Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

DENGAN RUPTUR PERINEUM


DI PMB ROSA SAMBAS

TUGAS INDIVIDU

DOSEN PEMBIMBING

EKA RIANA, S.ST.,M.Keb

DISUSUN OLEH :

MALISA (21011307)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

POLITEKNIK ‘AISYIYAH PONTIANAK

TAHUN AJARAN 2023/2024

1
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


DENGAN RUPTUR PERINEUM
DI PMB ROSA SAMBAS

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas


Praktik Klinik Kebidanan

Mengesahkan :

CI LAPANGAN PEMBIMBING LAPANGAN

ROSA, S.ST.,Bdn EKA RIANA, S.ST.,M.Keb

2
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpah
kan rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan “Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Nifas Dengan Ruptur Perineum Di Pmb Rosa Sambas”
Saya menyadari terselesainya laporan ini berkat adanya bantuan dan kerjasama yang b
aik dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepa
da seluruh rekan yang selalu sabar dan ikhlas membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Saya juga menyadari akan kekurangan dan kesempurnaan penulisan laporan ini oleh karena it
u kritik dan saran selalu saya harapkan untuk bahan perbaikan di kemudian hari.

Sambas , 08 maret 2024

Malisa

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................................2

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................3

DAFTAR ISI...........................................................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................6

A. Latar Belakang.............................................................................................................................6
B. Rumusan masalah........................................................................................................................7
C. Tujuan Umum..............................................................................................................................7
D. Tujuan Khusus.............................................................................................................................7
E. Manfaat........................................................................................................................................7
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................................................9

A. Pengertian Ruptur Perineum........................................................................................................9


B. Jenis Ruptur Perineum.................................................................................................................9
C. Etiologi Rupture Perineum........................................................................................................10
D. Proses Penyembuhan Luka........................................................................................................11
E. Krietria Penyembuhan Luka Perineum......................................................................................12
F. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan luka...........................................................12
G. Dampak Perawatan Luka Perineum Yang Tidak Benar.............................................................14
H. Perawatan Luka Perineum.........................................................................................................14
I. Perawatan Luka Perineum Dengan Terapi Non-Farmakologi...................................................15
BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................................................18

BAB IV HASIL PEMBAHASAN.......................................................................................................21

A. Kaitan Antara Kasus Pasien Dengan Teori................................................................................21


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................................22

A. Kesimpulan................................................................................................................................22
B. Saran..........................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................24

BAB I

4
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi ketika bayi lahir, baik secara spo
ntan maupun dengan alat atau tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada gar
is tengah dan dapat meluas jika kepala janin lahir terlalu cepat. Perawatan perineum u
mumnya bersamaan dengan perawatan vulva. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
mencegah kontaminasi dengan rektum, menangani dengan lembut jaringan luka, mem
bersihkan darah yang menjadi sumber infeksi dan bau ( Fatimah, Prasetya Lestari, 201
9.)
Berdasarkan data World Health Organizationpada tahun 2009 terjadi 2,7 juta k
asus ruptur perineum pada ibu bersalin. Di Amerika, 40% dari 26 juta ibu bersalin me
ngalami ruptur perineum. Di Asia ruptur perineum juga merupakan masalah yang cuk
up banyak dalam masyarakat, 50% dari kejadian ruptur perineum di dunia terjadi di A
sia.
Di Indonesia, terutama di desa, masih ada budaya di ibu setelah melahirkan da
n sampai saat ini masih ada orang yang mematuhi saran atau keinginan orang tua yang
umumnya masih mengikuti adat. Salah satu budayanya adalah pantangan makanan ba
gi ibu nifas yg banyak mengandung sumber protein ( ikan, telur, daging). Ini tidak ben
ar, justru sebaliknya, ibu post partum sangat membutuhkan asupan protein yang lebih
tinggi untuk membantu penyembuhan luka ( Apri, Yossy, 2019).
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 a
ngka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Pada tahun 2019 angka kematian ibu di Indonesia sebesar 305 kematian ibu per 100.0
00 kelahiran hidup (Kemenkes, 2019). secara nasional penyebab langsung kematian ib
u dengan penyumbang AKI terbesar adalah perdarahan 32%, eklampsia 28%, infeksi
21%, komplikasi puerperium 14%, dan partus macet 5 % (Kemenkes, 2019).
Sebagian besar kematian ibu terjadi dalam waktu empat jam setelah persalinan
Kematian ibu dapat terjadi pada masa ini karena perdarahan atau sepsis. Robekan jala
n lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan pasca persalinan. Perine
um ibu harus diperhatikan secara teratur terhadap kemungkinan terjadinya infeksi. Di
antara infeksi pada masa nifas yang sering terjadi yaitu akibat perlukaan jalan lahi
r.Error: Reference source not found

