saat

34
sekarang serta antisipasi diagnosis dan masalah lain yang mungkin terjadi. Namun lebih

dahulu harus dirumuskan tujuan yang akan dicapai beserta kriteria keberhasilan yang

telah disepakati bersama oleh klien dan keluarga (Norma, 2015). Berdasarkan studi

kasus pada Ny S G3P1A1H1 Uk 33-34 minggu, janin tunggal, hidup intrauteri, presentasi

kepala dengan plasenta previa, dimana rencana tindakan yang dilakukan yaitu berikan

informasi kepada ibu dan keluarga tentang keadaan yang dialami ibu, Observasi

keadaan umum dan tanda – tanda vital, observasi DJJ, observasi perdarahan

pervaginam, kolaborasi dengan dokter SPOG dalam pemberian terapi, anjurkan ibu

untuk bed rest total, anjurkan keluarga untuk pemenuhan gizi dan anjurkan pada

keluarga agar selalu mendampingi ibu. Dengan demikian antara teori dan studi kasus

ada keseimbangan sehingga tidak ditemukan adanya perbandingan.

Pada langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan, berhasil atau tidak

asuhan yang telah diberikan oleh petugas kesehatan kepada klien. Hasil evaluasi studi

kasus pada Ny. S terlihat bahwa Keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital masih dalam

batas normal, DJJ normal, perdarahan berhenti sudah dilakukan pemberian terapi sesuai

kolaborasi dengan SPOG, ibu sudah mengerti tentang keadaan yang dialaminya saat ini

dan ibu merasa lega setelah mengetahui bahwa ibu dan janin dalam kandungannya

dalam keadaan baik, keluarga bersedia untuk selalu mendampingi ibu, dan sekarang ibu

merasa lebih nyaman.

Menurut djannah (2018) penanganan plasenta previa pada usia kehamilan < 37

minggu yakni apabila perdarahan sedikit, keadaan ibu dan anak baik maka biasanya

penanganan konservatif sampai dengan umur kehamilan aterm. Penanganan berupa

tirah baring, hematinik, antibiotika dan tokolitik bila ada his. Bila selama 3 hari tidak

ada perdarahan pasien mobilisasi bertahap. Bila setelah pasien berjalan tetap tidak ada

35
perdarahan pasien boleh pulang. Pasien dianjurkan agar tidak koitus, tidak bekerja

keras dan segera ke rumah sakit jika terjadi perdarahan. Nasehat ini juga dianjurkan

untuk pasien yang didiagnosis plasenta previa dengan USG namun tidak mengalami

perdarahan. Hal ini sesuai dengan tinjauan kasus pada Ny. S yakni ibu dianjurkan untuk

melakukan bed rest total, dan pemberian tokoliltik dikarenakan Ny. S mengalami

kontraksi. Namun tidak dilakukan hematinic dan pemberian antibiotic dikarenakan hasil

laboratorium Ny. S dalam batas normal.

Pada hari ke tiga rawat inap, ibu diizinkan pulang setelah hasil pemeriksaan

menunjukkan kondisi ibu dan janin baik, kontraksi tidak ada dan perdarahan

pervaginam tidak ada. Adapun asuhan yang diberikan sebelum pasien pulang yakni

melakukan istirahat di rumah, hindari aktivitas berat, tidak melakukan koitus untuk

sementara waktu dan ibu dianjurkan untuk segera ke fasilitas Kesehatan apabila terjadi

perdarahan berulang atau mengalami tanda-tanda bahaya kehamilan lainnya.

36
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen

bawah uterus, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan

lahir. Pada keadaan normal, plasenta terletak di bagian atas uterus.

2. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan teknik 7 langkah Varney. Selama

pengkajian pada 7 Februari 2024, pukul 9.45 WIB di Ruang VK Puskesmas

Pakuan Baru Jambi diperoleh Ny. S masuk ruang VK kebidanan via IGD jam

9.45 WIB dengan keluhan keluar darah segar dan banyak dari jalan lahir saat di

rumah dan sudah USG dengan SPOG dengan plasenta previa totalis.