5
B. Rumusan masalah
1) Apakah pengertian rupture perineum?
2) Apa saja jenis rupture perineum?
3) Bagaimana proses penyembuhan luka perineum?
4) Bagaimana kriterian penyembuhan luka perineum?
5) Faktor apa saja yang mempengaruhi luka perineum?
6) Apa saja dampak perawatan luka perineum yang tidak benar?
7) Apa saja jenis perawatan luka perineum?
8) Apa itu perawata luka perineum dengan terapi non-farmakologi?
9) Kaitan Antara Kasus Pasien Dengan Teori?

C. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada masa nifas dengan mengguna
kan pendekatan manajamen kebidanan

D. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada ibu nifas
2) Menegakan diagnosa dan masalah kebidanan pada ibu nifas
3) Menentukan kebutuhan segera pada ibu nifas
4) Merencanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas
5) Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu nifas
6) Mendokumentasikan temuan dan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu
nifas

E. Manfaat
1) Bagi penulis
Dapat mempraktikkan teori yang didapat secara langsung dilapangan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
2) Bagi institusi Pendidikan
Diharapakan laporan ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai mahasiswa
untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan selama perkuliahan pada
penanganan asuhan kebidanan ibu nifas.

3) Bagi lahan praktik

6
Dapat dijadikan acuan untuk dapat mempertahankan mutu pelayanan terutama
dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan pada ibu nifas. Untuk tenaga
Kesehatan, dapat memberikan ilmu yang dimiliki serta mau membimbing
kepada mahasiswa tentang cara memberikan asuhan yang berkualitas.
4) Bagi klien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan nifas yang sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan dan juga dapat meningkatkan pengetahuan dan asuhan
kebidanan nifas secara komprehensif yang sesuai dengan standar pelayana
kebidanan.

7
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Ruptur Perineum


Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi Ketika bayi lahir, baik secara sp
ontan maupun dengan alat atau tindakan, sering terjadi pada garis tengah namun dapat
meluas jika kepala janin lahir terlalu cepat (Winkjosastro, 2008 dalam Fatimah & Lest
ari, P., 2019: 153). Robekan perineum terjadi pada hampir semua primipara namun tid
ak jarang juga terjadi pada persalinan berikutnya. Beberapa cidera jaringan penyokon
g, baik cidera akut maupun nonakut, baik telah diperbaiki atau belum, dapat menjadi
masalah ginekologis di kemudian hari (Bobak, 2012 dalam Fatimah & Lestari, P., 201
9: 67).

B. Jenis Ruptur Perineum


Ada 2 jenis robekan perineum setelah melahirkan yaitu:
1) Ruptur Ruptur adalah luka pada perineum yang disebabkan rusaknya jaringan seca
ra alami karena adanya desakan kepala janin atau bahu ketika proses persalinan. B
iasanya bentuk luka tidak teratur dan penjahitan sulit dilakukan. Luka yang tidak d
irawat dengan baik dapat menyebabkan terjadinya infeksi (Fatimah & Lestari, P.,
2019)
2) Episiotomi Episiotomi ialah sayatan yang disengaja dibuat pada perineum berfung
si untuk memperbesar jalan lahir yang dilakukan tepat sebelum keluarnya bayi. Ep
isiotomi merupakan tindakan yang sengaja dilakukan saat vagina dalam keadaan
meregang. Episiotomi dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek teregang
oleh kepala janin, sebelum episiotomi dilakukan harus diberikan anestesi lokal, ke
cuali bila pasien sudah diberi anestesi epidural, insisi episiotomi dapat dilakukan d
i garis tengah atau mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karen
a tidak banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah d
iperbaiki (Fatimah & Lestari, P., 2019).
3) Klasifikasi Ruptur Perineum
Klasifikasi robekan perineum berdasarkan luasnya adalah sebagai berikut:
a) Derajat Satu Robekan meliputi jaringan mukosa vagina, vulva bagian depan, d
an kulit perineum