3. Penulis telah mampu merumuskan diagnosis/ masalah aktual pada Ny. S yakni

G3P1A1H1 Uk 33-34 minggu dengan Plasenta Previa Totalis

4. Penulis Dapat mengantisipasi diagnosis/ masalah potensial pada Ny. S yakni

syok hipovolemik, anemia sedang dan infeksi.

5. Penulis dapat melaksanakan tindakan segera/ kolaborasi pada Ny. S yakni

pemasangan infus dan pemberian tokolitik

6. Penulis telah Dapat merumuskan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny.

S G3P1A1H1 Uk 33-34 minggu dengan Plasenta Previa di Puskesmas Pakuan

Baru Kota Jambi Tahun 2024.

7. Penulis telah dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. S

G3P1A1H1 Uk 33-34 minggu dengan Plasenta Previa di Puskesmas Pakuan Baru

Kota Jambi Tahun 2024.

37
8. Penulis dapat mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan yang telah diberikan

pada Ny. S G3P1A1H1 Uk 33-34 minggu dengan Plasenta Previa di Puskesmas

Pakuan Baru Kota Jambi Tahun 2024.

9. Pendokumentasian yang dilakukan pada Ny. S mengacu pada manajemen

asuhan kebidanan sesuai dengan pola fikir Varney.

B. Saran

1. Bagi Puskesmas Pakuan Baru

Sebagai bahan referensi dan bahan bacaan sehingga dapat memberikan

wawasan yang luas mengenai asuhan kebidanan kolaborasi pada kasus-kasus

patologi dan komplikasi,

2. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi


Diharapkan bidan dapat lebih meningkatkan wawasan bagi profesi atau

tenaga kesehatan lainnya dalam menangani kasus atau melaksanakan asuhan

kebidanan khususnya pada ibu hamil dengan plasenta previa.

3. Bagi mahasiswa
Pelayanan yang diberikan sudah baik, sebaiknya tetap menjaga dan

meningkatkan mutu pelayanan untuk memperkecil kemungkinan terburuk,

termasuk penanganan yang intensif pada perdarahan antepartum yang

disebabkan karena plasenta pevia dengan cara melaksanakan asuhan yang sesuai

dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada.

38
DAFTAR PUSTAKA

Adere, 2012. Neonatal and Maternal Complications of Placenta Praevia and Its Risk
Factors in Tikur Anbessa Specialized and Gandhi Memorial Hospitals:
Unmatched Case-Control Study

Astuti S. 2016. Asuhan Ibu Dalam Masa Kehamilan. Bandung. Erlangga.

Bagian Obstetri & Ginekologi Fak. Kedokteran Universitas Sumatera Utara/R.S Dr.
Pringadi Medan, Pedoman Diagnosis dan Therapi Obstetri-Ginekologi R.S. Dr.
Pringadi Medan, 1993, halo 6-10, Bagian Obstetri & Ginekologi Fak.Kedok

Husain, Widya. R. 2020. Hubungan Kejadian Plasenta Previa dengan Riwayat


Kehamilan Sebelumnya

Mochtar. R, Sinopsis Obstetri I, Ed. II, Jakarta, EGG, 1989,hal.300-311.

Norma N, Dwi M. 2015. Asuhan Kebidanan Patologi Kebidanan dan Tinjauan kasus.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Prawirohardjo. S, Ilmu Kebidanan, Ed. III, cet.II, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 1992,hal.365-376.

Senkoro, Elizabeth Eliet. 2017. Frequency, Risk Factors, and Adverse Fetomaternal
Outcomes of Placenta Previa in Northern Tanzania.

Sujiyatini M, Asri H. 2016. Asuhan patologi kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika

Syahfitri, Endryani. 2018. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Plasenta Previa di


RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2018.

Anda mungkin juga menyukai