8
b) Derajat Dua Robekan terjadi pada jaringan mukosa vagina, vulva bagian depa
n, kulit perineum, dan otot-otot perineum
c) Derajat Tiga Robekan terjadi pada jaringan mukosa vagina, vulva bagian depa
n, kulit perineum, otot-otot perineum, dan sfingter ani eksternal
d) Derajat Empat Robekan terjadi pada jaringan keseluruhan perineum dan sfingt
er ani yang meluas sampai ke mukosa (Fatimah & Lestari, P., 2019: 155)

C. Etiologi Rupture Perineum


Faktor yang menjadi penyebab ruptur perineum bisa dari ibu, janin, persalinan per
vaginam, dan penolong persalinan. Berikut faktor-faktor yang memengaruhi terjadiny
a ruptur:
1) Meneran
Meneran dengan benar adalah pada saat ibu merasakan dorongan dan memang ing
in mengejan. Secara normal Ibu akan merasakan dorongan untuk meneran jika pe
mbukaan sudah lengkap dan refleks ferguson telah terjadi. (Fatimah & Lestari, P.,
2019: 156).
2) Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu, baik hidup maupun
mati. Paritas mempunyai pengaruh terhadap kejadian ruptur perineum. Ibu dengan
paritas satu (primipara) memiliki risiko lebih besar mengalami robekan perineum
daripada ibu dengan paritas lebih dari satu (multipara). Hal ini dikarenakan jalan l
ahir yang belum pernah dilalui oleh kepala bayi, sehingga otototot belum meregan
g (Wiknjosastro, 2008 dalam Fatimah & Lestari, P., 2019: 156).
3) Faktor janin
a) Berat badan bayi baru lahir
Berat badan janin yang berlebih yaitu lebih dari 3500 gr dapat mengakibat
kan terjadinya ruptur perineum, karena risiko trauma partus melalui vagina
seperti distosia bahu dan kerusakan jaringan lunak pada ibu. Perkiraan ber
at janin bergantung pada pemeriksaan klinik atau ultrasonografi, maka dari
itu penting sekali melakukan pemeriksaan pada masa kehamilan untuk me
ngetahui tafsiran berat janin (Nasution, 2008 dalam Fatimah & Lestari, P.,
2019: 157).
b) Presentasi

9
Presentasi digunakan untuk menentukan bagian bawah rahim yang dijump
ai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam. (Fatimah & Lestari, P., 2019:
157).

D. Proses Penyembuhan Luka


Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan, hal ini juga berh
ubungan dengan regenerasi jaringan (Johanes; Tylor, 2015 dalam Fatimah & Lestari,
P., 2019). Fase penyembuhan luka meliputi 3 fase yaitu:
1) Fase Inflamatory
Fase inflamatory disebut juga fase peradangan yang dimulai setelah pembedahan
dan berakhir pada hari ke 3-4 pasca operasi. Dalam fase ini terdapat dua tahap, yai
tu hemostatis dan pagositosis. Hemostatis adalah proses untuk menghentikan perd
arahan, yakni kontraksi yang terjadi pada pembuluh darah akan membawa platelet
yang membentuk matriks fibrin yang berguna untuk mencegah masuknya organis
me infeksius.
2) Fase Poliferatif
Fase Poliferatif disebut juga fase privibroplasia dimulai pada hari ke 3-4 dan berak
hir pada hari ke 21. Pada fase poliferatif terjadi proses yang menghasilkan zatzat p
enutup tetapi luka bersamaan dengan terbentuknya jaringan granulasi yang akan m
embuat seluruh permukaan luka tertutup oleh epitel. Fibroblas secara cepat mema
dukan kolagen dan substansi dasar akan membentuk perbaikan luka. Setelah itu ak
an terjadi pembentukan lapisan tipis dari sel epitel yang akan melewati luka dan al
iran darah di dalamnya, kemudian pembentukan kapiler akan melewati luka (kapil
arisasi tubuh) dan membentuk jaringan baru yang disebut granulasi jaringan, yakn
i adanya pembuluh darah, kemerahan, dan mudah berdarah.
3) Fase maturase
Fase maturase disebut juga fase remodeling yang dimulai pada hari ke- 21 dan aka
n berlanjut sehingga 1-2 tahun paska terjadinya luka pada fase ini, terjadi proses p
ematangan, yaitu jaringan yang berlebih akan kembali diserap dan membentuk ke
mbali jaringan yang baru. Prosesnya adalah kolagen yang ditimbun dalam luka ak
an diubah dan membuat penyembuhan luka lebih kuat serta lebih mirip jaringan. S
etelah itu kolagen baru akan luka, sehingga bekas luka menjadi rata, tipis, dan me
mbentuk garis putih (Fatimah & Lestari, P., 2019: 24).

10
E. Krietria Penyembuhan Luka Perineum
Menurut Smeltzer (2005) lama penyembuhan luka perineum terdiri dari:
1) Cepat (jika luka perineum sembuh dalam waktu 1 sampai 6 hari) penutupan luka b
aik, pembentukan jaringan parut minimal, jaringan granulasi tidak tampak, akan te
tapi waktu lebih lama.
2) Normal (jika luka preneum sembuh dalam waktu 7-14 hari) penutupan luka baik,
pembentuk jaringan parut minimal, jaringan granulasi tidak tampak, akan tetapi w
aktu lebih lama.
3) Lama (jika luka perineum sembuh dalam waktu ≥14 hari) tepi luka tidak saling m
erapat, kadang disertai adanya pus, proses perbaikan kurang dan waktu penyembu
han lebih lama (Ma’rifah & Pratiwi, 2018).

F. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan luka


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka perineum, yaitu:
1) Pengetahuan ibu
Pengetahuan ibu tentang perawatan pada masa nifas sangat menentukan lama pen
yembuhan luka perineum. Semakin sedikit pengetahuan ibu, terlebih masalah keb
ersihan maka semakin lama juga penyembuhan luka. Banyak ibu nifas merasa tak
ut untuk memegang kemaluannya sendiri, sehingga jika terdapat luka pada perine
um akan bertambah parah dan dapat menyebabkan infeksi (Fatimah & Lestari, P.,
2019: 72).
2) Budaya dan Keyakinan
Penggunaan ramuan peninggalan nenek moyang untuk perawatan masa nifas masi
h sering digunakan, meskipun oleh masyarakat modern. Teknik perawatan luka ya
ng kurang benar dan penggunaan ramuan obat merupakan penyebab penyembuha
n luka menjadi lebih lama. (Fatimah & Lestari, P., 2019: 71).
3) Sarana dan prasarana
Kemampuan penyediaan sarana dan prasarana juga mempengaruhi penyembuhan l
uka perineum, misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik (Fatimah
& Lestari, P., 2019: 72).
4) Gizi atau nutrisi
Makanaan yang bergizi dan seimbang dapat membantu mempercepat masa penye
mbuhan luka (Fatimah & Lestari, P., 2019: 72). Diet kaya protein, karbohidrat, le

11
mak, vitamin A dan C, serta mineral seperti Fe dan Zn sangat dibutuhkan dalam pe
nyembuhan luka perineum (Fatimah & Lestari, P., 2019: 29).
5) Usia
Penyembuhan luka pada usia muda cenderung lebih cepat dari pada orang tua. Pad
a orang yang sudah lanjut usia, tubuh lebih sering terkena penyakit kronis, penuru
nan fungsi hati bisa mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah, yang meng
akibatkan penyembuhan luka akan terganggu dan berlangsung lama (Fatimah & L
estari, P., 2019: 29).
6) Penanganan petugas
Pada proses persalinan memerlukan pembersihan atau pencegahan infeksi dengan
cepat dan tepat oleh penanganan petugas kesehatan, hal ini merupakan salah satu
penyebab yang dapat menentukan lama penyembuhan luka perineum (Fatimah &
Lestari, P., 2019: 72).
5) Aktivitas
Aktivitas yang berat dan berlebih dapat menghambat perapatan tepi luka, sehingga
penyembuhan luka akan lebih lama (Fatimah & Lestari, P., 2019: 73).
6) Obat-obatan
Obat anti inflamasi (steroid dan aspirin), heparin, dan anti neoplasmik akan memp
engaruhi proses penyembuhan luka. Seseorang yang sudah menggunakan antibioti
k lebih rentan terkena infeksi (Fatimah & Lestari, P., 2019: 30).
7) Perawatan luka perineum
Kebersihan diri yang kurang dapat memperlambat penyembuhan, hal ini dapat me
nyebabkan adanya benda asing seperti debu dan kuman. Benda asing tersebut dap
at menyebabkan pengelupasan jaringan yang luas akan memperlambat penyembuh
an luka. Perawatan luka yang tidak baik bisa memperlambat penyembuhan luka da
n menimbulkan infeksi. Perawatan luka yang dilakukan dengan baik, proses penye
mbuhan lukanya akan lebih cepat (Fatimah & Lestari, P., 2019: 73).
8) Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan peningkatan inflamasi dan mekrosis yang dapat meng
hambat penyembuhan luka (Ruth; Wendy, 2015 dalam Fatimah & Lestari, P., 2019:
73)

9) .Diabetes melitus Penyakit diabetes melitus (DM) yaitu terhambatnya sekresi insuli
n yang mengakibatkan peningkatan glukosa darah dan nutrisi tidak dapat masuk ke
12
dalam sel, akibatnya akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh (Fatimah & Lesta
ri, P., 2019: 30).

G. Dampak Perawatan Luka Perineum Yang Tidak Benar


Perawatan perineum yang tidak dilakukan dengan baik dapat menyebabkan hal be
rikut ini:
1) Infeksi
Kondisi perineum yang terkena lokea dan lembab akan sangat menunjang perkem
bangbiakan bakteri yang menimbulkan infeksi pada ibu nifas.
2) Komplikasi
Luka perineum yang terkena infeksi dapat merambat pada saluran kencing atau pa
da jalan lahir yang dapat menyebabkan komplikasi infeksi kandung kemih maupu
n infeksi jalan lahir.
3) Kematian ibu postpartum Penanganan komplikasi infeksi luka perineum yang lam
bat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu postpartum, mengingat kond
isi ibu nifas yang masih lemah (Fatimah & Lestari, P., 2019: 72).

H. Perawatan Luka Perineum


Perawatan khusus Perineum bagi wanita setelah melahirkan akan mengurangi rasa
ketidaknyamanan, mencegah infeksi, dan meningkatkan penyembuhan. Terdapat dua
macam perawatan luka perineum yaitu:
1) Perawatan dengan prosedur pelaksanaan dasar mencuci tangan
a) Mengisi botol plastik berbentuk semprotan dengan air hangat
b) Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah rektum
dan letakan pembalut tersebut ke dalam kantung plastik.
c) Berkemih dan BAB pada toilet
d) Semprotkan air hangat ke seluruh perineum
e) Keringkan dengan menggunakan tisu atau handuk dari depan ke belakang
f) Pasang pembalut dari depan ke belakang
g) Cuci tangan kembali (Fatimah & Lestari, P., 2019: 72).
2) Terapi Non-Farmakologi
a) Sitz bath

13
I. Perawatan Luka Perineum Dengan Terapi Non-Farmakologi
Perawatan perineum dapat dilakukan dengan pengobatan farmakologi dan nonfar
makologi. Penggunaan terapi non-farmakologi dapat dilakukan dengan banyak
cara, antara lain:
1. Sitz Bath

a) Pengertian sitz bath


Istilah sitz bath berasal dari kata Jerman “Sizbad”, yang berarti bak

mandi (Bad) di mana seseorang duduk ( sitzen) (Kaur S, Sheroron P, 2014 dal

am Chandraleka, dkk., 2019). Sitz bath merupakan tradisi Eropa yang hanya
melibatkan bagian panggul dan daerah tersebut ditempatkan di dalam air, ini
membantu bagi wanita setelah melahirkan baik dia memiliki luka perineum ata

u tidak. Sitz Bath (rendam duduk) merupakan perendaman daerah tubuh pada
panggul dalam air hangat atau panas. Hal ini digunakan untuk mengurangi keti
daknyamanan terutama setelah penjahitan perineum, wasir dan persalinan (Wil
liam, Lippincont & Wilkins, 2009: 234).
Sitz bath merupakan rendam duduk yang berfungsi untuk meningkatk
an daerah lokal (daerah perendaman) yang dilakukan pada bagian perineum da

lam air hangat atau dingin. Terapi hangat memberikan efek “ Crowding Proc

ess” (proses pengacauan) pada sistem saraf karena mengakibatkan rasa nyeri t

erhambat oleh sensasi suhu yang diterima oleh nerve endings sehingga mem
berikan efek penekanan atau pengurangan rasa nyeri (Hasmita, Roeshadi, dan

Tala, 2011 dalam Tintasia, dkk, 2015:3). Sitz bath adalah bentuk hidroterapi
untuk meredakan ketidaknyamanan dan meningkatkan kesejahteraan fisik sert
a berfungsi meningkatkan sirkulasi panggul, mengurangi bengkak dan rasa gat

14
al, menenangkan jaringan vagina yang sakit dan membantu penyembuhan rupt
ur perineum (Aua, Saxton, dan Sue Markwell, 2008 dalam George, G.P., 201
3).
b) Manfaat

Sitz bath air hangat dapat membantu meredakan kemacetan dan edema de
ngan membantu aliran balik vena dari area perineum. Perendaman perineum y
ang dilakukan dalam air hangat dapat meningkatkan oksigenasi dan nutrisi pad
a jaringan, menurunkan edema dan mempercepat penyembuhan, meningkatka
n relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan, meningka
tkan aliran darah, memberikan rasa hangat lokal, meningkatkan pergerakan zat

sisa dan nutrisi (Khosla, P., 2013). Sitz bath juga bisa memberikan kelegaan
dari rasa sakit atau gatal di area genital. Kelayakan atau keuntungan dari meny
ediakan rendam duduk termasuk menghilangkan iritasi perineum, nyeri, bengk

ak dan mencegah rasa sakit, sensasi terbakar di sekitar perineum. Sitz bath di
indikasikan untuk wasir, ano-rektal infeksi dan pembedahan dan untuk ibu yan
g melahirkan melalui vagina selama periode postnatal (Tian, C., 2018 dalam C
handraleka, 2019).
c) Sitz bath dengan air hangat
Sitz bath menggunakan air hangat adalah salah satu cara termudah dan pali
ng efektif untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan yang terkait dengan ketida
knyamanan rahim dan kondisi yang menyakitkan di daerah panggul (Stanley J.
Swierzewski, 2001 dalam George, G.P., 2013).
Dalam penelitian Utami, D. (2017) tentang “Penerapan Hidroterapi Sitz
Bath Air Hangat untuk Mengurangi Nyeri Luka Perineum pada Ibu Postpartu
m” dijelaskan tentang cara melakukan sitz bath air hangat yaitu dengan mengg
unakan bak atau wadah yang dapat diduduki oleh responden kemudian diisi de
ngan air hangat suam-suam kuku (40-43˚C) setelah suhu air disesuaikan pasie
n diminta untuk duduk di bak yang telah terisi air tersebut, hal ini dilakukan se
lama 10-20 menit sekali dan diulangi sebanyak dua kali dalam sehari, dimulai
dari hari kedua hingga hari ke 7 masa nifas
Sitz bath air hangat dianjurkan untuk mengurangi nyeri, gatal dan ketid
aknyamanan (Kaur S, Sheroron P, 2014 dalam Chandraleka, 2019). Sitz bath d
engan air hangat dapat memberikan kenyamanan, mengurangi rasa sakit dan d
15
apat meningkatkan sirkulasi ke jaringan, ini dapat mempercepat penyembuhan
dan mengurangi insiden infeksi (Olds, London, Ladewing, 1994 dalam Yashra
ri, P., 2014)

16
BAB III

TINJAUAN KASUS

Soap Nifas
POLITEKNIK ’AISYIYAH PONTIANAK
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
Jl. Ampera No. 9 Telp (0561) 6655112
NAMA MAHASISWA : Malisa
NIM : 21011307
TEMPAT PRAKTIK : Pmb Rosa
TANGGAL /JAM PENGKAJIAN : 08 maret 2024/04.20 WIB
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

No Register : ******
Tanggal Masuk : 08 maret 2024
Jam Pengkajian : 04.00 wib
Lahan Praktik : klinik
Pengkaji : Malisa

IDENTITAS
Nama Ibu : Ny.D Nama Suami : Tn.S
Umur : 26 th Umur : 26 th
Suku : Melayu Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Ds.Siderejo, subah
No. Tlp :0853 xxxx xxxx
A. DATA SUBJEKTIF
Tanggal Pengkajian :08 maret 2024 Waktu :04.15 WIB
Tanggal Persalinan :08 maret 2024 Waktu :02.01 WIB
1. Keluhan Utama : ibu mengatakan perutnya masih terasa nyeri dan nyeri di jalan lahir
2. Data Obsetri
Kehamilan Persalinan Nifas Anak
N
K Lam Penyul Tempa Penolon Jeni Penyul Penyul J BBL Umu Penyul Ket
o.
e a it t g s it it K r it
1 1 aterm Taa pmb bidan Spt taa Taa lk 3300 5 th taa Hidup
gr
2 2 aterm Taa pmb bidan Spt taa Taa lk 4000 2 jam taa Hidup
gr

3. Riwayat penyakit yang lalu/Operasi


- Pernah dirawat tidak pernah, Kapan ………-………. Dimana ………-………...
- Pernah Operasi tidak pernah, Kapan ………-………. Dimana ………-…………

17
4. Riwayat penyakit keluarga yang pernah menderita sakit
- Kanker(-) Penyakit hati(-)` Hipertensi(-) DM
(-)
Penyakit ginjal (-) Penyakit jiwa(-) Kelainan bawaan (-) TBC -
- Hamil kembar(-) Epilepsi(-) Alergi(-)

5. Keadaan sosial – ekonomi


Dukungan keluarga dalam membantu klien di rumah : mendukung
Kebiasaan minum minuman keras dan merokok : tidak ada
Kepercayaan dan adat istiadat :tidak ada
6. Pola Fungsional Kesehatan
Pola/Data Makan : ibu sudah makan 1x selama 2 jam masa nifas, (nasi,sayur dan laukpauk)
Pola/Data Minum : ibu sudah minum air putih 4 gelas selama masa nifas 2 jam
Pola/Data Eliminas : BAK : ibu sudah bak 1 kali selama masa nifas 2 jam, tidak ada keluhan
BAB : ibu belum bab setelah melahirkan 2 jam
Pola/Data Istirahat : ibu belum tidur dan baru beristirahat

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum: baik
Berat badan : 50 Tinggi badan: 151 cm
Tekanan darah : 110/780 mmHg Nadi : 70 x/m Suhu :36,6 c Pernapasan : 22 x/m
2. Pemeriksaan Fisik
Mata : Pandangan Kabur(-) Sklera ikterik(-) Konjunctiva pucat(-)
Payudara : Kolostrum (+) Bendungan ASI(-) Merah bengkak (-)

Perut : Fundus Uteri : tepat pusat


Kontraksi uterus : keras
Kandung kemih : tidak penuh
Vulva/Perineum : Pengeluaran Lokhea : rubra
Luka Perineum : deraja II
Ekstremitas : Edema(-) Reflek(+) Tanda Hopman (-)
3. Pemeriksaan Penunjang
Darah Hb …….. Ht ……….. Urine Protein ………… Lain Lain : ………..

C. ANALISIS
P2A0 Postpartum 2 jam Normal

18
D. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan yang dilakukan, ibu mengerti
2. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan tidur yang cukup, ibu mengerti
3. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebutuhan nutrisi pada masa nifas yaitu banyak
mengkonsumsi protein,vitamin,serat seperti sayuran hijau,buahan,tahu tempe, ibu
mengerti
4. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan personal hygine termasuk kebersihan
jalan lahir, perawatan luka perineum yaitu dengan mengganti pembalut / celana dalam
minimal 4 jam sekali pada jahitan jalan lahir dibersihkan dengan air bersih/
hangat,hindari penggunaan tampon,dan banyak minum air putih, hindari berhubungan
seks sementara waktu , ibu mnegerti
5. Memberitahu ibu untuk selalu memberikan asi ekslusif pada bayinya sampai usia 6
bulan, ibu mengerti
6. Mengingatkan ibu untuk menggunakan alat kontrasepsi pasca salin, ibu mengerti dan
akan menggunakan alat kontrasepsi

Sambas , 08 maret 2024


Mahasiswa Pembimbing

( Malisa ) ( Rosa,S.ST.Bdn )

19
BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

A. Kaitan Antara Kasus Pasien Dengan Teori

Pada tahap pengkajian nifas didapatkan hasil bahwa Ny.D mengalami ruptur perineum
derajat 2 dan faktor utama yang saya lihat adalah ibu dengan berat badan janin yang b
erlebih yaitu lebih dari 3500 gr dapat mengakibatkan terjadinya ruptur perineum, kare
na risiko trauma partus melalui vagina seperti distosia bahu dan kerusakan jaringan lu
nak pada ibu. Dan ibu paritas multipara dengan jarak 5 tahun hal ini dapat disebabkan
karena jaringan perineum pada primipara lebih padat dan lebih resisten sehingga lebih
mudah dan rentan terjadi rupture perineum dibanding dengan grande multipara karena
perineum yang sudah sering dilewati bayi sehingga perineumnya elastis.

20
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi ketika bayi lahir, baik secara sponta
n maupun dengan alat atau tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis t
engah dan dapat meluas jika kepala janin lahir terlalu cepat. Ada 2 jenis robekan pada
perineum ,Ruptur adalah luka pada perineum yang disebabkan rusaknya jaringan seca
ra alami,Episiotomi ialah sayatan yang disengaja dibuat pada perineum berfungsi untu
k memperbesar jalan lahir yang dilakukan tepat sebelum keluarnya bayi.
faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya ruptur, meneran, paritas,berat bada
bayi. Fase penyembuhan luka meliputi 3 fase yaitu, Fase Inflamatory, poliferase,
maturase. Menurut Smeltzer (2005) lama penyembuhan luka perineum terdiri, cepat,
normal, lama. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka perin
eum, yaitu pengetahuan ibu, budaya dan keyakinan, sarana dan prasarana, gizi dan
nutrisi, usia, penanganan petugas, aktifitas, obat-obatan, perawatan luka perineum,
infeksi. Perawatan perineum yang tidak dilakukan dengan baik dapat menyebabkan
infeksi, komplikasi, hingga kematian ibu postpartum.
Terdapat dua macam perawatan luka perineum yaitu, Perawatan dengan prosedur
pelaksanaan dasar mencuci tangan, perawatan dengan non-farmakologi,diantaranya Si
tz bath merupakan rendam duduk yang berfungsi untuk meningkatkan daerah lokal (d
aerah perendaman) yang dilakukan pada bagian perineum dalam air hangat atau dingi
n. Terapi hangat memberikan efek “Crowding Process” (proses pengacauan) pada sist
em saraf karena mengakibatkan rasa nyeri terhambat oleh sensasi suhu yang diterima
oleh nerve endings sehingga memberikan efek penekanan atau pengurangan rasa nyer
i.
Pada tahap pengkajian nifas didapatkan hasil bahwa Ny.D mengalami ruptur perin
eum derajat 2 dan faktor utama yang saya lihat adalah ibu dengan berat badan janin ya
ng berlebih yaitu lebih dari 3500 gr dapat mengakibatkan terjadinya ruptur perineum,
karena risiko trauma partus melalui vagina seperti distosia bahu dan kerusakan jaringa
n lunak pada ibu. Dan ibu paritas multipara dengan jarak 5 tahun hal ini dapat disebab
kan karena jaringan perineum pada primipara lebih padat dan lebih resisten sehingga l
ebih mudah dan rentan terjadi rupture perineum dibanding dengan grande multipara k
arena perineum yang sudah sering dilewati bayi sehingga perineumnya elastis

21
B. Saran
1) bagi Institusi Kesehatan
Institusi Kesehatan diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai den
gan standar yang berkaitan dengan asuhan pada kehamilan, persalinan, nifas dan b
ayi.
2) Bagi bidan Bidan diharapkan dapat memberikan asuhan kebidanan sesuai standar
serta wewenang dan dat meningkatkan deteksi dini komplikasi sehingga dapat me
ncegah masalah maupun komplikasi pada masa kehamilan, persalinan, nifas dan b
ayi.
3) Bagi mahasiswa Mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan dan
meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan kehamilan, persalinan, nif
as dan bayi.

DAFTAR PUSTAKA

Error: Reference source not found

22
23

Anda mungkin juga menyukai